BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit pada dasarnya merupakan organisasi layanan (Service. Organization) bidang kesehatan, yang memerlukan manajemen untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

Pedoman Wawancara. Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Padat di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Lhokseumawe Tahun 2016

Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit. Umum Daerah Gunungtua Tahun No Item Ya Tidak Skor (%)

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2004). Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang. sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik dan

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan nomor 36 tahun 2009 menyatakan

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. SDM di bidang kesehatan dan non-kesehatan sangat berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,

KOMITMEN PETUGAS PELAYANAN TERHADAP PENERAPAN MANAJEMEN KESEHATAN LINGKUNGAN RUMAH SAKIT TK IV IM LHOKSEUMAWE PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

ANALISIS BIAYA LINGKUNGAN PADA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Genzha Barcelona Estianto H. Andre Purwanugraha

PROGRAM KERJA INSTALASI GIZI RUMAH SAKIT AR BUNDA PRABUMULIH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas dari sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit bersangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. organisasi masing-masing untuk menyumbangkan konstribusi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai. Dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut seorang pasien bisa mendapatkan berbagai penyakit lain. infeksi nosokomial (Darmadi, 2008, hlm.2).

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu pelayanan jasa yang di dalamnya terdapat

ORGANISASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan unit organisasi fungsional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotamadya

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

ALUR PENCUCIAN KAIN LINEN DI INSTALASI LAUNDRY RS. ROYAL PRIMA KOTA MEDAN

PROFIL INSTALASI KESEHATAN LINGKUNGAN RSUD KOTA MATARAM OLEH : FIRA FRSIMAWATI, ST

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. kode etik dan standar, yang dapat menyebabkan pasien puas (Muninjaya, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai institusi yang bergerak di bidang pelayanan

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan institusi kesehatan yang

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. harus dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sehingga mencapai

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT (sesi 2)

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya, termasuk

UPAYA MINIMASI LIMBAH PADAT RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DOKTER KARIADI SEMARANG DENGAN PENERAPAN STRATEGI CLEANER PRODUCTION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat praktik dokter saja, tetapi juga ditunjang oleh unit-unit lainnya,

kantong plastik berbeda warna dan diberi label, kemudian safety box, troli.

BAB I PENDAHULUAN. dan gangguan kesehatan (Kepmenkes 1204 tahun 2004). sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

C. TUJUAN 1. TujuanUmum : Untuk membantu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Pembangunan nasional bangsa Indonesia adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya dan keselamatan kerja (K3) dalam pemakaian alat medis, untuk

PANDUAN PENJELASAN HAK PASIEN DALAM PELAYANAN LOGO RS X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

LAPORAN KEGIATAN PELATIHAN FOOD SERVICE MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. berusaha menjadi lebih baik. Hal ini dapat diwujudkan melalui aktivitas sendiri

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit pada dasarnya merupakan organisasi layanan (Service Organization) bidang kesehatan, yang memerlukan manajemen untuk keberlangsungan rumah sakit. Penerapan manajemen rumah sakit diperlukan sebagai upaya untuk memanfaatkan dan mengatur Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki dalam rangka pencapaian tujuan organisasi secara efektif, efisien dan rasional (Safrudin, 2009). Fungsi rumah sakit sebagai industri jasa layanan, dalam memberikan pelayanan tentu sangat berhubungan erat dengan tuntutan untuk tetap memperhatikan mutu pelayanannya. Peningkatan mutu pelayanan yang berkesinambungan di suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh usaha bersama yang dilakukan oleh komponen yang terlibat dalam penyelenggara rumah sakit layaknya organisasi. Baik jajaran direksi sebagai pihak manajerial maupun pegawai yang menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab (Muninjaya, 2004). Selama ini, salah satu cara rumah sakit di Indonesia melakukan peningkatan mutu adalah dengan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu melalui akreditasi rumah sakit. Akreditasi merupakan ketentuan yang diwajibkan bagi rumah sakit untuk memenuhi standar-standar pelayanan di rumah sakitnya. Namun, untuk lingkungan, akreditasi rumah sakit belum memuat

ketentuan yang mengharuskan rumah sakit memenuhi pedoman pengelolaan lingkungan. Pengelolaan lingkungan dengan unsur manajemen di dalamnya disebut sebagai Sistem Manajemen Lingkungan. Konsep ini lahir atas dasar meningkatnya tuntutan masyarakat akan kesadaran lingkungan global. Sistem Manajemen Lingkungan diadopsi oleh oleh International Organization for Standardization (ISO) sebagai salah satu sertifikasi internasional di bidang pengelolaan lingkungan (Adisasmito, 2008). Pengelolaan lingkungan di rumah sakit dikenal dengan Manajemen Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan manajemen lingkungan di rumah sakit. Konsep ini telah dikenal sejak lama sebagai bagian dari rutinitas internal kegiatan rumah sakit. Konsep tersebut pada banyak rumah sakit dilaksanakan melalui praktek-praktek sanitasi lingkungan yang berada dalam jajaran Instalasi Sanitasi Rumah Sakit. Instalasi Sanitasi rumah sakit mempunyai tugas, pokok dan fungsi sebagai penyelenggara dan pengelolaan lingkungan rumah sakit. Upaya tersebut untuk menciptakan kesehatan lingkungan yang baik di rumah sakit melalui pelaksanaan program-program yang berkaitan dengan semua aktivitas yang ada di rumah sakit. Upaya kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan usaha bersama yang memerlukan manajemen. Manajemen kesehatan lingkungan merupakan manajemen yang dinamis, sehingga sangat diperlukan penyesuaian apabila terjadi perubahan di rumah sakit. Baik perubahan yang mencakupi sumber daya, proses, kegiatan rumah

sakit dan peraturan perundang-undangan yang disebabkan oleh teknologi. Dengan demikian sistem manajemen lingkungan rumah sakit merupakan sistem manajemen praktis yang didesain untuk meminimalkan dampak lingkungan dengan cara yang efektif (Adisasmito, 2008). Manfaat pengelolaan kesehatan lingkungan di rumah sakit adalah, perlindungan terhadap lingkungan, manajemen lingkungan rumah sakit yang lebih baik, pengembangan sumber daya manusia, kontinuitas peningkatan performa lingkungan rumah sakit, kepatuhan terhadap perundang-undangan, bagian dari manajemen mutu terpadu, pengurangan/penghematan biaya dan dapat meningkatkan citra rumah sakit (Adisasmito, 2007). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1204/MENKES/SK/X/2004 merupakan pedoman dalam implementasi sanitasi rumah sakit, yang berisikan tentang pengelolaan dan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit atau dikenal dengan inspeksi sanitasi rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Secara fisik yaitu, penyehatan terhadap lingkungan rumah sakit, penyehatan terhadap ruangan internal di rumah sakit, penyehatan makanan, penyehatan air, pengelolaan limbah, pengelolaan tempat pencucian linen (laundry), pengendalian serangga/tikus dan binatang pengganggu lainnya. Sedangkan secara nonfisik adalah upaya yang dilakukan secara langsung ataupun tidak oleh petugas sanitasi rumah sakit dalam rangka memberikan penyuluhan kesehatan lingkungan kepada karyawan, pasien dan pengunjung di rumah sakit.

Manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit menurut penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2010), bahwa komitmen petugas sangat menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di suatu rumah sakit. Dimana upaya kesehatan lingkungan rumah sakit hanya lima kriteria yang memenuhi persyaratan menurut kepmenkes 1204 tahun 2004 dari delapan kriteria yang diobservasi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fathia, (2008) bahwa komitmen yang berpengaruh secara dominan adalah komitmen normatif. Bahkan menurut penelitian Hapsari (2010) di sebuah Rumah Sakit Surakarta, bahwa akibat aktivitas rumah sakit semakin meningkatkan jumlah timbulan limbah mencapai 240,6443 kg/hari, dan yang tertangani hanya 219,5014 kg/hari (91,214 %). Hal ini terjadi akibat manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut masih sangat lemah. Penelitian yang dilakukan oleh Djaja (2006), bahwa sebanyak 648 rumah sakit di Indonesia dari 1.476 rumah sakit yang ada, yang memiliki insinerator baru 49%. Masalah ini tentu menjadi sumber pencemaran dan berkemungkinan menjadi penyebab gangguan kesehatan masyarakat di sekitar rumah sakit. Kajian Depkes RI dan WHO, pada tahun 2009 di enam rumah sakit di Kota Medan, Bandung dan Makasar, menunjukkan bahwa 65% rumah sakit telah melakukan pemilahan antara limbah medis dan limbah domestik (kantong plastik kuning dan hitam), tetapi masih sering terjadi salah tempat dan sebesar 65% rumah sakit memiliki insinerator dengan suhu pembakaran antara 530 800 ºC, akan tetapi hanya 75% yang berfungsi. Pengelolaan abu belum dilakukan dengan baik. Selain itu

belum ada informasi akurat penimbulan limbah medis karena 98% rumah sakit belum melakukan pencatatan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Heru (2008), bahwa 1), angka kuman di rumah sakit pemerintah jauh lebih tinggi dibanding rumah sakit swasta, 2), fakta memperlihatkan bahwa rumah sakit yang ada D.I.Yogya yang diteliti sebanyak 11 RS tidak memenuhi syarat (TMS) bila dilihat dari angka kumannya, 3), tindakan sanitasi mampu menurunkan angka kuman dalam jumlah yang besar sekali (70 % - 100 %). Keberhasilan program sanitasi rumah sakit sangat ditentukan oleh peranan petugas kesehatan lingkungan untuk menciptakan keberhasilan sistem manajemen kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit. Dasar semua tindakan yang dilakukan petugas kesehatan lingkungan adalah komitmen organisasi terhadap kepedulian lingkungan, sehingga komitmen merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kinerja petugas terhadap upaya pengelolaan lingkungan rumah sakit. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Azhar, (2010) bahwa komitmen berpengaruh terhadap implementasi upaya kesehatan lingkungan rumah sakit. Ditambahkan oleh Utami, (2011) bahwa komitmen mempengaruhi prestasi kerja pegawai. Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away, adalah rumah sakit umum pemerintah daerah kabupaten Aceh Selatan. Pada tanggal 20 Mei 1997 berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 470/MENKES/SK/V/1997 rumah sakit tersebut ditingkatkan kelasnya menjadi kelas/tipe C. Berdasarkan survei pendahuluan, Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan dalam pelaksanaan manajemen kesehatan lingkungan

rumah sakit masih dirasakan belum optimal. Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa ada masalah dalam pelaksanaan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. Kurangnya komitmen petugas kesehatan lingkungan rumah sakit dalam melaksanakan dan meningkatkan sistem manajemen lingkungan di rumah sakit menjadi kemungkinan penyebab kurangnya pelayanan kesehatan lingkungan yang diberikan. Padahal petugas kesehatan sebagai penyelenggara dan pengelola kesehatan lingkungan rumah sakit merupakan faktor dominan yang menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan di rumah sakit tersebut. Indikator-indikator dalam penyehatan lingkungan di rumah sakit sebagai kinerja petugas manajemen kesehatan lingkungan dirasa masih belum memadai, diantaranya pembangunan ruang rawat inap baru yang dibangun, sebagai jalur keluar masuknya pengunjung menjadi berdekatan dengan letak salah satu pengolahan limbah (Incenerator) yang terlebih dulu telah ada. Masalah lain adalah kurang lancarnya air selokan disekitar rumah sakit, dimana dikuatirkan akan menjadi tempat sarang nyamuk (vektor) pembawa penyakit. Pengelolaan limbah rumah sakit juga belum dirasa optimal, hal ini dibuktikan adanya sampah yang menumpuk di salah satu tempat tertentu. Indikator ini merupakan indikator dalam Kepmenkes 1204 Tahun 2004 sebagai indikator yang harus dibebaskan di lingkungan rumah sakit. Permasalahan ini menurut asumsi penulis, bahwa manajemen kesehatan lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan belum tertata dengan baik. Selain itu, berhubungan erat dengan kurangnya pemantauan, pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kesehatan lingkungan rumah sakit

sehingga belum menjadi penting untuk ditingkatkan dari segi outputnya. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui sejauh mana komitmen petugas kesehatan lingkungan yang ada di rumah sakit sebagai faktor kunci dalam menentukan keberhasilan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. 1.2. Permasalahan Apakah komitmen berpengaruh terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. 1.4. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh komitmen terhadap kinerja petugas sistem manajemen kesehatan lingkungan di Rumah Sakit Umum dr. H. Yuliddin Away Tapaktuan. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan masukan bagi:

1. Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan, sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah dalam pengambilan keputusan dalam pemberian izin operasional rumah sakit serta sebagai bahan pertimbangan analisis kebijakan dalam hal penilaian kualitas dan upaya pengelolaan dan pemantauan sistem manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit. 2. Pihak rumah sakit, agar menjadi pertimbangan dan masukan dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan yang ada. 3. Bagi penulis, sebagai pengembangan ilmu dan bahan pembelajaran yang didapat di perkuliahan dengan kondisi manajemen kesehatan lingkungan rumah sakit.