KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1

dokumen-dokumen yang mirip
Kesesuaian Media Sapih Terhadap Persentase Hidupsemai Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil)

Pertumbuhan Bibit Cempaka (Magnolia elegans (Blume.) H.Keng) pada Tempat Sapih Politub dan Polibag 1

PENGARUH ASAL BAHAN DAN MEDIA STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. permintaan kertas dunia, yaitu rata-rata sebesar 2,17% per tahun (Junaedi dkk., 2011).

Pemanfaatan Arang Sekam untuk Memperbaiki Pertumbuhan Semai Jabon (Anthocephalus cadamba (Roxb.) Miq) pada Media Subsoil

TINJAUAN PUSTAKA. tinggal bercabang banyak dan berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2010, hlm ISSN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

: Cicilia Epriliana W. : H Kelompok. : Titis Wulandari V. PERSEMAIAN

BAHAN DAN METODE. ketinggian tempat 41 m di atas permukaan laut pada titik koordinat LU

PENYIAPAN BENIH UNGGUL UNTUK HUTAN BERKUALITAS 1

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

PENGARUH MEDIA TANAM DAN EMPAT INTENSITAS NAUNGAN PADA PERTUMBUHAN BIBIT KHAYA ANTOTECHA

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

UJICOBA TEKNIK REHABILITASI LAHAN KRITIS DI GUNUNG BATUR, BANGLI (HASIL AWAL) Oleh: Gunardjo Tjakrawarsa Budi Hadi Narendra

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

L102. Staf Pengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Biologi UMS ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KOMPOS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus)

Oleh : Iskandar Z. Siregar

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada April sampai dengan Juni 2012 di Perum Polda 2

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi dan Kandungan Nutrien Fodder Jagung

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN

Respon Tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba) terhadap Pemupukan Lanjutan (NPK)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

HIDROPONIK SUBSTRAT TOMAT DENGAN BERAGAM UKURAN DAN KOMPOSISI SERAT BATANG AREN. Dwi Harjoko Retno Bandriyati Arniputri Warry Dian Santika

Pengaruh Media Tanam dan Panjang Slip Bahan Tanaman terhadap Pertumbuhan Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Sirih Merah. (Duryatmo 2005). Oleh karena itu, menurut Candra (2010) dalam Sudewo (2005),

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

PENGARUH PERBEDAAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PRE NURSERY. Aang Kuvaini. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

III. METODE PENELITIAN

PEMBUATAN CUKA KAYU DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN. Oleh : Sri Komarayati

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

JURNAL WASIAN Wahana Informasi Penelitian Kehutanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB I PENDAHULUAN. Karo) sejak sebelum perang dunia kedua yang disebut eigenheimer, kentang ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengaruh konsentrasi dan lama perendaman kolkhisin terhadap tinggi tanaman,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi termasuk ke dalam famili Crucifera (Brassicaceae) dengan nama

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

Balai Penelitian Kehutanan Manado

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

EFEKTIFITAS LAMA PENIRISAN STEK DI MEDIA TANAH BERPASIR TERHADAP PERTUMBUHANKAMBOJA (Adenium obesum)

BAB I PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculantum Mill.) merupakan salah satu komoditas

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

Transkripsi:

Kesesuaian Media Sapih terhadap. Hanif Nurul Hidayah & Arif Irawan KESESUAIAN MEDIA SAPIH TERHADAP PERSENTASE HIDUP SEMAI JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) 1 Hanif Nurul Hidayah dan Arif Irawan BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MANADO Jl. Tugu Adipura Raya Kel. Kima Atas Kec. Mapanget Kota Manado Telp : (0431) 3666683 Email : bpk_mdo@yahoo.com ABSTRAK Jabon merah (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.)Havil) merupakan salah satu jenis tanaman cepat dan mudah tumbuh serta tidak menuntut persyaratan kesuburan tanah yang tinggi. Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan nilai persentase hidup bibit yang ditanam. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kesesuaian media sapih terhadap presentase hidup semai jabon merah. Perlakuan media sapih yaitu P1 media topsoil, P2 media coco peat, P3 media arang sekam, P4 media yang digunakan antara lain top soil + arang sekam, P5 media top soil + cocopeat dan P6 media coco peat + arang sekam. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah ulangan sebanyak 3 (tiga) kali. Hasil percobaan terhadap persentase hidup semai jabon merah menyatakan media dengan kombinasi antara top soil dengan arang sekam merupakan unit percobaan yang menghasilkan persentase hidup terbaik yaitu 83,33%. Sedangkan hasil yang terendah adalah penggunaan media arang sekam secara tunggal yaitu hanya 16%. Kata Kunci : jabon merah, media sapih, arang sekam, top soil, coco peat. I. Pendahuluan Jabon merah (Anthocephalus macrophyllus (ROXB.) Havil) merupakan salah satu jenis kayu pertukangan unggulan yang memiliki penyebaran alami lebih sempit bila dbandingkan dengan jabon putih (Anthocephalus 1 Makalah disampaikan dalam seminar dan pameran hasil-hasil penelitian dengan tema Prospek Pengembangan Hutan Tanaman (Rakyat), Konservasi dan Rehabilitasi Hutan diselenggarakan oleh BPK Manado bekerjasama dengan BPK Manokwari, BPDAS Tondano, ITTO, SEAMEO BIOTROP, Burung Indonesia, dan Harian Manado Post. Manado 24 Oktober 2012. 231

cadamba Roxb.). Jenis tanaman ini merupakan jenis tanaman cepat dan mudah tumbuh serta tidak menuntut persyaratan kesuburan tanah yang tinggi. Jenis kayu dari tanaman ini merupakan jenis kayu yang mempunyai kelas awet IV dan kelas kuat II-III dan banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku plywood, meubel/furniture, dan interior ruangan (Halawane, dkk. 2011). Kemampuan hidup sebuah bibit/semai untuk dapat bertahan berbanding lurus dengan kondisi lingkungan yang mendukungnya. Persentase hidup yang tinggi menunjukkan bahwa faktor lingkungan telah memberikan berbagai sarana yang cukup bagi bibit tersebut, seperti kebutuhan terhadap air, hara, dan udara serta bebas dari gangguan hama dan penyakit yang potensial menyerang bibit (Supriani (1999) dalam Herdiana (2008). Penggunaan media tumbuh yang tepat akan menentukan nilai persentase hidup bibit yang ditanam. Syarat umum media sapih yang baik antara lain memiliki sifat ringan, murah, mudah diperoleh, gembur, dan mampu menyediakan unsur hara bagi tanaman. Masing-masing jenis tanaman memiliki tingkat kesesuaian hidup yang berbeda terhadap media sapih yang digunakan. Selain sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya akar, media sapih memiliki fungsi sebagai penentu tingkat kelembaban, suplai oksigen dan ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Untuk itulah jenis media sapih yang digunakan untuk setiap tanaman berbeda-beda tergantung dari kebutuhan tanaman. Perbedaan karakteristik media terutama pada kandungan unsur hara bagi tanaman dan daya mengikat air yang tercermin pada porositas, kelembaban dan aerasi. Penentuan media yang sesuai diharapkan dapat menghasilkan persentase hidup optimal semai suatu tanaman. Jenis media sapih yang sering digunakan dalam penyemaian tanaman antara lain top soil, coco peat, arang sekam, pasir ataupun kombinasi campuran media-media tersebut. Masing-masing media sapih yang umum digunakan dalam persemaian, memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda-beda. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian beberapa media sapih terhadap persentase hidup semai jabon merah. 232 Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012

Kesesuaian Media Sapih terhadap. Hanif Nurul Hidayah & Arif Irawan II. Bahan dan Metode A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di persemaian permanen Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Tondano yang berada di lokasi perkantoran Balai Penelitian Kehutanan Manado, Sulawesi Utara. Penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan yaitu pada bulan Agustus s/d September 2012. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jabon merah yang berasal dari Gorontalo, polytube, top soil, coco peat, arang sekam, dan sprayer. C. Metode Penelitian Semai jabon merah yang telah berumur 5 (lima) bulan dipindahkan kedalam polytube yang telah diberi perlakuan perbedaan media. Beberapa variasi perlakuan media yang digunakan yaitu : P 1 : Media top soil P 2 :Media coco peat P 3 : Media arang sekam P 4 : Media top soil + arang sekam P 5 : Media top soil + coco peat P 6 :Media coco peat + arang sekam Semai yang dipindahkan merupakan semai dengan pertumbuhan tinggi seragam dan rata-rata telah memiliki jumlah 4 (empat) daun. Jumlah semai yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 108 semai (masing-masing perlakuan media sejumlah 18 semai). Pengamatan dilakukan secara berkala dan pengambilan data persentase hidup dilaksanakan setelah 2 (dua) bulan. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan jumlah ulangan untuk masing-masing perlakuan sebanyak 3 (tiga) kali. Analisis data dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan perbedaan media sapih yang digunakan terhadap persentase hidup semai 233

jabon merah. Jika analisis tersebut menunjukkan adanya pengaruh yang nyata, maka dilakukan analisis lanjutan menggunakan Uji Duncan Multiple Range Test (DMRT). Untuk membantu menyelesaikan analisis tersebut digunakan program SPSS. III. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Data nilai hasil perhitungan persentase hidup semai jabon merah secara lengkap ditampilkan pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil analisis varians diketahui terdapat pengaruh yang nyata akibat adanya perbedaan penggunaan media pada perlakuan semai jabon merah (Tabel 1). Uji lanjut menyatakan media terbaik untuk menghasilkan persentase hidup semai jabon merah tertinggi adalah menggunakan campuran antara tanah dan arang sekam. Rata-rata persentase hidup semai dengan menggunakan media ini yaitu sebesar 83,33 % (Tabel 2). Sedangkan nilai persentase terendah terdapat pada semai dengan media yang digunakan adalah arang sekam yaitu dengan persentase hidup rata-ratanya sebesar 16 %. Tabel 1. Hasil analisis varians persentase hidup semai jabon merah Sumber Db JK KT Nilai F Pr < F Keragaman Model 5 9374,28 1874,86 18,01 0,0001 Error 12 1249,33 104,11 Total 17 10623,61 Tabel2. Uji Lanjut persentase hidup semai jabon merah No Media Persentase Hidup 1. Media tanah top soil + arang sekam (P 4 ) 83,33 a 2. Media Coco peat + arang sekam (P 6 ) 77,667 ab 3. Tanah top soil (P 1 ) 77,667ab 4. Media tanah top soil + coco peat (P 5 ) 72,333 ab 5. Coco peat (P 2 ) 61,333 ab 6. Arang Sekam (P 3 ) 16,000 b 234 Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012

Kesesuaian Media Sapih terhadap. Hanif Nurul Hidayah & Arif Irawan B. Pembahasan Media sebagai tempat berkembangnya organ akar merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan semai suatu tanaman. Menurut Novizan (2005) dalam Kosasih dan Haryati (2006) menyatakan bahwa media yang baik mempunyai empat fungsi utama yaitu memberi unsur hara dan sebagai media perakaran, menyediakan air dan tempat penampungan air, menyediakan udara untuk respirasi akar dan sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Hartman et al. (1990) dalam Juhardi (1995) media yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainase yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Hasil percobaan terhadap persentase hidup semai jabon merah menyatakan media dengan kombinasi antara top soil dengan arang sekam merupakan unit percobaan yang menghasilkan persentase hidup terbaik. Arang sekam dikenal sebagai campuran media yang cukup baik untuk mengalirkan air, sehingga media tetap terjaga kelembabannya. Berdasarkan hasil percobaan diketahui media terbaik kedua adalah penggunaan media dengan kombinasi coco peat dan arang sekam. Selain campuran yang baik untuk mengalirkan air, arang sekam juga memiliki kemampuan untuk menjernihkan air dan juga menghalangi timbulnya penyakit. Bahkan kandungan nitrogen yang dimilikinya, diyakini bisa meningkatkan kesuburan media tanaman (Tabloidgallery, 2008). Media arang sekam sangat baik digunakan untuk proses pembibitan karena media ini mempunyai sifat poros (sarang), ringan, dan tidak mudah lapuk. Penambahan sekam membuat struktur media menjadi lemah dan akar leluasa dalam pertumbuhannya. Penambahan arang sekam memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap perkembangan akar tanaman yang efeknya positif terhadap persentase hidup suatu tanaman. Pemberian arang sekam pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat memperbaiki sifat tanah di antaranya adalah mengefektifkan pemupukan karena selain memperbaiki sifat fisik tanah (porositas, aerasi), arang sekam juga berfungsi sebagai 235

pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara, hara dilepas secara perlahan sesuai kebutuhan tanaman/slow release (Komarayati et al., 2003). Komposisi kimiawi dari arang sekam sendiri terdiri dari SiO 2 dengan kadar 72,28% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe 2 O 3, K 2 O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil (Bakri, 2008). Berbanding terbalik dengan perlakuan kombinasi media arang sekam, penggunaan media ini secara tunggal memberikan hasil persentase hidup semai jabon merah yang paling kecil yaitu hanya sebesar 16 %. Hal ini dikarenakan arang sekam sangat miskin kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Penggunaan arang sekam sebagai media tanam (hidroponik) biasanya diimbangi dengan pemberian pupuk yang dilakukan secara berkala. Penggunaan media coco peat dalam percobaan yang dilakukan memberikan hasil yang kurang optimal. Perlakuan kombinasi coco peat dan arang sekam memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan penggunaan media pada unit perlakuan coco peat lainnya. Penggunaan coco peat secara individu memberikan hasil yang paling minor yaitu menghasilkan rata-rata presentase hidup sebesar 61,33%. Salah satu penyebabnya disinyalir karena akibat kandungan senyawa yang terdapat dalam media ini yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara normal. Zat ini biasa dikenal dengan zat tanin atau sering juga disebut zat anti gizi. Untuk menghilangkan zat tanin yang berlebihan, maka bisa dilakukan dengan cara merendam cocopeat di dalam air bersih selama beberapa jam, lalu diaduk sampai air berbusa putih. Selanjutnya airnya dibuang dan diganti dengan air bersih yang baru. Demikian dilakukan beberapa kali sampai busa tidak keluar lagi. Cocopeat merupakan jenis media yang mampu mengikat air secara kuat dan dapat menyimpannya dalam waktu yang cukup lama. Pemberian air yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur. Selain itu, tanaman pun menjadi cepat busuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. 236 Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012

Kesesuaian Media Sapih terhadap. Hanif Nurul Hidayah & Arif Irawan Pengaruh media tanah top soil tanpa kombinasi merupakan efek terbaik kedua terhadap persentase hidup semai jabon pada unit percobaan ini (media tanah top soil). Tanah top soil merupakan media yang memiliki unsur hara tertinggi dibandingkan media lainnya, namun berdasarkan hasil percobaan penggunaan media tanah terbaik ditunjukkan oleh penggunaan tanah top soil secara kombinasi dengan arang sekam Hal ini karena porositas media dapat lebih terjaga sehingga menjadikan persentase hidup semai jabon merah lebih tinggi. IV. Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diketahui media yang paling sesuai mempengaruhi nilai persentase hidup semai jabon merah adalah penggunaan kombinasi media top soil dan arang sekam. Penggunaan media coco peat tidak dianjurkan berdasarkan percobaan ini, karena memberikan pengaruh persentase hidup yang kurang optimal. DAFTAR PUSTAKA Bakri.2008. Komponen kimia dan fisik abu sekam padi sebagai SCM untuk pembuatan komposit semen.jurnal Perennial 5(1) : 9-14 Halawane, J.E. Hidayah, H.N. dan Kinho, J. 2011. Prospek Pengembangan Jabon Merah (Anthocephalus macrophyllus (Roxb.) Havil). Balai Penelitian Kehutanan Manado Herdiana, N. Lukman, A, H.2008. Pengaruh dosis dan frekuensi pemupukan NPK terhadap pertumbuhan bibit Shorea ovalis Korth. (Blume) asal anakan alam di persemaian. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol V No 4.Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Juhardi, D. 1995. Studi Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Shorea selanica BL dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh IBA pada Media Campuran Tanah dan Pasir. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.(Tidak dipublikasikan). 237

Komarayati S, Pari G dan Gusmailina. 2003. Pengembangan Penggunaan Arang untuk Rehabilitasi Lahan dalam Buletin Penelitian dan Pengembangan Kehutanan 4:1. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Kosasih, A, S. dan Haryati. 2006. Pengaruh Medium Sapih terhadap Pertumbuhan Bibit Shorea Selenica BL. di Persemaian. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Tabloidgallery. 2008. Hijau Itu Indah. Jakarta. 238 Seminar dan Pameran Hasil-Hasil Penelitian Tahun 2012