IMPLEMENTASI MODEL STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MATAPELAJARAN IPS

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI MODEL STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MATAPELAJARAN IPS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

Jurnal Pena Sains Vol. 3, No. 2, Oktober 2016 p-issn: e-issn:

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika di FKIP Universitas Mataram.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

LINDA ROSETA RISTIYANI K

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

Department of Chemistry Education Faculty of Teacher and Education University of Riau

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI IMPLEMENTASI

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

Tjiptaning Suprihati, Mirisa Izzatun Haniyah. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Dita Tria Putri, Made Sukaryawan, Bety Lesmini Universitas Sriwijaya

Murniati 1,sainab 2. Kata Kunci : Hasil Belajar Kognitif, IPA Terpadu, Model Pembelajaran Aktif, dan Quiz Team

E_journal Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 6, No.3, Tahun 2016)

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Firdaus Daud dan Muhammad Mifta Fausan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Improving Student Activity Learning Class XI IPA SMA Katolik Rajawali Through Inquiry Approach Based on PBI of Buffer Solution Topic

ARTIKEL SKRIPSI OLEH NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

Darmawati, Imam Mahadi dan Ria Syafitri Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENGGUNAAN STRATEGI INKUIRI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A DI SMPN I GENENG NGAWI TAHUN AJARAN

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Rusdel Syam, Rini Dian Anggraini, Jalinus No. HP.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

Pendahuluan. Novia Tri Yuniawati et al., Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples...

Riwa Giyantra *) Armis, Putri Yuanita **) Kampus UR Jl. Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVA SDN 4 PEKANBARU

Abstrak. Kata Kunci : Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share (TPS), aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI PUCANGAN

Nora Efmawati Syahrilfuddin, Hendri Marhadi,

J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015: ISSN (Cetak) ISSN (Online)

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE PERTUKARAN KELOMPOK IMPROVING STUDENT S LEARNING OUTCOMES WITH EXCHANGE GROUPS METHODS

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO PADA PEMBELAJARAN PKn DI SD NEGERI 22 LUBUK MINTURUN

Implementasi Model Pembelajaran... (Iqbal Wahyu Perdana) 1

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI. Agustina Dwi Respati Wahyu Adi Muhtar

Improved Math Student Learning Outcomes VII Class D SMP I Payung Sekaki through Active Learning Strategies Matching Card Type index

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PKN DENGAN MODEL PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) BAGI SISWA SMK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN STRATEGI ROTATING TRIO EXCHANGE

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Fika Yunifa Efrianingrum, Triwahyudianto, Rofi ul Huda Universitas Kanjuruhan Malang

IMPLEMENTASI PEMBERIAN PENGUATAN DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

Kata Kunci: aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa, pendidikan matematika, teori Bruner dalam metode diskusi kelompok.

ABSTRAK. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Script, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, Mata Pelajaran Geografi ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-C SMP NEGERI 3 LINGSAR PADA MATERI SEGIEMPAT MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Keywords: cooperative learning, Two Stay Two Stray, learning outcomes.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN TATA HIDANG DENGAN MODEL STAD DI SMKN 1 BAGOR NGANJUK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEPADATAN POPULASI MANUSIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN TALKING CHIPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

Rosdiani SMA Negeri I Sigli Jl. Banda Aceh-Medan, Tijue Kabupaten Pidie Abstrak

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VII 7 SMPN 1 SOLOK SELATAN

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika. Oleh SRIANANINGSIH NIM.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI SDN 08 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENDEKATAN PETA KONSEP DI SDN 07 GURUN LAWEH NANGGALO PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TPIE STAD

Model Pembelajaran Koperatif Tipe Listening Team dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ekologi Hewan

Wirma Niasari *), Susda Heleni, Titi Solfitri **) Keyword : Cooperative Learning, Two Stay Two Stray, Learning Achievement

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENERAPAN METODE STAD DISERTAI MEDIA TORSO UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV DENGAN MENGGUNAKAN MODEL JIGSAW DI SDN 17 PINTI KAYU KETEK SOLOK SELATAN

Herdika Lestiyaningsih 6, Hobri 7, Arika Indah 8

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta ABSTRACT

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN 09 SUNGAI GERINGGING

Transkripsi:

IMPLEMENTASI MODEL STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MATAPELAJARAN IPS Yuli Ifana Sari 1 Abstrak Berdasarkan observasi diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri 17 Malang cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas VII-A untuk mata pelajaran IPS Geografi sebesar 51,5. Hasil belajar yang rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu pembelajaran didominasi oleh guru. STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat melatih siswa untuk bekerjasama dan memungkinkan siswa untuk lebih aktif misalnya siswa aktif bertanya, mengerjakan LKS, dan tugas yang lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan mengimplementasikan model STAD. Jenis penelitian yang digunakan adalah PTK, yang terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilaksanakan dengan observasi dan tes tulis. Penelitian dilaksanakan di kelas VII-A SMP Negeri 17 Malang dengan jumlah siswa 41 orang, pada materi pokok Atmosfer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari presentase peningkatan nilai rata-rata tes akhir setiap siklus yaitu dari siklus I ke siklus II masing-masing nilainya 61,15 dan 77, serta mengalami peningkatan nilai hasil belajar sebesar 15,85 dari siklus I ke siklus II. Tercapainya hasil belajar yang meningkat pada siklus II ditunjang oleh aktivitas belajar yang baik. Dimana presentase ketercapaian aktivitas belajar siswa pada siklus I rata-rata 46% dan meningkat menjadi 70,4% pada siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan mengimplementasikan model STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa sebesar 24,4%. Kata-kata Kunci: Model STAD, Hasil Belajar, dan Aktivitas Siswa Abstract Based on observations note that results for students of class VII-A SMP Negeri 17 Malang quite low. It can be seen from the average value of class VII-A to subjects IPS Geography 51.5. The results of this study were lower due to several factors one of which is learning is dominated by teachers. STAD is one model of cooperative learning that can train students to work together and allow students to be more active eg active students ask, do worksheets, and other tasks. This study aims to improve learning outcomes and student activity by clicking implement the model STAD. This type of research is the PTK, which consists of two cycles, each cycle consisting of planning, implementation, observation, and reflection. Retrieval of data conducted by observation and a written test. The experiment was conducted in classes VII-A SMP Negeri 17 Malang with the number of students 41 people, in the subject matter atmosphere. The results showed that the learning outcomes of students has increased. It can be seen from the percentage increase in the average value of the test end of each cycle is from the first cycle to the second cycle of each value is 61.15 and 77, as well as increasing the value of learning outcomes at 15.85 from the first cycle to the second cycle. The achievement of learning outcomes is increased in the second cycle is supported by a good learning activity. Where the percentage of achievement of student learning activities in the first cycle an average of 46% and increased to 70.4% in the second cycle. So it can be concluded that by implementing the model STAD can improve students' learning activities amounted to 24.4%. Keywords: Model STAD, Learning Outcomes and Student Activities 1 Prodi Pendidikan Geografi - Universitas Kanjuruhan Malang, ifana@unikama.ac.id Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 45

Vol.1 No.1 April 2016 1. PENDAHULUAN Hasil belajar yang kurang maksimal (ratarata nilai di bawah 65) merupakan suatu permasalahan yang sering terjadi di kelas. Salah satu contohnya ketika mela-kukan observasi di SMPN 17 Malang, yang letaknya di daerah pinggiran Kota Malang, di Jalan Slilir 170 Kelurahan Bakalan Krajan Malang Propinsi Jawa Timur. Dari hasil observasi, kurikulum yang digunakan oleh SMPN 17 Malang adalah kurikulum 2006 atau yang disebut dengan kurikulum KTSP. Akan tetapi, pada prakteknya guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan informasi, karena materi dianggap lebih cepat tersampaikan. Metode pembelajaran tersebut menyebab-kan siswa cenderung bosan dalam mengikuti pembelajaran. Dapat dilihat ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa sering tidak memperhatikan penjelasan guru, mereka mengobrol dengan teman sebangku sendiri. Ditambah dengan faktor minat belajar siswa sendiri yang cenderung kurang, terutama ketika siswa dianjurkan untuk membeli buku pelajaran. Kondisi tersebut sangat bertolak belakang dengan kurikulum KTSP, dimana siswa diharapkan lebih aktif dan guru hanya sebagai media penunjang. Peneliti mengambil sampel pada kelas VII-A SMPN 17 Malang karena berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan bahwa nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPS Geografi kelas VII-A masih rendah di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) di SMPN 17 Malang yaitu 51,5 dari 41 siswa. Padahal Standar Ketuntasan Minimal (SKM) IPS di SMPN 17 Malang adalah 65. Siswa yang memiliki nilai di atas 65 berjumlah 8 siswa sedangkan yang memiliki nilai di bawah 65 berjumlah 33 siswa. Dengan demikian, hanya 19,5% siswa dalam satu kelas yang mampu mencapai ketuntasan belajar. Keberhasilan pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah. Komponen utama dalam pembelajaran adalah guru dan siswa. Agar proses pembelajaran berhasil, guru harus membimbing siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang tepat, karena model pembelajaran meru-pakan sarana interaksi antara guru dan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaan model yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami, dan monoton, sehingga siswa tidak termotivasi untuk belajar. Kejenuhan siswa, khususnya dalam belajar IPS Geografi yang terkesan menghafal, cenderung membosankan, dan sulit dipahami karena malas menghafal, menyebabkan siswa lebih banyak pasif dan menjadi apatis sehingga hasil belajarnya tidak maksimal. Pembelajaran di kelas VII-A SMPN 17 Malang sering kali dijumpai adanya kecenderungan siswa yang tidak mau bertanya pada guru meskipun sebenarnya belum mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Strategi yang sering digunakan oleh guru untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh siswa. Akan tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton, sementara arena diskusi hanya dikuasai segelintir siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Guru perlu menciptakan suasana belajar dimana siswa bekerjasama secara gotong royong. Pengembangan pembelajaran yang dperlukan saat ini adalah pembelajaran yang inovatif dan kreatif yang memberikan iklim kondusif dalam pengembangan daya nalar dan kreatifitas siswa. Usaha guru untuk mencapai tujuan pembelajaran antara lain memilih model yang tepat, sesuai materi dan karakteristik siswanya, serta menunjang terciptanya kegiatan belajar mengajar yang kondusif. Salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu belajar mengajar dengan jalan mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil. Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Menurut Uno (2006:4) bahwa perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengan perbaikan desain pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah selama ini, sebenarnya sudah menerapkan belajar kelompok. Namun, kegiatan kelompok tersebut cenderung hanya menyelesaikan tugas. Siswa yang berkemampuan rendah kurang berperan dalam mengerjakan tugas. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif tujuan kelompok tidak hanya menyelesaikan tugas yang diberikan, tetapi juga memastikan bahwa setiap kelompok menguasai tugas yang diterimanya. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 46

Model pembelajaran STAD adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah cara yang bagus untuk digunakan dalam pembelajaran. Model STAD merupakan salah satu strategi belajar yang menghendaki siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa yang kemampuan akademisnya tinggi, sedang, dan rendah. Diha-rapkan siswa yang mempunyai akademis tinggi dapat membantu siswa yang akademisnya sedang dan rendah. Hasil penelitian Putra (2008:54) menunjukkan bahwa model koope-ratif model STAD dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar Geografi siswa daripada menggunakan model konvensional. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif STAD memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model konvensional. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Menurut Kunandar (2008:4) bahwa penelitian tindakan kelas atau PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila di implemen-tasikan dengan baik dan benar. Salah satu tujuan dari PTK ini adalah adanya perbaikan dan peningkatan pembelajaran, baik berupa proses maupun hasil. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar di kalangan para guru, PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja karena pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti dan agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif, yang artinya dalam pelaksanaan penelitian melibatkan praktisi lapangan yaitu observer. Penelitian ini, PTK dilaksanakan terdiri dari dua siklus apabila pada siklus II tujuan dari penelitian sudah berhasil, yang masing-masing terdiri dari empat tahap, yaitu: 1) merencanakan; 2) melakukan tindakan; 3) mengamati (observasi); dan 4) merefleksi. Susunan tahapan yang digunakan dalam penelitian ini seperti pada alur pada Gambar 3.1. Pada penelitian ini dilaksanakan 2 siklus dimana satu siklus terdiri dari dua kali pertemuan (4x40 ). Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Vol.1 No.1 April 2016 Ada dua jenis data yang diambil dari penelitian ini yaitu data proses belajar siswa (saat kerja kelompok yang dinilai pada lembar aktivitas yang terdiri dari 5 unsur kooperatif) dan hasil belajar siswa (lembar evaluasi/tes). Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan yaitu jenis statistik deskriptif. Analisis data deskriptif kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Selain itu juga analisis data ini bersifat induktif. Persentase hasil belajar yang diperoleh siswa tersebut kemudian dibandingkan dengan SKM (Standart Ketuntasan Minimum) yang telah ditentukan. Berdasarkan SKM yang ditetapkan oleh SMPN 17 Malang untuk mata pelajaran IPS Geografi adalah 65, artinya setiap siswa yang mendapat nilai kurang dari 65 maka siswa tersebut dinyatakan tidak lulus atau belum tuntas sehingga perlu mendapat perbaikan. Analisis data aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dapat dihitung dengan meng-gunakan lembar observasi. Data aktivitas yang diperoleh dicari persentase dan dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui peningkatan ak-tivitas siswa, maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan selisih rata-rata nilai aktivitas siklus I dan siklus II. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa, maka data pada siklus I akan dibandingkan dengan siklus II dengan menggunakan tabel. Data yang diperoleh tersebut dianalisis secara deskriptif untuk memastikan bahwa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif model STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa. Data hasil pengamatan dan hasil tes siswa setelah dianalisis dapat digunakan untuk menyusun refleksi. Apabila dalam siklus I belum mencapai tujuan yang diinginkan maka dilanjutkan pada siklus yang ke-ii sampai tujuan yang diinginkan tercapai. 3. HASIL Hasil Belajar Data hasil belajar IPS Geografi sebelum tindakan diperoleh dari rata-rata nilai tes ulangan harian I. Hasil belajar siswa sebelum tindakan dari 41 siswa tidak ada yang mempunyai nilai Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 47

Vol.1 No.1 April 2016 lebih dari 70, karena nilai tertinggi adalah 70. Dengan rincian sebagai berikut yaitu 8 orang siswa (19,51%) mempunyai hasil belajar cukup, 13 orang siswa (31,71%) mempunyai hasil belajar kurang dan 20 orang siswa (48,78%) yang mempunyai hasil belajar sangat kurang. Rata-rata nilai siswa sebelum tindakan yaitu 51,5. Hasil belajar siswa diketahui selama pelaksanaan tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran IPS Geografi maka dilaksanakan tes di akhir pertemuan siklus I. Hasil belajar siswa selama pelaksanaan tindakan siklus I, dari 41 orang siswa 5 orang siswa (12,20%) yang mempunyai hasil belajar sangat baik, 9 orang siswa (21,95%) mempunyai nilai belajar baik, 10 orang siswa (24,39%) mempunyai hasil belajar cukup, 9 orang siswa (21,95%) mempunyai hasil belajar kurang, dan 8 orang siswa (19,51%) mempunyai hasil belajar sangat kurang. Ratarata nilai siswa setelah siklus I yaitu 61,15 karena ada 3 siswa yang tidak mengikuti tes jadi nilainya 0 sehingga nilai rata-rata kelas turun. Selisih antara nilai setelah siklus I dengan nilai sebelum tindakan yaitu 9,65. Tes akhir setelah tindakan siklus II dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan pembelajaran kooperatif model STAD dalam pembelajaran IPS Geografi. Hasil belajar siswa setelah tindakan siklus II yakni, 18 orang siswa (43,90%) yang mempunyai hasil belajar sangat baik, 8 orang siswa (19,51%) mempunyai hasil belajar baik, 8 orang siswa (19,51%) mempunyai hasil belajar cukup, 4 orang siswa (9,76%) mempunyai hasil belajar kurang dan 3 orang siswa (7,32%) mempunyai hasil belajar sangat kurang. Berdasarkan data hasil belajar siswa dapat diketahuii rata-rata skor tes setelah pelaksanaan tindakan II mencapai 77 dengan selisih hasil belajar pada siklus II dan siklus I yaitu 15,85. Aktivitas Belajar Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus I, dapat diketahui dalam kelompok dari masing-masing unsur kooperatif yang diamati adalah persentase saling ketergan-tungan positif 38%, interaksi tatap muka 78%, tanggungjawab individu 32%, keterampilan komunikasi antar individu dan kelompok 50%, dan evaluasi proses kelompok 32%. Dari kelima unsur yang diamati interaksi tatap muka menujukkan kriteria aktivitas yang baik karena rata-rata persentasenya lebih tinggi dibandingkan dengan unsur kooperatif yang lain. Data hasil observasi terhadap kegiatan pembelajaran kooperatif model STAD pada siklus II dapat diketahui aktivitas belajar siswa dalam kelompok dari masing-masing unsur kooperatif yang diamati adalah persentase saling ketergantungan positif 60%, interaksi tatap muka 83%, tanggungjawab individu 63%, keterampilan komunikasi antar individu dan kelompok 73%, dan evaluasi proses kelompok 73%. Dari kelima unsur yang diamati interaksi tatap muka menujukkan kriteria aktivitas yang baik karena rata-rata persentase lebih tinggi dibandingkan dengan unsur kooperatif yang lain. Sedangkan untuk unsur kooperatif yang lain juga menunjukkan aktivitas belajar yang baik karena rata-rata persentasenya meningkat dibandingkan siklus sebelumnya. Temuan Penelitian Temuan penelitian pada siklus I, adalah 1) Siswa masih bingung terhadap pembagian kelompok dan tempat duduk masing-masing kelompok, 2) Ada beberapa siswa yang masih jalan-jalan pada saat kerja kelompok dengan berbagai alasan seperti meminjam peralatan tulis dan buku, 3) Ada beberapa kelompok yang masih belum terjalin kerjasama yang optimal, 4) Siswa kurang cermat dan kurang memahami pertanyaan yang terdapat pada LKS. Sebagian siswa masih meminta guru untuk menjelaskan kembali keterangan yang disampaikan temannya. Peneliti mengamati aktivitas siswa melalui lembar observasi yang terdiri dari beberapa unsur kooperatif. Akan tetapi, unsur-unsur yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif masih belum bisa diterapkan. Temuan penelitian pada siklus II, adalah 1) Pada saat kerja kelompok, siswa sudah mampu bekerjasama dengan baik dengan anggota kelompok lainnya, 2) Siswa memahami tugas dalam kerja kelompok STAD, 3) Interaksi yang baik antara kelompok presentasi dan peserta presentasi, 4) Beberapa siswa sudah aktif, baik dalam kerja kelompok maupun mengerjakan tes akhir siklus. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 48

4. PEMBAHASAN Siklus I a. Siswa Masih Bingung Terhadap Pembagian Kelompok dan Tempat Duduk Masing-masing Kelompok Model pembelajaran STAD dimulai dengan guru menyajikan pelajaran secara garis besarnya dari materi, kemudian dilakukan pembentukan kelompok untuk melaksanakan tahap kedua yaitu belajar kelompok. Tahap kedua ini masih banyak siswa terlihat bingung terhadap pembagian kelompok dan tempat duduk masing-masing kelompok, sehingga pada saat awal pembelajaran kelas menjadi ramai. Dengan demikian, dalam belajar kelompok ini siswa masih belum mengerti cara bekerja pembelajaran kooperatif model STAD, misalnya cara duduk dalam kelompok, siswa masih duduk bersebelahan atau belum saling berhadapan sehingga tatap muka untuk diskusi kurang dan siswa masih individual dalam menyelesaikan LKS. Sebagian siswa masih mengerjakan LKS sendiri-sendiri dalam satu kelompok, sehingga diskusi dalam kelompok hampir tidak ada. Guru mengkondisikan kelas agar pembelajaran berjalan dengan lancar sesuai dengan tujuan dan menjelaskan cara bekerja kelompok dengan baik dengan mendatangi masing-masing kelompok secara bergantian untuk menjelaskan lembar kerja kelompok siswa dan tugas siswa dalam kelompok STAD. b. Ada Beberapa Siswa yang Masih Jalan-jalan Pada Saat Kerja Kelompok Aktivitas siswa siklus I pada saat kerja kelompok masih belum optimal, hal ini dapat dilihat pada saat kerja kelompok berlangsung. Ada beberapa siswa yang masih jalan-jalan dengan berbagai alasan seperti meminjam peralatan tulis dan buku. Fasilitas pembelajaran dan persiapan siswa yang kurang sebelum pembelajaran dapat menganggu aktivitas belajar mengajar. Oleh karena itu, guru memberikan nasihat kepada semua siswa agar menyiapkan peralatan belajar sebelum berangkat kesekolah dan menghimbau agar pada pertemuan berikutnya tidak ada siswa yang jalan-jalan pada saat kerja kelompok maupun aktivitas belajar mengajar yang lain. c. Ada Beberapa Kelompok yang Masih Belum Terjalin Kerjasama yang Optimal Siswa masih belum terbiasa belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif, sehingga Vol.1 No.1 April 2016 diskusi kelompok tidak terlaksana secara optimal karena banyak siswa yang masih mengerjakan sendiri soal LKS. Selain itu masih banyak yang menyerahkan semua soal kepada siswa yang dianggap lebih pintar, sehingga tidak terjadi diskusi dalam kerja kelompok. Guru harus memberikan semangat dan membangun diri siswa untuk lebih aktif pada saat kerja kelompok karena untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa maka guru harus memberikan motivasi yang besar dan bersifat membangun pada siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bertujuan agar siswa yang berkemampuan rendah tidak merasa rendah diri dan menekankan pada kerjasama dan tanggungjawab kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar dengan melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dalam kelompok yang heterogen. Dengan demikian, guru dapat lebih memotivasi siswa untuk mengungkapkan pendapatnya dengan cara berdiskusi dan bekerjasama dengan kelompoknya dengan mengerjakan soal-soal latihan serta terjalinnya komunikasi yang baik antara siswa dan siswa maupun guru dan siswa. d. Siswa Kurang Cermat dan Kurang Memahami Maksud Pertanyaan yang Terdapat Pada LKS Guru memantau kerja kelompok dengan dibantu oleh satu orang observer dan guru mata pelajaran IPS Geografi kelas VII-A dengan tujuan untuk merekam dan mencatat kelebihan dan kekurangan pada saat proses pembelajaran serta memperkecil kemungkinan siswa ramai pada saat kerja kelompok. Dalam hal ini guru berkeliling dan bertanya kepada setiap kelom-pok, apakah ada kesulitan dalam mengerjakan soal. Ternyata, masih banyak kelompok yang masih bertanya tentang soal yang dikerjakan karena mereka tidak membaca ringkasan materi yang diberikan guru dengan seksama padahal jawabannya sudah ada dalam ringkasan materi yang telah diberikan oleh guru. Siklus II a. Pada Saat Kerja Kelompok Siswa Sudah Mampu Bekerjasama dengan Baik dengan Anggota Kelompok Lainnya Berdasarkan refleksi pada siklus I, untuk lebih meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa pada siklus II guru tetap menggunakan pembelajaran kooperatif model STAD. Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru memberi- Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 49

Vol.1 No.1 April 2016 tahukan kepada siswa perolehan skor yang diperoleh dari siklus I, baik skor kelompok maupun hasil belajar yang ditinjau dari aspek kognitif. Setelah proses pembelajaran selesai, akan dilakukan tes untuk mengetahui pengusaan materi yang telah dipelajari siswa. Oleh karena itu, pada saat kerja kelompok pada siklus II rata-rata siswa sudah mampu bekerjasama dengan baik dengan anggota kelompoknya. Hal ini tidak lepas dari peran guru, yaitu pada saat guru menjelaskan bahwa keberhasilan kelompok tergantung dari sikap dan kreativitas anggota kelompok. Pertanggung jawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban individu menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan dari teman sekelompoknya, sehingga hasil belajar pada siklus II meningkat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teknik-teknik pembelajaran kooperatif model STAD lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dibandingkan pengalaman-pengalaman individu atau kom-petisi (Ibrahim, 200:16). Hasil penelitian Sunaryanto (dalam Sukarsih, 2007) menunjukkan keuntungan pembelajaran kooperatif, yaitu bahwa strategi ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama dan belajar dari siswa lain. Hal ini dikarenakan selama proses pembelajarn situasi persaingan diantara siswa berkurang dan situasi kerja sama bertambah. b. Siswa Memahami Tugas dalam Kerja Kelompok STAD Pada saat guru menjelaskan tugas siswa dalam kerja kelompok STAD siklus II, ada siswa yang langsung memahami penjelasan guru. Kemudian ada siswa yang bingung dengan penjelasan guru tentang tugas yang dilakukan dalam kelompok STAD karena siswa tersebut tidak mengikuti kerja kelompok pada siklus I. Siswa yang memahami penjelasan guru mem-berikan penjelasan kepada teman yang belum mengerti tugas dalam kelompok STAD dengan bahasa yang mereka mengerti. Akhirnya siswa yang belum mengerti tugas dalam kelompok STAD menjadi mengerti tentang apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok model STAD. Siswa yang langsung memahami penjelasan guru merupakan siswa yang aktif dalam kerja kelompok dan proses pembelajaran pada siklus sebelumnya. c. Interaksi yang Baik antara Kelompok Presentasi dan Peserta Presentasi Guru memberikan semangat dan membimbing siswa pada saat melakukan presentasi sehingga presentasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan yaitu interaksi yang baik antara kelompok presentasi dan peserta presentasi. Pada saat presentasi, siswa sudah aktif dalam bertanya, menjawab pertanyaan dan memberi saran. Siswa sudah berani dan percaya diri dalam menyampaikan pendapat. Kegiatan presentasi dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa karena siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat-nya di depan guru dan teman-temanya. Oleh karena itu, hasil belajar pada siklus II lebih baik atau meningkat dari siklus I. d. Beberapa Siswa Sudah Aktif Baik dalam Kerja Kelompok Maupun Mengerjakan Tes Akhir Siklus Dari hasil catatan lapangan selama pelaksanaan tindakan pada siklus II ini masih terdapat kelemahan yaitu sebagian siswa masih ramai pada saat mengerjakan LKS, ada beberapa siswa yang belum berani bertanya baik pada temannya maupun kepada guru tentang materi yang belum jelas dan masih ada beberapa siswa yang ramai pada saat tes. Akan tetapi pada siklus II ini, jumlah siswa untuk bertanya atau menjawab pertanyaan dari guru lebih banyak daripada pada siklus I dan mulai terdapat kompetensi yang menyolok pada setiap kelompok pada saat kerja kelompok maupun mengerjakan tes akhir siklus untuk mendapatkan skor kelompok yang tinggi. Hal ini disebabkan karena guru berusaha memperbaiki proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi siklus I sehingga pada siklus II siswa lebih aktif dalam mengikuti pelajaran daripada siklus I. Kesamaan hasil penelitian model STAD ratarata dapat meningkatkan hasil belajar, akan tetapi perbedaan penelitian sebelumnya dangan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini yang di tekenkan bukan hanya ketuntasan belajar saja melainkan peningkatan aktivitas dan motivasi siswa dalam belajar serta mengurangi jumlah siswa yang tidak masuk sekolah. Selain itu penelitian ini lebih mengarah pada kerja kelompok dari pada diskusi, karena menye-suaikan dengan kondisi dan karakteristik siswa VII-A SMPN 17 Malang. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 50

5. PENUTUP Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Implementasi model STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS Geografi materi Atmosfer di SMPN I7 Malang. Pada siklus I nilai rata-ratanya adalah 61,15, sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa adalah 77. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mengimplementasikan model STAD dapat meningkatkan hasil belajar sebesar 15,85%. 2. Implementasi model STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa IPS Geografi materi Atmosfer di SMPN I7 Malang. Pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 46% dengan taraf keberhasilan kurang, sedangkan pada siklus II persentase rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 70,4% dengan taraf keberhasilan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan mengimplementasikan model STAD dapat mening-katkan aktivitas belajar siswa sebesar 24,4%. Vol.1 No.1 April 2016 [2] Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [3] Putra, Dimas Bayu Perdana. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD untuk Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPA-2 Semester 2 SMA Negeri 1 Sampang Pada Pokok Bahasan Persebaran Sumber Daya Alam dan Pemanfaatannya. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. [4] Sukarsih, Ari Setya. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TGT (Teams Game Tournament) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kabuh. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. [5] Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. 6. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan saran sebagai berikut: 1. Bagi guru, implementasi model STAD dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. 2. Bagi peneliti lain, penelitian tentang pene-rapan model STAD dalam pembelajaran IPS dengan materi pelajaran yang lain. Sebelum mengimplementasikan model STAD perlu memperhatikan karakteristik siswa, materi, dan kompetensi yang harus dicapai dalam suatu mata pelajaran khususnya IPS Geografi. 3. Bagi siswa, model STAD dapat digunakan untuk menciptakan karakter siswa, contohnya keaktifan dan kemandirian, sikap tanggungjawab dalam belajar, dapat bekerja sama dalam kelompok dan dalam mengemukakan pendapat, serta keberanian mengambil keputusan. 7. DAFTAR PUSTAKA [1] Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS 51