SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

SISTEM PEMILU LEGISLATIVE DAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

KEYNOTE SPEECH PADA FORUM DISKUSI EVALUASI PILKADA SERENTAK 2015 Jakarta, 4 Mei 2016

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak


BAB III PEMBANGUNAN BIDANG POLITIK

DWI SEPTIAWATI DJAFAR KETUA UMUM DPP KPPI

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DI BIDANG POLITIK MENYONGSONG PEMILU 2009

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENINGKATKAN KINERJA ANGGOTA DPR-RI. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan seluruh rakyatnya, baik itu laki-laki maupun perempuan. Seluruh rakyat berperan

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

Lembaga Akademik dan Advokasi Kebijakan dalam Perlindungan Perempuan dari Kekerasan Berbasis Gender Margaretha Hanita

RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

Peran Pemerintah Dalam Strategi Peningkatan Keterwakilan Perempuan

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Budiardjo dalam Dewi (2014: 1) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

VARIASI GAYA BAHASA SLOGAN DALAM ATRIBUT CALEG PEMILU 2009 DI SURAKARTA SKRIPSI

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah!

TUGAS MATA KULIAH POLITIK GENDER DAN DEMOKRASI DINAMIKA KESETARAAN GENDER DALAM KEHIDUPAN POLITIK DI INDONESIA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

Peran DPR RI dalam Agenda. Hj. Siti Masrifah Anggota Komisi IX DPR RI Panitia Kerja SDGs BKSAP DPR RI

Kesimpulan K E S I M P U L A N. DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan 1 oleh Dian Kartikasari 2

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

I. PENDAHULUAN. sebuah tujuan bersama dan cita-cita bersama yang telah disepakati oleh

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV PENUTUP. otonomi desa selama masih hidup dan sesuai dengan perkembangan

Penguatan Partisipasi dan Perbaikan Keterwakilan Politik Melalui Pembentukan Blok Politik Demokratik

MEWUJUDKAN DPR RI SEBAGAI LEMBAGA PERWAKILAN YANG KREDIBEL 1 Oleh: Muchamad Ali Safa at 2

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

BAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan

KPPI dan Upaya Peningkatan SDM Perempuan Partai Politik" Disampaikan oleh :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

Mendorong Peningkatan Keterwakilan Perempuan di Parlemen: Kertas Posisi Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Umum

Keterwakilan Perempuan, Ketidakadilan dan Kebijakan Keadilan ke depan

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

Yth. Sdr. Pimpinan Pansus dan Rekan-rekan Anggota Pansus ; Yth. Sdr. Menteri Dalam Negeri beserta Staf ; Para hadirin sekalian yang kami hormati,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 11 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN DAN PERAN PEREMPUAN SERTA KESEJAHTERAAN DAN PERLINDUNGAN ANAK A. KONDISI UMUM

ADVOKASI KESEHATAN Waktu : 45 Menit Jumlah soal : 30 buah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

Keterwakilan Perempuan Di Lembaga Legislatif

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

RINGKASAN HASIL SEMINAR MAMPU. 11 Mei 2016

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan (check and balances) antara Pemerintah dan DPR RI. Ketiga fungsi

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

BAB III ANALISIS PERAN POLITIK ANGGOTA LEGISLATIF PEREMPUAN DALAM MERESPON KEPENTINGAN PEREMPUAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB I PENDAHULUAN. warga tertentu. Strategi komunikasi politik juga merupakan

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERDASARKAN FUNGSI DPRD DI KOTA SEMARANG PERIODE Oleh: Hikmia Rahadini Pradipta

Asesmen Gender Indonesia

Transkripsi:

SINERGI ANGGOTA PARLEMEN, MEDIA DAN OMS UNTUK MENDORONG KEBIJAKAN YANG BERFIHAK PADA PEREMPUAN MISKIN LENA MARYANA MUKTI Anggota DPR/MPR RI 2004-2009 Jakarta, 21 Mei 2015 1

PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMBUAT KEBIJAKAN Representasi dan peran perempuan di lembaga pembuat kebijakan masih sangat rendah. Ditunjukkan oleh rendahnya jumlah perempuan di birokrasi, parlemen, dan partai politik. 2

PERAN POLITIK PEREMPUAN Perkembangan demokrasi menuntut peran yang sama antara lelaki dan perempuan. Minus peran perempuan>deficit democracy. Jumlah perempuan yang sama dengan lelaki mensyaratkan penambahan jumlah perempuan di berbagai lembaga politik dan pemerintahan. Pertambahan jumlah perempuan di lembaga pengambilan kebijakan meningkatkan kepedulian terhadap hak-hak perempuan. 9

PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMBUAT KEBIJAKAN Produk legislasi periode 2009-2014: 135 UU, hanya 11 yang secara tegas mengakomodir kepentingan perempuan. Keanggotaan perempuan di pansus RUU strategis minim. Gagal memperkuat kebijakan afirmasi seperti di UU Parpol, Pemilu dan MD3. Salah satu faktor: minus sinergi OMS dan Media. 2

PEREMPUAN DI LEMBAGA PEMBUAT KEBIJAKAN Program Legislasi Nasional: 159 RUU. 37 RUU Prioritas 2015. Membagi Keanggotaan perempuan di pansus/ panja RUU. Harus bersinergi dengan OMS dan Media (lesson learned). Advokasi OMS dan dukungan media sangat penting. 2

Gender Electoral Quota Afirmasi berupa gender electoral quota merupakan jawaban peningkatan partisipasi dan peran perempuan di lembaga pembuat kebijakan. Sinergi anggota legislatif dan OMS terbukti efektif dengan berhasilnya dimasukkan ketentuan GEQ di Paket UU Politik. 2

PELUANG Reformasi 1998 menjadi milestone gerakan afirmasi. Seiring dengan terbukanya peluang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam politik, semua golongan masyarakat termasuk perempuan juga menikmati peluang yang sama. Landasan yuridis/konstitusional, aturan perundangundangan dan covenant Internasional menjamin peluang perempuan untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan kebijakan publik. 9

TANTANGAN Meskipun peluang bagi perempuan terbuka lebar, tantangan berat masih dihadapi oleh perempuan untuk terjun ke arena publik (politik). Secara garis besar, faktor penyebab dapat dilihat dari pihak perempuan sendiri (faktor internal) dan faktor lingkungan (faktor eksternal). Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri perempuan, sedangkan faktor eksternal adalah adalah faktor-faktor yang berasal dari luar perempuan, yakni dari masyarakat (lingkungan). 9

FAKTOR INTERNAL Rendahnya minat dan perhatian perempuan terhadap masalah politik, sehingga rendah pula keinginan untuk masuk partai politik, lembaga pemerintahan, dan organisasi massa. Rendahnya minat dan perhatian juga disebabkan karena politik dan pemerintahan dianggap bukan wilayah perempuan sehingga tidak perlu dimasuki oleh perempuan. 10

FAKTOR INTERNAL Ada anggapan bahwa politik itu kotor, kasar, dan penuh persaingan sehingga tidak cocok dengan karakter perempuan. Perempuan lebih berminat pada masalah domestik sehingga perhatian mereka lebih banyak ditujukan pada penguasaan masalahmasalah rumah tangga seperti keuangan dan pengelolaan rumah tangga, masak-memasak, dan merawat bayi dan anak. 11

SOLUSI Perlu dikembangkan kesadaran di kalangan perempuan bahwa masalah politik dan pemerintahan adalah juga wilayah yang layak bagi perempuan sehingga minat di bidang tersebut bisa meningkat. Perlu dikembangkan ketrampilan perempuan di bidang politik dan pemerintahan dengan pendidikan politik. Keterlibatan dalam parpol dan ormas perlu digalakkan dan dibukakan kesempatan yang lebih luas bagi perempuan 12

FAKTOR EKSTERNAL Yang lebih kompleks adalah faktor eksternal karena luasnya sumber permasalahan dan menyangkut lebih banyak pihak. Yang terpenting dari faktor eksternal adalah faktor budaya, yakni penyebab yang terkait dengan budaya berupa nilai-nilai yang berkembang di dalam masyarakat yang dianggap sebagai kebenaran. Salah satu contoh faktor budaya adalah nilai atau pandangan yang menganggap bahwa tempat perempuan adalah di rumah, bukan di luar rumah. 13

FAKTOR EKSTERNAL Faktor budaya ini merupakan kendala yang besar bagi peran politik perempuan karena terkait dengan nilai yang berkembang di dalam masyarakat meskipun sudah banyak kemajuan sosial yang dicapai. Kendala budaya bagi peran politik perempuan sulit dihilangkan karena nilai (values) memerlukan waktu lama untuk berubah. Meskipun secara publik banyak tokoh-tokoh yang membela hak-hak politik perempuan namun dalam kenyataannya masih besar kendala bagi perempuan. 14

FAKTOR EKSTERNAL Penyebabnya adalah kurangnya kepercayaan (dari pihak lelaki) terhadap perempuan untuk dapat berperan di bidang politik/pemerintahan. Berkembangnya demokrasi di Indonesia menyebabkan tidak adanya kendala secara hukum bagi peranan politik perempuan. Demokratisasi telah menghasilkan kesempatan yang sama secara hukum bagi lelaki dan perempuan. Namun kenyataannya berbeda: nilai budaya yang melekat dalam diri para tokoh menghambat peningkatan peran politik perempuan. 15

FAKTOR EKSTERNAL Media sexism masih kuat dalam pemberitaan. Mitologi kecantikan (beauty myth) lebih dikedepankan dalam pemberitaan perempuan tokoh. Elit partai politik sebagian besar (bahkan perempuan elit parpol termasuk yang di parlemen) tidak memahami konsep dan kebijakan TKS. Tafsir agama yang salah diterjemahkan dalam melihat issue perempuan. 14

SOLUSI Kendala budaya perlu diatasi secara bertahap dan terus menerus dengan memberikan peluang bagi perempuan di bidang politik secara bertahap pula. Nilai-nilai budaya akan berubah bila praktek-praktek sosial berubah terlebih dahulu. Sosialisasi mengenai perlunya peran politik perempuan harus selalu dilakukan secara intensif untuk membantu mengubah nilai-nilai budaya yang menghambat pertumbuhan peran politik perempuan. 16

STRATEGI Kegiatan-kegiatan ormas perempuan perlu lebih difokuskan pada pendidikan politik bagi perempuan di kota-kota kecil dan desa-desa di Indonesia. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi tentang peran politik perempuan melalui media massa dan media luar ruang secara berkesinambungan dan terencana. Pelatihan di bidang politik bagi perempuan untuk menimbulkan minat perempuan terhadap politik dan pemerintahan perlu pula diselenggarakan oleh Pemerintah di berbagai propinsi, terutama yang masih rendah peran politik perempuannya. 17

STRATEGI Pimpinan parpol perlu memberikan kesempatan yang lebih besar bagi perempuan untuk menjadi pengurus parpol mulai dari tingkat desa sampai ke tingkat nasional. Kuota 30% bagi perempuan untuk caleg dan pengurus parpol perlu ditingkatkan dan pemantauan terhadap pelaksanaan kuota harus dilakukan secara intensif oleh Kementerian Dalam Negeri. Kuota tersebut masih diperlukan selama jumlah kader politik perempuan masih relatif kecil dan hambatan kultural masih cukup besar seperti sekarang ini. 18