BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI DKI JAKARTA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA

SAMBUTAN BPK PADA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ANGGOTA V BPK RI

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Kepala Auditorat V.A

Dr. Moermahadi Soerja Djanegara, S.E., Ak., M.M., C.P.A Anggota V BPK. Blitar, 30 September

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB KEUANGAN NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH BPK RI.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN BPK-RI DI YOGYAKARTA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

anggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

Kepada yang terhormat, Wakil Ketua DPRD dan Bupati Biak Numfor dan Undangan yang kami hormati

SAMBUTAN KEPALA PERWAKILAN BPK RI PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PENYERAHAN PEMANTAUAN TLHP DAN LHP SEMESTER II TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA BPK RI PADA ACARA ULANG TAHUN KE JANUARI 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB. I PENDAHULUAN. Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa: Pengelolaan Barang Milik Daerah

Kepada yang terhormat, Ketua DPRD dan Sekretaris Daaerah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Undangan yang kami hormati

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BUPATI SEMARANG TANGGAL 25 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

SAMBUTAN PADA ACARA SERAH TERIMA JABATAN KEPALA PERWAKILAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN PERWAKILAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA TANGGAL 13 DESEMBER

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEDUDUKAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DALAM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA

RENCANA STRATEGIS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB II LANDASAN TEORI

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN PENGELOLAAN KEUANGAN OLEH : SURACHMIN, SH., MH

Tugas dan Wewenang BPK dalam Peraturan Perundang-Undangan dan Implementasinya

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN WAKIL KETUA BPK-RI, DALAM RANGKA PERESMIAN PERWAKILAN BPK-RI DI JAMBI 27 AGUSTUS 2007

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAN ASET HASIL PEMBANGUNAN UNTUK PENCAPAIAN OPINI YANG LEBIH BAIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 MEMBAIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

LAPORAN MENTERI KEUANGAN PADA ACARA PENYERAHAN DIPA TAHUN ANGGARAN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

Transkripsi:

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI PIDATO KEPALA PERWAKILAN BPK RI PROVINSI JAMBI PADA ACARA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KOTA JAMBI TAHUN ANGGARAN 2009 PADA TANGGAL 27 MEI 2010 Yth. Ketua DPRD Kota Jambi; Yth. Walikota Jambi; Yth. Sekretaris Daerah Kota Jambi; Yth. Inspektur Kota Jambi; Serta hadirin yang kami muliakan. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua, 1

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat-nya, pada siang hari ini kita dapat berkumpul untuk memenuhi ketentuan UUD 1945 Pasal 23 E ayat (2), dan UU No. 15 Tahun 2004 Pasal 17 ayat (2), yaitu BPK RI dapat melaksanakan kewajiban konstitusionalnya untuk menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi TA 2009 kepada Pemerintah Kota Jambi. Pimpinan DPRD dan hadirin yang kami hormati, Dalam upaya menegaskan posisi dan perannya sebagai satu-satunya lembaga yang bertanggung jawab melakukan tugas Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Tanggung Jawab Tentang Keuangan Negara sebagaimana diatur dalam UUD 1945 Pasal 23E, BPK RI telah menetapkan visi dan misinya. Visi BPK RI adalah Menjadi Lembaga Pemeriksa Keuangan Negara yang Bebas, Mandiri dan Profesional Serta Berperan Aktif Dalam Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Negara yang Akuntabel dan Transparan. Adapun Misi BPK RI adalah Memeriksa Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Dalam Rangka Mendorong Terwujudnya Akuntabilitas dan Transparansi Keuangan Negara, Serta Berperan Aktif Dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Baik, Bersih, dan Transparan. Untuk mewujudkan visi dan misi tersebut, BPK RI telah menetapkan empat tujuan strategis BPK RI sebagai berikut: 1. Mewujudkan BPK RI sebagai lembaga pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional; 2. Mewujudkan BPK RI sebagai pusat regulator di bidang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; 3. Mendorong terwujudnya tata kelola yang baik atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara; 4. Memenuhi semua kebutuhan dan harapan pemilik kepentingan. 2

Hadirin yang kami muliakan, Independensi dan kemandirian BPK RI sebagai satu-satunya lembaga negara pemegang fungsi pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara memberikan arti bahwa BPK RI dalam melaksanakan tugasnya bebas dari pengaruh eksekutif, legislatif maupun yudikatif. BPK RI bukan bagian dari Pemerintah/Pemerintah Daerah, dan juga bukan bagian dari DPR/DPRD. Namun demikian, bukan berarti BPK RI berdiri di atas Pemerintah maupun lembaga negara lainnya. Kebebasan dan kemandirian tersebut melindungi BPK RI dari pengaruh dan tekanan cabang pemerintahan lainnya, sekaligus menjamin bahwa pelaksanaan tugas BPK RI tidak untuk memenuhi kepentingan politik ataupun kepentingan dari golongan tertentu. Hal ini sangat diperlukan untuk memelihara obyektivitas dan profesionalitas dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, sehingga hasil pemeriksaan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik secara proporsional dan profesional. BPK RI memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni kemandirian pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam Undang-Undang. Namun demikian untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif dan efektif, BPK RI juga dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. 3

Kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif. Sesuai dengan Pasal 4 Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 BPK RI diberi kewenangan untuk melakukan tiga jenis pemeriksaan, yakni: 1. Pemeriksaan keuangan, yang merupakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan dilakukan oleh BPK RI dalam rangka memberikan pernyataan pendapat/opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan pemerintah/pemerintah daerah. 2. Pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan atas aspek efektivitas. Pemeriksaan ini lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan efisien, serta memenuhi sasarannya secara efektif. 3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif. BPK RI dalam melaksanakan pemeriksaannya berdasarkan pada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara. Standar ini ditetapkan BPK RI dengan Peraturan BPK RI No. 01 Tahun 2007 yang mengharuskan BPK RI merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material. Pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukan pada Pemerintah Kota Jambi meliputi pemeriksaan atas dasar pengujian pada bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Pemeriksaan yang dilakukan juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan 4

estimasi signifikan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Jambi, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Dengan tahapan dan prosedur pemeriksaan tersebut, BPK RI yakin bahwa pemeriksaan yang dilaksanakan oleh BPK RI memberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Hadirin yang kami hormati, Dengan melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah/Pemerintah Daerah, BPK RI akan memberikan pernyataan pendapat/opini. Opini merupakan pernyataan profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang didasarkan pada empat kriteria, yaitu (i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan, (ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosures), (iii) kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan (iv) efektivitas sistem pengendalian intern. Sebagaimana diatur dalam penjelasan Pasal 16 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004, ada empat jenis opini yang dapat diberikan oleh BPK RI, yaitu; Wajar Tanpa Pengecualian (unqualified opinion), Wajar Dengan Pengecualian (qualified opinion), Tidak Wajar (adverse), dan Tidak Memberikan Pendapat (disclaimer). Pendapat BPK RI akan menjadi masukan bagi anggota DPR/DPRD untuk bersikap dan menindaklanjutinya. Entitas Pemerintah/Pemerintah Daerah yang diperiksa juga memperoleh masukan bagi perbaikan pengelolaan keuangan negara/daerah. Jika BPK RI menemukan indikasi pidana, maka BPK RI akan segera menyerahkan hasil pemeriksaan kepada lembaga penegakan hukum yang berwenang dhi. Kepolisian, Kejaksaaan Agung, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dengan demikian, BPK RI mengamankan kepentingan masyarakat Indonesia yang juga bertindak sebagai pemilik kepentingan atas keuangan negara. Hadirin yang kami hormati, Sesuai dengan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) TA 2010, BPK RI Perwakilan Provinsi Jambi dalam periode semester I TA 2010 telah melakukan 5

pemeriksaan atas Laporan Keuangan pada dua belas entitas pelaporan Pemerintah Daerah, yang salah satunya adalah Pemerintah Kota Jambi. Untuk memperoleh kesimpulan yang lebih akurat dan memadai atas kewajaran informasi keuangan yang disajikan oleh Pemerintah Kota Jambi, maka dalam melakukan pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi TA 2009, BPK RI melakukan Pemeriksaan Pendahuluan atas pengelolaan dan pelaksanaan APBD TA 2009 khususnya pengelolaan kas dan rekening daerah pada Bendahara Umum Daerah Kota Jambi serta pemeriksaan atas kepatuhan yang pelaksanaan pemeriksaannya dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2010. Pemeriksaan Pendahuluan ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi TA 2009 dan merupakan praktik yang lazim dalam pemeriksaan laporan keuangan. Sedangkan Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi dilaksanakan selama 30 (tiga puluh) hari oleh satu Tim Pemeriksa yang terdiri dari seorang Penanggung Jawab, seorang Pengendali Teknis, seorang Ketua Tim dan lima Anggota Tim. Adapun lingkup pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Neraca per tanggal 31 Desember 2009, dan Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi 2009. Teknis Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah, bahwa pada saat berakhirnya pemeriksaan yaitu pada saat exit briefing, Ketua Tim Pemeriksa telah menyampaikan Management Letter yang memuat temuan pemeriksaan yang perlu mendapat perhatian. Berdasarkan Temuan Pemeriksaan tersebut, dilakukan proses penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan di Kantor Perwakilan Provinsi Jambi. Laporan tersebut terdiri dari Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Kota Jambi TA 2009, Hasil Pemeriksaan atas Pengendalian Intern, dan Hasil Pemeriksaan atas Kepatuhan. 6

Hadirin yang kami hormati, Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi, BPK RI memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain: (1) Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran disajikan sebesar Rp779.984.640,00. Jumlah tersebut termasuk jumlah kas senilai Rp767.787.040,00 yang merupakan sisa kas yang belum dapat dipertanggungjawabkan oleh Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah dan tidak berada dalam penguasaan Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah akibat adanya penyalahgunaan keuangan daerah. Penyajian sisa Kas di Bendahara Pengeluaran Sekretariat Daerah tersebut tidak memenuhi asersi keberadaan yang mengakibatkan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran tidak menyajikan nilai yang sebenarnya. (2) Saldo Aset Tanah disajikan sebesar Rp376.805.992.000,00. Jumlah tersebut tidak dapat diandalkan karena tidak didukung dengan kegiatan inventarisasi yang memadai, karena terdapat selisih data aset tanah antara neraca dengan data pada Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah sebagai Pengelola Aset Tetap Daerah sebesar Rp5.686.368.660,00, dimana nilai aset tanah di neraca lebih tinggi dari nilai aset tanah pada Bagian Perlengkapan. Atas perbedaan tersebut, BPK RI tidak dapat menelusuri selisihnya karena adanya keterbatasan data pendukung yang diperoleh. (3) Saldo Aset Peralatan dan Mesin disajikan sebesar Rp179.001.090.356,00. a. Jumlah tersebut tidak dapat diandalkan karena tidak didukung dengan kegiatan inventarisasi yang memadai, karena terdapat selisih data aset peralatan dan mesin antara neraca dengan data pada Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah sebagai Pengelola Aset Tetap Daerah sebesar 7

Rp41.377.420.335,00, dimana nilai aset peralatan dan mesin di neraca lebih tinggi dari nilai aset peralatan dan mesin pada Bagian Perlengkapan; b. Jumlah tersebut termasuk aset peralatan dan mesin yang tidak berada dalam penguasaan Pemerintah Kota Jambi sebesar Rp749.412.000,00, karena belum dikembalikan kepada Pemerintah Daerah oleh pemakaianya senilai Rp724.042.000,00, hilang atau tidak dapat ditelusuri keberadaannya senilai Rp15.200.000,00 dan adanya aset yang diakui sebagai aset pribadi namun dinyatakan sebagai aset daerah sebesar Rp10.170.000,00 tanpa didukung dengan Berita Acara Penyerahan Aset; Atas perbedaan selisih dan adanya keterbatasan data pendukung yang diperoleh, BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran nilai aset Peralatan dan Mesin. (4) Saldo Aset Gedung dan Bangunan disajikan sebesar Rp486.672.423.416,00. Jumlah tersebut tidak dapat diandalkan karena tidak didukung dengan kegiatan inventarisasi yang memadai, karena terdapat selisih data aset gedung dan bangunan antara neraca dengan data pada Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah sebagai Pengelola Aset Tetap Daerah sebesar Rp15.153.836.102,00, dimana nilai aset gedung dan bangunan di neraca lebih tinggi dari nilai aset gedung dan bangunan pada Bagian Perlengkapan. Atas perbedaan selisih dan adanya keterbatasan data pendukung yang diperoleh, BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran nilai aset tetap Gedung dan Bangunan. (5) Saldo Aset Jalan, Irigasi dan Jembatan disajikan sebesar Rp704.365.896.518,00. Jumlah tersebut tidak dapat diandalkan karena tidak didukung dengan kegiatan inventarisasi yang memadai, karena terdapat selisih data aset jalan, irigasi dan jembatan antara neraca dengan data pada Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah sebagai Pengelola Aset Tetap Daerah sebesar Rp38.527.490.088,00, dimana nilai aset jalan, irigasi dan jembatan di neraca lebih tinggi dari nilai aset jalan, irigasi dan jembatan pada Bagian Perlengkapan. Atas perbedaan selisih dan adanya keterbatasan 8

data pendukung yang diperoleh, BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran nilai aset tetap Jalan, Irigasi dan Jembatan. (6) Saldo Aset Bangunan dalam Pengerjaan disajikan sebesar Rp30.287.860.880,00. Jumlah tersebut tidak dapat diandalkan karena tidak didukung dengan kegiatan inventarisasi yang memadai, karena terdapat selisih data aset bangunan dalam pengerjaan antara neraca dengan data pada Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah sebagai Pengelola Aset Tetap Daerah sebesar Rp107.276.454.880,00, dimana nilai aset bangunan dalam pengerjaan di neraca lebih tinggi dari nilai aset bangunan dalam pengerjaan pada Bagian Perlengkapan. Atas perbedaan selisih dan adanya keterbatasan data pendukung yang diperoleh, BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran nilai aset tetap Bangunan dalam Pengerjaan. (7) Saldo Aset Tetap Lainnya disajikan sebesar Rp24.516.784.544,00. Jumlah tersebut tidak dapat diandalkan karena tidak didukung dengan kegiatan inventarisasi yang memadai, karena terdapat selisih data aset tetap lainnya antara neraca dengan data pada Bagian Perlengkapan Sekretariat Daerah sebagai Pengelola Aset Tetap Daerah sebesar Rp9.643.686.084,93 dimana nilai aset tetap lainnya di neraca lebih tinggi dari nilai aset tetap lainnya pada Bagian Perlengkapan. Atas perbedaan selisih dan adanya keterbatasan data pendukung yang diperoleh, BPK RI tidak dapat meyakini kewajaran nilai aset tetap lainnya. (8) Saldo Pendapatan Retribusi Daerah disajikan sebesar Rp18.308.852.178,50. Jumlah tersebut belum termasuk pendapatan Dana Kapitasi PT. ASKES yang dikelola oleh Dinas Kesehatan diluar mekanisme APBD sebesar Rp881.226.000,00 mengakibatkan realisasi Pendapatan Retribusi Daerah yang disajikan di LRA menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. (9) Saldo Belanja Barang disajikan sebesar Rp101.455.131.063,90. Jumlah tersebut belum termasuk belanja atas Dana Kapitasi PT. ASKES yang dikelola oleh Dinas Kesehatan diluar mekanisme APBD sebesar 9

Rp952.969.608,35 berupa penggunaan langsung dana kapitasi sebesar Rp952.326.033,35 mengakibatkan realisasi belanja yang disajikan di LRA menjadi lebih rendah dari yang seharusnya. Disamping itu masih terdapat beberapa temuan yang termuat dalam Laporan atas Kepatuhan maupun Laporan atas Sistem Pengendalian Intern. Hadirin yang kami muliakan, Usaha-usaha perbaikan yang telah dan akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Jambi atas pengelolaan Keuangan Daerah patut dihargai meskipun usaha perbaikan dalam TA 2009 belum sepenuhnya terlaksana. Kami yakin apabila action plan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan daerah yang sedang dirancang oleh Kota Jambi dilaksanakan secara sistemik dan konsisten, maka Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi untuk TA 2010 akan semakin baik. Hal ini tentu seluruhnya kembali pada kesungguhan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan action plan yang telah dibuat tersebut. Hadirin yang kami hormati, Pasal 20 UU No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, mewajibkan auditee untuk menindaklanjuti rekomendasi dalam hasil pemeriksaan. Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI tersebut dapat dikenai sanksi. BPK RI akan memantau dan memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut tersebut kepada lembaga perwakilan rakyat (DPR, DPD, DPRD) yang dimuat dalam hasil pemeriksaan semesteran. Lembaga perwakilan rakyat tersebut menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud pasal 21 ayat (1) UU No.15 Tahun 2004. Tindak lanjut ini dilakukan dengan membahas melalui 10

rapat-rapat komisi dengan wakil pemerintah daerah, atau dalam penyusunan peraturan daerah, atau dalam penyusunan anggaran daerah. Hal ini merupakan perwujudan dari pelaksanaan fungsi pengawasan, fungsi budget, dan fungsi legislasi. Hadirin yang kami muliakan, Demikianlah pokok-pokok materi yang dimuat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi TA 2009 yang kami serahkan kepada Pimpinan DPRD Kota Jambi dan Pemerintah Kota Jambi dalam kesempatan yang terhormat ini. Selanjutnya untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI, DPRD dan jajaran Pemerintah Kota Jambi dapat mengusulkan pertemuan konsultasi dalam rangka meminta penjelasan atas materi yang dimuat dalam hasil pemeriksaan ini. Sehubungan dengan hal tersebut, kami jajaran BPK RI Perwakilan Provinsi Jambi dengan kesungguhan hati, siap dan bersedia menerima Pimpinan dan Anggota DPRD yang terhormat ini dalam rangka konsultasi di Kantor Perwakilan BPK RI Provinsi Jambi. Sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (3) UU Nomor 15 Tahun 2004 dan Pasal 101 PP Nomor 58 Tahun 2005, laporan hasil pemeriksaan ini kami sampaikan pula kepada Walikota Jambi untuk digunakan oleh Pemerintah Kota Jambi dalam menentukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan, sehingga Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Jambi TA 2009 yang berupa laporan keuangan dapat segera disampaikan kepada DPRD Kota Jambi untuk ditetapkan dalam peraturan daerah. Hadirin yang kami muliakan, Akhirnya, perkenankan kami atas nama pimpinan dan segenap staf pelaksana BPK RI menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada 11

Dewan yang telah mendukung upaya kami dalam mewujudkan visi dan misi BPK RI yakni terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), dan pada kesempatan yang baik ini juga kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila sampai dengan saat ini masih terdapat harapan Dewan yang belum terpenuhi oleh kami dalam menjalankan tugas-tugas konstitusional BPK RI. Selain itu, dengan hati yang tulus kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kota Jambi beserta jajarannya yang telah memberi perhatian dan dukungan dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara oleh BPK RI, sehingga pemeriksaan tersebut dapat berjalan dengan lancar. BPK RI berharap agar Pemerintah Kota Jambi melakukan langkah-langkah perbaikan yang diperlukan untuk mengeliminasi kelemahan-kelemahan yang telah kami sebutkan di atas sehingga penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kota Jambi TA 2010 menjadi semakin baik. Sekian dan terima kasih, Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI Perwakilan Provinsi Jambi Kepala, Sumardi NIP 19560306 1986 1 005 12