BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS

dokumen-dokumen yang mirip
SINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS

TATARAN LINGUISTIK (3):

RANGKUMAN BAHASA INDONESIA BAB VI

BAB 6 TATARAN LINGUISTIK (3): SINTAKSIS

TATARAN LINGUISTIK (3):

BAB 6 SINTAKSIS. Nama : CANDRA JULIANSYAH NIM :

Alat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. perhatiannya terhadap karya sastra tersebut. mempunyai ciri khas tersendiri pada setiap pengarangnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih yang

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang lebih menekankan

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sintaksis,fungsi semantis dan fungsi pragmatis.fungsi sintaksis adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB IV SIMPULAN. Frasa 1 + dan + Frasa 2. Contoh: Veel kleiner dan die van Janneke

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan analisis dokumen, analisis kebutuhan, uji coba I, uji coba II,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah diperoleh pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB III METODE PENELITIAN. fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

KALIMAT. Menu SK DAN KD. Pengantar: Bahasa bersifat Hierarki 01/08/2017. Oleh: Kompetensi Dasar: 3. Mahasiwa dapat menjelaskan kalimat

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya.sarana yang paling vital untuk menenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

anak manis D M sebatang rokok kretek M D M sebuah rumah mewah M D M seorang guru M D

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

ANALISIS RAGAM KALIMAT DAN HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AR-RUM

BAB II LANDASAN TEORI. dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Sarana yang paling utama untuk berkomunikasi adalah bahasa. disampaikan pada anggota masyarakat lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman kehadiran surat kabar semakin dianggap penting

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Alquran merupakan wahyu Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi

PENGGUNAAN KONJUNGSI KOORDINATIF DALAM KUMPULAN CERPEN KOMPAS 2014 TART DI BULAN HUJAN DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA WACANA KUMPULAN CERPEN DARI SITUS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam lingkungan. manusia untuk saling menyampaikan pesan dan maksud yang akan

TIPE-TIPE KESALAHAN SINTAKSIS PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA SMA BINA SPORA MANDIRI CIGOMBONG BOGOR

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

RAGAM DAN STRUKTUR FUNGSIONAL KALIMAT PADA TERJEMAHAN AL-QURAN SURAH LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. Kridalaksana (1983: 107) menjelaskan modalitas memiliki beberapa arti.

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

MODUL 4. Kalimat Efektif Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang bervariasi itu merupakan hal yang menarik. Kalimat itu dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa concord adalah aturan gramatikal

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2011:327). Lengkap menurut Chaer

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide atau gagasan pada orang lain, baik secara lisan maupun

BAB V PENUTUP. sistem modalitas Bahasa Inggris. Modalitas merupakan sistem semantis di mana

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA ADITYA PERDANA ANI MINARTI BUDY ROMDHANI

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

lsi 5E ii.'l- 'Pewatas (Atributif)'... -tjci! 'Keterangan (Adverbial)'... ~ i! 'Objek' ~ j1;. 1 J)E_)( 'Definisi Sintaksis'... :...

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

Transkripsi:

Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Kedua bidang tataran itu memang berbeda namun seringkali batas keduanya menjadi kabur, karena pembicaraan bidang yang satu tidak dapat dilepaskan dari yang lain. Oleh karena itulah muncul istilah morfosintaksis yang merupakan gabungan dari dari morfologi dan sintaksis. Meskipun demikian orang biasa membedakan kedua tataran itu dengan pengertian : Morfologi membicarakan struktur internal kata sedangkan sintaksis membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai suatu satuan ujaran. Dalam pembahasan sintaksis yang biasa dibicarakan adalah 1. struktur sintaskis : mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis, serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu. 2. satuan-satuan sintaksis yang berupa kata, frase, klausa, kalimat dan wacana 3. hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. Berikut ini hal-hal tersebut akan dibicarakan secara singkat 6.1 STRUKTUR SINTAKSIS Dalam pembicaraan struktur sintaksis pertama harus dibicarakan masalah sitakasis, kategori sintasis, dan peran sintaksis. Anda tentu telah mendengar istilah subjek, predikat, objek, dan keterangan; juga istilah nomina, verba, ajektiva, dan numeralia; begitu juga dengan istilah pelaku, penderita dan penerima. Kelompok istilah pertama yaitu subjek, predikat, objek, dan keterangan adalah peristilahan yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Kelompok ke-dua yaitu istilah nomina, verba, ajektiva, dan numeralia adalah peristilahan yang berkenaan dengan kategori sintaksis sedangkan kelompok ketiga yaitu istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah peristilahan yang

berkenaan dengan peran sintaksis. Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek, predikat, objek, dan keterangan. 6.2 KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS Dalam tataran morflogi kata merupakan satuan terbesar (satuan terkecilnya adalah morfem), tetapi dalam tataran sintaksis kata merupakan satuan terkecil, yang secara hirarkial menjadi komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar yaitu frase. Maka di sini, kata hanya dibicarakan sebagai satuan terkecil dalam sintaksis. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperanan sebagai fungsi pengisi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis. 6.3 FRASE Dalam sejarah studi linguistic istilah frase banyak digunakan dengan pengertian yang berbeda-beda. Di sini istilah frase digunakan sebagai satuan sintaksis yang satu tingkat berada di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata 6.3.1 Pengertian frase Frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat 6.3.2 Jenis Frase Dalam pembicaraan tentang frase biasanya dibedakan adanya frase (1) eksosentrik, (2) endosentrik (disebut juga frase subordinatif atau frase modifikatif) (3) frase koordinatif dan (4) frase apositif 6.3.2.1 Frase Eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. 6.3.2.2 Frase Endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya artinya salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. 6.3.2.3 Frase Koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari 2 komponen atau lebih yang sama dan sederajat dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif baik yang tunggal maupun konjungsi terbagi.

6.3.2.4 Frase Apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan. 6.3.3 Perluasan Frase Salah satu ciri frase adalah frase itu dapat diperluas. Maksudnya frase itu dapat diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan ditampilkan. 6.4 KLAUSA Merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan di bawah tataran kalimat. 6.4.1 Pengertian Klausa Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frase yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai objek dan sebagai keterangan 6.4.2 Jenis Klausa Berdasarkan strukturnya dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsusr-unsur lengkap, sekurangkurangnya mempunyai subjek dan predikat dan karena itu mempunyai potensi untuk itu menjadi kalimat mayor. Berbeda dengan klausa bebas yang strukturnya lengkap maka klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap unsure yang ada dalam klausa ini mungkin subjek, objek, atau keterangan saja. 6.5 KALIMAT Kalimat merupakan satuan bahasa yang langsung digunakan sebagai satuan ajaran di dalam komunikasi verbal yang hanya dilakukan oleh manusia. 6.5.1 Pengertian Kalimat Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap merupakan definisi umum yang biasa kita jumpai. 6.5.2 Jenis Kalimat Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai kriteria atau sudut pandang : 6.5.2.1 Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti

Kalimat inti biasa juga disebut kalimat dasar adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif, atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti dapat diubah menjadi kalimat non-inti dengan berbagai proses transformasi. 6.5.2.2 Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk Perbedaan Kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa yang ada di dalam kalimat itu, kalau klausanya hanya satu maka disebut kalimat tunggal, kalau klausa dalam sebuah kalimat lebih dari satu maka disebut kalimat majemuk 6.5.2.3 Kalimat Mayor dan Kalimat Minor Pembedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakukan berdasarkan lengkap dan tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat itu kalau klausanya lengkap sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Kalau klausanya tidak lengkap entah terdiri dari subjek, predikat, objek, atau keterangan saja maka kalimat tersebut disebut kalimat minor 6.5.2.4 Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase yang berkategori verbal sedangkan kalimat non verbal adalah kalimat y6ang predikatnya bukan kata atau frase verbal, bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia. 6.5.2.5 Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat Kalimat bebas adalah kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah paragraph atau wacana tanpa bantuan kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat adalah kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks. 6.5.3 Intonasi Kalimat Intonasi merupakan ciri utama yang membedakan kalimat dari sebuah klausa, sebab bisa dikatakan : kalimat minus intonasi sama dengan klausa; atau kalau dibalik : klausa plus intonasi sama dengan kalimat. Jadi, kalau intonasi dari sebuah kalimat ditanggalkan maka sisanya yang tinggal adalah klausa. 6.5.4 Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus, dan Diatesis Keenam istilah tersebut biasa muncul dalam pembicaraan mengenai sintaksis.

6.5.4.1 Modus Adalah pengungkapan atau penggambaran suasana psikologis perbuatan menurut tafsiran si pembicara atau sikap si pembicara atentang apa yang diucapkannya. Ada beberapa macam modus antara lain : Modus Indikatif atau Modus Deklaratif, Modus Optatif, Modus Imperatif, Modus Interogatif, Modus Obligatif, Modus Desideratif, Modus Kondisional. 6.5.4.2 Aspek Adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam suatu situasi, keadaan, kejadian, atau proses. Dari berbagai macam bahasa di kenal adanya berbagai macam aspek antara lain aspek kontinuatif, aspek inseptif, aspek progresif, aspek repetitive, aspek perfektif, aspek imperfektif, aspek sesatif. 6.5.4.3 Kala atau Tense Adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadinya perbuatan, kejadian, tindakan, pengalaman, yang disebutkan dalam predikat. Kala lazimnya menyatakan waktu sekarang, sudah lampau dan akan dating. 6.5.4.4 Modalitas Adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa, atau juga sikap terhadap lawan bicaranya. 6.5.4.5 Fokus Adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat kalimat sehingga perhatian pendengar atau pembaca tertuju pada bagian itu. 6.5.4.6 Diatesis Adalah gambaran hubungan pelaku atau peserta dalam kalimat dengan perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. Ada beberapa macam diatesis antara lain diatesis aktif, diatesis pasif, diatesis refleksif, diatesis resiprokal, diatesis kausatif. 6.6 WACANA 6.6.1 Pengetian Wacana Wacana adalah satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahas yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh. Yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun.

6.6.2 Alat Wacana Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain adalah : 1. Konjungsi : alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat atau menghubungkan paragraf dengan paragraf 2. Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, itu sebagai rujukan anaforis 3. Menggunakan elepsis yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain. 6.6.3 Jenis Wacana Pertama-tama dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis berkenaan dengan sarananya yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis. Kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian atau dalam bentuk puitik. Selanjutnya wacana prosa ini dilihat dari penyampaian isinya dibedakan lagi menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi. Wacana narasi bersifat menceritakan suatu topik atau hal; wacana eksposisi bersifat memaparkan topik atau fakta, wacana persuasi bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang, dan wacana argumentasi bersifat memberi argument atau alasan terhadap suatu hal. 6.6.4 Subsatuan Wacana Dari pembicaraan di atas dapat dikatakan wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap. Maksudnya, dalam wacana ini satuan ide atau pesan yang disampaikan akan dapat dipahami pendengar atau pembaca tanpa keraguan atau tanpa merasa adanya kekurangan informasi dari ide atau pesan yang tertuang dalam wacana itu. 6.7 CATATAN MENGENAI HIERARKI SATUAN Sebuah kata atau frase dengan persyaratan tertentu dapat menjadi sebuah kalimat. Satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih besar. Jadi, fonem membentuk morfem; lalu morfem akan membentuk kata; kemudian kata akan membentuk frase; selanjutnya frase akan membentuk klausa; sesudah itu klausa akan membentuk kalimat; dan akhirnya kalimat akan membentuk wacana.