UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI MENURUT PASAL. N P M Program. Hukum Program FAKULTAS HUKUM

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Kekecewaan pasien terhadap perilaku dokter seringkali terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak atas kesehatan bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

ABSTRAK. Kata Kunci : Informed Consent dalam keadaan darurat, Perlindungan Hukum bagi Dokter

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

vii DAFTAR WAWANCARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan mencegah penyakit dengan masyarakat sebagai sasaran utamanya. (1) Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. termasuk dalam kriteria inklusi pada penelitian ini, 15 responden untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan bermutu serta berorientasi pada kepuasan pasien. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah sektor jasa yang mampu menciptakan kesempatan kerja lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perlindungan Konsumen Kesehatan Berkaitan dengan Malpraktik Medik

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

Studi Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan RSUD Takalar

BAB I PENDAHULUAN. optimal oleh sarana kesehatan dalam hal ini rumah sakit. Dalam kaitannya dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan. spiritual pasien (Suarli dan Bahtiar, 2012).

Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia dalam Dugaan Pelanggaran Disiplin Kedokteran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari (Noor, 2001). World Health Organization (WHO)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan Kepmenkes No.1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010 adalah

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sarana pelayanan kesehatan di era globalisasi ini, berupaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang paling berharga dan telah. menjadi kebutuhan pokok. Semakin tinggi tingkat pendidikan, ilmu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kurniawan dalam Sinambela (2006:5), pelayanan publik adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

SKRIPSI ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS TERAS BOYOLALI TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional, mengakibatkan suatu perusahaan yang ingin berkembang atau paling tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kesehatan merupakan hal yang mutlak diperlukan di

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

Contoh Panduan KORPS MARINIR RUMKITAL MARINIR CILANDAK PANDUAN. RUMKITAL MARINIR CILANDAK JAKARTA 2016 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. keinginan, dan harapannya dapat dipenuhi melalui jasa atau produk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

ANALISIS KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI INSTALASI FARMASI RSUD DR MOEWARDI SURAKARTA S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan. Undang-Undang No.36 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. saja membuat RS mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Bagi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Trisno (2008) dengan judul pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fasilitas kesehatan telah mengalami pergeseran paradigma, dari

PENDAHULUAN INTISARI MUFLIH

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan oleh pihak rumah sakit dengan harapan sebelum pasien

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas kesehatan tersebut dengan biaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional pada Pelayanan Kesehatan Primer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat

PUSKESMAS. Data masyarakat ( Responden) (lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden) Nomor Responden...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Inpatient Satisfaction of Nursing Services in RSUP Dr. Kariadi Semarang

KEPUASAN PASIEN BPJS (BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL) TERHADAP PELAYANAN DI UNIT RAWAT JALAN (URJ) RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan pelayanan prima rumah sakit di Indonesia tertuang dalam Keputusan

Transkripsi:

JURNAL TINJAUAN YURIDIS PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU MENURUT PASAL 5 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 BERKAITAN DENGAN KEKECEWAAN PASIEN TERHADAP PERILAKU DOKTER Disusun oleh : ELLEN STEFANI NPM : 110510631 Program Studi Program Kekhususan : Ilmu Hukum : Hukum Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2014 i

TINJAUAN YURIDIS PELAYANAN KESEHATAN YANG BERMUTU MENURUT PASAL 5 AYAT (2) UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 BERKAITAN DENGAN KEKECEWAAN PASIEN TERHADAP PERILAKU DOKTER Ellen Stefani, OJB. Ohim Sindudisastra Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta ABSTRACT The writing of law with entitled Judicial study on a Qualified Medical Service to 2009 s Regulation Chapter 55 no. 36 about Health Related to Patient s Dissapointment towards Doctor s Treatment is to studied what is the criteria or the quality standard in medical service based on 2009 s Regulation Chapter 55 no. 36 about Health. The type of this research is normative legal research. Many doctor as health provider has not been fullfil the responsibility to the patient with maximum.the increase of the citizen's law awakening and a qualified medical service needs should have being included to the medical service quality standards.according to the research that has been done, the criteria or the quality standard in medical service are reliability, responsiveness, assurance,empathy, tangibles also fits the Procedure Operational Standards. Each institution could make their Procedure Operational Standards so it turns out different, whereas the quality standard for medical treatment is the Indonesian Doctors Competence Standards Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) which should be revised regularly. Keywords: Doctor,Quality Standard, Medical Services, Patient 1

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Hak atas kesehatan bersifat mutlak dan erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat.undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjamin hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Negara memiliki peran dalam melakukan upaya kesehatan yang tersusun, menyeluruh dan merata yang penting artinya bagi pembentukan sumber daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan,daya saing bangsa, serta pembangunan nasional. Pekerjaan profesi kedokteran dilandasi kesungguhan untuk berbuat demi kebaikan pasien dan tidak ada niat untuk menyakiti, mencederai, dan merugikan pasien. Dokter wajib menghargai pasien. Hubungan antara dokter dan pasien mencakup dokter sebagai profesional dan pasien sebagai manusia. Namun, menurut Konsil Kedokteran Indonesia, sebanyak 46% dokter di Indonesia bersalah dalam kasus disiplin kedokteran dan masalah yang paling banyak adalah terkait komunikasi yang tidak baik dari dokter kepada pasien. Masyarakat mengeluhkan komunikasi yang buruk dari dokter ketika melayani 2

pasiennya walaupun kemampuan dan keterampilannya tidak diragukan dan tidak menjadi persoalan. 1 Sebagai pasien, selain memiliki kewajiban, juga memiliki hak-hak yang dijamin oleh Undang-Undang. Hal ini sesuai dengan Pasal 5 ayat (2)Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, bahwa setiap orang mempunyai hak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau serta Pasal 3 butir b Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 yakni salah satu tujuan pengaturan praktik kedokteran adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi.namun baik Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan maupun Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran tidak memberikan penjelasan yang lebih lanjut mengenai definisi pelayanan kesehatan yang bermutu. Terdapat contoh kasus yang patut dipertanyakan bila dikaitkan dengan amanat Undang-Undang mengenai pelayanan kesehatan yang bermutu. Dalam tempat praktek seorang Dokter spesialis penyakit jantung, terdapat kelalaian yang dilakukan oleh Dokter berinisial dr. B, yang dikeluhkan oleh pasien Tn R (alm) dan keluarganya. Dr.B rutin dikunjungi Tn R yang berumur 84 tahun tidak melakukan diagnosa sebagaimana yang harus dilakukannya sesuai 1 http: //www.metrotvnews/read/2013/05/07/3/46-dokter-tidak-disiplin-dan-tidak-profesional diakses 4 Oktober 2014, pukul 20:08 3

standar pelayanan minimal,lalu sementara Tn R menceritakan keluhannya Dr B tersebut justru sengaja sibuk dengan smartphone miliknya. Hal yang sama terus terulang tiap kali kunjungan pasien, padahal Dr. B selalu menerima imbalan jasa setiap kali pasien berkunjung. Dr B ternyata juga tidak memberitahukan kondisi pasien yang sebenarnya kepada pasien maupun keluarga pasien, sehingga Dokter tersebut terkesan menyepelekan masalah kesehatan yang sedang dialami pasien. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan di atas, maka rumusan masalah adalah : Apa kriteria pelayanan kesehatan yang bermutu menurut Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 berkaitan dengan Kekecewaan Pasien terhadap Perilaku Dokter? PEMBAHASAN A. Pelayanan Kesehatan yang Bermutu Menurut Institute of Medicine (IOM), Mutu pelayanan kesehatan adalah suatu langkah ke arah peningkatan pelayanan kesehatan baik untuk individu maupun untuk populasi sesuai dengan keluaran (outcome) kesehatan yang diharapkan untuk pengetahuan profesional terkini. Pemberian pelayanan kesehatan harus mencerminkan ketepatan dari penggunaan pengetahuan 4

terbaru secara ilmiah, klinis, teknis, interpersonal, manual, kognitif, organisasi dan unsur-unsur manajemen pelayanan kesehatan. 2 Kualitas pelayanan merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Ciri pelayanan yang berkualitas adalah yang simpatik, disiplin, bertanggungjawab dan penuh perhatian sehingga memberikan kepuasan atas pelayanan yang diberikan. 3 dimensi yaitu : Menurut Parasuraman, Kualitas pelayanan dinilai berdasarkan lima a) Tangible (berwujud) : meliputi penampilan fisik dari fasilitas, tenaga kesehatan dan peralatan. b) Reliability (kehandalan) : pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan. c) Responsiveness (daya tanggap) : membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa membedakan unsur SARA (Suku, Agama, Ras, Golongan) d) Assurance (jaminan) : jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan 2 Djoko Wijono, Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Airlangga University Press, Surabaya,1999, hlm.3 3 Semiaji Santoso,2012, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III pada RS.Roemani Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang 5

e) Emphaty (empati) : komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan konsumen / pasien. 4 Menurut Azrul Azwar (1996) dalam bukunya, Pengantar Administrasi Kesehatan. Mutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang ditetapkan. 5 B. Kekecewaan Pasien terhadap Perilaku Dokter Vorstman dan Hector Treub, juga berdasarkan rumusan Komisi Annsprakelijk dari Koninklijke Nederlandsche Maatschappij tot bevording der Geneeskunst atau juga disebut Royal Dutch Medical Association berpendapat : Seorang dokter melakukan kesalahan profesi bila ia tidak melakukan pemeriksaan, tidak mendiagnosis, tidak melakukan sesuatu, atau tidak membiarkan sesuatu yang oleh dokter yang baik pada umumnya dan dengan situasi kondisi yang sama, akan melakukan pemeriksaan dan diagnosis serta melakukan atau membiarkan sesuatu tersebut. 6 4 Ibid 5 www.academia.edu/4900768/pelayanan_prima_pada_sektor_kesehatan_, diakses 17 Oktober 2014 6 Safitri Hariyani,2005. Sengketa Medik, Alternatif Penyelesaian Perselisihan antara Dokter dengan Pasien. Diadit Media, Jakarta, hlm. 63 6

Dalam Lampiran Perkonsil No. 4 Tahun 2011 tentang Disiplin Profesional Dokter dan Dokter Gigi terdapat bentuk-bentuk pelanggaran disiplin profesional dokter, antara lain: melakukan praktek kedokteran dengan tidak kompeten,tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi lain yang memiliki kompetensi yang sesuai.,mendelegasikan pekerjaan kepada tenaga kesehatan tertentu yang tidak memiliki kompetensi untuk melakukan pekerjaan tersebut,tidak melakukan tindakan medis yang memadai pada situasi tertentu yang dapat membahayakan pasien,tidak memberikan informasi yang jujur, etis, dan memadai kepada pasien atau keluarganya, Membuat keterangan medis yang tidak didasarkan kepada hasil pemeriksaan yang diketahuinya secara benar dan patut. Kekecewaan pasien dan kurangnya kepastian hukum dapat menurunkan citra dan keluhuran profesi kedokteran. Pelayanan kesehatan yang tidak bermutu juga erat kaitannya dengan problem depersonalisasi pelayanan kesehatan.depersonalisasi secara umum adalah hilangnya kehangatan atau keakraban dalam interaksi antar manusia, contohnya sikap tak acuh dalam pemberian pelayanan kesehatan. Keterampilan dokter tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemampuannya teknik kedokterannya saja 7

tetapi lebih didukung faktor hubungan yang hangat dan akrab antara dokter dengan pasiennya 7 C. Kriteria Pelayanan Kesehatan yang Bermutu Menurut Donabedian mutu pelayanan harus dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi petugas dan dari sisi pasien. Dari sisi pasien, mutu pelayanan dilihat dari terpenuhinya harapan pasien terhadap kualitas pelayanan yang disediakan oleh pemberi pelayanan kesehatan. Dari sisi petugas, mutu pelayanan berarti keleluasaan dalam melakukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan masyarakat sesuai dengan standar teknis yang berlaku. 8 Pemberi layanan kesehatan harus memperhatikan standar mutu pelayanan yang lebih baik dengan memperhatikan kriteria mutu dan tidak bertentangan dengan standar operasional prosedur medis dan kode etik profesi. Oleh karena itu semakin tinggi mutu pelayanan kesehatan maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan pasien yang dirasakan oleh pasien. Dimensi mutu terdiri dari: a. pelayanan yang bermanfaat sesuai kebutuhan pasien dan perkembangan iptek 7 Hendrojono Soewono, 2007, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik Dokter Dalam Transaksi Terapeutik, Srikandi, Surabaya.hlm.36 8 A Hendroyono,tanpa tahun,mutu Pelayanan Kesehatan & Service Recovery, http://www.lrckesehatan.net/upload/mutu%20pelayanan.pdf. Hlm. 4, diakses Tanggal 2 Oktober 2014 8

b. tersedia dan dapat diakses c. nyaman, aman, kompeten d. terjangkau secara finansial e. dapat diterima masyarakat setempat f. efisien, memperhatikan hubungan baik antar manusia g. sopan, hormat,berkelanjutan, penuh perhatian dapat dipertanggung jawabkan dan tepat waktu Mengenai standar pelayanan yang digunakan di Puskesmas dan Rumah Sakit pada umumnya menggunakan Standar Prosedur Operasional. Untuk saat ini Standar Prosedur Operasional di semua Rumah Sakit maupun Puskesmas tidak sama karena masing-masing dapat membuat sendiri standarnya, Namun tetap berpedoman pada buku tertentu, misalnya clinical pathway pada Rumah Sakit. Selain itu,pelayanan yang bermutu adalah pelayanan dilaksanakan oleh dokter yang memiliki kompetensi yang baik. Standar kompetensi itu termuat dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia yang disusun oleh Konsil Kedokteran Indonesia pada tahun 2012. Dalam Standar Kompetensi Dokter Indonesia(SKDI) kompetensi dokter dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu kedokteran keterampilan klinis, dan pengelolaan masalah kesehatan. SKDI merupakan bagian dari Standar Pendidikan Profesi Kedokteran Indonesia yang disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Di dalamnya memuat Prinsip Keterampilan Klinis yang terdiri dari Prinsip dan 9

keterampilan anamnesis, prinsip dan keterampilan pemeriksaan fisik, prinsip pemeriksaan laboratorium dasar, prinsip keterampilan terapeutik, prinsip kewaspadaan standar dan kedaruratan klinik. Berdasarkan contoh kasus di atas,dokter yang tidak melakukan pemeriksaan terhadap pasien tidak memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Dokter sewajarnya melakukan pemeriksaan klinis umum yaitu pemeriksaan dengan jalan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Dokter yang tidak melakukan penegakan diagnosis juga tidak membangun komunikasi efektif, sikap empati serta mengesampingkan asas-asas dan kewajiban umum dalam pelayanan kedokteran sebagaimana diatur dalam KODEKI.Kurangnya perilaku terpuji seorang dokter yang ditandai oleh ketiadaan sikap ramah tamah,sopan santun,berwibawa serta tulus ikhlas dalam mempergunakan seluruh keilmuannya menciptakan jarak yang jauh antara dokter dan pasien.kurangnya profesionalisme dalam perilaku dokter dapat menimbulkan kekecewaan bagi pasien. Pasal 55 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatakan pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan yang akan diatur dengan peraturan pemerintah. Namun hingga kini belum ada peraturan pemerintah yang secara khusus mengatur tentang standar mutu tersebut.regulasi yang dapat dipersamakan dengan standar mutu pelayanan kesehatan adalah Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang 10

Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 adalah panduan bagi Dokter dalam memberikan pelayanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer baik milik pemerintah maupun swasta dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekaligus menurunkan angka rujukan. Secara kualitatif, tidak semua dokter memiliki kesadaran yang sama untuk mengakses peraturan perundang-undangan yang baru mengenai hukum kesehatan maka Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5 Tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer ini patut disosialisasikan lebih lanjut agar selanjutnya menjadi acuan bagi seluruh dokter pelayanan primer dalam menerapkan pelayanan yang bermutu bagi masyarakat. Dengan kebijakan Pemerintah ini diharapkan dokter memberikan pelayanan kesehatan secara profesional, kompeten namun tidak melupakan kewajiban umum untuk berperilaku sesuai dengan kode etik dan asas-asas pelayanan kesehatan, sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan bermutu dan dapat mengurangi permasalahan atau sengketa yang terjadi antara dokter dan pasien. KESIMPULAN Kekecewaan pasien terhadap perilaku dokter seringkali terjadi akibat pasien merasa tidak terpenuhinya hak-hak pasien dalam pelayanan kesehatan. Dokter di Indonesia memiliki kemampuan yang diakui, namun 11

profesionalisme masih kurang. Meningkatnya kesadaran hukum masyarakat dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang bermutu seharusnya dituangkan dalam standar mutu pelayanan kesehatan yang mempunyai tujuan untuk melindungi masyarakat dari praktik kedokteran yang tidak profesional. Berdasarkan penelitian yang dilakukan kriteria pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan. Pelayanan kesehatan ini memiliki dimensi antara lain harus tersedia, dapat diakses, terjangkau, aman, nyaman, efisien, bemanfaat sesuai dengan kebutuhan pasien dan perkembangan iptek. Pelayanan tersebut juga harus berkompeten, menghormati hak-hak pasien, antara lain hak untuk didengarkan keluhannya, hak untuk mendapatkan informasi dan komunikasi yang baik dalam rangka memahami kebutuhan pasien. Standar yang digunakan dalam menerapkan pelayanan kesehatan yang bermutu berupa Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer dan Standar Operasional Prosedur. Sedangkan kriteria pelayanan kesehatan yang bermutu di tempat praktek dokter pribadi mengacu pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang direvisi secara berkala. 12

DAFTAR PUSTAKA Hendrojono Soewono, 2007, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik Dokter Dalam Transaksi Terapeutik, Srikandi, Surabaya. Safitri Hariyani,2005, Sengketa Medik, Alternatif Penyelesaian Perselisihan antara Dokter dengan Pasien. Diadit Media, Jakarta. Semiaji Santoso, 2012, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Kelas III pada RS. Roemani Muhammadiyah Semarang, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang. 13