I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas penghasil daging. Domba memiliki keuunggulan diantaranya yaitu memiliki daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dibutuhkan untuk kenyamanan hidup domba, karena jika kondisi lingkungan tidak sesuai maka produktivitas yang dihasilkan oleh domba pun tidak akan maksimal. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang mempunyai domba lokal Padjadjaran memiliki potensi untuk pengembangan domba tersebut sebagai bibit domba pedaging. Potensi wilayahnya pun cukup baik untuk pengembangan domba Padjadjaran tersebut, lokasinya yaitu berada di Desa Buninagara, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat. Untuk mengetahui apakah domba tersebut masuk ke dalam kategori domba pedaging yang baik untuk dijadikan sebagai domba pembibit, maka digunakan metode indeks untuk mengetahuinya. Metode indeks digunakan dalam program pemuliaan ternak dengan menggunakan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh domba. Metode indeks diharapkan dapat memberi gambaran dalam menentukan dan memilih potensi breeding stock seekor domba dengan harapan keturunnya memiliki sifat yang sama dengan induknya. Indeks digunakan sebagai alternatif dalam penilaian ternak sebagai indikator dari tipe ternak. Indeks morfologi dianggap paling tepat dalam penilaian bobot badan karena mencakup konformasi
tubuh atau bentuk ternak, panjang dan keseimbangan tubuh ternak. Indeks ini diperoleh dari perhitungan pengukuran ukuran-ukuran tubuh domba. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Evaluasi Indeks Morfologi Pada Domba Lokal Betina Dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat sebagai judul penelitian. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik identifikasi masalah yaitu, berapakah nilai yang didapatkan dalam evaluasi indeks morfologi pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat 1.3 Maksud dan Tujuan Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah mengetahui indeks morfologi pada domba lokal betina dewasa di Kelompok Ternak Palasidin Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian Evaluasi Indeks morfologi Pada Domba Lokal Betina Dewasa di Kelompok Ternak Palasidin yaitu memberikan informasi terutama kepada peneliti sendiri dan para peneliti lain dalam penggunaan indeks morfologi yang digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengetahui tipe dari ternak domba berdasarkan ukuran-ukuran tubuh.
1.5 Kerangka Pemikiran Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap iklim tropis, makanan yang kualitasnya rendah, penyakit dan gangguan caplak, sumber gen yang khas, produktif dipelihara dengan biaya rendah serta dapat beranak sepanjang tahun. Domba lokal mempunyai posisi yang sangat strategis di masyarakat karena mempunyai fungsi sosial, ekonomis, dan budaya serta merupakan sumber gen yang khas untuk digunakan dalam perbaikan bangsa domba di Indonesia melalui persilangan antar bangsa domba lokal dengan domba impor. Selain itu, domba juga termasuk ternak penghasil daging yang sangat potensial serta mampu mengkonversikan bahan pakan berkualitas rendah menjadi produk bergizi tinggi, memiliki kemampuan reproduksi yang relatif tinggi, produk sampingan berupa kulit, bulu, tulang, kotoran ternak bisa digunakan sebagai bahan baku industry (Abidin dan Sodiq, 2002). Karakteristik seekor domba merupakan suatu gambaran dari domba itu sendiri, dengan demikian tiap individu domba dapat dibedakan dengan yang lainnya. Untuk mendapatkan gambaran sifat kuantitatif pada domba perlu adanya penimbangan dan pengukuran ukuran-ukuran tubuh. Bobot badan, panjang badan, lingkar dada, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada, lingkar pinggang, lebar pinggang, dan lebar panggul merupakan sebagian yang dapat dijadikan sebagai penciri karakteristik seekor domba atau bentuk ciri khas domba tersebut. (Heriyadi, 2012) Sifat-sifat kuantitatif dan kualitatif yang diekspresikan oleh ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Lasley, 1978 disitasi oleh Heriyadi, dkk 2002). Faktor lingkungan dapat berupa lingkungan internal, seperti
umur dan seks dan lingkungan eksternal di antaranya pakan. Sifat kuantitatif dapat juga digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam menyeleksi ternak untuk memperoleh bibit unggul. Pengaruh genetik dan lingkungan menyebabkan timbulnya keragaman pada pengamatan dalam berbagai sifat kuantitatif, keragaman merupakan suatu sifat populasi yang sangat penting dalam pemuliaan terutama dalam seleksi. Seleksi akan efektif bila terdapat tingkat keragaman yang tinggi (Martojo, 1990). Ukuran-ukuran tubuh perlu diketahui untuk menentukan bentuk fisik seekor domba (Djagra, 1994). Domba yang mempunyai tubuh besar akan mempunyai tinggi pundak, panjang badan dan lingkar dada yang lebih besar, dengan demikian dapat dinyatakan ukuran-ukuran tubuh dan berat badan merupakan ukuran penting dalam menilai sifat kuantitatif ternak yang akan digunakan untuk program seleksi. Ukuran-ukuran tubuh memiliki banyak kegunaan, karena dapat digunakan untuk menaksir bobot hidup maupun bobot karkasnya, serta dapat dijadikan dasar seleksi. Penggunaan ukuran tubuh selain untuk menaksir bobot badan dan karkas, digunakan pula dalam memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu (Dwiyanto dan Inounu 2001). Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada domba, yaitu sebagai sifat kuantitatif untuk mengetahui perbedaan dalam populasi ternak ataupun digunakan untuk melakukan seleksi. Ukuranukuran tubuh yang umum digunakan adalah bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, lebar dada, dalam dada dan lingkar pinggang (Mulliadi,1996). (Diwyanto, 1982) mengemukakan bahwa penampilan seekor hewan adalah hasil dari suatu proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam seluruh hidup hewan tersebut.
Metode indeks digunakan dalam program pemuliaan ternak dengan menggunakan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh. Karakter yang satu akan terkompensasi oleh karakter lainnya dalam suatu sistem indeks. Ukuran tubuh mampu merefleksikan kinerja produksi ternak jika tidak memungkinkan dilakukannya penimbangan bobot hidup (Salako, 2006). Indeks diharapkan dapat memberikan gambaran untuk menentukan seekor domba masuk ke dalam kategori pedaging. Indeks adalah alternatif dalam penilaian ternak karena mencakup konformasi atau bentuk ternak, panjang, dan keseimbangan ternak (Alderson,1999). Index cumulative yang didalamnya terdiri dari weight, length index dan balance mempunyai peranan yang paling penting dalam menentukan tipe dari suatu ternak domba. Weight merupakan indeks untuk menduga bobot badan. Nilai length index dapat menjelaskan tipe ternak domba apakah tubuhnya bertipe panjang atau tinggi. Nilai length index positif dibawah satu dapat dikatakan ternak tersebut bertipe tinggi, jika nilainya positif diatas satu maka dapat dikatakan ternak tersebut bertipe panjang (Salako, 2006). Index Cumulative berkolerasi dengan umur sehingga dapat digunakan untuk memprediksi tingkat pertumbuhannya, semakin besar nilainya maka akan semakin baik (Alderson, 1999) dimodifikasi oleh Salako (2006) melakukan penelitian pada domba lokal Nigeria, yaitu domba Yankasa dan domba WAD (West African Dwarft) yang memiliki index cumulative sebesar 1.18 pada domba Yankasa dan 2,80 pada domba WAD. 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 di Desa Buninagara Kecamatan Sindangkerta Kabupaten Bandung Barat (Kelompok Ternak Palasidin).