KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Kegiatan usaha ini harus diiringi oleh perhatian terhadap keseimbangan

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III KERANGKA PEMIKIRAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VII. RENCANA KEUANGAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

II. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

A. Kerangka Pemikiran

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ternak Sapi Potong

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

Bab XIII STUDI KELAYAKAN

ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung)

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Pengertian Usaha

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

VII. ANALISIS FINANSIAL

IV METODE PENELITIAN

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

BAB II LANDASAN TEORI

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI USAHA INDUSTRI SANDAL BANTAR KARET

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III LANDASAN TEORI

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISIS KEUANGAN

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS PERBENIHAN DAN KULTUR JARINGAN TANAMAN BAB XI PENGELOLAAN KEGIATAN

Transkripsi:

10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial atau sebagai usaha sampingan untuk menghasilkan ternak bibit/ternak potong, telur, susu serta menggemukkan suatu jenis ternak termasuk mengumpulkan, mengedarkan, dan memasarkan (Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 940/kpts/OT.210/10/97 Tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian Pasal 1: ayat 4). Atmadilaga (1975) menjelaskan usaha sapi perah adalah kegiatan usaha dalam meningkatkan manfaat ternak melalui organisasi penerapan zooteknik tertentu yang secara ekonomi menguntungkan atau sekurang-kurangnya menjamin kelanggengan usahaternak cenderung dihubungkan dalam usaha keluarga, dimana salah satu hal pentingnya adalah tercapainya kelanggengan kesempatan penyerapan tenaga kerja dalam usaha tersebut yang menjamin diperolehnya pendapatan. Menurut Erwidodo (1998), peternakan sapi perah di Indonesia pada umumnya adalah usaha keluarga di daerah pedesaan dalam skala kecil, dan untuk usaha skala besar masih sangat jarang dan terbatas. Komposisi peternak sapi perah di Indonesia diperkirakan terdiri dari 80 persen dengan skala kepemilikan ternak kurang dari empat ekor (skala kecil), 17 persen dengan skala kepemilikan ternak empat sampai tujuh ekor (skala menengah), dan 3 persen peternak dengan kepemilikan lebih dari tujuh ekor (skala besar).

11 Usaha peternakan sapi perah di Indonesia saat ini sebagian besar masih merupakan usaha peternakan rakyat yang berarti dalam arti sempit tujuan utamanya adalah hanya untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya (Mubyarto,1995). Usaha peternakan sapi perah memiliki beberapa keuntungan yaitu peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori, jaminan pendapatan yang tetap, pakan yang relatif mudah dan murah, kesuburan tanah dapat dipertahankan, pedet jantan dijual untuk sapi potong dan pedet betina bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu (Sudono, dkk., 2003). Usaha sapi perah dibagi menjadi dua bentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 751/kpts/Um/10/1982 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Peningkatan Produksi Dalam Negeri. Pertama peternakan sapi perah rakyat, yaitu usaha ternak sapi perah yang dilaksanakan sebagai usaha sampingan yang memiliki sapi perah kurang dari 10 ekor sapi laktasi (dewasa) atau memiliki jumlah keseluruhan kurang dari 20 ekor sapi perah campuran. Kedua perusahaan peternakan sapi perah, yaitu usaha ternak sapi perah yang dilaksanakan untuk tujuan komersil dengan produksi utama susu sapi, yang memiliki lebih dari 10 ekor sapi laktasi (dewasa) atau memiliki jumlah keseluruhan lebih dari 20 ekor sapi perah campuran (Sudono, 1999). 2.2 Kredit Kredit berasal dari bahasa latin credo yang berarti percaya. Inilah sebabnya sampai batas-batas tertentu dasar kredit yang utama adalah kepercayaan dari semua pihak yang bersangkutan dengan perkreditan tersebut. Kredit pada dasarnya bergantung pada tiga hal yaitu kepercayaan bahwa posisi materi dari si

12 peminjam mampu mengembalikan modal yang dipinjam tersebut, kepercayaan bahwa si peminjam akan mengembalikan hutangnya, dan kepercayaan bahwa hukum-hukum yang sah dapat melindungi semua pihak yang terlibat dalam transaksi kredit apabila ada yang dirugikan karena ada persyaratan yang dilanggar (Kadarsan, 1995). Dijelaskan lebih lanjut menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Kasmir, 2008). 2.3 Peran Perbankan dalam Usaha Peternakan Dukungan dari pihak perbankan kepada para pelaku usaha tani termasuk didalamnya peternak adalah untuk menekankan sisi pengembangan usahanya dalam rangka pembangunan pertanian secara menyeluruh. Dukungan ini sesuai dengan fungsi bank sebagai institusi yang diatur dalam UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 dari perubahan UU No.7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa, Bank merupakan badan usaha yang dalam kegiatan pokoknya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sanim (2008) menyatakan bahwa, berdasarkan pengertian tersebut terlihat bahwa peran penting yang dapat dilakukan oleh perbankan untuk mendukung pembangunan pertanian adalah pada komitmen perbankan untuk memberikan dukungan finansial atau pembiayaan usaha terutama sektor agribisnis.

13 Bank Jabar Banten sebagai lembaga pembiayaan memiliki kontribusi dalam mendorong pengembangan pertanian maupun peternakan dengan menerapkan kebijakan pembiayaan di sektor agribisnis. Maka dari itu, Bank Jabar Banten sebagai lembaga pembiayaan nasional tergerak untuk langsung berkontribusi memajukan agribisnis nasional yaitu dengan adanya Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hal ini didasarkan juga pada fungsi perbankan sebagi penunjang pertumbuhan sektor agribisnis dengan memberikan pendanaan di tingkat hulu (bio-technology), pertanian (on-farm/agriculture), hilir (industry), maupun di sektor penunjang (Aviliani, 2008). 2.4 Kredit Usaha Rakyat Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah salah satu jenis kredit yang terbentuk dari hasil kerjasama dengan pemerintah. Kredit ini diberikan melalui bank sebagai kreditur atau penyedia dana untuk masyarakat yang ingin membangun usaha sendiri. Kredit usaha rakyat (KUR) UKM BJB pinjaman bidang usaha produktif merupakan kredit atau pembiayaan yang diberikan oleh pihak Bank BJB kepada pelaku UMKMK pada bidang usaha yang produktif, baik berbentuk perorangan ataupun badan usaha. Dengan catatan bahwa bidang usaha tersebut produktif dan layak akan tetapi belum bankable sebagai tujuan modal kerja dana maupun investasi (BJB, 2012). Kredit Usaha Rakyat, yang selanjutnya disingkat KUR, adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber dananya berasal sepenuhnya dari dana bank.

14 Pemerintah memberikan penjaminan terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30% ditanggung oleh bank pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM-K pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Tujuan Program KUR adalah untuk mempercepat pengembangan sektorsektor primer dan pemberdayaan usaha skala kecil, untuk meningkatkan aksebilitas terhadap kredit dan lembaga-lembaga keuangan, mengurangi tingkat kemiskinan, dan memperluas kesempatan kerja. Pada dasarnya, KUR merupakan modal kerja dan kredit investasi yang disediakan secara khusus untuk unit usaha produktif melalui program penjaminan kredit. Perseorangan, kelompok atau koperasi dapat mengakses program ini dengan kredit maksimum Rp. 500.000.000 (BJB, 2012). Sumber dana adalah bank yang ditunjuk dengan tingkat bunga maksimum 16 persen per tahun. Persentase kredit yang dijamin adalah 70 persen dari alokasi total kredit yang disedikan oleh bank tersebut. Masa pinjam kredit untuk modal kerja maksimum 3 tahun dan 5 tahun untuk investasi. Untuk agribisnis, bidang usaha yang layak adalah input produksi hingga penyediaan alat dan mesin pertanian, aktivitas on-farm, dan pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. 2.5 Investasi dan Modal Usaha Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003). Investasi merupakan pengeluaran atau penanaman modal bagi perusahaan untuk membeli barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan produksi

15 barang dan jasa dalam perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak barang dan jasa di masa yang akan datang. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah suku bunga, prediksi tingkat keuntungan, prediksi mengenai kondisi ekonomi ke depan, kemajuan teknologi, tingkat pendapatan nasional dan keuntungan perusahaan (Sukirno, 1994). Dalam pengertian ekonomi modal adalah barang atau uang yang bersamasama faktor produksi lahan dan tenaga kerja digunakan untuk menghasilkan suatu barang baru atau hasil pertanian dalam suatu proses produksi. Menurut Mubyarto (1989) modal merupakan bentuk kekayaan berupa uang tunai ataupun barang yang akan digunakan untuk menghasilkan suatu barang. Pengertian barang disini meliputi alat-alat produksi dan sarana produksi pertanian lainnya seperti pupuk, bibit, dan obat-obatan. Modal dalam usaha peternakan dibedakan sifatnya menjadi dua : 1. Modal tetap yaitu modal yang tidak habis pakai pada satu periode produksi sehingga memerlukan perawatan agar dapat berdaya guna dalam jangka waktu yang lama, seperti tanah, ternak, gudang, kandang dan peralatan. 2. Moda tidak tetap (modal kerja) yaitu modal yang habis dipakai dalam sekali periode produksi, misalnya pakan, obat-obatan, kesehatan, penerangan, uang tunai dan piutang bank (Hernanto, 1991). Menurut Rahim dan Hastuti (2008) sumber modal dalam usahaternak dapat berasal dari peternak itu sendiri atau pinjaman. Besar kecilnya modal yang diperlukan ditentukan oleh besar kecilnya skala usaha. Makin besar skala usaha makin besar pula modal yang diperlukan, begitu pula sebaliknya. Komoditas

16 tertentu dalam proses produksi pertanian juga menentukan besar kecilnya modal yang diperlukan. 2.6 Biaya Produksi Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang digunakan dalam suatu usaha. Biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan (Gittinger, 1986). Menurut Sudarsono (1996) biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk menghasilkan output atau dengan pengertian lain biaya produksi adalah besarnya nilai pengeluaran. Sedangkan menurut Rasyaf (1996) biaya produksi merupakan penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang dikeluarkan untuk beberapa kali proses produksi bahkan harus dikeluarkan walaupun proses produksi tidak berlangsung. Biaya tetap terdiri dari : (a). Biaya penyusutan, biaya ini terdiri dari penyusutan ternak, penyusutan kandang dan peralatan. Perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode straight line, dengan rumus harga awal dikurangi harga akhir dibagi daya tahan. (b). Pajak dan Bunga modal, pajak yaitu kewajiban yang harus dibayar oleh suatu usaha. Bunga modal dihitung dengan menjumlahkan modal tetap dan modal tidak tetap kemudian dikalikan bunga modal. Biaya Tidak Tetap (Variable cost), yaitu biaya opearsional artinya biaya yang berubah tergantung pada besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Biaya

17 tidak tetap meliputi biaya variabel yang teratur setiap hari seperti pakan dan biaya variabel yang tidak teratur setiap hari seperti listrik, gaji, perbaikan, transportasi, obat-obatan, IB, dan lain-lain (Prawirokusumo, 1990). 2.7 Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan adalah nilai hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan bahwa penerimaan bersumber dari penjualan hasil usaha (Kadarsan, 1995). Penerimaan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani, sedangkan pengeluaran total usahatani adalah nilai yang dikeluarkan dalam produksi, selanjutnya dikatakan selisih keduanya merupakan pendapatan bersih usahatani (Soekartawi dan Soehardjo, 1986). Penerimaan dari usahaternak sapi perah terdiri dari penjualan susu, penjualan pedet (anak sapi) yang tidak digunakan untuk peremajaan, penjualan sapi-sapi tidak produktif, dan dari penjualan pupuk kandang. Sumber penerimaan usahaternak sapi perah yang terbesar adalah dari penjualan susu. Besar kecilnya penerimaan usaha sapi perah sangat tergantung dari jumlah susu yang diproduksi dan harga penjualan susu (Siregar, 1995). Pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi (Boediono, 1993). Menurut Winardi (1992) pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Sedangkan Siregar (1995) menyatakan bahwa pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dan biaya atau pengeluaran. Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara

18 lain skala usaha, pemilikan cabang usaha, efisiensi penggunaan tenaga kerja, tingkat produksi yang dihasilkan, modal, pemasaran hasil dan tingkat pengetahuan peternak dalam menangani usaha peternakan. Jumlah rupiah yang didapat dari pendapatan bersih suatu usaha disebut keuntungan atau laba (Prawirokusumo, 1990). Keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya-biaya dimana biaya tersebut adalah biaya tetap dan biaya tidak tetap. Keuntungan yang diperoleh dari suatu usaha akan semakin besar bila selisih antara nilai penerimaan dan nilai biaya semakin besar (Soekartawi, 1993). 2.8 Performa Finansial a. Cost Benefit adalah ringkasan dari penerimaan dan keuntungan, serta kekurangan biaya dan kerugian selama periode tertentu, biasanya dihitung dalam setahun, dengan keuntungan atau kerugian sebagai hasilnya (Lest, dkk., 1980 dalam Firman, 2010). Intinya pada keuntungan rugi laba yang dihitung adalah penerimaan, biaya dan net income. b. Arus kas (Cash Flow) adalah diketahui sebagai sumber atau perhitungan aliran dana, ringkasan semua biaya transaksi yang mempengaruhi usaha selama waktu tertentu (bisa bulanan, kuartal, ataupun tahunan) (Lee, dkk., 1980 dalam Firman, 2010). Cash Flow menggambarkan berapa besar uang yang masuk (Cash In Flow) serta menggambarkan berapa besar uang yang keluar (Cash Out Flow) dari berbagai sumber penerimaan dan pengeluaran.

19 2.9 Analisis Kelayakan Usaha Analisis finansial merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan tersebut layak atau tidak layak dijalankan dilihat dari aspek finansial/keuangan. Analisis finansial lebih memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha, sehingga dapat dikatakan analisis finansial berorientasi pada profit motif. Sasaran utama dari analisis finansial adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha yang diharapkan oleh investor selaku penyandang dana usaha (Harahap, 2004). Analisis kelayakan usaha adalah suatu penilaian sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan usaha atau bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari usaha yang direncanakan. 2.9.1 Net Present Value Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi yang digunakan dalam mengukur apakah suatu proyek feasible atau tidak. Perhitungan NPV merupakan net benefit yang telah di diskon dengan menggunakan Social Opportunity Cost of Capital (SOCC) sebagai discount factor (Ibrahim, 2003). Apabila hasil perhitungan NPV lebih besar dari pada 0 (nol), maka dikatakan usaha tersebut feasible (go) untuk dilaksanakan dan jika lebih kecil dari 0 (nol) tidak layak untuk dilaksanakan. Hasil perhitungan NPV sama dengan 0 (nol) ini berarti proyek berada dalam keadaan Break Event Point (BEP) dimana Total Revenue = Total Cost (Ibrahim, 2003). Nilai bersih sekarang (Net Present Value) adalah jumlah nilai arus tunai pada waktu sekarang setelah dikurangi

20 dengan modal investasi yang dianggap sebagai ongkos investasi selama waktu tertentu (Kadarsan, 1995). 2.9.2 Net Benefit and Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount yang mempunyai nilai positif (+) dengan net benefit yang telah di discount yang mempunyai nilai negatif (-). Jika Net B/C lebih besar daripada 1 (satu) berarti gagasan usaha/proyek tersebut layak untuk dijalankan, dan jika lebih kecil daripada 1 (satu) berarti tidak layak untuk dijalankan. Untuk Net B/C sama dengan 1 (satu) berarti Cash In Flow sama dengan Cash Out Flow, dalam present value disebut dengan Break Event Point (BEP), yaitu total cost sama dengan total revenue (Ibrahim, 2003). Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah net benefit dan total cost yang sudah di discount factor. Rumusnya adalah present value yang bernilai positif dibagi dengan present value yang bernilai negatif. Semakin tinggi rasio Net B/C menunjukkan semakin layak (menguntungkan) usaha proyek tersebut (Lihan dan Yogi, 2009). 2.9.3 Internal Rate of Return (IRR) Internal Rate of Return (IRR) yaitu menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih pada waktu yang akan datang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga relevan (tingkat bunga yang disyaratkan), maka investasi dikatakan menguntungkan, kalau lebih kecil dikatakan merugi (Husnan dan Muhamad, 2000). IRR merupakan suatu tingkat discount rate yang

21 menghasilkan net present value sama dengan 0 (nol). Menentukan besarnya nilai IRR harus dihitung nilai NPV1 dan NPV2 dengan cara coba-coba. Apabila nilai NPV1 telah menunjukkan angka positif maka discount factor yang kedua harus lebih besar dari SOCC dan sebaliknya apabila nilai NPV1 menunjukkan angka negatif maka discount factor yang kedua berada di bawah SOCC atau discount factor (Ibrahim, 2003). 2.9.4 Pay Back Period (PBP) Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Analisis Pay Back Period dalam studi kelayakan perlu juga ditampilkan untuk mengetahui berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi. Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, semakin baik proyek tersebut karena semakin lancar perputaran modal (Ibrahim, 2003).