ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT. (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung)"

Transkripsi

1 ANALISIS FINANSIAL KELAYAKAN USAHA SAPI PERAH PENERIMA KREDIT USAHA RAKYAT (Kasus pada Peternak Sapi Perah Nasabah Bank BJB KCP Ujung Berung) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS THE DAIRY FARMING RECEPIENTS KREDIT USAHA RAKYAT (A Case in Smallholder Dairy Cattle Customer of BJB KCP Ujung Berung) Eva Wulandini Utari*; M. Hasan Hadiana**, Dadi Suryadi** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung-Sumedang KM 21 Sumedang * Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 ** Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran evawdutari06@gmail.com ABSTRAK Penelitian mengenai analisis finansial kelayakan usaha sapi perah telah dilakukan di peternakan rakyat yang menjadi nasabah bank BJB penerima kredit usaha rakyat di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 22 Desember 2015 sampai 23 Januari Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelayakan finansial usahaternak sapi perah sehubungan dengan peningkatan modal usaha yang bersumber dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini dengan melihat arus kas (cash flow) dan analisis kriteria investasi terdiri dari: Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Periode (PBP). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai NPV sebesar Rp ,- per lima tahun, Net B/C sebesar 2,794, Gross B/C sebesar 1,276, IRR sebesar 48% dan PBP selama 5 bulan 26 hari. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa usahaternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat yang diteliti layak untuk dijalankan. Kata kunci: usahaternak sapi perah, Kredit Usaha Rakyat (KUR), arus kas dan kelayakan investasi. ABSTRACT Research on the financial feasibility analysis has been conducted on smallholder dairy farms which received BJB KUR in Ciporeat Village, District Cilengkrang, Bandung regency. This research started from December 22 th, 2015 up to January 23 th, The purpose of this study was to determine the financial feasibility measurment of dairy cattle business connection with scaling up their business, method used in this research is a case study. Financial analysis used in this study was feasibility of cash flow as well as investment criteria which consists of : Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR), and Pay Back Period (PBP). Based on the calculation that the NPV value is Rp ,- per five years, the Net B/C is 2,794, Gross B/C is 1,276, and IRR is 48% and the PBP for 5 months 26 days. The results concluded that the dairy cattle farm of Kredit Usaha Rakyat recipients surveyed is feasible viewed based on the calculation criteria for investment and cas flow. Keywords: Dairy Cattle Business, People s Business Credit (KUR), Cash Flow and The Feasibility of Investment

2 PENDAHULUAN Sektor peternakan sapi perah merupakan bagian dari sub sektor peternakan yang menghasilkan komoditas susu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia akan protein hewani. Peternakan sapi perah yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar didominasi oleh peternakan rakyat dengan skala usaha yang bervariasi, namun kebanyakan skala usahanya masih relatif kecil yaitu dua sampai empat ekor sapi per peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih konvensional. Beternak sapi perah merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar peternak, namun pada kenyataannya pendapatan dari usaha ini masih relatif rendah. Usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang memerlukan adanya alternatif dalam mengatasi hal tersebut agar dapat meningkatkan skala usaha, peningkatan produktivitas, serta berdampak pada pemenuhan kebutuhan susu dalam negeri. Permasalahan mendasar yang dihadapi peternak rakyat yaitu dalam hal permodalan, sehingga dalam hal ini pemerintah meluncurkan suatu program pembiayaan bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk meningkatkan akses ke sumber permodalan yaitu Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan salah satu lembaga keuangan perbankan yang menawarkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah bank BJB. Peternakan usaha sapi perah di Desa Ciporeat merupakan salah satu sektor usaha agrobisnis yang memanfaatkan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diselenggarakan oleh pemerintah melalui bank BJB. Berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan terdapat beberapa peternak yang meminjam modal untuk menjalankan usahanya agar tetap berjalan, sampai dengan saat ini peternak sudah menerima kredit selama empat tahun. Peternak harus memenuhi persyaratan tertentu yang dikeluarkan Bank, serta angsuran pokok yang harus dibayar dengan suku bunga rata-rata 12% setiap tahunnya dan masa pinjaman selama 5 tahun serta adanya grace period yaitu masa tenggang yang diberikan bank kepada peternak untuk tidak melakukan pembayaran angsuran pokok selama 1 tahun. Namun sejauh ini perkembangan usaha ternak perah yang mengikuti Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum dilakukan evaluasi, demikian pula prospek untuk kedepannya.

3 Evaluasi terhadap kelayakan finansial usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan dilihat berdasarkan kriteria NPV, Net B/C, Gross B/C, IRR dan PBP sangat penting dilakukan, terkait dengan proses pengembangan usaha sapi perah ke depannya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai analisis finansial kelayakan usaha sapi perah penerima kredit usaha rakyat (kasus pada peternak sapi perah nasabah BJB KCP Ujungberung). OBJEK DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 2. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, karena dengan metode ini peneliti berusaha menguji unit secara mendalam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ary, dkk. (1982) Studi kasus merupakan Metode penelitian yang menjelaskan bahwa dalam kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalam. a. Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan sapi perah nasabah bank BJB di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, daerah tersebut dipilih secara purposive karena mayoritas peternak nasabah BJB KCP Ujungberung yang memanfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdomisili di Desa Ciporeat. b. Penentuan Responden Responden yang dipilih dalam penelitian ini diambil berdasarkan pertimbangan tertentu (purposive) yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan atau diambil secara sengaja. Responden dalam penelitian ini adalah 9 orang peternak usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank BJB di Desa Ciporeat. Responden tersebut berdasarkan rekomendasi Bank BJB.

4 c. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perternakan sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) serta wawancara dengan pemilik peternakan setempat dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu BJB KCP Ujung Berung, Badan Pusat Statistik, buku-buku yang relevan dengan penelitian ini. Pengambilan data sekunder juga diperoleh dari literatur-literatur, baik yang didapat di perpustakaan maupun tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha, serta artikel baik dari media cetak (koran dan majalah), maupun media elektronik (internet). 2. Operasional Variabel Variabel yang diamati meliputi komponen komponen pembiayaan untuk peningkatan investasi dan belanja modal kerja yang dananya bersumber dari Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta komponen penerimaan tambahan (incremental benefit) dari usaha sapi perah. a. Biaya Biaya adalah ongkos ongkos yang dikeluarkan untuk mengorganisasikan bisnis atau usaha dan menjamin proses produksi akan berlangsung. Biaya yang dikeluarkan dalam produksi peternakan antara lain penyediaan bibit, pakan, kandang berikut peralatan, kendaraan dan tenaga pemeliharaan. Biaya terbagi menjadi dua yaitu biaya investasi dan biaya variabel (Soekartawi, dkk., 1986). b. Manfaat Manfaat adalah nilai tambahan hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli (Kadarsan, 1995). Penerimaan pada usaha ternak sapi perah berupa penjualan susu, penjualan pedet jantan, penjualan pedet betina, penjualan sapi perah afkir dan penjualan pupuk kompos, yang dihitung dalam satuan rupiah. 3. Kriteria Investasi Kriteria investasi merupakan indikator dari suatu penilaian investasi yang dihitung dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Kriteria investasi yang diambil dalam

5 penelitian ini merujuk pada besarnya bantuan dana yang diterima oleh responden sebesar Rp ,- yang kemudian diambil rata-rata berdasarkan skala usaha sebelum menerima kredit serta rata-rata produksi susu per liter per hari, yang selanjutnya diambil satu responden yang mempresentasikan seluruhnya. 4. Model Analisis a. Performa Finansial Kelayakan finansial usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank BJB berdasarkan performa finansial dapat dilihat dari perhitungan: a) Cost Benefit Ratio yaitu imbangan antara Total penerimaan Total Biaya yang menggambarkan tingkat pendapatan usaha per periode tertentu. b) Cash flow atau arus uang terdiri dari tiga bagian yaitu inflow (arus uang masuk), out flow (arus uang keluar) dan endcash (saldo akhir). Inflow terdiri dari saldo awal, besarnya pinjaman yang diterima melalui KUR sebagai modal tambahan sendiri dan nilai jual produk, serta nilai sisa. Out flow terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel yang didalamnya juga termasuk bunga yang harus dibayar peternak. b. Analisis Kelayakan Investasi Analisis kelayakan investasi ini menitikberatkan pada pendekatan yang dilihat dari kepentingan individu atau peternakan atau kepentingan pemegang saham perusahaan tersebut, yakni laba yang dihasilkan proyek (private return) atau laba bisnis (business profit) (Lihan dan Yogi, 2009). Analisis kelayakan finansial yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Net Present Value (NPV) Cara perhitungannya sebagai berikut : = Ʃ (1 + ) Keterangan : Bt Ct n i = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t (Rupiah) = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rupiah) = Umur ekonomis proyek (Tahun) = Tingkat suku bunga (Persen)

6 t = (t= 0,1,2, n) Tahun 2. Internal Rate Return (IRR) Cara perhitungannya sebagai berikut : 1 = + ( 1 2) ( ) Keterangan : NPV1 = NPV yang bernilai positif (Rupiah) NPV2 = NPV yang bernilai negatif (Rupiah) i1 i2 = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif (persen) = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif (persen) 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) Cara perhitungannya sebagai berikut : Net B/C (1 + i) -n (positif) (1 + i) -n (negatif) Keterangan : i n = Tingkat Bunga = Waktu 4. Payback Periode Payback Periode berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut : P = Keterangan : P = Jumlah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal investasi (Tahun) I A = Biaya investasi (Rupiah) = Benefit bersih tiap tahun (Rupiah)

7 Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengambilan investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk diusahakan. c. Kriteria Kelayakan Finansial Peternakan yang mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dinyatakan layak secara finansial apabila memenuhi kriteria sebagai mana diuraikan pada Tabel 1. Tabel 1. Kaidah Pengambilan Keputusan Berdasarkan Kriteria Investasi Kriteria Investasi Nilai Keputusan NPV <0 Tidak Layak =0 Break Event >0 Layak IRR <SOCC Tidak Layak =SOCC Break Event >SOCC Layak Net B/C <1 Tidak Layak =1 Break Event >1 Layak PBP <5 tahun Layak =5 tahun Break Event >5 tahun Tidak Layak Sumber : Ibrahim, 2003 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Peternak penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) terkonsentrasi di Desa Ciporeat yang terletak di wilayah Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Secara administratif batas wilayah Desa Ciporeat adalah sebagai berikut: di sebelah Utara berbatasan dengan Perhutani, sebelah Timur dengan Desa Cilengkrang, sebelah Selatan dengan Kota Bandung, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cipanjalu. Luas wilayah Desa Ciporeat adalah 259,85 ha, secara garis besar lahan yang ada di desa tersebut digunakan untuk tegal, sawah, pemukiman, fasilitas umum dan lainnya. Topografi Desa Ciporeat berbukit dengan ketinggian meter di atas permukaan laut. Temperatur lingkungan harian di desa ini rata rata o C, dengan curah hujan mm per tahun dan kelembaban antara 60-70% (Monografi Desa Ciporeat, 2015). Berdasarkan keadaan iklim tersebut daerah ini potensial untuk pengembangan tanaman palawija, sayuran, dan peternakan

8 sapi perah. Adapun jumlah populasi ternak sapi perah di Desa Ciporeat pada tahun terakhir mencapai sekitar ekor. Jumlah penduduk Desa Ciporeat mencapai jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak kepala keluarga yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Desa Ciporeat terletak di wilayah kerja Kelompok Peternak Sapi Perah Manglayang. Kelompok Peternak Sapi Perah Manglayang berlokasi di Kabupaten Bandung memiliki anggota peternak sapi perah mencapai 302 anggota peternak dan terbagi dalam sembilan kelompok. KPSP Manglayang telah berdiri sejak Oktober 2004 dengan ketua kelompok saat ini, yaitu H. Iwa Kartiwa. Skala usaha ternak sapi perah pada KPSP Manglayang bervariasi, mulai dari skala rendah berjumlah 3 ekor hingga besar dengan pemeliharaan ternak mencapai 30 ekor untuk skala besar. Tabel 2. Sebaran Mata Pencaharian Penduduk No Pekerjaan Jumlah Presentase...Kepala Keluarga......%... 1 Buruh tani ,95 2 Buruh pabrik 86 7,57 3 Petani ,83 4 Pengusaha 10 0,88 5 Pedagang , PNS TNI/POLRI ,99 0,88 8 Pensiunan 15 1,32 9 Wiraswasta 69 6,08 10 Peternak ,58 Total Sumber : Monografi Desa Ciporeat, 2015 Mata pencaharian utama penduduk Desa Ciporeat cukup beragam, namun yang paling banyak dilakukan adalah pada sektor pertanian dan peternakan (30,83% dan 24,58%). Berdasarkan hasil wawancara hal tersebut disebabkan karena bertani merupakan pekerjaan yang turun temurun, memiliki sumber daya (lahan) warisan yang dapat dimanfaatkan dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan. Selain itu bermata pencaharian sebagai peternak memiliki kepuasan tersendiri salah satunya memiliki penghasilan yang relatif cukup dalam memenuhi kebutuhan keluarga, selain itu dengan beternak sapi perah peternak memiliki usaha yang kontinu.

9 2. Karakteristik Usaha Sapi Perah a. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 9 orang peternak sapi perah yang meminjam modal dengan menggunakan program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari bank terkait. Identitas responden yang dikaji meliputi umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman beternak. Tabel 3. Variasi Umur Responden No Umur Jumlah peternak Presentase...Orang......%... 1 <30 Tahun 1 11, Tahun 5 55,55 3 >55 Tahun 3 33,33 Total Umur sangat berkaitan dengan kemampuan fisik dan daya pikir peternak. Semakin tua umur peternak maka kemungkinan penurunan kemampuan fisik dan berpikir peternak menjadi lebih tinggi. Pada Tabel 3. umur responden sebagian besar berada pada kisaran tahun sebesar 55,55%. Adiwilaga (1982) menjelaskan bahwa kisaran umur antara tahun merupakan kisaran umur produktif dengan produktivitas tinggi. Umur produktif merupakan tingkatan umur dimana seseorang akan mampu menghasilkan produk maupun jasa, atau dengan kata lain umur produktif merupakan umur dimana seseorang akan mampu bekerja dengan baik. Tabel 4. Tingkat Pendidikan Responden No Tingkat Pendidikan Jumlah peternak Presentase...Orang......%... 1 SD 8 88,89 2 SMP SMA 1 11,11 4 PT - - Total Tingkat pendidikan merupakan hal penting dalam memajukan usahaternak sapi perah, karena dengan pendidikan yang tinggi, peternak akan lebih cepat mempelajari pengetahuan, lebih mudah mengembangkan diri, dan serta mempunyai pemikiran yang lebih luas. Mosher (1985) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan faktor pelancar dan sarana untuk meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh peternak. Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah yaitu sebesar 88,89%. Hal ini dapat terjadi karena tingkat perekonomian yang relatif rendah yang menyebabkan tingkat pendidikan menjadi rendah pula.

10 Berdasarkan latar belakang pendidikan tersebut, ada kemungkinan peternak mengalami kesulitan dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam usahaternak sapi perah. Namun meskipun dengan pendidikan yang relatif rendah, peternak berani mengambil risiko dalam usahaternak sapi perah yang memiliki risiko tinggi. Hal tersebut dapat disebabkan karena melihat dari pengalaman beternak yang sudah relatif lama, sehingga para peternak dapat bercermin dari pengalaman-pengalaman yang sudah didapatkan sebelumnya. Dijelaskan menurut Adiwilaga (1982) tingkat pendidikan peternak sangat menentukan dalam penerapan teknologi pertanian. Tabel 5. Pengalaman Beternak Responden No Pengalaman Jumlah peternak Presentase...Orang......%... 1 <5 Tahun Tahun 1 11, Tahun 3 33,33 4 >15 Tahun 5 55,55 Total Pengalaman beternak merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan maju mundurnya kegiatan peternakan. Berdasarkan Tabel 5, pengalaman beternak dalam usahaternak sapi perah didominasi >15 tahun berjumlah 5 orang (55,55%). Berkaitan dengan Tabel 4, meskipun memiliki pendidikan yang relatif rendah para peternak memiliki pengalaman yang sudah cukup lama. Sehingga dalam hal ini lama usaha beternak berhubungan erat dengan tingkat pengalaman yang diperoleh peternak dalam melakukan suatu usaha peternakan. Mosher (1985) menjelaskan lama usaha merupakan pengalaman yang dapat diambil manfaatnya sehingga dapat membantu peternak dalam usahanya, karena semakin lama usahanya semakin banyak pengalaman yang diperoleh peternak. b. Kondisi Usaha Sapi Perah Jenis sapi perah yang dikembangkan dalam usahaternak ini adalah jenis sapi perah Fries Holland (FH). Manajemen pemeliharaan dilakukan secara intensif. Pemeliharaan ternak dilakukan melalui beberapa tahap mulai dari perawatan pedet, perawatan sapi dara dan perawatan sapi produktif. Dijelaskan oleh Ensminger (1969) dalam Firman (2010) bahwa ada tiga tahap dalam pemeliharaan sapi perah, yaitu perawatan pada anak sapi perah/pedet, perawatan sapi dara, dan perawatan pada sapi betina dewasa. Perawatan pada setiap tahap akan

11 berbeda satu sama lainnya karena masing-masing mempunyai tingkatan umur yang berbeda. Peternak sapi perah yang menjadi nasabah Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat memiliki kepemilikan ternak yang cukup beragam. Tabel 6. Perkembangan Skala Usaha dan Produksi Susu Sebelum dan Sesudah Kredit Responden ke- Pinjaman Skala Awal (Ekor) Skala saat ini (Ekor) Produksi susu (liter/tahun) (Rp.) Laktasi Non Total Laktasi Non Total Sebelum Sesudah laktasi laktasi R R R R R R R R R Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa terdapat 3 macam skema penerimaan KUR yaitu <Rp ,-, Rp ,- dan skema >Rp ,-. terlihat bahwa dari ketiga skema tersebut masing-masing peternak mulai dari R1 sampai R9 mengalami perubahan atau peningkatan skala usaha, namun terdapat pula adanya ketimpangan yang seharusnya apabila peternak yang menerima dana >Rp ,- mengalami peningkatan kepemilikan yang seharusnya lebih banyak apabila dibandingkan dengan peternak yang hanya menerima dana <Rp ,- dan Rp ,-. Hal tersebut dapat disebabkan karena beberapa hal yang diantaranya lama pengelaman beternak, kemampuan peternak dalam mengelola dana yang diterima dan pola berfikir peternak. c. Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah di Desa Ciporeat dilakukan secara intensif. Pakan yang diberikan pada sapi perah di Desa Ciporeat antara lain hijauan, konsentrat dan pakan tambahan yaitu ampas tahu. Selama proses pemeliharaan, pemberian pakan dilakukan secara tiga kali pemberian hijauan yaitu pada saat pagi, siang dan sore. Sedangkan pemberian konsentrat dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada pagi dan sore hari. Selain hijauan dan konsentrat para peternak memberikan pakan tambahan berupa ampas tahu untuk melengkapi kebutuhan nutrisi ternaknya. Hijauan yang sering diberikan pada sapi perah di Desa Ciporeat berupa rumput

12 gajah, namun selain itu ada peternak yang memberi hijauan lain seperti jerami padi pada ternaknya. Rumput gajah diberikan dengan pola cut and carry yang berasal dari kebun rumput milik peternak. Peternak sapi perah yang menjadi responden di Desa Ciporeat merupakan anggota Koperasi Peternak Sapi Perah Manglayang (KPSPM). Sebagai anggota KPSPM peternak mempunyai hak dalam mendapatkan pelayanan dari koperasi berupa bantuan inseminasi buatan, biaya kesehatan ternak, tunjangan peternak dan subsidi dalam membeli pakan konsentrat dari koperasi. Harga konsentrat relatif sedang yaitu sekitar Rp /kg, untuk mendukung kecukupan nutrisi sapi perah, sebagian peternak memberikan pakan tambahan berupa ampas tahu. Setiap hari susu dari peternak sapi perah di Desa Ciporeat dikoleksi dua kali sehari, pagi-pagi sekitar pukul dan sore hari sekitar pukul pada saat pengumpulan, jumlah susu yang akan dijual ke koperasi maupun ke agen dicatat oleh petugas tertentu. Saat ini harga susu yang dijual ke koperasi sebesar Rp per liter, sedangkan pada agen peternak menjual susu sebesar Rp per liter. 3. Penerimaan Kredit Oleh Peternak a. Mekanisme Penerimaan Kredit Oleh Peternak Proses pengajuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak melalui perantara kelompok ataupun koperasi. Pengajuan dilakukan perorangan (individu) langsung kepada pihak bank terkait dengan menggunakan prosedur yang sudah ditetapkan oleh pihak bank. Ilustrasi mengenai mekanisme penerimaan kredit oleh peternak dapat dilihat dibawah ini : Ilustrasi di bawah merupakan gambaran tahapan bagaimana peternak mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sesuai dengan jumlah kredit yang diajukan. Prosedur pengajuan dilakukan oleh perorangan yang akan bersangkutan meminjam kredit kepada pihak bank tanpa melalui perantara kelompok. Bank pelaksana memutuskan pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) berdasarkan penilaian terhadap kelayakan usaha sesuai dengan asas-asas perkreditan yang sehat, serta dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. Lama proses pengajuan sampai para peternak mendapatkan dana tidak begitu lama berkisar satu sampai dua minggu. Setelah dana yang dicairkan oleh pihak bank kepada peternak maka kredit yang diajukan akan

13 dijaminkan kepada Askrindo dan Jamkrindo tanpa adanya biaya dari bank. Namun untuk peternak yang tidak memenuhi persyaratan baik teknis maupun non teknis yang sudah ditetapkan maka akan ditolak oleh pihak bank terkait. Peternak 5 1 BJB 2 Tolak 4 3 Terima Askrindo dan Ilustrasi 2. Mekanisme Penerimaan Kredit Oleh Peternak b. Jumlah Kredit dan Angsuran Peternak Penerimaan kredit oleh setiap orangnya bervariasi tergantung dengan kondisi usaha yang dijalankannya dan jaminan yang diberikan peternak pada pihak bank. Jumlah penerimaan kredit setiap peternak dapat dilihat di Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Kredit No Pinjaman Jumlah Peternak Persentase...Rp......Orang......%... 1 < , ,66 3 > ,22 Total Pada hasil penelitian didapatkan hasil sesuai dengan tabel diatas, dimana peternak yang menerima dengan besaran Rp. < ada sebanyak 1 orang (11,11%). Peternak yang menerima kredit dengan besaran Rp Rp sebanyak 6 orang (66,66%).

14 Peternak yang menerima kredit dengan besaran Rp. > sebanyak 2 orang (22,22%). Besarnya angsuran yang diterima setiap peternak akan berbeda sesuai dengan jumlah kredit yang diterima, serta bunga yang harus dibayar para peternak yaitu sekitar 12%. c. Pemanfaatan Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) Para peternak sapi perah yang menerima dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) memanfaatkan sebaik mungkin dana yang diterimanya yaitu dengan membelikan bibit berupa dara bunting yang biasa dibelinya dari peternak lain yang berasal dari daerah tempat tinggal. Selain itu peternak juga menggunakan dana yang diterima untuk memperbaiki bangunan kandang serta membeli peralatan kandang sesuai dengan yang dibutuhkan. d. Pengembalian Pinjaman Adanya pinjaman adapula besaran angsuran yang harus dibayarkan untuk melunasi pinjaman tersebut. Pada penelitian ini besarnya angsuran untuk setiap peternak berbeda-beda sesuai dengan jumlah pinjaman masing-masing serta ditambah dengan ketetapan bunga sekitar 12% pada setiap tahunnya. Proses pengembalian pinjaman kredit oleh para peternak dari lembaga keuangan yang dalam penelitian ini adalah Bank Jabar Banten dilakukan dengan cara dicicil, angsuran pokok dicicil pada setiap setahun sekali yang jatuh pada tempo bulan tertentu tergantung dari tempo bulan peternak masing-masing ketika menerima dana. Angsuran dicicil selama 5 tahun, yang dimana para peternak lebih diuntungkan karena adanya grace period selama 1 tahun. Sedangkan setiap bulannya peternak harus membayar biaya bunga sesuai yang telah ditetapkan oleh pihak bank. Tabel 8. Pengembalian Pinjaman KUR pada Suku Bunga 12% Skema Skema Tahun Pokok Bunga Total Pokok Bunga Total

15 Skema Skema Pokok Bunga Total Pokok Bunga Total Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa setiap peternak memiliki tanggungjawab untuk membayar bunga tergantung dari jumlah dana yang diterima. Untuk peternak yang menerima dana sebesar Rp harus membayar bunga sekitar Rp per tahun, peternak yang menerima dana sebesar Rp bunga yang harus di bayar sekitar Rp per tahun, peternak yang menerima dana sebesar Rp harus membayar bunga sekitar Rp per tahun dan peternak yang menerima dana sebesar Rp harus membayar bunga sekitar Rp per tahun. Pembayaran bunga tersebut wajib dibayarkan setiap bulan, sedangkan untuk angsuran pokok dicicil setiap satu tahun sekali. Angsuran tersebut di bayar dengan cara adanya petugas bank yang langsung menagih ke tempat tinggal peternak yang bersangkutan sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan. 4. Analisis Kelayakan Usaha Analisis kelayakan finansial merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan secara finansial layak atau tidak untuk dijalankan. Dalam melakukan perhitungan analisis kelayakan usahaternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), diambil satu responden yang akan mempresentasikan ke sembilan responden penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR), setelah di analisis dan diambil rata-rata didapatkan hasil bahwa satu responden yang mempresentasikan semuanya adalah Ibu Oneng Odang. a. Arus Biaya dan Manfaat Gittinger (1986) menjelaskan bahwa Biaya merupakan suatu pengorbanan yang dikeluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa yang digunakan dalam suatu usaha. Biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Sedangkan manfaat adalah nilai hasil

16 dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli (Kadarsan, 1995). Adapun arus biaya dan manfaat usahaternak sapi perah dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Arus Biaya dan Manfaat Usaha Sapi Perah Tahun Biaya Benefit Net Benefit...Rp/tahun , , , , , , , , , , , , , , ,00 Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa biaya yang dikeluarkan oleh peternak dari tahun pertama sampai ke-lima terus mengalami kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah populasi ternak pada usaha tersebut. Namun hanya pada tahun kedua terjadi penurunan biaya karena hal tersebut disebabkan adanya biaya variabel yang tidak harus dibeli setiap satu tahun sekali seperti lampu penerangan yang dapat bertahan sampai lima tahun. Sehingga dalam hal ini biaya akan terus berubah seiring dengan adanya pertambahan input yang digunakan. Manfaat yang diperoleh dari usaha sapi perah yang dijalankan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Manfaat yang diterima dari usaha ini berupa hasil penjualan susu, penjualan pedet jantan lepas sapih dan penjualan induk afkir. Untuk penjualan susu dibagi ke dalam dua jalur penjualan pertama ke KPSPM dijual dengan harga Rp per liter dan ke agen dengan harga Rp per liter. Sedangkan untuk penjualan induk afkir terjadi pada tahun ke lima, sehingga dapat di lihat pada Tabel 9 pada tahun tersebut usaha ini mendapatkan manfaat yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya karena pada tahun inilah peternak mengafkir induk sapi pada umur 6 tahun setelah melahirkan sebanyak empat kali. b. Arus Kas (Cash Flow) Adapun arus kas (Cash Flow) dari usahaternak penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dilihat pada Tabel 10.

17 Tabel 10. Arus Kas (Cash Flow) Usaha Sapi Perah No Cashflow Tahun (Rp.) A Inflow 1. Saldo awal tahun ,00 ( ,00) , , ,00 2. Modal pinjaman ,00 3. Modal sendiri ,00 4. Nilai jual Susu , , , , ,00 5. Nilai jual pedet lepas , , , , ,00 sapih 6. Nilai jual induk afkir ,00 7. Nilai sisa ,00 Total A , , , , , ,00 B Outflow 1. Biaya Investasi ,00 2. Biaya operasional , , , , ,00 3. Kewajiban bank Pokok , , , , ,00 Bunga pinjaman , , , , ,00 Total B , , , , , ,00 C Saldo Akhir Tahun [A-B] , , , , ,00 Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat arus kas (Cash Flow) usahaternak sapi perah penerima kredit untuk tahun pertama saldo akhir sudah bernilai positif hal tersebut menandakan bahwa benefit yang didapat ditambah dengan modal pinjaman dari kredit tersebut mampu menutupi biaya investasi dan biaya operasional serta kewajiban bank yang harus dilaksanakan. Begitupun untuk tahun kedua sampai tahun terakhir saldo akhir peternak sapi perah penerima KUR bernilai positif. Sehingga dikatakan usaha tersebut sudah mampu menutupi biaya biaya yang dikeluarkan dari hasil penjualan output. 5. Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis yang digunakan untuk melihat layak atau tidaknya usaha untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi dilakukan selama 5 tahun yaitu berdasarkan lama peminjaman kredit. Analisis kriteria investasi ini menggunakan indikator kelayakan yaitu diantaranya Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Hasil perhitungan kriteria investasi pada peternakan sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

18 Tabel 11. Hasil perhitungan kriteria investasi No Kriteria Investasi Nilai Keterangan 1 NPV Layak 2 Net B/C 2,794 Layak 3 Gross B/C 1,276 Layak 4 IRR 48% Layak 5 PBP 0,49 Layak 6 PR 6,52 Layak Berdasarkan Tabel 11, apabila dikaitkan dengan teori menurut Ibrahim (2003), apabila hasil perhitungan NPV lebih besar daripada 0 (nol) maka dikatakan usaha tersebut feasible (go) untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat bahwa nilai NPV usahaternak ini sebesar per lima tahun sehingga nilai tersebut menunjukkan usahaternak layak untuk dijalankan karena nilai NPV lebih besar daripada 0 (nol). Pada hasil perhitungan Net B/C dan Gross B/C pada usahaternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat ini diperoleh hasil lebih besar dari 1 (satu) yaitu Net B/C sebesar 2,794 dan Gross B/C 1,276 maka usaha tersebut dikatakan layak karena menurut Ibrahim (2003), apabila nilai Net B/C dan Gross B/C lebih dari 1 (satu) maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Menurut Lihan dan Yogi (2009), apabila nilai IRR lebih dari nilai SOCC maka usaha tersebut layak untuk dijalankan. Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel kriteria investasi IRR diperoleh dengan nilai sebesar 48% sehingga dapat dikatakan bahwa IRR lebih besar dari SOCC, maka dengan demikian usahaternak sapi perah penerima kredit usaha rakyat ini layak untuk dijalankan. Sesuai dengan ketentuan yang telah dijadikan sebagai indikator kelayakan dari suatu usaha berdasarkan teori memang layak untuk dijalankan, namun angka-angka tersebut sangat rawan, karena berdasarkan hasil penelitian ada seorang peternak yang pada tahun terakhir belum memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran pokok kepada pihak bank. Hal tersebut membuktikan bahwa usaha yang dijalankan kemungkinan rawan, namun selain itu apabila dikaitkan dengan terjadinya berbagai kejadian dalam suatu usaha tersebut, contohnya adanya kenaikan input pakan usaha tersebut tidak layak untuk dijalankan. Hal ini dapat dilihat dari nilai sensitivitas pada Tabel 12 di bawah ini.

19 Tabel 12. Analisis Sensitivitas Usaha Sapi Perah Kriteria investasi Kenaikan harga pakan 15% 30% 44% NPV Net B/C 2,08 1,48 0,99 Gross B/C 1,17 1,07 0,97 IRR 34,56 22,33 11,73 Hasil perhitungan analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan dapat dilihat bahwa kenaikan harga pakan sampai dengan 15% tidak berpengaruh terhadap usahaternak, artinya usaha tersebut masih dikatakan layak untuk dijalankan namun ketika harga pakan naik menjadi 44% usaha tersebut sudah tidak layak untuk dijalankan karena nilai kriteria investasi menunjukkan hasil yang tidak layak yaitu : NPV : Rp per 5 tahun, Net B/C : 0,99, Gross B/C : 0,97, IRR : 11,73. Hal ini sejalan dengan pendapat Gittinger (1986) apabila nilai akhir dari perhitungan sensitivitas didapatkan nilai negatif maka usaha tersebut tidak dapat menanggulangi kenaikan biaya sebesar nilai inflasi yang terjadi pada saat itu. KESIMPULAN 1. Performa usaha sapi perah ditinjau dari parameter output, pendapatan tunai dan skala pemeliharaan mengalami peningkatan setelah adanya penambahan dana yang diterima dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). 2. Dilihat dari arus kas dan arus biaya dan manfaat usaha sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) dikatakan layak karena sejak tahun pertama menerima kredit, selisih arus kas sudah bernilai positif artinya secara finansial usaha tersebut mampu mencukupi kebutuhan pendanaan usahanya setidaknya untuk periode tahun berikutnya. 3. Usahaternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) layak untuk dijalankan, semua nilai kriteria investasi terpenuhi nilai kelayakannya, masing masing adalah Net Present Value sebesar Rp ,- per 5 tahun, Net Benefit and Cost Ratio sebesar 2,794, Gross Benefit and Cost Ratio sebesar 1,276, Internal Rate of Return sebesar 48% dan Profitability Ratio sebesar 6,52.

20 SARAN 1. Efektifitas penggunaan kredit sebaiknya ditujukan kepada para peternak sapi perah yang memiliki skala usaha dengan rata-rata pemilikan diatas 5 ekor serta sudah mampu mengelola usahanya dengan baik. 2. Peternak harus memperhitungkan kembali apabila akan mengeluarkan modal investasi, agar investasi yang dikeluarkan lebih efektif. 3. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut diantaranya mengukur efisiensi teknis dan efisiensi ekonomis usaha sapi perah khususnya penerima kredit. DAFTAR PUSTAKA Adiwilaga, A Ilmu Usaha Tani. Alumni. Bandung. Ary, Jacobs, dkk Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. (Penerjemah Furchan, A). Usaha Nasional. Surabaya. Bank Jabar Banten, Avaible at : (diakses pada November 2015). Firman, Achmad dan T, Rochadi Agribisnis Sapi Perah. Widya Padjadjaran. Bandung. Gittinger, J. P Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. Ibrahim, Y Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta. Kadarsan, W. Halimah Keuangan Pertanian dan pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pusaka Utama. Jakarta. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI No: KEP-01/D.I.EKON/01/2010 tentang Struktur Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat. Lihan, I dan Yogi Studi Kelayakan Bisnis. Poliyama. Jakarta. Monografi Desa Ciporeat Kabupaten Bandung. Mosher, A. T Menggerakkan dan membangun Ekonomi Pertanian. Disadur oleh Krisnandi, S dan Somad, B. Cetakan ke-10. Yasaguna. Jakarta. Soekartawi, A. Soehardjo, J. L, Dillon dan J.B. Hardaker Ilmu Usahatani dan Penelitian Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. diselenggarakan secara teratur dan terus menerus pada suatu tempat dan dalam 10 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan adalah suatu usaha pembibitan dan atau budidaya peternakan dalam bentuk perusahaan peternakan atau peternakan rakyat, yang diselenggarakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga

Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga 58 Lampiran 1. Asumsi, Koefisien teknis dan Koefisien harga No Asumsi Volume Satuan 1 Dara bunting 4 bulan 4 Ekor 2 Bangunan Kandang Sapi 115,4 m2 3 Gudang Pakan 72 m2 4 Lahan 210 m2 5 Lahan kebun rumput

Lebih terperinci

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII ANALISIS ASPEK FINANSIAL Aspek finansial merupakan aspek yang dikaji melalui kondisi finansial suatu usaha dimana kelayakan aspek finansial dilihat dari pengeluaran dan pemasukan usaha tersebut selama

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

ANALISIS COST-BENEFIT

ANALISIS COST-BENEFIT ANALISIS COST-BENEFIT USAHA RAKYAT DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENINGKATAN KESEMPATAN KERJA (STUDI KASUS PADA PROGRAM SAPI BERGULIR DI DESA ARJANGKA, KECAMATAN PRINGGARATA, KABUPATEN LOMBOK TENGAH) Juwita

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

i - - - ii iii iv v vi vii No. Asumsi A B C Aspek Pasar 1. Untuk prediksi ke depan, permintaan produk dianggap tidak mengalami penurunan dalam jangka waktu 10 tahun yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Elsari Brownies and Bakery yang terletak di Jl. Pondok Rumput Raya No. 18 Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman

Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Sains Peternakan Vol. 6 (2), September 2008: 22-30 ISSN 1693-8828 Analisis Investasi Usahatani Pembibitan Sapi Peranakan Limousine di Kabupaten Sleman Shanti Emawati 1), Rini Widiati 2) dan I Gede Suparta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi

METODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG Sitanggang, Yanshen Manatap Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Email : Yanshen_simanjuntak@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman INTISARI

Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman INTISARI Analisis Investasi Usahatani Sapi Perah Pada Anggota Koperasi Usaha Peternakan Dan Pemerahan (UPP) Kaliurang Di Kabupaten Sleman Shanti Emawati 1), Ayu Intan Sari 2) 1) 2) Jurusan Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Usahatani Bachtiar Rifai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TAHU (Agroindustri Tahu Bapak Iwan di Desa Pangkalan Pisang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak Sri Indrapura) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF TAHU AGROINDUSTRY

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi 23 III METODOLOGI Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan penelitian yaitu tahap pengumpulan data dan informasi, tahap pengkajian pengembangan produk, tahap pengkajian teknologi, tahap uji coba dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan

IV. METODE PENELITIAN. (Desa Cogreg dan Desa Ciaruteun Ilir), Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi penanaman JUN Unit Usaha Bagi Hasil- Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (UBH-KPWN) Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Makan Sudi Mampir di Kecamatan Bone Pantai Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian adalah bulan April sampai

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha pengolahan komoditi kelapa, dampaknya terhadap

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Investasi Kasmir dan Jakfar (2009) menyatakan bahwa investasi adalah penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari 47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Ismael Limbong*), Mozart B Darus**), Emalisa**) *) Alumni

Lebih terperinci

Peternakan ernakan Tropika

Peternakan ernakan Tropika e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan ernakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana ANALISIS KELAYAKAN

Lebih terperinci

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada METODE PERBANDINGAN EKONOMI METODE BIAYA TAHUNAN EKIVALEN Untuk tujuan perbandingan, digunakan perubahan nilai menjadi biaya tahunan seragam ekivalen. Perhitungan secara pendekatan : Perlu diperhitungkan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Mariyah) 15 ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Mariyah

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG

ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG ANALISIS KELAYAKAN BERBAGAI POLA BAGI HASIL USAHATERNAK SAPI PERAH RAKYAT (SENSUS DI DESA HAURNGOMBONG KECAMATAN PAMULIHAN KABUPATEN SUMEDANG) SKRIPSI ARYA NUGRAHA 200110080142 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II.1 Tinjauan Pustaka Tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah daerah tropis dan dapat juga tumbuh

Lebih terperinci