Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

TATA GEREJA PEMBUKAAN

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

KEPUTUSAN PIMPINAN PUSAT GKPS Nomor: 99/SK-1-PP/2013 tentang TATA GEREJA dan PERATURAN RUMAH TANGGA GEREJA KRISTEN PROTESTAN SIMALUNGUN (GKPS)

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Oikumenikal dan Evangelikal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

MEMUTUSKAN. Peraturan Banua Niha Keriso Protestan tentang Resort

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Ganjang Kabupaten Humbang Hasundutan. Memiliki kekayaan alam yang

Bab I Pendahuluan. A. Permasalahan. A.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian dalam bidang daya dan kemandirian dalam bidang dana. 1 Kemandirian dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN NOMOR 06/ BPMS-BNKP/ 2008 tentang UNIT PELAYANAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I Pendahuluan UKDW

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan

PERATURAN HURIA KRISTEN INDONESIA (HKI)

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB IV CREDIT UNION DALAM PERSEPEKTIF DIAKONIA TRANSFORMATIF. kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat jutaan anak-anak tidak mengenyam

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor: 08/BPMS-BNKP/2009 tentang BADAN PENGAWAS PENATALAYANAN

UKDW. BAB I Pendahuluan

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

BAB I PENDAHULUAN. Gereja Methodist adalah suatu gereja Kristus (yang mengikuti ajaran

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

GEREJA KRISTEN NAZARENE PASAL-PASAL TENTANG IMAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB III. Deskripsi Proses Perumusan Tema-Tema Tahunan GPIB. 1. Sejarah Singkat GPIB. GPIB (Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat) adalah bagian

UKDW. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. 1.1.a Pengertian Emeritasi Secara Umum

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. cukup panjang yang disebut Injil. Karangan-karangan yang panjang itu bercerita tentang seorang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN Nomor : 14/BPMS - BNKP/2014 tentang KOMISI DI JEMAAT. Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Kristus Raja Gereja

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Kedaton terdiri dari 7 kelurahan, yaitu:

Panduan Administrasi. Kompleks Istana Mekar Wangi Taman Mekar Agung III No. 16 Bandung Telp ; Website:

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Gereja Kristen Protestan Indonesia atau yang sering disingkat dengan nama GKPI adalah salah satu dari sekian banyak gereja yang ada di dunia ini. Sebagai bagian dari Tubuh Kristus tentunya gereja selalu dituntut untuk memberikan yang terbaik bagi anggota jemaat, dalam hal ini tanggung jawab dan pelayanan gereja itu sendiri. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri dan wajar apabila GKPI dan gereja-gereja lainnya dalam kehidupannya pasti akan mengalami pergumulan-pergumulan ataupun hambatanhambatan apapun itu bentuknya, baik dari dalam maupun dari luar gereja itu sendiri. Pada dasarnya GKPI mempunyai tugas yang sama dengan gereja-gereja lain, yaitu untuk mengemban dan mewujudkan misi Yesus Kristus didalam pengutusannya. Dalam rangka memenuhi tugas panggilan tersebut, tentunya GKPI akan mengalami benturan-benturan. Salah satu dari benturan-benturan yang dimaksud adalah timbulnya perpecahan dalam tubuh GKPI sendiri, dimana perpecahan itu secara tidak langsung akan menjadi hambatan dalam melaksanakan tugas dan panggilan gereja. Konflik dalam tubuh GKPI (1996-1999) memang sangat mengejutkan dan menyentuh hati seluruh warga jemaat GKPI pada khususnya dan orang Kristen pada umumnya. Di satu sisi, gereja seharusnya tidak sampai jatuh kepada konflik yang sampai menyebabkan perpecahan, apalagi itu terjadi didalam (intern) gereja itu sendiri. Akan tetapi disisi lain, konflik tersebut mengingatkan dan menyadarkan gereja akan tugas dan panggilannya ditengah-tengah masyarakat yang majemuk. Sehingga dalam hal ini, GKPI secara khusus dan gereja pada umumnya senantiasa berupaya untuk memperbaharui diri agar semakin mampu untuk mengemban misi sebagai gereja yang berjuang didalam dunia untuk mengemban Injil Yesus Kristus, sebagaimana yang telah dirumuskan dalam tata gereja GKPI 1. 1 Pasal II tata gereja GKPI terkait dengan pengakuan dan tujuan 1

Gereja adalah Tubuh Kristus yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, baik itu kesatuan sesama anggota jemaat (1 Korintus 12:12), dan kesatuan jemaat dengan Yesus Kristus (Efesus 1:22 ; Kolose 1:18) 2. Karena sebenarnya didalam Kristus telah berakhir atau tidak dijumpai segala perbedaan yang memisahkan dan ikatan yang membelenggu. Sehingga kesatuan gereja sebagai Tubuh Kristus selain mengatasi kepelbagaian, juga merupakan penampakan dari tubuh Kristus. Satu hal yang perlu di garis bawahi adalah bahwa kesatuan dan persekutuan gereja adalah bukan hasil olahan manusia, bukan ciptaan anggota jemaat itu sendiri, bukanlah milik pribadi atau golongan tertentu, bukan milik negara atau penguasa, akan tetapi gereja adalah milik Allah yang memanggil dan mengumpulkan umatnya. B. Permasalahan Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) berdiri pada tanggal 30 Agustus 1964 di Pematang Siantar, Sumatera Utara 3. Dalam struktur organisasi, GKPI dipimpin oleh seorang Bishop sebagai pimpinan tertinggi dan dibantu oleh seorang Sekretaris Jenderal (Sekjen) sebagai wakilnya. Kedua pimpinan itu membawahi kepala-kepala Biro (Biro I- III), Majelis Pusat dan pendeta-pendeta yang berkedudukan di jemaat 4. Dalam menjalankan tugasnya, Pimpinan Pusat bertanggung jawab sepenuhnya kepada Majelis Pusat, yang terdiri dari : kalangan pendeta dan warga jemaat biasa. Struktur ini mutlak berlaku dan diperbaharui dalam sinode Am XI 1993 di Medan, Sumatera Utara 5. Sebelum konflik ini terjadi, dalam kehidupan berjemaat di GKPI terdapat suatu istilah ataupun slogan yang berbunyi Sabas na mar GKPI artinya alangkah nyaman/tenang berjemaat di GKPI. Akan tetapi slogan dan kenyamanan itu terusik ketika pada tahun 1996 timbul awal perpecahan di tubuh GKPI. Konflik berawal pada saat Sinode Am Kerja (SAK) XIII GKPI di Medan, Sumatera Utara. Sebagian peserta SAK pada saat itu menilai laporan pertanggung jawaban yang disampaikan oleh Bishop sebagai pimpinan pusat tidak mencerminkan keadaan GKPI 2 T.D.Becker, Pedoman Dogmatik, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1993, hlm.17 3 Pasal XII tata gereja GKPI,tentang sejarah berdirinya GKPI 4 Almanak GKPI, Kolportase Pusat GKPI, Pematang Siantar, hlm.323-326. 5 Sda. 2

yang sebenarnya. Sebagian besar tugas yang diembankan pada sinode sebelumnya (1993) tidak dilaporkan oleh Bishop. Disamping itu 20 anggota Majelis Pusat membuat pernyataan yang isinya bahwa Majeli Pusat tidak dapat bekerja sama dengan Bishop ; Sekjen mengucapkan pernyataan rela mengembalikan mandat, bila sinode menilai Sekjen tidak melaksanakan tugasnya dengan baik ; sedangkan kepala Biro III membuat pernyataan bahwa laporan Bishop tidak disusun bersama dengan staf Kantor Pusat 6. Melihat keadaan yang seperti itu, maka para peserta sinode tidak menginginkan permasalahan-permasalahan di GKPI terus berlanjut. Para peserta sinode pada saat itu menginginkan perdamaian terwujud diantara Bishop di satu pihak dan Majelis Pusat, Sekjen, serta Kepala Biro III di pihak lain. Sehingga rapat kelompok II Bidang Umum dalam rapatnya tanggal 8 Maret 1996 mengusulkan pembentukan Tim Sesepuh untuk mengupayakan perdamaian diantara Bishop dengan 20 anggota Majelis Pusat, Sekjen dan Kepala Biro III. Tim Sesepuh yang diusulkan beranggotakan 4 orang pendiri GKPI yaitu : Pdt. DR. Andar Lumbantobing, Pdt. Prof. DR. Sutan Hutagalung, St. Prof. Apul Panggabean dan St. DJ. P. Nainggolan. Usulan ini diterima oleh sebagian besar peserta sinode dan ditetapkan pada tanggal yang sama, 8 Maret 1996, oleh Pimpinan SAK XIII GKPI 7. Setelah waktu berselang tiga bulan, Tim Sesepuh telah melaksanakan rapat sebanyak tujuh kali. Dan hasil akhir dari pertemuan itu adalah pemberhentian Bishop R.M.G. Marbun S.Th dari jabatannya dengan hak pensiun penuh. Akan tetapi salah satu anggota Tim, yaitu St. DJ.P. Nainggolan tidak setuju pada keputusan pemberhentian Bishop R.M.G. Marbun S.Th 8. Untuk mengisi jabatan pimpinan yang lowong, maka Majelis Pusat dalam rapat tanggal 8 Juni 1996 dengan mengacu kepada PRT GKPI pasal 37 mengangkat dan menetapkan Sekjen M.S.E. Simorangkir S.Th menjadi Bishop dan sesuai dengan PRT GKPI pasal 40 6 Keputusan SAK XIII GKPI, No. 6/SA-XIII GKPI/ tentang : Umum. Bdk. Tanggapan dan Pernyataan Anggota Majelis Pusat GKPI terhadap Laporan Umum dan Keuangan, Kantor Pusat GKPI, P. Siantar, 1996. 7 Sda. 8 Keputusan Rapat Final, No. 7/5/1996/TS, Kantor Pusat GKPI, P. Sianatar, P. Siantar, 1996. 3

mengangkat dan menetapkan Pdt. P. Sipahutar M.Th, (ketua Badan Pekerja Rapat Pendeta, pada saat itu) sebagai Pjs. Sekjen. 9. Keputusan itu tidak diterima oleh Pdt. R.M.G. Marbun (Bishop yang diberhentikan). Sehingga pada tanggal 11-12 Juli 1996, Pdt. R.M.G Marbun melaksanakan rapat pendeta di GKPI Martoba Pematang Siantar. Rapat itu sendiri hanya dihadiri oleh hampir 50 % dari seluruh pendeta yang ada di GKPI. Rapat itu menghasilkan keputusan yang berisikan: Menolak keputusan Tim Sesepuh yang memensiunkan Ds.R.M.G. Marbun dari jabatan Bishop, mereka beranggapan bahwa keputusan itu adalah sepihak. Tidak mengakui rapat Majelis Pusat tanggal 8 Juni 1996 dan semua keputusan yang dihasilkan Pembebas tugasan M.S.E. Simorangkir, dan P. Sipahutar dari seluruh jabatannya di GKPI Pengisian kursi 20 anggota Majelis Pusat yang kosong, dan sebagainya 10. Sehingga dengan demikian tidak terelakkan adanya dualisme kepemimpinan didalam tubuh GKPI, dan secara otomatis para pendeta dan warga jemaat yang tergabung dalam wadah GKPI terbagi menjadi dua pihak, yang satu mendukung kepemimpinan Bishop R.M.G. Marbun, sedangkan pihak yang lain mendukung keputusan Tim Sesepuh dengan M.S.E. Simorangkir sebagai Bishop. Konflik inilah yang akan dicoba diangkat oleh penulis dalam skripsi ini. Dan pada pembahasan berikutnya, penulis akan menganalisa dan mencermati usaha-usaha rekonsiliasi yang pernah ditempuh sehingga konflik dapat mereda pada tahun 1999. Dari pembahasan masalah ini, penulis berharap dapat menyumbangkan pemikiran bagi gereja dan jemaat ditengah-tengah tugas dan pelayanannya sebagai suatu kesatuan tubuh Kristus. Penulis melalui skripsi ini, berharap dapat menyumbangkan pemikiran bagi gereja sehingga gereja dapat semakin diperbaharui. Disamping itu melalui tulisan ini, penulis berharap gereja pada umumnya dan GKPI pada khususnya dapat memperbaharui sistem dan struktur organisasi gereja sehingga sistem dan struktur organisasi yang kurang 9 Suara GKPI, No. 07-08/1996, hlm. 13 (versi M.S.E. Simorangkir) 10 Suara GKPI, No. 7-8 Thn 1996, hlm. 22-32. (versi R.M.G. Marbun). 4

baik dan dapat memicu konflik dapat dihindari. Lebih lanjut, penulis berharap GKPI yang mayoritas jemaatnya adalah suku Batak dapat semakin utuh dan bersatu oleh ikatan kekerabatan yang ada dalam masyarakat, sehingga GKPI tidak lagi larut dalam pertikaian-pertikaian yang umumnya hanya mendatangkan kerugian bagi jemaat dan gereja itu sendiri. Di sisi lain melalui tulisan ini, penulis berharap agar setiap konflik yang terjadi dalam tubuh gereja (termasuk GKPI) dapat diselesaikan dengan sebaikbaiknya tanpa meninggalkan benih-benih konflik yang baru, sehingga di masa depan konflik serupa dapat dihindari. C. Judul Berdasarkan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengajukan judul skripsi : Konflik internal di Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) serta usaha perdamaian yang pernah ditempuh (1996-1999) (Suatu tinjauan Historis Teologis) Alasan pemilihan judul : Karena permasalahan ini sangat menarik untuk dimunculkan kepermukaan, karena tidak tertutup kemungkinan gereja-gereja lain jatuh kepada konflik serupa Karena permasalahan ini masih baru, dalam arti belum ada yang membahasnya Penulis ingin menyumbangkan pemikiran teologis terkait dengan pengertian gereja sebagai kesatuan dari tubuh Kristus Supaya gereja lebih menyadari arti dan tugas panggilannya sebagai tubuh Kristus. D. Metode Penulisan Dalam membahas dan menguraikan masalah itu, penulis akan berusaha untuk melakukan pendekatan deskriptis analitis. Deskriptif artinya, bagaimana memaparkan data sejarah secara tertulis dan konkret, serta merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum masuk dalam analisis. Oleh sebab itu penulis akan memaparkan situasi sejarah yang hendak dipahami dengan pendekatan-pendekatan seperti : pendekatan impresionistis, dengan mengumpulkann berbagai fakta akan situasi sejarah pada saat itu. Terkait dengan 5

pencarian fakta pada situasi masa itu, penulis mengajukan dua sumber, yaitu : sumber tertulis (literer) dan sumber tidak tertulis (wawancara). Langkah-langkah yang telah disebutkan diatas akan ditempuh guna memeperoleh gambaran situasi yang sedang terjadi pada masa itu. Dengan mulai menunjukkan unsurunsur yang penting untuk memperjelas apa yang menjadi pokok persoalan yang akan di analisa. E. Tujuan penulisan Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Melalui tulisan ini, penulis ingin memberikan sumbangan data dan analisis sejarah kepada GKPI dan warga jemaatnya tentang peristiwa yang pernah dialami oleh GKPI dan memaparkan usaha rekonsiliasi yang pernah ditempuh dalam kurun waktu tahun 1996-1999. Melalui tulisan ini, penulis ingin memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi gereja dan warga jemaatnya supaya memahami dan menyadari tugas dan panggilan gereja yang sebenarnya, yaitu : suatu kesatuan yang berdiri dan didasari oleh kehendak Kristus, dan supaya gereja dan warga jemaatnya juga menyadari bahwa gereja itu bukanlah buatan dan milik manusia tetapi adalah milik dan kepunyaan Allah. Sehingga dengan sumbangan pemikiran itu, diharapkan konflik-konflik serupa dapat di minimalisir bahkan kalau boleh tidak sampai terjadi lagi. F. Sistematika penulisan Bab I : Pendahuluan Pada bagian pendahuluan ini, penulis akan menguraikan dan menjelaskan apa saja yang menjadi latar belakang masalah, permasalahan, judul yang diajukan, metode penulisan, tujuan penulisan, sistematika penulisan skripsi, dan hal-hal lain yang tekait dalam penulisan skripsi ini. 6

Bab II : Gambaran Umum tentang GKPI dan konflik yang terjadi tahun 1996-1999 Pada bagian ini, penulis akan berusaha menjelaskan secara terperinci tentang gambaran umum dari GKPI, hal ini terkait dengan sejarah berdirinya, struktur organisasi yang ada., mekanisme pelayanan dan hal-hal lain yang terkait dengan GKPI itu sendiri. Bab III : Analisa terhadap konflik internal tahun 1996-1999 Dalam membahas bab ini, penulis akan menguraikan dan menjelaskan latar belakang terjadinya konflik, dampak yang ditimbulkan dan menganalisa usaha-usaha seputar rekonsiliasi yang terjadi dalam tubuh GKPI yang berlangsung pada tahun 1996-1999. Bab IV : Tinjauan teologis Pada bagian ini, penulis akan mencoba untuk meninjau konflik tersebut dalam perspektif teologis, terkait dengan gereja sebagai kesatuan tubuh Kristus. Untuk menjelaskan hal ini, penulis akan berusaha untuk membandingkannya dengan menafsirkan nats yang terdapat dalam Perjanjian Baru dan juga beberapa pemikiran tentang pola kepemimpinan gerejawi. Bab V : Kesimpulan dan saran Pada bagian ini, penulis akan berusaha untuk menyimpulkan dan mencoba untuk memberikan saran-saran yang terkait dengan konflik tersebut, sehingga sumbangan pemikiran ini dapat dijadika acuan oleh setiap gereja dalam kerangka berpikir untuk mewujudkan tugas panggilan gereja yang murni dan bertanggung jawab. Dan menyadari bahwa gereja merupakan kesatuan dari tubuh Kristus yang tidak dapat dipisahkan oleh hal apapun itu. 7