BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI METODE SOROGAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN NURUL HUDA BANIN SIMBANGKULON PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pondok pesantren adalah suatu wadah pendidikan keagamaan yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksankan, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan diskripsi hasil penelitian yang telah penulis lakukan di MTs. NU TBS Kudus, maka dapat penulis simpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH. SMA Wachid Hasyim 5 Surabaya merupakan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbagai macam permasalahan remaja dalam hal ini salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses Islamisasi kehidupan masyarakat. Pada proses perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Surabaya, 1997, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh individu maupun masyarakat secara luas. teknologi telah melahirkan manusia-manusia yang kurang beradab.

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Metode pembelajaran ialah setiap upaya sistematik yang dipergunakan

BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN PEMERINTAH KELURAHAN SAMPANGAN KOTA PEKALONGAN DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

2. BAB II TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN. segenap kegiatan pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005: 37).

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB III GAMBARAN UMUM MTS SALAFIYAH WONOYOSO PEKALONGAN. A. Kondisi Umum MTs Salafiyah Wonoyoso Pekalongan

I. PENDAHULUAN. Sekolah Islam Terpadu pada hakekatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN. yang diperoleh dari hasil wawancara (interview), observasi dan data

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

BAB V PENUTUP. Pada bab ini akan dikemukakan simpulan dan saran-saran hasil penelitian. darul Istiqamah Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, pondok pesantren merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam bentuk pendidikan sekolah dan luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya dunia pendidikan menuntut setiap lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun karakter, character building is never ending process

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PEMBASAHAN. paparkan di bab I,IV, dan VI, di Tehap selanjutnya adalah pembahasan. Pembahasan

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

PROGRAM KERJA WAKIL KEPALA SEKOLAH BIDANG KURIKULUM TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 308 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM NON FORMAL

BAB III IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB IV PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PESANTREN

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. sempurna yang bertaqwa pada Allah SWT. Serta untuk mencapai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses untuk memanusiakan manusia. Artinya pendidikan pada dasarnya adalah sebagai upaya mengembangkan

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG A. Analisis Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang 1. Pengertian Sekolah Berbasis Pesantren Sekolah berbasis pesantren merupakan lembaga pendidikan formal yang dipadukan dengan sistem pendidikan pesantren, dimana kurikulum pelajaran pesantren dimasukan kedalam kurikulum sekolah. Sekolah berbasis pesantren merupakan model lembaga pendidikan yang terpadu dengan pengintegrasian sistem pendidikan umum dan sistem pendidikan agama dalam rangka meningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia, sehingga menjadi sumber daya manusia yang cerdas secara intelektual, emosional dan spiritual di tengah persaingan global. Sekolah berbasis pesantren yang menjadi pilot project dua kementrian yaitu kementrian pendidikan & kebudayaan dan kementrian agama RI berangkat dari kegelisahan para petinggi di dua kementrian tersebut atas kondisi lembaga-lembaga pendidikan formal yang belum maksimal dalam membentuk produk yang berkarakter kebangsaan dan keindonesiaan, dalam hal ini sekolah berbasis pesantren dirasakan mampu menjawab kegelisahan tersebut karena pesantren sendiri merupakan ciri khas dari produk Indonesia yang berkarakter kebangsaan. Sedangkan 71

72 sekolah formal sebagai jawaban dari perkembangan zaman modern yang tidak menutup kemungkinan atas bergesernya nilai-nilai luhur kebudayaan dan nilai-nilai Islam. Dimaksudkan agar generasi muda memiliki wawasan keilmuan Islam dan mampu menjawab tantangan zaman dengan penguasaan ilmu yang dimilikinya. Implementasi sekolah berbasis pesantren sebagaimana yang digagas oleh Nurcholis Madjid bahwa perpaduan antara pendidikan Umum dan Pesantren akan melahirkan sistem pendidikan Islam yang komprehensif, tidak saja menekankan terhadap khasanah keilmuan Islam klasik tetapi juga mempunyai integritas keilmuan modern. 1 Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan dunia pendidikan menuntut dunia pendidikan untuk berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Begitu pula yang dirasakan Para pengurus pondok pesantren Darul Ma arif Banyuputih berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini dengan melakukan formalisasi pesantren yaitu mendirikan sekolah formal ditengah pondok pesantren sebagai salah satu sekolah berbasis pesantren yang ada di kabupaten Batang. Implementasi sekolah berbasis pesantren yang diterapkan di SMP Darul Ma arif dengan tidak menghilangkan identitasnya sebagai sekolah umum yang lahir dari pondok pesantren dengan tetap mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada di pesantren. Tidak dikatakan pesantren jika 1 Yasmadi, Modernisasi Pesantren: Kritik Nurcholis Madjid terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Cet ke-2 (Ciputat: Ciputat Press, 2005), hlm. 116.

73 karakteristik dari pesantren sediri tidak dipertahankan, begitu pula tidak dikatakan sebagai sekolah berbasis pesantren jika karakteristik pesantren itu telah hilang. Sebagai mana dituliskan Amiruddin Nahrawi bahwa Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang memiliki kekhasan, baik dari segi sistem maupun unsur pendidikan yang dimilikinya. Keseluruhan unsur yang khas itu menjadi ciri utama pesantren sekaligus karakteristiknya. Karakteristik pesantren meliputi: kyai, santri, masjid, pondok, dan pengkajian kitab kuning. SMP Darul Ma arif Banyuputih kabupaten Batang sebagai sekolah berbasis pesantren juga memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan yang dimiliki pesantren, yaitu: adanya seorang kyai, di SMP Darul Ma arif kepemimpinan kyai di pondok pesantren juga menjadi pemimpin di sekolah sebagai Kepala Sekolah. Adanya santri yang sekaligus menjadi peserta didik di SMP Darul Ma arif sebagian besar pesarta didiknya juga seorang santri yang tinggal dan mengikuti pembelajaran di asrama pondok pesantren. Keberadaan masjid ditengah-tengah pondok pesantren dan sekolah sebagai tempat pelaksanaan kegiatan keagamaan baik di pondok pesantren maupun saat di sekolah. Adanya pondok sebagai tempat tinggal para santri/peserta didik, adanya pondok tersebut peserta didik yang sekaligus menjadi santri dapat dididik, diawasi dan dibimbing secara berkesinambungan selama 24 jam, materi yang belum tersampaikan secara tuntas dapat dilanjutkan di pondok pesantren. Adanya pengkajian kitab-

74 kitab kuning sebagai kurikulum yang ada di pesantren pengkajian kitabkitab kuning juga di masukkan ke dalam kurikulum sekolah. 2. Tujuan Sekolah Berbasis Pesantren Implementasi sekolah berbasis pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih kabupaten Batang juga memilki tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk mendidik siswa menjadi matang dalam IMTAQ dan IPTEK seperti yang tertuang dalam Visi, Misi dan Tujuan yang telah dicanangakan, lebih lanjut tujuan tersebut sejalan dengan tujaun pendidikan Islam itu sendiri untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Dengan ilmu umum peserta didik dapat tercapai cita-citanya sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, sebagai bekal bersaing dalam dunia kerja dan ilmu agama peserta didik mampu mengamalkan nilai-nilai agama Islam dan memiliki akhlak mulia yang berorientasi pada pencapaian kebahagian di akhirat. Mujamil Qomar dalam bukunya Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi menyebutkan bahwa seorang kyai yang menjadi pemimpin di lingkungan pesantren dapat melakukan beberapa jalur yang ditempuh sebagai kebijakan-kebijakan yang dijalankannya. Keberadaan sekolah formal yang berada dibawah naungan Yayasan Pondok Pesantren menjadikan suatu kemudahan untuk mengkontrol berbagai kegiatan yang dijalankan oleh peserta didik baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan pesantren.

75 3. Kurikulum sekolah berbasis pesantren Kurikulum yang dipakai di SMP Darul Ma arif Banyuputih yaitu kurikulum Nasional dengan menggunakan KTSP 2006 juga menggunakan kurikulum pelajaran pesantren. Adapun kurikulum pesantren yang dimasukan ke dalam kurikulum sekolah, yaitu: Kelas Mata Pelajaran Kitab Hafalan Al- Qur an Fiqih Safinatun Najah VII Shorof Al-astolakhi Juzz 30 Nahwu Jurmiyah Tauhid Aqidatul awam Fiqih Fathul Qorib VIII Shorof Al-Lughowi Juzz 1 Nahwu Al-Amrity Akhlaq Washoya IX Fiqih Hadits Fathul Qorib Arbain Nawawi Juzz 2 Nahwu Amrity Akhlaq Washoya

76 Perbedaan yang mendasar dari sekolah berbasis pesantren dengan sekolah formal lainnya, bahwa dalam kurikulum pelajarannya di sekolah berbasis pesantren lebih holistic dan komprehensif, pembelajaran agama tidak hanya terpaku pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam saja. Namun pelajaran agamanya ada pada pengkajian kitab-kitab kuning dan antara ilmu agama dan ilmu umumnya diajarkan secara seimbang. Sedangkan di sekolah formal lainnya yang bukan berbasis pesantren pelajaran agamanya hanya ada pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adanya pondok pesantren juga menjadi hal yang membedakan dengan sekolah formal lainnya. B. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang Dalam implementasi sekolah berbasis pesantren, ada beberapa faktor pendukung dan penghambat. Yaitu: 1. Faktor pendukung a. Kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler Adanya berbagai kegiatan pengembangan diri dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ini sebagai penunjang ataupun sarana bagi siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Kegiatan pengembangan diri yang ada di SMP Darul Ma arif Banyuputih disusun secara terpropram dan tidak terprogram yang bertujuan untuk melatih dan membiasan siswa memiliki akhlakul

77 karimah yang tinggi sesuai dengan Visi, Misi dan Tujuan sekolah. Siswa bisa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan bakat dan minat yang mereka miliki. b. Kinerja guru Keberhasilan dalam proses kegiatan belajar mengajar juga ditentukan oleh kinerja gurunya. Jika kinerja gurunya baik serta sarana dan prasarana yang baik maka akan diperoleh hasil belajar yang baik pula. Di SMP Darul Maarif ini, sebagian besar kinerja gurunya sudah tergolong bagus, dilihat dari keseriusanya dalam proses pembelajaran, sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar bisanya guru menyiapkan materi yang akan diajarkan maupun metode yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, sehingga proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik. Kemudian dalam keseharianya guru sudah menunjukkan sikap kedisiplinan yang tinggi, guru selalu hadir lebih awal sebelum siswa datang ke sekolah. Dengan ini, maka secara tidak langsung guru juga sudah mencontohkan ataupun mengajarkan siswa untuk bersikap disiplin, karena siswa pasti akan berkaca atau mencontoh dari prilaku gurunya, sehingga seorang guru harus selalu memberikan teladan yang baik. Selain itu kemampuan guru juga disesuaikan dengan kompetensinya karena sekolah berbasis Pesantren maka guru yang mengajar mulok pesantren (kitab kuning) berasal dari pondok pesantren yang sekaligus menjadi ustadz di pondok pesantren.

78 c. Adanya asrama pondok pesantren SMP Darul Maarif Banyuputih sebagai sekolah yang berbasis pesantren menyediakan asrama pondok pesantren bagi para peserta didik, sehingga pengawasn terhadap peserta didiknya bisa terkontrol dan pembelajaran bisa berjalan berkesinambungan selama 24 jam. d. Peran kepala sekolah Kepala Sekolah sebagai orang yang berpengaruh dalam lingkungan sekolah yang dianggap sebagai panutan, pendidik dan pembimbing harus mampu memainkan peranannya sebagai seorang pemimpin dalam lingkungan sekolah. Peran kepala sekolah merupakan bagian terpenting untuk mencapai perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala Sekolah di SMP Darul Ma arif Banyuputih juga sebagai pengasuh pondok pesantren, beliau mampu memerankan perannya sebagai seorang kyai saat memimpin di pesantren, begitu pula bisa berperan sebagai Kepala Sekolah di lingkungan sekolah. Setiap kebijakan yang diambil Kepala Sekolah selalu disesuaikan dengan peraturan yang ada di pondok pesantren, kegiatan yang ada di sekolah juga tidak mengganggu pembelajaran di pondok pesantren, adapun kebijakan yang dijalankan di sekolah dan di pesantren saling keterkaitan. Kebijakan Kepala Sekolah yang ditunjukkan salah satunya ketika siswa sedang menghadapi Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester di sekolah, siswa diberikan keringanan untuk tidak mengikuti pembelajaran di pesantren tetapi mereka disuruh untuk

79 belajar bersama agar tidak memberatkan siswa-siwanya sehingga belajarnya jadi terfokus. 2. Faktor penghambat a. Peserta didik Tersedianya asrama pesantren ternyata belum 100% peserta didik tinggal di Pesantren, masih ada santri yang tinggalnya di rumah (laju) sehingga materi yang akan diajarkan belum semuanya tersampaikan. b. Sarana dan prasarana Sarana dan prasarana belum lengkap, di SMP ini belum terdapat laboratorium bahasa dan juga laboratorium IPA, sehingga dari keterbatasan tersebut pembelajaran belum bisa berjalan dengan maksimal karena guru hanya bisa menyampaikan teorinya saja tanpa disertai praktek. c. Kepercayaan masyarakat Secara garis besar masyarakat sekitar kurang memberikan kepercayaan untuk menyekolahkan anaknya di SMP Darul Ma arif Banyuputih karena banyaknya sekolah-sekolah umum yang berdekatan SMP Darul Ma arif, justru sebagian besar muridnya berasal dari luar daerah sekaligus memondokkan anaknya di pesantren Darul Ma arif yang masih dalam satu Yayasan dengan SMP ini.

80 Implementasi sekolah berbasis pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih tidak terlepas dari faktor-faktor pendukungnya. Namun juga masih banyak faktor penghambat yang perlu dieksplorasi.