Kajian Konseptual Pengembangan Kawasan Industri Tembakau

dokumen-dokumen yang mirip
10 poin arah pengembangan tembakau dan industri hasil tembakau yang direncanakan sebagai berikut :

Ketergantungan Lokasi & Keseimbangan Spasial. Adipandang Yudono 2012

KATA PENGANTAR LAPORAN AKHIR

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

TEORI LOKASI : CHRISTALLER. Central place theory

IMPLIKASI TEORI WEBER, CHRISTALLER, DAN LOSCH SEBAGAI PENENTUAN LOKASI BANK DARAH DI KOTA MAKASSAR

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap

BAB 2 KAJIAN LITERATUR

TEORI CHRISTALLER DAN LOSCH dalam kaitannya dengan Central Place

Pola Gunalahan Perkotaan dan pengantar Lokasi Industri

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

PAPER GEOGRAFI INDUSTRI Implementasi Range Concept Dalam Penentuan Lokasi Industri

Tugas Teori Lokasi. Analisis Penentuan Lokasi Perumahan Residence Kampung Baru, Bandar Lampung. Nama Anggota : Deri Firnanda Tampi

MENENTUKAN LOKASI INDUSTRI

Pola Gunalahan Perkotaan dan Teori Lokasi Kegiatan Ekonomi. Adipandang Yudono 2013

ROADMAP INDUSTRI PENGOLAHAN TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN. yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Teori, Konsep, Metode & Teknik Analisis Dasar Geografi Ekonomi

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-09/BC/1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: KEP-19/BC/1996 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

1/22/2011 TEORI LOKASI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TEORI, KONSEP, METODE DAN TEKNIK ANALISIS DASAR GEOGRAFI EKONOMI (1) Ratna Saraswati

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERTEMBAKAUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. daerah memberikan wewenang dan jaminan bagi masing-masing daerah untuk

Perencanaan Pengembangan Wilayah - 6

A. Pengertian Pusat Pertumbuhan Pusat pertumbuhan dapat diartikan sebagai suatu wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dapat

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

PENERAPAN TEORI LOKASI INDUSTRI PT PETROJAYA BORAL PLASTERBOARD, GRESIK

Rencana Pola Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Industri Tembakau di Kabupaten Bandung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN KERJA DI PT. GUDANG GARAM TBK Kediri, 27 Maret 2015

EVALUASI PELAYANAN PUSAT PRIMER ALUN-ALUN KOTA BANDUNG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

1 of 5 21/12/ :02

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/KMK.05/2000 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indon

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KABUPATEN BANJARNEGARA

MATEMATIKA BISNIS PROGRAM STUDI MANAJEMEN/AKUNTANSI UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN NOVEMBER 2015 INFLASI 0,27 PERSEN

DATA MENCERDASKAN BANGSA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

KABUPATEN BANJARNEGARA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN DESEMBER 2015 INFLASI 0,96 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI SUKOHARJO BULAN JULI 2016 INFLASI 0,65 PERSEN

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya merupakan sebuah elemen yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

WARTA INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) BPS KABUPATEN KENDAL


PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

P - 48/BC/2009 DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

GUBERNUR PAPUA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI. V PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN.. V Prospek. V Potensi.. V Arah Pengembangan. V-5

BERITA RESMI STATISTIK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA RESMI STATISTIK K A B U P A T E N W O N O G I R I

I. PENDAHULUAN. Definisi industri dalam istilah ekonomi dikategorikan dalam lingkup mikro dan

NOMOR 106 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

Teori Analisis Lokasi Industri Dengan Segitiga Lokasionalnya (Alfred Weber, 1909) Alfian Haris Aryawan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 203/PMK.011/2008 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU MENTERI KEUANGAN,

BERITA RESMI STATISTIK


KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PURBALINGGA BULAN AGUSTUS 2016 DEFLASI 0,26 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI DI PURBALINGGA BULAN SEPTEMBER 2016 INFLASI 0,04 PERSEN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

TEORI WEBER DAN. 2 7 S e p t e m b e r NI MAH MAHNUNAH U N I V E R S I T A S A M I K O M PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

INFLASI KOTA TARAKAN BULAN MEI 2015

203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2013

IDENTIFIKASI PUSAT PERTUMBUHAN DAN AKTIVITAS PELAYANAN

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

SOAL-SOAL LATIHAN 1 FUNGSI EKSPONENSIAL

BERITA RESMI STATISTIK KABUPATEN NATUNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BOGOR

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

ANALISIS DAYA TARIK DUA PUSAT PELAYANAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM PERKOTAAN DI KABUPATEN PURWOREJO (Studi Kasus: Kota Kutoarjo dan Kota Purworejo)

Fungsi Dua Peubah dan Turunan Parsial

Transkripsi:

Pekerjaan Jasa Konsultansi Kajian Konseptual Pengembangan Kawasan Industri Tembakau 2.1 Kriteria Penentuan Lokasi Kawasan Industri Secara Umum 2.1.1. Teori Lokasi Industri menurut Alfred Weber Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonomi Jerman pada tahun 1929, yakni Alfred Weber. Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. 2.1.2. Teori Tempat Pusat Walter Christaller Teori central place ini didasarkan pada prinsip jangkauan (range) dan ambang batas (threshold). Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori Christaller antara lain : a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam. b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata dan memiliki daya beli yang sama. c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transport dan komunikasi yang merata/gerakan ke segala arah (isotropic surface). LAPORAN AKHIR II - 1

d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya. Teori Christaller menyatakan bahwa penduduk cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang dekat. dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place). Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Christaller juga menyatakan bahwa sistem tempat pusat membentuk suatu hirarki yang teratur dimana keteraturan dan hierarki tersebut didasarkan pada prinsip bahwa suatu tempat menyediakan tidak hanya barang dan jasa untuk tingkatannya sendiri, tetapi juga semua barang dan jasa lain yang ordenya lebih rendah. 2.1.3. Teori Biaya Minimum dan Ketergantungan Biaya Lokasi Melvin Greenhut Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai berikut: a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan usaha untuk menguasai pasar. c. Faktor yang menurunkan biaya d. Faktor yang meningkatkan pendapatan. e. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan. f. Pertimbangan pribadi. LAPORAN AKHIR II - 2

2.1.4. Kerangka Substitusi Isard Pendekatan Isard menggunakan asumsi bahwa lokasi industri dapat terjadi di titik-titik sepanjang garis yang menghubungkan sumber bahan baku dengan pasar jika bahan baku setempat adalah murni sehingga terdapat dua variabel, yaitu jarak dari pasar dan jarak dari sumber bahan baku. Hubungan kedua variabel tersebut dapat diplotkan dalam bentuk grafik dimana garis yang menghubungkan antara sumber bahan baku dan pasar adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi antara bahan baku dan pasar yang bersifat substitusi. 2.1.5. Kurva Biaya Ruang Teori ini dikemukakan oleh Smith yang merupakan penggabungan metode substitusi Isard dengan metode isodapane (garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai biaya transportasi yang sama dari seluruh unit produksi yang tetap) Weber. Ada dua konsep penting menurut Smith, yaitu: a. Kurva biaya ruang yang sederhana merupakan bagian yang menggambarkan peta kontur biaya yang mana titik terendah dari kurva tersebut adalah lokasi dengan biaya terendah. b. Kurva biaya yang diturunkan merupakan spatial margin to profitability. Harga produk diasumsikan dijual pada harga konstan di dalam ruang. Pada beberapa titik di permukaan biaya total akan merupakan suatu kontur yang berkaitan dengan harganya. Keuntungan ataupun kerugian di dalam ruang dapat dilihat dari besarnya biaya. Apabila suatu lokasi biayanya melebihi level harga pengiriman berarti terjadi kerugian, begitu juga sebaliknya. LAPORAN AKHIR II - 3

Dari kajian yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat bebarapa kriteria penentuan lokasi kawasan industri yang harus dipertimbangkan, yaitu bahan baku, tenaga kerja, biaya transportasi, dan lokasi pasar. 2.2 Jenis-Jenis Industri Hasil Tembakau Berdasarkan Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri berbasis Agro 2010-2014, Industri Hasil Tembakau dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kelompok Industri Hulu Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2005, Industri Hasil Tembakau yang tergolong dalam Kelompok Industri Hulu adalah Industri Pengeringan dan Pengolahan Tembakau (KBLI 16001). Termasuk dalam kelompok ini yaitu kegiatan usaha di bidang pengasapan dan perajangan daun tembakau. 2. Kelompok Industri Antara Industri Hasil Tembakau yang termasuk dalam kelompok Industri Antara yaitu Industri Bumbu Rokok serta kelengkapan lainnya (KBLI 16009), meliputi: tembakau bersaus, bumbu rokok dan kelengkapan rokok lain seperrti klembak menyan, saus rokok, uwur, klobot, kawung dan pembuatan filter. 3. Kelompok Industri Hilir Industri Hasil Tembakau yang termasuk dalam Kelompok Industri Hilir meliputi: Industri Rokok Kretek (KBLI 16002), Industri Rokok Putih (KBLI 16003 dan Industri Rokok lainnya (KBLI 16004) meliputi cerutu, rokok klembak menyan dan rokok klobot/kawung. LAPORAN AKHIR II - 4

Industri hasil tembakau yang sudah berkembang di Kabupaten Bandung adalah industri hulu, berupa pengeringan dan perajangan daun tembakau.berdasarkan karakteristik yang ada, industri hasil tembakau di Kabupaten Bandung dapat dikembangkan hingga industri antara. LAPORAN AKHIR II - 5