Pekerjaan Jasa Konsultansi Kajian Konseptual Pengembangan Kawasan Industri Tembakau 2.1 Kriteria Penentuan Lokasi Kawasan Industri Secara Umum 2.1.1. Teori Lokasi Industri menurut Alfred Weber Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonomi Jerman pada tahun 1929, yakni Alfred Weber. Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. 2.1.2. Teori Tempat Pusat Walter Christaller Teori central place ini didasarkan pada prinsip jangkauan (range) dan ambang batas (threshold). Asumsi-asumsi yang dikemukakan dalam teori Christaller antara lain : a. Suatu lokasi yang memiliki permukaan datar yang seragam. b. Lokasi tersebut memiliki jumlah penduduk yang merata dan memiliki daya beli yang sama. c. Lokasi tersebut mempunyai kesempatan transport dan komunikasi yang merata/gerakan ke segala arah (isotropic surface). LAPORAN AKHIR II - 1
d. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya. Teori Christaller menyatakan bahwa penduduk cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang dekat. dalam suatu wilayah akan terbentuk wilayah tempat pusat (central place). Pusat tersebut menyajikan kebutuhan barang dan jasa bagi penduduk sekitarnya. Christaller juga menyatakan bahwa sistem tempat pusat membentuk suatu hirarki yang teratur dimana keteraturan dan hierarki tersebut didasarkan pada prinsip bahwa suatu tempat menyediakan tidak hanya barang dan jasa untuk tingkatannya sendiri, tetapi juga semua barang dan jasa lain yang ordenya lebih rendah. 2.1.3. Teori Biaya Minimum dan Ketergantungan Biaya Lokasi Melvin Greenhut Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai berikut: a. Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan b. Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan usaha untuk menguasai pasar. c. Faktor yang menurunkan biaya d. Faktor yang meningkatkan pendapatan. e. Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan pendapatan. f. Pertimbangan pribadi. LAPORAN AKHIR II - 2
2.1.4. Kerangka Substitusi Isard Pendekatan Isard menggunakan asumsi bahwa lokasi industri dapat terjadi di titik-titik sepanjang garis yang menghubungkan sumber bahan baku dengan pasar jika bahan baku setempat adalah murni sehingga terdapat dua variabel, yaitu jarak dari pasar dan jarak dari sumber bahan baku. Hubungan kedua variabel tersebut dapat diplotkan dalam bentuk grafik dimana garis yang menghubungkan antara sumber bahan baku dan pasar adalah tempat kedudukan titik-titik kombinasi antara bahan baku dan pasar yang bersifat substitusi. 2.1.5. Kurva Biaya Ruang Teori ini dikemukakan oleh Smith yang merupakan penggabungan metode substitusi Isard dengan metode isodapane (garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai biaya transportasi yang sama dari seluruh unit produksi yang tetap) Weber. Ada dua konsep penting menurut Smith, yaitu: a. Kurva biaya ruang yang sederhana merupakan bagian yang menggambarkan peta kontur biaya yang mana titik terendah dari kurva tersebut adalah lokasi dengan biaya terendah. b. Kurva biaya yang diturunkan merupakan spatial margin to profitability. Harga produk diasumsikan dijual pada harga konstan di dalam ruang. Pada beberapa titik di permukaan biaya total akan merupakan suatu kontur yang berkaitan dengan harganya. Keuntungan ataupun kerugian di dalam ruang dapat dilihat dari besarnya biaya. Apabila suatu lokasi biayanya melebihi level harga pengiriman berarti terjadi kerugian, begitu juga sebaliknya. LAPORAN AKHIR II - 3
Dari kajian yang disebutkan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat bebarapa kriteria penentuan lokasi kawasan industri yang harus dipertimbangkan, yaitu bahan baku, tenaga kerja, biaya transportasi, dan lokasi pasar. 2.2 Jenis-Jenis Industri Hasil Tembakau Berdasarkan Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri berbasis Agro 2010-2014, Industri Hasil Tembakau dikelompokkan sebagai berikut : 1. Kelompok Industri Hulu Dalam Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2005, Industri Hasil Tembakau yang tergolong dalam Kelompok Industri Hulu adalah Industri Pengeringan dan Pengolahan Tembakau (KBLI 16001). Termasuk dalam kelompok ini yaitu kegiatan usaha di bidang pengasapan dan perajangan daun tembakau. 2. Kelompok Industri Antara Industri Hasil Tembakau yang termasuk dalam kelompok Industri Antara yaitu Industri Bumbu Rokok serta kelengkapan lainnya (KBLI 16009), meliputi: tembakau bersaus, bumbu rokok dan kelengkapan rokok lain seperrti klembak menyan, saus rokok, uwur, klobot, kawung dan pembuatan filter. 3. Kelompok Industri Hilir Industri Hasil Tembakau yang termasuk dalam Kelompok Industri Hilir meliputi: Industri Rokok Kretek (KBLI 16002), Industri Rokok Putih (KBLI 16003 dan Industri Rokok lainnya (KBLI 16004) meliputi cerutu, rokok klembak menyan dan rokok klobot/kawung. LAPORAN AKHIR II - 4
Industri hasil tembakau yang sudah berkembang di Kabupaten Bandung adalah industri hulu, berupa pengeringan dan perajangan daun tembakau.berdasarkan karakteristik yang ada, industri hasil tembakau di Kabupaten Bandung dapat dikembangkan hingga industri antara. LAPORAN AKHIR II - 5