PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI LIMBAH SAWIT UNTUK PAKAN TERNAK SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PROSPEK PENGGUNAAN LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI LAHAN KERING KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

Seminar Oplimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawn dan industri Olahannya sebagai Pakan Ternak setelah tahun 2004 sudah mencapai luasan

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak Permintaan daging dari tahun ke tahun menunjukk

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

PAKAN LENGKAP BERBASIS BIOMASSA SAWIT: PENGGEMUKAN SAPI LOKAL DAN KAMBING KACANG

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

SUMBERDAYA INDUSTRI KELAPA SAWIT DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA DAGING SAPI NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak unggul (DISTANBUNNAK TANAH BUMBU, 2006). ANDJAM

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

DUKUNGAN USAHA PERKEBUNAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN KELAPA SAWIT TERHADAP USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KALIMANTAN SELATAN

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak pakan hijauan ternak ruminansia. Pada pabrik pe

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

PENGANTAR. Latar Belakang. Sebagian komponen dalam industri pakan unggas terutama sumber energi

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN PAKAN DARI LIMBAH PERKEBUNAN DAN LIMBAH AGROINDUSTRI DI KECAMATAN KERINCI KANAN KABUPATEN SIAK

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan komoditi utama perkebunan di Indonesia. Komoditas kelapa sawit mempunyai peran yang cukup strategis dalam

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PEMANFAATAN KULIT KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING PE DI PERKEBUNAN RAKYAT PROPINSI LAMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

POTENSI PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI DAN KELAPA SAWIT RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Afrizon dan Andi Ishak

KETERSEDIAAN INOVASI TEKNOLOGI DAN SUMBERDAYA MANUSIA MENDUKUNG SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

cara-cara sederhana dapat diubah menjadi pakan ternak (BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN, 2000). BPTP telah meneliti dan mengkaji SITT diant

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(2): , Mei 2016

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Perkembangan Produksi Kakao di Indonesia. Kakao (Theobrema cocoa L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sumber utama sapi bakalan bagi usaha

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

Feed Wafer dan Feed Burger. Ditulis oleh Mukarom Salasa Selasa, 18 Oktober :04 - Update Terakhir Selasa, 18 Oktober :46

Inovasi Ternak Dukung Swasembada Daging dan Kesejahteraan Peternak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

PEMANFAATAN LIMBAH PERKEBUNAN DALAM SISTEM INTEGRASI TERNAK UNTUK MEMACU KETAHANAN PAKAN DI PROVINSI ACEH PENDAHULUAN

HASIL SAMPINGAN KELAPA SAWIT HARAPAN BESAR BAGI PENGEMBANGAN SAPI POTONG DI PROVINSI RIAU

Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah:

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

LUMPUR MINYAK SAWIT KERING (DRIED PALM OIL SLUDGE) SEBAGAI PENGGANTI DEDAK PADI DALAM RANSUM RUMINANSIA

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

SISTEM INTEGRASI SAPI DI PERKEBUNAN SAWIT PELUANG DAN TANTANGANNYA

SISTEM PERTANIAN TERPADU TEBU-TERNAK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA DAN DAGING

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

TEKNOLOGI ALAT DAN MESIN UNTUK AGRIBISNIS PETERNAKAN DI KAWASAN PERKEBUNAN SAWIT

pengusaha mikro, kecil dan menegah, serta (c) mengkaji manfaat ekonomis dari pengolahan limbah kelapa sawit.

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

INTEGRASI SAPI-SAWIT DI KALIMANTAN TENGAH (Fokus Pengamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat)

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

POTENSI INTEGRASI TANAMAN - TERNAK DI SULAWESI TENGGARA

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pengabdian pada Masyarakat Volume 29, Nomor 4 Agustus Desember 2014

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

MATERI. Lokasi dan Waktu

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

Transkripsi:

PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH SAWIT UNTUK PENGGEMUKAN TERNAK SAPI ENI SITI ROHAENI, AKHMAD HAMDAN dan AHMAD SUBHAN Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. RO Ulin Loktabat, Banjarbaru, Kalimantan Selatan ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi dalam pengembangan ternak sapi potong terutama pada musim kemarau adalah kesulitan untuk mendapatkan pakan baik dari segi kuantitas, kualitas dan ketersediaannya. Masalah kelangkaan pakan ini dapat menyebabkan penurunan produktivitas, dan umumnya peternak menjual ternak dengan harga yang relatif lebih murah. Pemanfaatan limbah tanaman merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah pakan. Salah satu limbah yang cukup berpotensi untuk digunakan sebagai pakan ternak sapi potong adalah limbah sawit baik dari perkebunan maupun pengolahan sawit. Limbah sawit yang dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak yaitu pelepah, lumpur sawit, bungkil inti sawit, daun, serat perasan, dan tandan kosong. Kelemahan dari limbah sawit yaitu kandungan serat kasar yang tinggi, memerlukan perlakuan untuk meningkatkan kualitas gizi sehingga memberikan pengaruh yang positif dan optimal terhadap pertumbuhan ternak. Perlakuan yang dapat dilakukan yaitu secara fisik, kimia dan biologi. Perlakuan fisik yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemotongan, pencincangan, penjemuran, atau penyusunan bahan pakan menjadi konsentrat dan atau pakan lengkap. Pakan lengkap merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pemanfaatan limbah pertanian dan pakan non konvensional yaitu dengan cara mencampurkan bahan-bahan tersebut dengan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak. Teknologi pakan lengkap merupakan salah satu cara yang dapat untuk meningkatkan pemanfaatan limbah sawit dalam usaha penggemukan ternak sapi secara intensif. Kata Kunci: Sawit, Sapi, Pakan PENDAHULUAN Populasi ternak sapi di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 mencapai 173.648 dengan tingkat pertumbuhan sebesar 4,31% (ANONIMUS, 2005a). Pengembangan ternak sapi menghadapi masalah ketersediaan hijauan terutama pada musim kemarau. Kondisi ini mengakibatkan pertumbuhan yang relatif rendah dan umumnya petani menjual sapinya dengan harga yang murah (ROHAENI et al., 2004). HARDIANTO (2004) mengutarakan bahwa yang sering dianggap sebagai limbah (wasteproduct) dari kegiatan agroindustri sawit dapat dijadikan pakan ternak dan diharapkan mendorong perkembangan usaha bisnis ternak berpola terpadu (integrative) melalui daur ulang biomas yang ramah lingkungan atau yang dikenal minimum waste production system. Salah satu limbah yang berpotensi adalah limbah sawit yang berasal dari perkebunan dan pabrik pengolahan minyak sawit. Potensi ini didukung kebijakan pemerintah daerah Kalimantan Selatan yang memprioritaskan kelapa sawit sebagai salah satu komoditas unggulan perkebunan. Luas perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan sampai tahun 2004 mencapai 0.753 ha dengan produksi utama berupa CPO (crude palm oil) mencapai 248.329 ton/tahun (ANONIMUS, 2005). Pembangunan peternakan di Kalimantan Selatan menuju swasembada produksi sapi potong melalui perbaikan bibit, sistem pengelolaan dan pengembangan industri pakan bersumberdaya bahan baku lokal (ANONIMUS, 2005b) untuk penyediaan pakan cukup, berkualitas dan ekonomis melalui teknologi penyajian pakan lengkap atau Complete Feed. Pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan limbah perkebunan dengan mencampur bahan-bahan tersebut untuk pakan memenuhi kebutuhan nutrisi ternak (HARDIANTO, 2004). Pakan lengkap diharapkan merupakan ransum cukup gizi untuk hewan pada tingkat fisiologi tertentu dan mampu berproduksi disamping mempertahankan hidup pokok (atau keduanya) tanpa tambahan pakan/substansi lain (HARTADI et al., 1997) kecuali air. Perlu dipertegas bahwa pakan lengkap campuran ransum harus 101

diberikan dalam jumlah yang cukup. Peluang pemanfaatan limbah sawit dengan teknologi pakan lengkap cukup besar untuk penggemukan ternak sapi. Peran dan permasalahan usaha ternak sapi Sapi berperan sebagai penghasil daging dan pupuk organik merupakan sumber pendapatan, disamping sumber tenaga kerja dan usaha pendapatan tambahan serta pemanfaat limbah (NAJIB et al., 1997). Produk sapi sebagai sumber protein hewani adalah daging yang sementara ini terpenuhi hanya 28% dari total permintaan daging Kalimantan Selatan. Kotoran sapi yang dihasilkan sapi dewasa sekitar 4-6 kg kering/hari dapat diolah menjadi pupuk dan dengan populasi sapi sebanyak 173.648 sapi dapat diasumsikan menghasilkan pupuk 253.526 ton/tahun yang bernilai ekonomi cukup bila dikelola secara optimal untuk usaha pertanian. Permasalahan yang dihadapi usaha sapi berkaitan dengan ketersediaan sumber hijauan pakan ternak terutama pada musim kemarau Keadaan ini menyebabkan peternak umumnya menjual ternaknya karena tidak mampu menyediakan pakan dan pertumbuhan menurun. Mengatasi masalah ini, peternak yang ingin mempertahankan ternaknya harus mencari pakan hijauan jauh di desa/kecamatan bahkan sampai ke wilayah sekabupaten dengan cara sendiri-sendiri atau kolektif, sementara potensi limbah perkebunan dan industri perkebunan melimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Sebagian besar limbah tersebut dijual keluar daerah, dijadikan bahan bakar, sumber pupuk dan bahan baku industri dan sebagian terbuang serta dianggap mengganggu lingkungan (HARDIANTO, 2004). Potensi limbah sawit Areal kebun kelapa sawit di Kalimantan Selatan tahun 2004 mencapai 0.753 ha yang tersebar di 6 kabupaten terdiri atas Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan produksi CPO mencapai 248.329 ton/tahun dengan rataan perhitungan produktivitas 1.545 kg/ha tetapi rataan nyatanya mencapai 2.3 kg CPO/ha dihasilkan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS). Pada tahun 2004 tercatat 7 buah dengan kapasitas terpakai 15-60 ton/jam (ANONIMUS, 2005c). Berdasarkan luas tanam kelapa sawit di Kalimantan Selatan, potensi limbah yang dihasilkan cukup besar karena setiap ton tandan buah sawit (TBS) yang diolah menghasilkan 0,6-0,8 m 3 limbah cair, 23% tandan kosong sawit, 13% serat dan 6,0% cangkang (ERNINGPRAJA dan DARNOKO, 2005). Limbah ini jika tidak dikelola dengan optimal dapat berdampak negatip terhadap lingkungan. Kandungan gizi limbah sawit (Tabel 1) menunjukkan BIS mengandung protein 15% dan cukup baik untuk pakan. Tabel 1. Kandungan gizi limbah kelapa sawit Limbah sawit Susunan gizi Pelepah sawit Lumpur sawit Bungkil inti sawit Daun sawit (tanpa lidi) Serat perasan Tandan kosong Batang sawit Bahan kering (%) 86,2 91,1 91,8 46,18 93,11 92,1 88-92 Protein kasar (%) 5,8 11,1 15,3 14, 6,2 3,7 1,6-3,2 Serat kasar (%) 48,6 17,0 15,0,52 48,1 47,93 36-39 Lemak (%) 5,8,0 8,9 4,37 3,22 4,7 0,6-1,0 BETN (%) 36,5 50,,4 55,8 46,59 - - 51-54 Abu (%) 3,3 9,0 5,0 13,4 5,9 7,89 2,8-3,2 Kalsium (%) 0,32 0,7 0,2 0,84 - - - Fosfor (%) 0,27 0,5 0,52 0,17 - - - TDN (%) 29,8 45,0 65,4 - - - - Energi (MJ/kg) 4,02 6,52 9,8 4,46 4,68-4,3-4,6 Sumber: IDRIS et al. (1998) dalam ELISABETH dan GINTING (2003); MATHIUS et al. (2003); GINTING dan ELISABETH (2003) 102

Dengan menggunakan perkiraan produksi CPO sebanyak 248.329 ton/tahun maka produksi tandan buah segar (TBS) diperkirakan sebesar 1.241.645,6 ton/tahun. Kelemahan limbah sawit (pelepah, tandan buah segar kosong dan batang sawit) untuk pakan ternak adalah kandungan serat kasar yang tinggi (MATHIUS et al., 2003) dan mungkin perlu diatasi masalah itu. SUDARYANTO (1999) menunjukkan cara IBRAHIM (1981) untuk perlakuan yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas limbah sawit yaitu perlakuan fisik, kimia, fisik dan kimia, serta biologi. Perlakuan fisik berupa pemotongan, penggilingan, perendaman, perebusan, dibuat pelet atau penjemuran/pengeringan. Perlakuan fisik yang dilakukan pada pelepah sawit yaitu pencacahan agar menjadi ukuran yang lebih kecil agar dapat layak dikonsumsi ternak. Perlakuan kimia yaitu menggunakan bahan kimia misalnya NaOH, Ca(OH) 2, amonium hidroksida, urea, sodium karbonat, sodium klorida dan lain-lain; perlakuan campuran fisik dan kimia menggabungkan keduanya, sedangkan perlakuan biologi dilakukan dengan menambah mikroba enzim, jamur, bakteri atau lainnya secara aerob. Pakan utama sapi adalah hijauan berupa rumput atau limbah tanaman pangan, kacangkacangan atau hijauan lainnya. Produktivitas sapi peka terhadap pemberian pakan, karenanya pemberian pakan harus memperhatikan mutu, jumlah, ketersediaan dan kesinambungan serta harga (ANONIMUS, 2001). Mutu pakan sapi (Tabel 2) berdasarkan rekomendasi kebutuhan gizi pakan untuk ruminansia (Tabel 3) menuntut ketersediaan yang berkesinambungan. Penggunaan pakan adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi yang sangat tergantung dari kondisi psikologis sapi serta berat badan karena makin berat maka makin tinggi jumlah kebutuhan pakannya. Kebutuhan gizi untuk produksi sangat tergantung dari pertambahan berat badan yang ingin dicapai sebatas kemampuan genetik yang dikandungnya. Makin tinggi pertambahan bobot hidup yang ingin dicapai, makin tinggi pula kebutuhan pakannya. Disamping memenuhi kebutuhan pakan sapi berdasarkan pertambahan bobot hidup (Tabel 3) selain mutu pakan, beberapa faktor penting lainnya perlu diperhatikan dalam usaha penggemukan sapi (ANONIMUS, 2001a), yaitu: 1. Kondisi sapi bakalan harus seragam berdasarkan bangsa sapi, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan kesesuaian ekosistem 2. Jumlah sapi yang digemukan paling sedikit 4 sapi 3. Lama penggemukan antara 4-5 bulan 4. Tatalaksana pemeliharaan meliputi perkandangan, pemberian pakan, pencegahan penyakit, dan sanitasi lingkungan 5. Pemasaran Tabel 2. Rekomendasi mutu pakan sapi dewasa Uraian Kisaran nilai (%) Bahan kering (%) 80-90 Protein kasar (%) -15 Lemak kasar (%) 2-3 Serat kasar (%) 15- TDN 58-65 Sumber: WAHYONO (2001) Pakan lengkap (Complete feed) Pakan lengkap merupakan pakan dalam bentuk campuran lengkap bahan baku pakan untuk memenuhi kebutuhan sapi dan tidak memerlukan tambahan hijauan. Dalam pembuatan pakan lengkap perlu diperhatikan ketersediaan bahan lokal untuk menekan harga, kandungan gizi dan disukai ternak. Teknologi pengolahan limbah menjadi pakan lengkap akan meningkatkan nilai (bila efisien) dapat dilakukan pencacahan atau penggilingan akan merubah ukuran pakan dan melunakan tekstur bahan agar konsumsi ternak lebih efisien. Pengeringan dengan panas matahari atau alat pengering menurunkan kadar air untuk ketahanan mutu, pencampuran dengan mesin pencampur (mixer) dan pengemasan (packing) 103

Tabel 3. Kebutuhan gizi pakan sapi jantan BH (kg) PBHH (kg) BK (kg) TDN (kg) PK (g) Ca (g) P (g) 200 0,00 3,7 4,5 5,2 5,4 5,6 5,6 1,8 2,2 2,8 3,2 3,7 3,9 285 470 554 622 690 714 6 11 27 6 9 15 17 18 250 0,00 4,4 5,3 6,2 6,4 6,6 6,6 2,0 2,6 3,2 3,8 4,3 4,6 337 534 623 693 760 782 9 28 9 10 14 17 19 20 0 0,00 5,0 6,0 7,0 7,4 7,5 7,6 2,4 3,0 3,7 4,3 5,0 5,3 385 588 679 753 819 847 10 15 19 23 28 10 11 14 18 22 350 0,00 1,20 5,7 6,8 7,9 8,3 8,5 8,5 8,5 2,6 3,3 4,1 4,8 5,6 5,9 6,2 432 635 731 806 874 899 943 20 25 31 32 14 18 23 24 Sumber: KEARL (1982) Limbah sawit praktis untuk digunakan menyusun pakan lengkap (SUHARTO, 2003) karena tersedia, mudah diperoleh untuk diberikan pada sapi, efisiensi pengangkutan, penyimpanan, disamping fungsi pengawetan. Penyediaan pakan lengkap akan membantu memecahkan masalah nasional yaitu penyediaan daging sapi. SUWIGNYO (2003) menyebutkan bahwa pakan lengkap dapat bersaing di pasaran dengan harga tertentu dan pengaruh terhadap pertumbuhan cukup tinggi sehingga populasi dan produktivitas ternak meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. ELISABETH dan GINTING (2003) menunjukkan bahwa limbah sawit berupa campuran pelepah (60%), lumpur sawit (18%), bungkil inti sawit (18%), dedak (4%), urea (0,4%) dan garam (0,1%) dengan kandungan protein hanya 7,8% memberikan pertambahan bobot hidup sapi jantan sebesar 0,58 kg/hari dan lebih ekonomis dibandingkan dengan pakan lain. BATUBARA et al. (2003) juga menunjukkan bahwa pemberian pakan menggunakan daun sawit, lumpur, bungkil inti sawit (diolah atau tanpa diolah) memberikan pertambahan bobot hidup kambing sangat nyata lebih tinggi (53-77 g/hari; kandungan PK -14,5%) dibandingkan dengan pakan kontrol. Pengaruh pemberian pakan yang dibentuk blok pada domba jantan dilaporkan oleh WIDJAJA dan UTOMO (2001) memberikan PBHH antara 64-83 g/hari menunjukkan 104

potensi dan peluang pemanfaatan limbah sawit sebagai pakan lengkap untuk penggemukan sapi. Selain itu WIDJAJA dan UTOMO (2004) juga memanfaatkan solid sawit untuk pakan tambahan ternak dengan dikeringkan KESIMPULAN Sistem integrasi sawit-sapi berpeluang cukup tinggi dengan tersedianya pakan dari limbah kebun sawit berupa pelepah, daun dan limbah olahan CPO sebagai pakan secara optimal. Alternatif penyusunan pakan lengkap bersumberkan limbah perkebunan dan pengolahan minyak sawit akan mengatasi masalah sulitnya ketersediaan hijauan terutama di musim kemarau dalam pengembangan usaha peternakan sapi. DAFTAR PUSTAKA ANONIMUS. 2001. Inovasi Teknologi Pertanian. Kantor Pengelola Kekayaan Intelektual dan Alih Teknologi (KP-KIAT), Badan Litbang Pertanian Jakarta. ANONIMUS. 2001a. Teknologi Usaha Penggemukan Sapi Potong. BPTP Jawa Tengah. Ungaran. ANONIMUS. 2005a. Laporan Tahunan 2004. Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. ANONIMUS. 2005b. Kebijaksanaan Pembangunan Peternakan Kalimantan Selatan Tahun 2006. Makalah Temu Informasi Pembangunan Pertanian Banjarbaru tanggal 26-28 Juli 2005. BPTP Kalimantan Selatan. ANONIMUS. 2005c Buku Saku Perkebunan Tahun 2005. Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarbaru. BATUBARA, L.P., S.P. GINTING, K. SIMANIHURUK, J. SIANIPAR dan A. TARIGAN. 2003. Pemanfaatan limbah dan hasil ikutan perkebunan kelapa sawit sebagai ransum kambing potong. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 29- September 2003. hlm. 106-109. ELISABETH, J. dan S.P. GINTING. 2003. Pemanfaatan hasil samping industri kelapa sawit sebagai bahan pakan ternak sapi potong. Pros. Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 110-119. ERNINGPRAJA, L. dan DARNOKO. 2005. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit Ramah Lingkungan. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. GINTING, S.P. dan J. ELISABETH. 2003. Teknologi pakan berbahan dasar hasil sampingan perkebunan kelapa sawit. Pros. Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 9-136. HARDIANTO, R. 2004. Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Agroindustri Sebagai Bahan Baku untuk Pengembangan Industri Pakan Ternak Complete Feed. Program Magang dan Transfer Teknologi Pakan. BPTP Jawa Timur. Malang. HARTADI, H., S. REKSOHADIPRODJO dan A.D. TILLMAN. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan ke-4. Gadjah Mada Presss. Yogyakarta. KEARL, L.C. 1982. Nutrients Requirement of Ruminants in Developing Countries. Utah Agricultural Experiment Station. Utah State University. Logan. Utah. MATHIUS, I. W., D. SITOMPUL, B.P. MANURUNG dan ASMI. 2003. Produk samping tanaman dan pengolahan buah kelapa sawit sebagai bahan dasar pakan komplit untuk: Suatu tinjauan. Pros. Lokakarya Nasional: Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 0-8. NAJIB, M., E.S. ROHAENI dan TARMUDJI. 1997. Peranan ternak sapi dalam sistem usahatani tanaman pangan di lahan kering. Pros. Seminar nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid II. Bogor, 17-19 Nopember 1997. hlm. 759-766. ROHAENI, E.S., N. AMALI, A. DARMAWAN, SUMANTO dan A. SUBHAN. 2004. Pemanfaatan Limbah Jagung Sebagai Pakan Lengkap dalam Sistem Usahatani Ternak dan Jagung di Lahan Kering. Laporan Hasil Penelitian. BPTP Kalimantan Selatan. Banjarbaru. SUDARYANTO, B. 1999. Peluang penggunaan daun kelapa sawit sebagai pakan ternak ruminansia. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Bogor, 1-2 Desember 1998. hlm. 428-433. SUHARTO. 2003. Pengalaman pengembangan usaha sistem integrasi sapi kelapa sawit di Riau. Pros. Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. Bengkulu 9-10 September 2003. hlm. 57-63. 105

SUWIGNYO, B. 2003. Penggunaan Complete Feed Berbasis Jerami Padi Fermentasi pada Sapi Australian Commercial Cross terhadap Konsumsi Nutrien, Pertambahan Bobot Badan dan Kualitas Karkas. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universityas Gadjah Mada. Yogyakarta. WAHYONO, D.E. 2001. Pengkajian Teknologi Complete Feed pada Usaha Penggemukan Domba. Laporan Hasil Pengkajian BPTP Jawa Timur, Malang. WIDJAJA, E. dan B.N. UTOMO. 2001. Pemanfaatan limbah kelapa sawit solid sebagai pakan tambahan ternak ruminansia di Kalimantan Tengah. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor 17-18 September 2001. hlm. 262-268. 106