1. R I N G K A S A N. 1. Aspek ekonomi sumberdaya alam & lingkungan. 1. Mainstreaming aspek ekonomi kedalam kebijakan pengelolaan DAS.

dokumen-dokumen yang mirip
PERTEMUAN FORUM DAS DAN PAKAR TINGKAT NASIONAL STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN DAS TERPADU JAKARTA DESEMBER 2009

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kerangka landasan pendekatan DAS: Merupakan ekologi bentang lahan (Landscape ecology), suatu subdisiplin ekologi yang mengamati sebab dan akibat

KESIMPULAN DAN SARAN

Menyelamatkan Daerah Aliran Sungai (DAS): Saatnya Bertindak Sekarang

PENDAHULUAN. Ekosistem /SDAL memiliki nilai guna langsung dan tidak langsung

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup Strategis DAS Bengawan Solo Hulu

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Pola Umum. Standar. Pengelolaan DAS.

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

X. ANALISIS KEBIJAKAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SKENARIO STRATEGI SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR CITARUM JAWA BARAT

RANCANGAN STRUKTUR ORGANISASI PERANGKAT DAERAH (DLHK) PROVINSI BANTEN TAHUN 2017

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. LAKIP 2011 Direktorat Jenderal Penataan Ruang

* TUJUAN PENGELOLAAN DAS 14/06/2013. ASPEK HUKUM PENGELOLAAN DAS BERDASARKAN PP No. 37 Tahun 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Modul KLHS DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJPD/RPJMD

REVITALISASI KEHUTANAN

DEKLARASI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN ( MUSRENBANG )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 16/Menhut-II/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Bab 4 Strategi Pengembangan Sanitasi

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2001 TENTANG TIM KOORDINASI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI: Menjadi fasilitator pembangunan daerah melalui perencanaan pembangunan yang berkualitas

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KABUPATEN SEHAT KABUPATEN BELITUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG JASA LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU. I. PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

PENGEMBANGAN KONSEP MANAJEMEN ASET KELEMBAGAAN SUMBERDAYA AIR PADA SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOGAWA I. PENDAHULUAN

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

1/6 PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN DALAM PENYELENGGARAAN PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN PERMUKIMAN SECARA TERPADU DI PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

FOREST LANDSCAPE RESTORATION

IV.B.5.Urusan Wajib Penataan Ruang

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SINGLE DATA SYSTEM UNTUK PEMBANGUNAN DAERAH DI JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Pedoman. DAS. Terpadu. Pengelolaan. Pencabutan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENJA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

PERAN PERENCANAAN TATA RUANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI TERPADU KOTA BITUNG

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Transkripsi:

RINGKASAN DAN REVIEW MAKALAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN DALAM PERTEMUAN FORUM DAN PAKAR TINGKAT NASIONAL MENGENAI STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN TERPADU DI JAKARTA, 10-11 DESEMBER 2009 1. R I N G K A S A N Ringkasan mengenai permasalahan dan Pengelolaan Strategis Daerah Aliran Sungai () ini disusun dari beberapa literatur yang disampaikan oleh Dr. Maria Ratnaningsih (Narasumber Diskusi Kelompok Sumberdaya), Tim Perumus umum yaitu : Prof. Naik Sinukaban, Dr. Maria Ratnaningsih, Dr. Saeful Rachman dan Dr. Syaiful Anwar dalam Pertemuan Forum dan Pakar Tingkat Nasional mengenai Strategi Nasional Pengelolaan Terpadu di Jakarta, 10-11 Desember 2009; kemudian materi diskusi dari kelompok Sistem Informasi dengan narasumber Dr. Suria D. Tarigan dan materi diskusi kelompok Biofisik (ekosistem) dengan narasumber Dr. Chay Asdak dan Prof. Naik Sinukaban. Adapun ringkasan dari permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Pokok permasalahan. Pengelompokan pokok permasalahan, sebagaimana yang dikaji dalam literatur di atas, meliputi : (a) Ekonomi Sumberdaya. (b) Biofisik (Ekosistem). (c) Strategi Nasional Pengelolaan Terpadu. (d) Sistem Informasi (SIM). (e) Sistem Sosial, Budaya dan Kelembagaan 2. Substansi Pokok Permasalahan Tabel : Ringkasan Permasalahan & Strategi Pengelolaan No Naratif Indikator Verifikasi Asumsi/Keterangan 1. Ekonomi Sumberdaya 1. Aspek ekonomi sumberdaya alam & lingkungan. 1. Mainstreaming aspek ekonomi kedalam kebijakan pengelolaan. 1. Perlu UU, PP & Perda (regulasi) & RPJM/P. 2. Kerusakan biofisik 2. Review instrument pemanfaatan SDA included perijinan. 3. Data & informasi 3. Valuasi jasa lingkungan & identifikasi penyedia jasa. 4. Distribusi manfaat 4. Analisa biaya & manfaat 2. Full cost pricing 3. Pedoman valuasi & database 4. Internalisasi, eksternali sasi biaya, kapasitas masyarakat, insetif & disinsetif. Astrid Damayanti 1

No Naratif Indikator Verifikasi Asumsi/Keterangan 5. Anggaran 5. Mekanisme pembayaran non APBN, APBD. 5. WTP & WTA dasar negosiasi PES 2. Biofisik (Ekosistem) 6. Pengelolaan bersifat sektoral (non integrated) 7. Kesadaran pengguna / penerima jasa lingkungan 1. Definisi Ekosistem 6. Perlu payung hukum, koordinasi, dana dan kerjasama hulu-hilir. 7. Perlu aturan & peningkatan kesadaran 1. Pemahaman pendekatan ekosistemik untuk keberlanjutan. 6. Kerjasama & koordinasi antar sektor dan antar daerah/wilayah adm. 7. Dukungan peraturan & sosalisasi. Perlu pemahaman bersama. 2. Biofisik (Ekosistem) 3. Sistem Informasi (SIM) 2. Definisi 2. Pemahaman dasar & UU No. 7/2004 pasal 1 tentang pengelolaan SD Air. 3. Properties/Atribut e Ekosistem 4. Permasalahan/Isuisu Pengelolaan 1. Persetujuan pengembangan SIM dan perluasan akses kebutuhan 2. Model/prototype SIM & Hirarki 3. Kesepemahaman tingkat nasional hingga daerah 4. Pokja penyediaan 3. Lingkup sub-subsistem & interdepedency keterpaduannya. 4. Masalah perbedaan persepsi, batas & administratif, fluktuasi debit aliran & banjir, konflik kepentingan/stake holder, degradasi hutan, kualitas air menurun, kendala alamiah /fisiografis. Perlu membangun suatu kesepemahaman dan kesepakatan bersama diantara para pihak dalam upaya membangun suatu Forum untuk pengembangan SIM sesuai model/prototype informasi yang diperlukan oleh semua pihak/stake holder. 3. Idem 3. Memahami perilaku biofisik (ekosistem) melalui daur hidrologi. 4. Perlu mengetahui isu-isu masalah secara holistik dalam upaya mencari solusi yang tepat. Perlu : 1. Regulasi 2. PP/Perda 3. Organisasi dan hirarki 4. Aturan main/sistem. 5. Kepemilikan data 6. Perangkat Halus 7. Perangkat lunak 8. Pengguna & Astrid Damayanti 2

No Naratif Indikator Verifikasi Asumsi/Keterangan dan pengelolaan 5. Menyediakan buletin/jurnal forum pemanfaat jasa 9. Perlindungan data 10. Kerjasama pertukaran data. 4. Sosial Budaya dan Kelembagaan 4. Sosial Budaya dan Kelembagaan 1. Transformasi budaya 2. Penataan Kelembagaan 1. Pendidikan dan Pelatihan untuk masyarakat. 2. Pengembangan softskill dan lifeskill masyarakat 1. Pengembangan sentrasentra pemberdayaan masyarakat. 2. Pengembangan institusi masyarakat yang sifatnya bottom up dengan difasilitasi oleh fasilitator/mediator/for sehingga bisa terbentuk networking dengan kepemimpinan kolektif dan memanfaatkan danadana CSR atau dana pribadi, jasa lingkungan dan pemerintah. 3. Menghasilkan manfaat ekonomi berkelanjutan untuk masyarakat sekitar. 4. Kebijakan pemerintah harus kompetible dengan keinginan masyarakat 5. Mereview peraturan pengelolaan diwujudkan dalam pembuatan PP atau Kepres atau peraturan perundangan yang lebih efektif misalnya memadukan UU 7, UU 41 dan UU LH, termasuk penataan Dengan memperhatikan kearifan lokal 1. Secara terintegrasi. Astrid Damayanti 3

No Naratif Indikator Verifikasi Asumsi/Keterangan sistem keuangan negara. 5. Strategi Nasional Pengelolaan Terpadu 1. Batas 1. UU dan peraturan yang mengatur batas, ba-tas administratif & sektor. 1. Kepentingan sektoral & batas pemerintahan harus terkait pengelolaan 2. Koordinasi Penanganan 3. Implementasi & Peraturan Perundangan 4. Transformasi budaya. 5. Database & SIM 2. Perlu persamaan persepsi dan instrument untuk koordinasi.. 2. UU, PP dan kelembagaan serta instrumen. 3. Perlu forum 3. Sebagai koordinator, mediator, fasilitator, akselerator & inovator. 4. Human eco wellbeing. 4. Sikap dan perilaku para stake holder. 5. Regulasi, organisasi, aturan, sistem dan kerjasama. 6. UU & PP. 6. Regulasi, institusional dan instrument. 5. Adanya kelembagaan/forum yg menyediakan data & mengelola SIM. 6. Menciptakan daya pengelolaan. 2. U L A S A N Masalah Daerah Aliran Sungai () dan pengelolaannya baik yang bersifat strategis maupun operasional sejauh ini nampak belum ada suatu kesepemahaman dan kesepakatan baik ditingkat sektoral, pemerintah dalam penetapan batas administratif serta para pengguna jasa serta masyarakat sendiri. Di sisi lain, undang-undang yang mengatur secara khusus serta peraturan pemerintah (PP) mengenai saat ini belum memberikan perspektif yang luas sebagaimana mempunyai fungsi lingkungan, sosial, ekonomi, budaya dan politik. Bila melihat pada keterkaitan yang lebih luas, menyediakan jasa lingkungan yang antara lain meliputi fungsi hidrologi, penyerapan karbon dan konservasi keanekaragaman hayati. Namun demikian, dalam dasawarsa terakhir terjadi penurunan atau degradasi jasa lingkungan sebagai akibat eksploitasi yang berlebihan terhadap sumberdaya alam. Astrid Damayanti 4

Salah satu hal yang sangat menyolok dan berdampak pada permasalahan adalah penebangan liar dan pengerusakan hutan yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini mengakibatkan hampir seluruh cenderung mengalami degradasi lingkungan dan kerusakan fisik sehingga telah menjadi perhatian para pihak. Namun demikian pengelolaan secara terpadu sampai saat ini masih menghadapi berbagai masalah yang kompleks. Oleh karenanya, dalam upaya mengatasi permasalahan dan pengelolaannya yang strategis, perlu suatu pemahaman komprehensif dan tematis yang mengerucut terhadap masalah. Dari analisa literatur terhadap materi-materi kelompok diskusi tersebut, diperoleh suatu pemahaman: 1. Permasalahan dan pengelolaannya yang ada saat ini belum berjalan secara terpadu (integrated), mengingat pokok-pokok permasalahan dalam lingkup yang terkait dengan biofisik (ekosistem), batas wilayah administratif, pendekatan sektoral, pengguna jasa serta masyarakat dalam bebagai pendekatan sosial budaya dan ekonomi masih mempunyai perspektif kepentingan yang berbeda dan belum terintegrasi. 2. Eksploitasi sumber daya yang mengakibatkan degradasi lingkungan bergerak begitu cepat, di sisi lain tingkat antisipatif yang dilakukan oleh pemerintah berserta stake holder dan para pemangku kepentingan lainnya masih sangat rendah atau dapat dikatakan belum ada. Hal-hal mendasar mengenai kesepemahaman dan kesepakatan tentang batasan dan definisi, biofisik dan wawasan serta pengelolaannya masih menjadi perdebatan. 3. Masalah penyediaan anggaran dan inovasinya terhadap dana pengelolaan berada dalam pembiayaan sektor dan pengelolaan wilayah administratif pemerintahan. Dalam perspektif ini, pemahaman untuk pengelolaan terpadu belum ada dasar regulasi dan instrumentnya. Pada tingkat yang lebih lanjut, perspektif untuk menuju pada pengelolaan terpadu yang dikaitkan dengan aspek sumber daya, jasa dan sosial ekonomi untuk lingkungan lestari dan rakyat sejahtera masih merupakan wacana. 4. Pemerintah sebagai regulator perlu mengambil langkah pasti, strategis dan cepat dalam upaya menerobos dan mengantisipatif permasalahan-permasalahan yang semakin meningkat tingkat degradasinya. 5. Undang-undang (UU), peraturan pemerintah (PP) serta program yang ditindaklanjuti di tingkat daerah (provinsi serta kabupaten/kota) melalui Perda perlu di implementasikan dan disosialisasikan untuk menciptakan partisipasi masyarakat dalam peningkatan kapasitasnya serta peranserta. 6. Untuk di tingkat teknis dan operasional, forum perlu membangun suatu organisasi tim SIM yang melibatkan pemerintah mulai dari pusat hingga daerah. Struktur dan hirarkis di atur dalam payung hukum, terkait aspek-aspek teknis melalui suatu Infrastruktur Data yang mengatur metadata, kepemilikan data, dan aturan penggunaannya di berbagai kalangan (Pemerintah, swasta, akademis, LSM dan masyarakat). 7. Perlu kerjasama lintas sektoral, lintas wilayah adminsitratif dan lintas hukum terkait pengelolaan Terpadu. Untuk itu, perlu payung hukum dan wadah yang mengatur suatu rencana terbentuknya Forum dengan produk-produk kerjanya serta sosialiasi melalui buletin/journal yang dapat meningkatkan kapasitas masyarakat serta semua pemangku kepentingan. Astrid Damayanti 5

3. PERTANYAAN Pertanyaan mengenai masalah dan pengelolaannya, adalah : 1. Dalam upaya mendorong realisasi tercapainya kesepakatan pengelolaan secara terpadu, langkah-langkah apa yang harus ditempuh? Dan untuk itu, siapa yang harus mengambil inisiatif ke arah realisasi tersebut? 2. Bila ada suatu kelembagaan/wadah yang telah terbentuk di tingkat internasional termasuk penyusunan acuan-acuan pendekatan hukum, kelembagaan dan kerjasama lintas sektoral dan wilayah administratif serta teknis dalam penyusunan data based, metadata, pemilik data serta teknologinya (hard dan soft system), apakah pemerintah Indonesia sudah mengacu/meratifikasi acuan tersebut untuk di aplikasikan? 3. Bagaimana upaya membangun masyarakat yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan untuk mendorong kesadaran bersama dan mengembangkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan terpadu? Astrid Damayanti 6