PEMANFAATAN ALAT PERAGA UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERMAKNA Oleh. Sri Wulandari Danoebroto

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN MOTIVASI SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAKA KUADRAN LENGKAP AL-KHAWARIZMI PADA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PEUDAWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak Sumber Daya Manusia

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA CIREBON

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

48. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

2013 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. baik, manusia yang lebih berkebudayaan, dan manusia yang memiliki kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Khaeratun Nisa, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu usaha yang dilaksanakan siswa dalam proses belajar

50. Mata Pelajaran Matematika Kelompok Akuntansi dan Pertanian untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roheni, 2013

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

Pernyataan ini juga di ungkapkan oleh Bambang R (dalam Rbaryans, 2007) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak globalisasi adalah perkembangan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

PENERAPAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN RUANG SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN KARTU AL KHAWARIZMI UNTUK MEMAHAMKAN MATERI PEMFAKTORAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depdiknas (2006) memaparkan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa secara optimal baik pada aspek kognitif, efektif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 787), prestasi belajar diartikan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Kehidupan yang semakin meng-global ini memberikan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, semua hal dapat berubah dengan cepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, dan hanya dapat dipahami oleh segelintir orang. Ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIK

BILANGAN BERPANGKAT DAN BENTUK AKAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus pembangunan SDM (Sumber Daya Manusia). Matematika juga

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evy Aryani Sadikin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

09. Mata Pelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pergeseran pandangan terhadap matematika akhir-akhir ini sudah hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan orang yang akan melakukan pembelajaran. Belajar bukan hanya. sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

Transkripsi:

PEMANFAATAN ALAT PERAGA UNTUK PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERMAKNA Oleh. Sri Wulandari Danoebroto A. Karakteristik Matematika dan Proses Belajar yang Bermakna Matematika merupakan ilmu pengetahuan dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Ide-ide matematika dapat berkembang begitu luas, seluas daya imajinasi dan daya pikir manusia. Oleh karena itu, seakan ada lead times antara abstraksi matematika dengan realitas kehidupan saat ini. Dengan matematika kita dapat menjangkau dimensi n, sementara dalam realitas kehidupan (pada umumnya) kita baru mampu menjangkau dimensi 3 yaitu melalui panca indera. Daya prediksi matematika tersebut menjadi salah satu alasan para ilmuwan muslim pada jaman keemasan Islam begitu gemar belajar matematika. Matematika saat itu dipelajari karena berguna untuk keperluan religi misalnya untuk melakukan perhitungan kalender Islam, menentukan waktu sholat, atau untuk menentukan waktu yang akurat berdasarkan pola gerakan bulan. Memahami kegunaan matematika akan menumbuhkan sikap menghargai pentingnya belajar matematika. Namun demikian, matematika di sekolah pada umumnya disampaikan langsung ke tataran yang abstrak, seakan terlepas dari kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan abstrak matematika yang murni terlahir dari pemikiran manusia seakan menjadi sesuatu yang turun dari langit bila disajikan secara tiba-tiba kepada siswa. Sifat matematika yang abstrak menjadi alasan mengapa matematika menjadi sulit dipahami. Keabstrakan matematika pula yang menjadi sebab mengapa siswa kurang memahami manfaat belajar matematika bagi kehidupannya. Beberapa alasan ini membuat siswa enggan bahkan takut atau cemas belajar matematika, karena matematika direpresentasikan dalam bahasa simbol semata. Simbol yang disajikan tiba-tiba tentu tanpa makna bagi siswa. Akibatnya, siswa hanya menghafalkan saja rumus matematika karena tidak memahami asal usul dan tujuannya. Konsep matematika menjadi bermakna jika siswa melihat kaitan konsep matematika tersebut dengan sesuatu yang telah diketahuinya. Pengetahuan tersebut dapat berupa pengetahuan tentang fakta, konsep, prinsip atau prosedur matematika. Oleh karena itu, hendaknya dalam proses 1

belajar matematika dibuka kesempatan bagi siswa untuk merekonstruksi pengetahuan baru matematika berdasarkan skema berpikirnya. B. Pemanfaatan Alat Peraga untuk Pembelajaran Matematika yang Bermakna Salah satu alternatif agar pembelajaran matematika menjadi bermakna adalah dengan memanfaatkan alat peraga. Alat peraga sebagai alat bantu pembelajaran dapat berfungsi sebagai model konsep yang riil sehingga siswa dapat mempelajarinya dengan menggunakan panca inderanya. Dengan demikian, alat peraga berperan menurunkan derajat keabstrakan matematika. Secara sederhana, sebelum mempelajari tentang dimensi n, siswa memahami ide dasarnya melalui model objek berdimensi 2 atau berdimensi 3. Terjadi proses rekonstruksi pengetahuan melalui pengamatan, percobaan, atau pengalaman nyata lainnya. Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat dipandang sebagai pembelajaran dengan pendekatan induktif. Proses mempelajari pengetahuan matematika yang terkandung dalam suatu kondisi, kejadian khusus atau model tertentu. Hendaknya dalam proses pembelajaran matematika, dengan pendekatan apapun, melibatkan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Alat peraga sebagai objek riil yang dipelajari dimanfaatkan secara optimal agar siswa terdorong untuk berpikir, belajar dengan panca inderanya (melihat, mendengar, menyentuh, bercakap-cakap), timbul rasa ingin tahunya, dan merasakan senang belajar. Gagasan alat peraga matematika dalam kerangka rekonstruksi matematika umumnya menggunakan konsep dan prinsip geometri, bahkan untuk mempelajari konsep aljabar sekalipun. Hal ini karena geometri merupakan ide matematika yang dapat dimodelkan secara riil atau konkrit sehingga objeknya dapat dipelajari dengan menggunakan pancaindera manusia. Gagasan lainnya adalah dengan menggunakan model faktual yaitu pemodelan berdasarkan fakta dalam kehidupan sehari-hari. C. Contoh Pemanfaatan Alat Peraga untuk Pembelajaran Matematika Salah satu contoh alat peraga untuk merekonstruksi konsep bilangan melalui model faktual adalah Loncat Katak. Katak Hitam Katak Hijau 2

Alat peraga ini dapat dimanfaatkan untuk menemukan konsep bilangan yaitu pola bilangan, melalui aktivitas pemecahan masalah. Model faktual yang diangkat adalah figur katak dengan konteks masalah yang harus dipecahkan bersifat imajinatif namun bermakna bagi siswa. Problematikanya adalah bagaimana kedua pasukan katak hitam dan katak hijau dapat bertukar tempat dengan batasan kondisi: a. Katak berpindah satu persatu b. Langkah perpindahan yang mungkin, karena figurnya adalah katak, yaitu melompat (melompati katak lain atau melompat maju selangkah) c. Setiap katak hanya mampu melompati satu katak lainnya d. Katak tidak bisa melompat mundur Siswa akan melakukan eksplorasi dengan memanipulasi alat peraga tersebut. Siswa memikirkan strategi untuk menyelesaikan masalah tersebut, yang umumnya berdasarkan pengamatan penulis menggunakan strategi trial and error. Sejalan dengan aktivitas kognitif ini, siswa mengembangkan kemampuan psikomotoriknya melalui aktivitas memindahkan model katak sesuai analisis atau mengikuti intuisinya. Problematika pasukan katak ini cukup menggugah rasa ingin tahu siswa dan memunculkan rasa fun in doing mathematics. Proses pindah memindahkan katak ini sesungguhnya merupakan aktivitas yang teratur sehingga membentuk sebuah pola. Tugas siswa adalah menemukan keteraturan perpindahan ini yang bisa ditemukan jika tidak hanya mengandalkan strategi trial and error tetapi juga menganalisis dengan logikanya. Tantangannya adalah, jika banyaknya anggota pasukan katak masing-masing adalah n, maka berapa langkah yang diperlukan untuk memindahkan semuanya. Proses berpikir induktifnya dari sepasang katak hijau dan hitam, kemudian dua pasang katak hijau dan hitam, dan seterusnya hingga lima pasang katak hijau dan hitam. Tahap akhir dari aktivitas ini adalah generalisasi untuk n pasang katak. Demikian contoh pemanfaatan alat peraga matematika yang membuka kesempatan bagi siswa untuk merekonstruksi pengetahuan baru matematika berdasarkan fakta yang diketahuinya dalam kehidupan sehari-hari, meskipun sedikit imajinatif. 3

Contoh alat peraga untuk merekonstruksi prosedur aljabar melalui model geometri adalah Peraga Al Khwarizmi. Salah satu cara mencari akar persamaan kuadrat adalah dengan menggunakan bentuk kuadrat sempurna, bila persamaannya adalah maka rumus untuk mencari akarnya adalah. Apabila rumus ini diberikan tiba-tiba pada siswa, maka mereka akan cenderung menghafalkannya saja karena persamaan matematika itu tidak bermakna baginya, kecuali hanya simbol p, q, dan x yang harus diingatnya. Penyelesaian persamaan kuadrat dengan bentuk kuadrat sempurna merupakan salah satu temuan Al Khwarizmi, seorang matematikawan muslim yang juga mendapat julukan Bapak Aljabar. Al Khwarizmi memperoleh akar dari persamaan melalui eksplorasi terhadap model geometri. Untuk memahami atau menemukan asal usul rumus, siswa mengikuti langkah-langkah Al Khwarizmi menyelesaikan persamaan. Bentuk aljabar tersebut diaktualkan dalam bentuk persegi panjang kemudian menggunakan pengetahuan tentang luas daerah persegi dan persegi panjang yang telah diketahui siswa sebelumnya, maka simbol p, q, dan x menjadi bermakna. Proses Al Khwarizmi menemukan solusi persamaan kuadrat tersebut dapat direkonstruksi oleh siswa menggunakan alat peraga. Pada mulanya berpikir induktif berdasarkan penyelesaian 4

persamaan sembarang bilangan p dan q. kemudian dibawa kepada generalisasi jika konstantanya adalah Peraga Al Khwarizmi ini dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran dengan penyajian satu arah atau guru yang dominan menjelaskan asal usul rumus. Alternatif lainnya adalah guru memberi kesempatan siswa melakukan rekonstruksi sendiri sehingga kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya lebih terstimulasi. D. Kesimpulan Alasan perlunya memanfaatkan alat peraga dalam pembelajaran matematika adalah: 1. Menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran matematika yang bermakna 2. Menurunkan derajat keabstrakan matematika, sehingga siswa menjadi lebih mudah memahaminya 3. Memotivasi siswa belajar matematika karena objek yang dipelajari konkrit, dapat dimanipulasi, dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar yang menantang dan mengasyikkan Alat peraga merupakan alat bantu pembelajaran, sehingga peran guru masih sangat penting sebagai sutradara yang memainkan alat bantu tersebut. Sebaiknya guru merancang pembelajaran yang dapat mengoptimalkan proses rekonstruksi pengetahuan baru matematika dengan menstimulasi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Alat peraga kemudian dimanfaatkan untuk memperkuat proses tersebut. 5