BAB III PARTIAL ADJUSTMENT MODEL (PAM) Pada dasarnya semua model regresi mengasumsikan bahwa hubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, ilmu ekonomi mempelajari hubungan-hubungan diantara

BAB III ERROR CORRECTION MODEL (ECM) Suatu analisis yang biasa dipakai dalam ekonometrika adalah analisis

BAB III MODEL DISTRIBUSI LAG DAN AUTOREGRESSIVE DENGAN PENDEKATAN KOYCK. Pada umumnya model regresi linear tidak memperhatikan pengaruh waktu

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengunakan data sekunder berdasarkan runtun waktu (time series)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dicatat, atau diobservasi sepanjang waktu secara berurutan. Periode waktu dapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. gabungan dari data runtun waktu (time series) tahunan. Data yang digunakan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research)

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

III. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

III. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi Anggaran Pertahanan di Indonesia, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan unsur yang penting dalam pengambilan keputusan

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah

BAB 3 METODA PENELITIAN. industri penghasil bahan baku sektor pertambangan yang terdaftar di

METODE PENELITIAN. Selang periode runtun waktu. Bulanan Tahun Dasar PDB Triwulanan Miliar rupiah. M2 Bulanan Persentase

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. terhadap Angka Kematian Bayi di Kabupaten Blora. Penelitian ini merupakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

UJI ASUMSI KLASIK (Uji Normalitas)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

Pertemuan 4-5 ANALISIS REGRESI SEDERHANA

BAB IV METODE PENELITIAN. resmi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. (OJK). Objek tersebut terdiri dari Bank Umum Syaria (BUS) dan Unit Usaha

METODE PENELITIAN. Data penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN. Volume Perdagangan Saham. Dengan populasi Indeks Harga Saham

Gambar 2.1 Klasifikasi Metode Dependensi dan Interdependensi Analisis Multivariat

III. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat

PERAMALAN DINAMIS PRODUKSI PADI DI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN METODE KOYCK DAN ALMON

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang

Bab 12 Autokorelasi: Apa yang Terjadi jika Faktor-faktor Kesalahan Saling Berkorelasi? 7. Amerika Serikat, Langkah-langkah Perbaikan

BAB III MODEL REGRESI DATA PANEL. Pada bab ini akan dikemukakan dua pendekatan dari model regresi data

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dasar pemilihan lokasi ini berdasarkan secara purposive sampling (sengaja).

Kata Kunci: Autokorelasi, Heteroskedastisitas, Metode Kuadrat Terkecil, Metode Newey West

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III REGRESI TERSENSOR (TOBIT) Model regresi yang didasarkan pada variabel terikat tersensor disebut

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

KORELASI DAN REGRESI LINIER SEDERHANA

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. media perantara. Pada umumnya data sekunder dapat berupa bukti, catatan atau

Transkripsi:

BAB III PARTIAL ADJUSTMENT MODEL (PAM) 3.1 Model Distribusi Lag Pada dasarnya semua model regresi mengasumsikan bahwa hubungan antara peubah tak bebas dan peubah-peubah bebas bersifat serentak. Hal ini berarti peubah-peubah ini ada pada titik waktu yang sama. Asumsi ini mungkin bisa diterima dalam data lintas-sektoral tapi tidak dalam data deret berkala. Ini berarti bahwa ada hubungan yang tidak serentak atau terlambat (lagged relationship), antara peubah tak bebas dan peubah bebas dalam regresi linear berganda. (Gujarati 2006:159) Perhatikan model berikut: = + + + + (3.1) Keterangan: = Peubah tak bebas pada saat t = Konstanta = Peubah bebas pada saat t = Peubah bebas pada saat (t-1) = Peubah bebas pada saat (t-2),, = Koefisien-koefisien = faktor pengganggu Model regresi (3.1) disebut juga sebagai model dinamis. Model dinamis adalah suatu model yang melibatkan perubahan dari waktu ke waktu karena efek 31

32 perubahan unit pada peubah bebas yang dirasakan selama sejumlah periode waktu. Model dinamis tersebut dikatakan model keterlambatan terdistribusi (distributed lag models) karena efek perubahan satu unit dalam nilai peubah bebas terpencar atau terdistribusi pada sejumlah periode waktu. Beberapa alasan timbulnya lag atau keterlambatan antara lain: Alasan psikologi Karena kebiasaan (kelembaman), orang tidak mengubah kebiasaan konsumsi mereka secara serentak atau segera setelah terjadi penurunan harga atau kenaikan pendapatan, mungkin karena proses perubahan langsung itu bersifat kontraproduktif. (Gujarati 2006:160) Alasan teknologis Ada kemungkinan misalnya, harga modal (capital) relatif turun dibandingkan dengan tenaga kerja manusia (labour), maka dimungkinkan untuk mengadakan substitusi mengganti tenaga kerja dengan mesin-mesin, yaitu berubah dari padat karya (labour intensive) menjadi padat modal (capital intensive). (Supranto 2004:136) Alasan institusional atau kelembagaan Sebagai contoh misalnya, keharusan suatu kontrak (contractual obligation) mungkin mencegah perusahaan untuk beralih dari sumber tenaga kerja yang satu ke sumber tenaga kerja lainnya atau sumber bahan mentah yang satu ke sumber bahan mentah yang lainnya. (Supranto 2004:136)

33 Persamaan (3.1) dapat diperumum dan dapat dinyatakan sebagai model keterlambatan terdistribusi k-periode yaitu: = + + + + + + (3.2) dengan efek perubahan per unit dalam nilai peubah penjelas dirasakan selama k periode. Pada persamaan (3.2), peubah tak bebas menanggapi perubahan setiap satu unit dalam peubah bebas tidak hanya dalam periode waktu saat ini tapi juga dalam beberapa periode waktu sebelumnya. dikenal sebagai faktor pengali (multiplier) jangka pendek atau dampak (impact), karena perubahan dalam nilai mean peubah tak bebas mengikuti perubahan unit dalam peubah bebas pada periode waktu yang sama. Jika perubahan dalam peubah bebas X dipertahankan pada level yang sama setelah itu maka ( + ) menentukan perubahan nilai mean peubah tak bebas pada periode berikutnya, ( + + ) dalam periode setelah itu dan seterusnya. Jumlah parsial ini disebut Multiplier interim, atau perantara. Akhirnya setelah k periode dapat diperoleh; = + + + + (3.3) yang dikenal sebagai multiplier jangka panjang atau total. (Gujarati 2006:161) Pada prinsipnya model-model terdistribusi seperti pada persamaan (3.2) dapat diestimasi menggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) karena jika diasumsikan nonstokastik, atau tetap dalam pengambilan sampel berulang, maka begitu pula dan semua nilai terlambat X lainnya. Oleh sebab itu, pada persamaan (3.2) dengan sendirinya tidak melanggar asumsi standar model regresi linear klasik apapun. Namun, ada beberapa masalah praktis yang

34 perlu dikemukakan misalnya menentukan berapa banyak nilai keterlambatan peubah bebas yang harus dimasukkan, bahkan dengan sampel yang besar pun seringkali terjerumus dalam masalah multikolinearitas, karena sebagian besar nilai peubah ekonomi yang berurutan cenderung berkorelasi, kadang sangat tinggi. Multikolinearitas dapat menghasilkan estimasi yang tidak tepat, artinya kesalahan standar cenderung besar sesuai dengan banyaknya koefisien yang diestimasi. Akibatnya, berdasarkan rasio t hitung biasa, cenderung menyatakan bahwa koefisien (-koefisien) terlambat tak signifikan secara statistik. Masalah lain yang muncul adalah bahwa koefisien faktor keterlambatan berurutan kadang berbedabeda tanda, yang membuat sulitnya penafsiran sejumlah koefisien. 3.2 Pendekatan Koyck Terhadap Model Distribusi Lag Suatu pendekatan yang baik untuk mengurangi jumlah faktor keterlambatan dalam model keterlambatan terdistribusi maupun masalah multikolinearitas adalah pendekatan Model Koyck, Ekspektasi Adaptif, dan Partial Adjustment Model (PAM). Ekspektasi Adaptif, dan Partial Adjustment Model (PAM) merupakan bentuk rasionalisasi model Koyck. Koyck telah mengusulkan suatu metode untuk memperkirakan model terdistribusi beda kala (distributed-lag models). Dianggap bahwa semua koefisien mempunyai tanda yang sama. Koyck menganggap bahwa koefisien tersebut menurun secara geometris, dengan model regresi pada persamaan (3.1) diperoleh; =, =0,1, (3.4) dimana 0< <1 dikenal sebagai tingkat penurunan dari distribusi beda kala, sedangkan 1-C disebut kecepatan penyesuaian. Persamaan ini mempunyai arti

35 bahwa setiap koefisien lebih kecil dari nilai sebelumnya atau yang mendahuluinya. Dengan menganggap nilai-nilai C non negatif, Koyck memperlakukan nilai C tidak pernah berubah tanda dan dengan asumsi C<1, memberikan bobot yang lebih kecil dari koefisien yang jauh jaraknya (sudah terjadi) dibandingkan dengan yang dekat jaraknya (baru saja terjadi). Sehingga diperoleh suatu transformasi yang disebut sebagai transformasi koyck, secara matematis ditulis sebagai: = 1 + + + (3.5) dimana = Berdasarkan persamaan (3.5) hanya diperkirakan tiga parameter yaitu: A,, C. Oleh karena itu tidak ada lagi alasan multikolinearitas, sebab,,,, sudah diganti dengan. Hal-hal yang berhubungan dengan transformasi tersebut adalah: Model distribusi lag menjadi model autoregresif sebab peubah beda kala tak bebas menjadi peubah beda kala bebas. Munculnya peubah tak bebas, sebagai peubah bebas akan menimbulkan persoalan statistik, karena peubah tak bebas bersifat stokastik yaitu tidak tetap jadi yang dimiliki adalah peubah bebas stokastik. Dalam persamaan (3.1) kesalahan pengganggu, sedangkan dalam model persamaan (3.5). Sifat-sifat yang dimiliki oleh, tergantung kepada sifa-sifat yang dimiliki oleh. (Supranto 2004:140)

36 3.3 Rasionalisasi Model Koyck Model-model autoregresif lainnya yang merupakan bentuk rasionalisasi dari model Koyck, yaitu: Model Ekspektasi Adaptif oleh Cagan dan Partial Adjustment Model (PAM) yang dikembangkan oleh Nerlove. (Gunawan 2007:295) 3.3.1 Model Ekspektasi Adaptif Dalam model ini, suatu nilai yang diharapkan atau nilai optimal dari peubah dihubungkan dengan nilai peubah bebas pada suatu periode waktu tertentu ( ); yaitu: = + + (3.6) Oleh karena nilai harapan peubah tidak secara langsung dapat dilihat maka diusulkan hipotesis tentang bagaimana nilai harapan oleh Cagan sebagai berikut: dengan : = (3.7) 0< 1 = Perubahan yang sesungguhnya (aktual) = Perubahan yang dibutuhkan (yang optimal) = Koefisien penyesuaian Model ini menyatakan bahwa nilai harapan direvisi setiap periode dengan suatu pecahan dari celah (gap) antara nilai peubah yang baru (waktu t) dengan peubah waktu sebelumnya (waktu t-1). Cara lain untuk menyatakan model ini adalah:

37 = + 1 (3.8) Dengan mensubstitusikan (3.8) ke dalam persamaan (3.6) diperoleh: = + + 1 + (3.9) = + + 1 + (3.10) Model kemudian dibuat lag, suatu periode dikalikan 1, kemudian mengurangi model (3.10), maka akan didapat suatu persamaan Model Ekspektasi Adaptif: = + + 1 + = + + 1 + (3.11) dimana: = 1. 3.3.2 Partial Adjustment Model (PAM) Partial Adjustment Model (PAM) mengasumsikan bahwa tingkat nilai peubah tak bebas yang diharapkan tergantung dari tingkat nilai sekarang dari peubah bebas (Sarwoko:2005). Model ini mengacu pada model percepatan fleksibel dari teori ekonomi yang mengasumsikan bahwa ada jumlah keseimbangan optimal diinginkan atau jangka panjang yang diperlukan untuk memproduksi hasil (output) tertentu dalam keadaan teknologi tertentu, tingkat tertentu dan seterusnya. Model ini berasumsi bahwa peubah tak bebas Y yang diharapkan dalam periode t ditulis tidak dapat diobservasi secara langsung. Peubah akan tergantung pada peubah bebas yang aktual. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: = + + (3.12)

38 dimana: = peubah tak bebas yang diharapkan = peubah bebas aktual yang diduga akan mempengaruhi = Galat atau error peubah tidak teramati karena masih merupakan target sehingga peubah ini harus diganti dengan menaksir modelnya. Oleh karena itu Nerlove mengasumsikan hipotesis sebagai berikut: = + (3.13) dalam hal ini: = perubahan nilai yang sebenarnya = perubahan nilai yang diharapkan = koefisien penyesuaian 0< 1 Model ini kemudian disebut sebagai partial adjustment. Persamaan (3.13) menyatakan bahwa perubahan nilai yang sebenarnya dalam suatu periode waktu tertentu t merupakan pecahan dari perubahan nilai yang diharapkan untuk periode tersebut. Jika nilai =1, berarti nilai Y aktual sama dengan nilai Y yang diharapkan. Hal ini berarti nilai aktual Y menyesuaikan terhadap nilai Y yang diharapkan dengan segera dalam periode yang sama. Akan tetapi, kalau nilai =0, berarti nilai Y yang sebenarnya pada saat t sama seperti yang diamati pada tahun sebelumnya (tidak ada perubahan). Dari persamaan (3.13) secara spesifik diketahui bahwa perubahan Y dalam periode t akan direspon hanya secara parsial oleh perbedaan (selisih) nilai Y yang diharapkan dengan nilai Y sebelumnya. Derajat respon ditunjukkan

39 oleh koefisien adjustment (penyesuaian). Mekanisme penyesuaian pada persamaan (3.13) berlangsung sebagai berikut: = + + = + + = + 1 + (3.14) Substitusikan (3.12) ke persamaan (3.14), sehingga diperoleh: = + + + 1 + = + + + 1 + = + + 1 + + (3.15) Penyelesaian persamaan (3.15) dapat dilakukan melalui teknik regresi, logaritma maupun secara linear. Dalam hal ini,, dan 1 merupakan parameter yang diduga. Dengan diketahui 1, maka dan dapat diketahui. Bentuk dasar dari Model Ekspektasi Adaptif dan Partial Adjustment Model (PAM) adalah: = + + + (3.16) dimana adalah faktor kesalahan pengganggu. Model ini disebut autoregresif karena nilai keterlambatan peubah tak bebas muncul sebagai peubah bebas pada sisi kanan persamaan (3.16). Dalam persamaan ini, hanya diestimasi tiga peubah tak diketahui, titik potong dan koefisien kemiringan, penghematan dalam derajat kebebasan sehingga semua faktor keterlambatan dalam regresi (3.2) diganti dengan satu nilai terlambat tunggal Y. Dengan mengurangi jumlah parameter yang diestimasi pada model (3.2) menjadi tiga, sudah memunculkan permasalahan dalam model (3.2). Pertama;

40 karena adalah stokastik atau acak, juga acak. Oleh karena itu, untuk mengestimasi model dengan Ordinary Least Square, harus dipastikan bahwa faktor kesalahan dan peubah terlambat tidak berkorelasi. Jika sebaliknya, estimator Ordinary Least Square tidak hanya bias tetapi juga tak konsisten. Tapi jika dan tidak berkorelasi, maka estimator Ordinary Least Square bias (dalam sampel kecil) tapi bias itu cenderung lenyap seiring semakin besarnya ukuran sampel. Artinya, dalam sampel besar estimator Ordinary Least Square akan konsisten. Kedua; jika terkorelasi secara serial, estimator Ordinary Least Square akan bias dan juga tak konsisten sementara prosedur pengujian t dan F yang lazim tak valid. Oleh sebab itu, dalam model-model autoregresif perlu diketahui apakah faktor kesalahan mengikuti skema AR (1). Ketiga; dalam model-model autoregresif tes Durbin-watson tidak bisa diterapkan. Dalam kasus seperti ini dapat digunakan h statistik Durbin untuk mendeteksi korelasi urutan pertama atau menggunakan runs test. Dari persamaan (3.16), yang menarik bahwa koefisien yang menempel pada memberikan dampak jangka pendek perubahan unit terhadap mean dan / 1 memberikan dampak jangka panjang perubahan unit (sinambung) terhadap mean, ini ekivalen dengan penjumlahan nilai koefisien dalam model persamaan regresi (3.2). Dengan kata lain, faktor Y terlambat dalam regresi (3.16) bertindak sebagai pekerja untuk semua faktor X terlambat dalam model persamaan regresi (3.2).

41 Asumsi asumsi Partial Adjusment Model (PAM): Nilai koefisien harus bertanda positif atau berada di antara 0 dan 1. Nilai koefisien harus signifikan.( Fery Andrianus dan Amelia Niko) Ketika berhadapan dengan data runtun waktu, maka harus dipastikan bahwa data runtun waktu tersebut bersifat stasioner atau terintergrasi bersama. Untuk melihat kestasioneran data dapat dilakukan dengan menganalisis grafik, yang dilakukan dengan membuat plot antara nilai pengamatan Y dan waktu t. Berdasarkan plot tersebut, dapat dilihat pola data yang dihasilkan. Jika diperkirakan mempunyai nilai tengah dan varian konstan, maka data tersebut dapat disimpulkan bersifat stasioner. Akan tetapi dalam menentukan stasioner atau tidaknya data dengan menggunakan grafik bukan cara yang mudah. Pengambilan kesimpulan dan skala ukuran dalam pembuatan grafik yang berbeda, memungkinkan terjadi perbedaan pengambilan keputusan. Jadi, dibutuhkan uji formal dalam menentukan kestasioneran data (Nachrowi dan Usman :2006). Ada dua macam pengujian yaitu: a) Korelogram Korelogram merupakan teknik identifikasi kestasioneran data time series melalui fungsi, akan memberi informasi bagaimana korelasi antara data-data (Y t ) yang berdekatan. Fungsi autokorelasi dengan lag ke-k didefinisikan sebagai: = =, ; 1< <1 Untuk proses yang stasioner, = =, sehingga:

42 =, =, = Dengan demikian, untuk setiap proses stokastik, mempunyai =1. Bila kita mempunyai proses stokastik yang sederhana = ; dimana white noise dan ~ 0,, maka fungsi autokorelasi dari proses di atas adalah: = b) Uji Akar Unit, / =0 ; >0 Kestasioneran data dapat pula dilihat dengan mengunakan Uji Akar Unit yang dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Untuk memudahkan pengertian mengenai unit root. Perhatikan model berikut : = + (3.17) Bila persamaan diatas dikurangi sisi kanan dan kiri, maka akan diperoleh : = + (3.18) = 1 + atau dapat dinyatakan sebagai berikut : = + (3.19) Berdasarkan persamaan (3.19) maka dapat dibuat hipotesis : : =0 : 0

43 Statistik uji yang diberikan untuk menguji hipotesis di atas adalah : = Kriteria pengujian untuk hipoteis diatas adalah : H 0 diterima jika > nilai statistik DF(Dickey-Fuller) artinya mempunyai akar unit atau tidak stasioner. H 0 ditolak jika < nilai statistik DF artinya tidak mempunyai akar unit atau stasioner. Selanjutnya, apabila data tidak stasioner pada waktu uji kestasioneran maka dapat dilakukan uji derajat integrasi. Uji berfungsi untuk mengetahui pada derajat berapakah data akan stasioner. Dalam kasus dimana data yang digunakan tidak stasioner, Granger dan Newbold (1974) berpendapat bahwa regresi yang menggunakan data tersebut biasanya mempunyai nilai R 2 yang relatif tinggi namun memiliki statistik Durbin-Watson yang rendah. Secara umum apabila suatu data memerlukan diferensiasi sampai ke d supaya stasioner, maka dapat dinyatakan sebagai I (d). (Nachrowi dan Usman :2006)