I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BADAN PUSAT STATISTIK Kabupaten Pati

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

4 PEMBANGUNAN PERIKANAN DI WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago state) terluas di

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

GAMBARAN WILAYAH PEGUNUNGAN KENDENG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. dan musim hujan. Tata kota yang kurang menunjang mengakibatkan sering

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Pati Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Sekretariat Daerah Bappeda A. LEGALISASI RAPERDA RTRW B. PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG. program :

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB 5 PENUTUP Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. perairan darat yang sangat luas dibandingkan negara Asean lainnya. Sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang cukup besar yaitu sektor perikanan. Indonesia merupakan negara maritim yang

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB 4 ANALISIS HASIL PERHITUNGAN EFISIENSI RELATIF PUSKESMAS- PUSKESMAS DI KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi karena berhubungan dengan efek yang akan ditimbulkan bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Indonesia mempakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari. dapat pulih seperti minyak bumi dan gas mineral atau bahan tambang lainnya

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PATI DAN BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN. berlimpah, salah satunya adalah perikanan laut. Tetapi soal mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi negara kepulauan terbesar yang ada di wilayah Asia Tenggara.

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

PEMANFAATAN ENERGI SURYA DENGAN EFEK RUMAH KACA DALAM PERANCANGAN SISTEM PENGERING KERUPUK DAN IKAN DI DAERAH KENJERAN

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

Sentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang pantai Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah laut 5,4 juta km 2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta km 2 (Dinas Kelautan dan Perikanan Banten, 2012). Potensi tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara yang dikaruniai sumber daya kelautan yang besar termasuk kekayaan keanekaragaman hayati dan non hayati kelautan. Sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi kehidupan masyarakat dan memiliki potensi untuk dijadikan sebagai penggerak utama ekonomi nasional. Hal ini didasari kenyataan bahwa industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lainnya seperti sektor perekonomian dan sektor dalam pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa dengan peningkatan ekspor hasil produk perikanan, kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani atau nelayan serta menunjang pembangunan nasional. Sejalan dengan itu, maka pembangunan sektor perikanan harus berorientasi pada peningkatan produktivitas, nilai tambah, perluasan kesempatan kerja dan efisiensi usaha serta peningkatan pendapatan usaha sektor perikanan. Tabel 1. Konsumsi Nasional Ikan per Kapita Tahun 2009-2013 Tahun Konsumsi per Kapita (Kg/Kapita/Tahun) 2009 29,08 2010 30,48 2011 32,25 2012 33,89 2013 35,21 Sumber : Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014 Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (2014) menunjukkan bahwa konsumsi ikan per kapita nasional mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. 1

2 Sampai dengan tahun 2013, konsumsi ikan per kapita nasional terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, setidaknya dalam lima tahun terakhir dari tahun 2009-2013 dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,90%. Karena itu Indonesia dapat dikatakan negara yang kaya akan sumber protein hewani, khususnya yang berasal dari ikan. Namun demikian, jumlah konsumsi ikan di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan Malaysia. Menurut hasil perhitungan, angka konsumsi ikan di Indonesia yaitu 30,47 kg/kapita/tahun sedangkan Malaysia 45 kg/kapita/tahun (Milo, 2013). Ikan asin merupakan salah satu olahan ikan yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan, selain harga ikan asin yang lebih murah dibandingkan ikan segar, ikan asin juga memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan dengan ikan segar karena ikan asin memiliki kadar air yang sedikit. Meskipun ikan asin banyak digemari masyarakat di Indonesia dan menjadi salah satu lauk pelengkap masyarakat Indonesia, namun banyak juga masyarakat yang tidak gemar mengkonsumsi ikan asin. Faktor selera konsumen menjadi salah satu penyebab meningkat atau menurunnya tingkat konsumsi ikan asin di Indonesia. Usaha pengolahan ikan merupakan sebuah kegiatan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah yang dimiliki oleh sebuah produk perikanan, baik yang berasal dari bidang usaha perikanan tangkap maupun budidaya atau akuakultur. Selain itu, kegiatan usaha pengolahan ikan ini juga bertujuan untuk mendekatkan produk perikanan ke pasar sehingga dapat diterima oleh konsumen yang lebih luas. Usaha pengolahan ikan asin yang pada umumnya padat karya dan merupakan industri rumah tangga mempunyai peran yang sangat penting bagi masyarakat. Hal ini disebabkan cukup banyak tenaga kerja berpenghasilan rendah yang dapat ditampung dan banyak keluarga yang menggantungkan pendapatannya pada usaha ini, baik mereka yang terkait langsung dengan kegiatan produksi maupun yang tidak terkait langsung. Banyaknya usaha pengolahan ikan asin juga dapat memberikan kesempatan berusaha yang lebih luas untuk kelompok masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah.

3 Kabupaten Pati merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Jawa Tengah tepatnya di pesisir laut Jawa sehingga menjadikan Kabupaten Pati sebagai salah satu kabupaten yang memiliki potensi kelautan dan perikanan. Kabupaten Pati memiliki banyak usaha pengolah ikan, salah satu usaha pengolahan ikan di Kabupaten Pati yaitu ikan asin. Berikut tabel mengenai daftar pengolah ikan yang ada di Kabupaten Pati tahun 2014. Tabel 2. Jumlah Pengolah Ikan, Kapasitas Produksi, Modal dan Tenaga Kerja per Kecamatan di Kabupaten Pati Tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Pengolah (Unit) Kapasitas Produksi (Kg/hari) Modal (RP) Tenaga Kerja (orang) 1 Kecamatan Juwana 193 281.912 32.482.500.000 4.090 2 Kecamatan Sukolilo 127 12.405 159.300.000 279 3 Kecamatan Tayu 92 2.409 71.530.000 135 4 Kecamatan Dukuhseti 72 68.525 1.843.500.000 1.106 5 Kecamatan Batangan 69 2.850 2.016.100.000 292 6 Kecamatan Margoyoso 44 3.670 506.100.000 96 7 Kecamatan Pati 36 4.958 8.490.000.000 82 8 Kecamatan Wedarijaksa 31 17.375 262.500.000 168 9 Kecamatan Jakenan 23 1.390 420.000.000 46 10 Kecamatan Trangkil 18 299 200.000.000 34 11 Kecamatan Jaken 13 305 9.000.000 15 12 Kecamatan Winong 8 24 1.750.000 8 13 Kecamatan Kayen 4 100 12.000.000 8 14 Kecamatan Tambakromo 2 100 34,000.000 8 15 Kecamatan Gabus 1 2 300.000 1 Jumlah 733 396.324 46.508.580.000 6.368 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2014 Kecamatan Juwana yang terletak di Kabupaten Pati merupakan salah satu sentra produksi ikan. Ikan yang dihasilkan di Kecamatan Juwana merupakan ikan laut. Kecamatan Juwana tidak hanya menghasilkan ikan segar, namun juga menghasilkan olahan dari ikan segar itu berupa ikan pindang, ikan asin dan ikan asap. Berdasarkan data daftar pengolah ikan di Kabupaten Pati tahun 2014 diketahui bahwa Kecamatan Juwana merupakan salah satu kecamatan dengan jumlah pengolah ikan terbanyak di Kabupaten Pati yaitu 193 unit pengolah ikan. Pengolahan ikan yang ada di Kabupaten Pati diantaranya terdiri dari presto, pemindangan, pemanggangan, pembuatan otak-otak, bakso, nugget, kerupuk, pengolahan ikan segar (fillet, kapasan,

4 kuniran, mata besar), pengasapan, ikan asin, peragian dan terasi. Kapasitas produksi pengolah ikan yang dihasilkan Kecamatan Juwana yaitu sebesar 281.912 kg per hari merupakan kapasitas produksi terbesar yang dihasilkan di Kabupaten Pati. Kecamatan Juwana menjadi salah satu sentra pengolahan ikan segar di Kabupaten Pati. Kecamatan Juwana tidak hanya menghasilkan ikan segar namun juga terdapat hasil olahan lain dari ikan tersebut salah satunya adalah ikan asin. Dengan adanya usaha olahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati diharapkan dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat di sekitar pesisir laut Jawa sehingga dapat meningkatkan kesejahterakan hidup. Berikut adalah data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati mengenai jumlah pengolah ikan asin di Kabupaten Pati tahun 2014. Tabel 3. Jumlah Pengolah Ikan Asin, Kapasitas Produksi, Modal dan Tenaga Kerja per Kecamatan di Kabupaten Pati Tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Pengolah (Unit) Kapasitas Produksi (kg/hari) Modal (Rp) Tenaga Kerja (orang) 1. Juwana 14 30.240 Rp 2.106.500.000 192 2. Batangan 8 260 Rp 290.000.000 23 3. Dukuhseti 2 7.000 Rp 140.000.000 25 Jumlah 24 37.500 Rp 2.536.500.000 240 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pati, 2014 Berdasarkan data daftar pengolah ikan asin di Kabupaten Pati tahun 2014 diketahui bahwa terdapat tiga kecamatan yang memiliki pengolahan ikan asin diantaranya Kecamatan Batangan, Kecamatan Dukuhseti dan Kecamatan Juwana. Jumlah pengolah ikan asin terbanyak yaitu berasal dari Kecamatan Juwana dengan jumlah pengolah sebanyak 14 unit, sedangkan Kecamatan Batangan yaitu 8 unit dan Kecamatan Dukuhseti 2 unit. Kecamatan Juwana juga menjadi kecamatan dengan kapasitas produksi ikan asin terbesar di Kabupaten Pati yaitu sebesar 30.240 kg/hari sedangkan Kecamatan Batangan yaitu 260 kg/hari,dan Kecamatan Dukuhseti 7.000 kg/hari sehingga Kecamatan Juwana merupakan kecamatan yang paling

5 banyak menghasilkan produksi ikan asin karena jumlah pengolah di Kecamatan Juwana paling banyak dibandingkan dengan jumlah pengolah di kecamatan lain di Kabupaten Pati. B. Perumusan Masalah Usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana merupakan salah satu usaha pengolahan ikan asin dengan jumlah produksi terbesar di Kabupaten Pati. Industri pengolahan ikan asin memberikan manfaat bagi masyarakat di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati karena industri pengolahan ikan asin ini menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Kecamatan Juwana merupakan salah satu sentra pengolah ikan terbesar di Kabupaten Pati dengan jumlah kapasitas produksi terbanyak, namun Kecamatan Juwana tidak memiliki banyak pengolah ikan asin yaitu hanya 14 pengusaha pengolahan ikan asin tetapi merupakan kecamatan dengan jumlah pengolah ikan asin terbanyak di Kabupaten Pati. Menurut Rokhimawaty (2009) usaha pengolahan ikan asin memiliki resiko yang tinggi untuk dijalankan dan memungkinkan dapat mengalami kerugian. Salah satu permasalahan yang sering dihadapi oleh pengusaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati yaitu pembuatan pencatatan mengenai biaya dan penerimaan dari usaha pengolahan ikan asin. Hal ini disebabkan minimnya informasi dan rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh pengusaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana,, Kabupaten Pati. Pencatatan mengenai biaya dan penerimaan sangat penting dalam suatu usaha, mengingat dengan adanya pencatatan tersebut maka para pengusaha pengolah ikan asin dapat mengetahui secara jelas besarnya biaya, penerimaan dan keuntungan. Setiap pengusaha dalam menjalankan usahanya memiliki tujuan yaitu untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dengan memaksimalkan pendapatan, meminimumkan biaya dan memaksimalkan penjualan. Namun dalam kenyataannya, seringkali pengusaha kurang memperhatikan besarnya biaya, penerimaan, keuntungan dan efisiensi

6 usahanya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan adanya analisis usaha untuk mengetahui besarnya keuntungan, risiko dan efisiensi dari usaha pengolahan ikan asin ini sehingga pengusaha dapat mengetahui perkembangan usahanya. Berdasarkan permasalahan yang terjadi tersebut, maka dapat dihasilkan rumusan masalah yaitu : 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan dan keuntungan dari usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati? 2. Berapa tingkat profitabilitas usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati? 3. Berapa tingkat risiko usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati? 4. Berapa tingkat efisiensi usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis besarnya biaya, penerimaan dan keuntungan dari usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. 2. Menganalisis tingkat profitabilitas usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. 3. Menganalisis tingkat risiko usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. 4. Menganalisis tingkat efisiensi usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah wawasan tentang usaha pengolahan ikan asin terutama dari sisi pengelolaan usahanya dan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7 2. Bagi pemerintah Kecamatan Juwana Kabupaten Pati, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun dan menentukan langkah kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang mendukung bagi usaha pengolahan ikan asin di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. 3. Bagi pelaku usaha pengolahan ikan asin, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk peningkatan usahanya. 4. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana dan kajian guna menambah pengetahuan dan wawasan serta perbandingan dalam permasalahan yang sejenis.