Mahasiswa Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang - Semarang

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) DALAM PIPA ALIRAN LAMINER PADA TEMPERATUR 25 0 C HINGGA 40 0 C DAN PENAMBAHAN ADITIF ASAM MALAT

PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) DALAM PIPA BERALIRAN LAMINER DENGAN PARAMETER KONSENTRASI LARUTAN DAN PENAMBAHAN ADITIF ASAM MALAT

PENGARUH ADITIF Zn 2+ TERHADAP PEMBENTUKAN KERAK GIPSUM DALAM PIPA. Sutrisno 1), S. Muryanto 2), dan A.P. Bayuseno 3)

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) DALAM PIPA BERALIRAN LAMINER

ANALISA PEMBENTUKAN KERAK GIPSUM

PEMBENTUKAN KRISTAL CaCo3 PADA PIPA TEMBAGA DENGAN KONSENTRASI LARUTAN 3500ppm Ca ++ DAN LAJU ALIRAN 30 ML/MENIT. Abstrak

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP PEMBENTUKAN KERAK GIPSUM DALAM PIPA

SCALE TREATMENT PADA PIPA DISTRIBUSI CRUDE OIL SECARA KIMIAWI

PEMBENTUKAN KERAK CaCO3 PADA ALAT SIMULATOR PEMBENTUK KERAK DENGAN KONSENTRASI Ca ppm PADA LAJU ALIR 30 ml/menit DAN 40 ml/menit ABSTRAK

EKSPERIMEN PEMBENTUKAN KERAK GIPSUM PADA PIPA BERALIRAN LAMINIR DENGAN PARAMETER LAJU ALIR DAN ADITIF ION C U

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik Fakultas

PENGEMBANGAN MATERIAL SEMEN BERBAHAN DASAR INSINERASI LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN TEKNOLOGI HIDROTERMAL

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

PENCEGAHAN KERAK DAN KOROSI PADA AIR ISIAN KETEL UAP. Rusnoto. Abstrak

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

METODE PENELITIAN. Efek medan magnet pada air sadah. Konsep sistem AMT yang efektif

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

UPAYA KEMANDIRIAN AMMONIUM PERKHLORAT DALAM RANGKA MENUNJANG ROKET PELUNCUR SATELIT

TESIS STUDI EFEKTIVITAS LAMELLA SEPARATOR DALAM PENGOLAHAN AIR SADAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

PEMURNIAN GARAM DAPUR MELALUI METODE KRISTALISASI AIR TUA DENGAN BAHAN PENGIKAT PENGOTOR NA 2 C 2 O 4 NAHCO 3 DAN NA 2 C 2 O 4 NA 2 CO 3

STOIKIOMETRI Konsep mol

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh medan..., Nelson Saksono, FT UI., Universitas Indonesia

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

Hasil Penelitian dan Pembahasan

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

Bab IV Hasil dan Diskusi

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian eksperimental nyata (true experimental research). Dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. PLTU 3 Jawa Timur Tanjung Awar-Awar Tuban menggunakan heat. exchanger tipe Plate Heat Exchanger (PHE).

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

ANALISA AIR FORMASI DALAM MENENTUKAN KECENDERUNGAN PEMBENTUKAN SCALE PADA SUMUR X,Y DAN Z

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB III PENGOLAHAN DAN PENGUJIAN MINYAK BIJI JARAK

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENELITIAN

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

BAB III METODE PENELITIAN

SOAL LAJU REAKSI. Mol CaCO 3 = = 0.25 mol = 25. m Mr

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah terapan.

PENGARUH KONSENTRASI NaCl TERHADAP LAJU REAKSI PENGENDAPAN CaSO 4

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )

Preparasi Sampel. Disampaikan pada Kuliah Analisis Senyawa Kimia Pertemuan Ke 3.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

Selain itu, menyimpan peralatan gelas dalam keadaan kotor, atau dari hasil pencucian yang tidak/kurang bersih akan menyukarkan proses pencucian atau

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

MENYARING DAN MENDEKANTASI

III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

KESETIMBANGAN. titik setimbang

ILMU KIMIA ANALIT. Dr. Ir. Dwiyati Pujimulyani, MP

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

Bab III Metodologi. III. 2 Rancangan Eksperimen

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

PEMBUATAN REAGEN KIMIA

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

PENGARUH NaCl TERHADAP PRESIPITASI CaCO 3

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ADITIF ION Cu TERHADAP MORFOLOGI KERAK GIPSUM PADA PIPA BERALIRAN LAMINER DENGAN PARAMETER LAJU ALIR

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Motor diesel 4 langkah satu silinder. digunakan adalah sebagai berikut: : Motor Diesel, 1 silinder

PEMBENTUKAN KERAK CaCO 3 -CaSO 4 DENGAN KONSENTRASI Ca ppm PADA SUHU 30 0 C DAN 40 0 C DALAM PIPA BERALIRAN LAMINAR

Transkripsi:

Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCo 3 ) di dalam Pipa... (Hisyam Ma mun dkk.) PEMBENTUKAN KERAK KALSIUM KARBONAT (CaCO 3 ) DI DALAM PIPA BERALIRAN LAMINER PADA LAJU ALIR 30 ml/menit HINGGA 50 ml/menit DAN PENAMBAHAN ADITIF ASAM MALAT Hisyam Ma mun 1*, A.P. Bayuseno 2, S. Muryanto 3 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang - Semarang 50275. 2 Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang - Semarang 50275. 3 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, UNTAG Jl. Bendhan Dhuwur, Semarang 50233. * Email: doendoeldoet@gmail.com Abstrak Pengerakan merupakan masalah yang kompleks dan selalu terjadi di dalam suatu industri. Terjadinya kerak karena proses alami adanya reaksi kimia antara kandungan-kandungan yang tidak dikehendaki yang terlarut di dalam air. Kalsium karbonat (CaCO 3 ) adalah salah satu komponen utama dari kerak yang banyak dijumpai. Akibat adanya pengerakan ini akan merugikan yaitu mempertebal dinding pipa yang dilewati cairan dan dapat mempengaruhi laju aliran ataupun perpindahan panas. Oleh karena itu harus dilakukan pencegahan untuk menghambat pertumbuhan kerak dalam pipa tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan eksperimen tentang pertumbuhan kerak kalsium karbonat (CaCO 3 ) dalam pipa uji, dengan mereaksikan CaCl 2 dan Na 2 CO 3 dengan laju alir 30 ml/menit, 40 ml/menit, dan 50 ml/menit dengan konsentrasi larutan 3500 ppm Ca 2+ sebagai salah satu parameter proses pertumbuhan kerak. Asam malat (C 4 H 6 O 5 ) ditambahkan ke dalam larutan sebagai impuritas. Adapun pipa uji berisi empat pasang kupon terbuat dari tembaga. Pembentukan kristal kalsium karbonat (CaCO 3 ) diprediksi dapat diketahui dari menurunnya nilai konduktivitas larutan pada waktu percobaan sehingga waktu induksinyapun dapat diketahui. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kenaikan laju alir dari 30 ml/menit ke 50 ml/menit mempercepat waktu induksi. Dengan penambahan aditif asam malat (C 4 H 6 O 5 ) 3 ppm dan 5 ppm menambah/memperlambat waktu induksi. Kata kunci: asam malat, kerak CaCO 3, laju alir 1. PENDAHULUAN Pengerakan (scaling) merupakan masalah yang kompleks dan selalu terjadi di dalam suatu kegiatan industri terutama pada alat-alat seperti water reservoir, boiler, heat exchanger, dan condenser (Jamaialahmadi dan Muller-Steinhagen, 2007). Kerak juga dapat terjadi pada industri perminyakan misal pada lubang sumur, rangkaian pompa dalam sumur, casing, flow line, manifold, separator, tangki, dan peralatan produksi lainnya (Syahri dan Sugiharto, 2008). Kerak didefinisikan sebagai suatu deposit dari senyawa-senyawa anorganik yang terendapkan dan membentuk timbunan kristal pada permukaan suatu substrat. Pengerakan adalah proses alami yang terjadi karena adanya reaksi kimia antara kandungankandungan yang tidak dikehendaki yang terdapat dalam air. Kandungan yang dimaksudkan meliputi alkalin, kalsium, klorid, sulfat, nitrat, besi, seng, tembaga, phosphat, aluminium dll. Pembentukan kerak pada dasarnya merupakan fenomena pengkristalan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor tersebut diantaranya kondisi larutan lewat jenuh, laju alir, temperatur, dan kehadiran pengotor juga aditif (Muryanto dkk, 2012). Dengan adanya timbunan kerak di dalam pipa maka akan menghambat laju aliran yang melewatinya sehingga aliran akan berkurang serta dapat menghambat perpindahan panas dan apabila tidak segera diatasi akan terjadi overheating juga menurunkan efisiensi. Selain itu, tekanan pada pipa menjadi semakin tinggi, sehingga kemungkinan pipa akan pecah dan rusak. Timbunan kerak juga memperkecil diameter pipa, sehingga untuk mempertahankan kecepatan transfer tetap seperti semula diperlukan tenaga pemompaan yang lebih besar. Jadi masalah operasional dan teknis dengan adanya kerak akhirnya menjadi masalah finansial juga (Muryanto, 2002). 100 ISBN 978-602-99334-2-0

D.17 Sehubungan dengan hal tersebut, yaitu bahwa kerak dapat menimbulkan kerugian-kerugian maka kerak harus dicegah supaya jangan sampai kerak tumbuh atau paling tidak harus dihambat pertumbuhannya. Usaha untuk menekan pertumbuhan kerak bisa dilakukan dengan pengolahan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kerak serta dengan penambahan aditif. 2. METODOLOGI Kristal kalsium karbonat didapatkan dari reaksi : CaCl 2.2H 2 O+ Na 2 CO 3 CaCO 3.2H 2 O + 2NaCl 2.1 Bahan Penelitian Dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: H 2 O ( aquades ) Asam Malat (C 4 H 5 O 6 ) sebagai aditif Kristal CaCl 2.2H 2 O ( Calsium Clorid Dehidrad ) grade : analitik Kristal Na 2 CO 3 ( Natrium Carbonate ) grade : analitik Gambar 1. Foto alat penelitian (Muryanto dkk, 2012) (kiri), alat penelitian (kanan) Keterangan gambar : 1. Bejana bawah Na 2 CO 3 5. Pompa 2. Bejana bawah CaCl 2 6. Temperatur kontrol 3. Bejana atas Na 2 CO 3 7. Kupon dan rumahnya 4. Bejana atas CaCl 2 8. Mixer 2.2 Langkah Penelitian Penelitian yang dilakukan untuk mengkaji pembentukan kerak dalam pada pipa beraliran laminer ini melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: 2.2.1 Pengujian Alat Pengujian pertama yaitu pengujian kecepatan aliran. Pengujian dilakukan dengan mengatur Δh yaitu selisih ketinggian antara permukaan larutan pada bejana 3 dan 4 terhadap saluran Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 101

Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCo 3 ) di dalam Pipa... (Hisyam Ma mun dkk.) pembuangan atau pengeluaran aliran pada akhir kupon. Dengan demikian alat yang dibuat mempunyai laju alir yang stabil. Dan dalam penelitian ini variasi laju alirnya yaitu 30, 40, dan 50 ml/menit. Conductivitymeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur konduktivitas larutan. Keakuratan instrumentasi ini bisa diuji dengan melakukan pengukuran terhadap konduktivitas aquades. Bila conductivitymeter menunjukkan angka nol pada waktu mengukur konduktivitas aquades maka instrumen ini akurat, sebab aquades tidak memiliki ion-ion penghantar listrik. 2.2.2 Pembuatan Larutan CaCl 2.2H 2 O, Na 2 CO 3 dan asam malat (C 4 H 6 O 5 ) sebagai aditif Untuk membuat larutan CaCl 2.2H 2 O dan Na 2 CO 3, terlebih dahulu dilakukan perhitungan konsentrasi larutan. Untuk penelitian ini menggunakan larutan dengan konsentrasi 3500 ppm. Setelah didapatkan jumlah kebutuhan senyawa kalsium dan senyawa karbonat mau pun asam malat, langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan larutan yaitu aquades, kertas saringan, bejana dari plastik, gelas ukur, gelas labu takar, timbangan analitik dan pengaduk dari bahan plastik. Langkah berikutnya adalah melakukan penimbangan kebutuhan CaCl 2.2H 2 O dan Na 2 CO 3 sesuai dengan hasil perhitungan. Kemudian bejana diisi dengan aquades dan CaCl 2.2H 2 O yang sudah ditimbang kemudian diaduk. Untuk menghilangkan partikel yang terbawa dalam larutan dilakukan penyaringan menggunakan kertas saring, Dengan demikian larutan CaCl 2 telah siap. Langkah yang sama juga dilakukan dalam pembuatan larutan Na 2 CO 3. Sedangkan untuk aditif, setelah ditimbang, aditif dicampurkan ke dalam larutan CaCl 2.2H 2 O yang sudah dibuat sebelumnya.. 2.2.3. Persiapan Kupon Kupon merupakan komponen yang dipasang pada sistem aliran yang diharapkan disitulah akan terjadi pengendapan kerak kalsium karbonat. Jumlah kupon ada empat dipasang dari bawah ke atas masuk ke rumah kupon. Kupon terbuat dari tembaga yang memiliki panjang 30 mm dengan diameter luar 18 mm dan diameter dalam 12,5 mm. Gambar 2. Kupon Sebelum dipasang pada rumahnya terlebih dahulu kupon dipoles hingga permukaan bagian dalam menjadi halus. Selanjutnya dicelupkan ke dalam cairan HCl selama 3 menit kemudian dibilas dengan air bersih dan terakhir dibilas dengan aquades. Setelah dikeringkan maka kupon siap dipasang pada rumah kupon. 2.2.4 Pengambilan Data Pengambilan data (percobaan) dilakukan dengan variasi laju alir (30, 40, 50 ml/menit) dan aditif asam malat (3, 5 ppm), dimana tiap variasi laju alir dan aditif dilakukan sebanyak tiga kali percobaan, sehingga total percobaan yang dilakukan sebanyak 8 kali. Larutan Na 2 CO 3 dan CaCl 2 masing-masing sebanyak lima liter dimasukkan masing-masing ke dalam bejana 1 dan bejana 2. 102 ISBN 978-602-99334-2-0

D.17 Setelah itu pompa dihidupkan dan larutan naik mengisi sampai batas atas bejana 3 dan bejana 4 dan kemudian pompa dimatikan. Beberapa saat kemudian pompa dihidupkan kembali dan larutan mulai mengisi kupon, dengan demikian percobaan telah dimulai. Pencatat waktu pada saat yang sama juga diaktifkan dimana setiap dua menit sekali perlu dilakukan pengukuran terhadap konduktivitas larutan. Untuk melakukan pengukuran konduktivitas larutan, larutan yang keluar dari kupon ditampung pada bejana kecil yang terbuat dari plastik dan sesegera mungkin elektroda conductivitymeter dimasukkan. Conductivitymeter akan mengukur nilai konduktivitas larutan (pembacaan digital mulai berjalan dari nol kemudian naik sampai akhirnya berhenti). Angka yang terakhir inilah yang dicatat, dan seterusnya dilakukan berulang-ulang setiap dua menit. Setelah empat jam, pompa dihentikan dan saluran menuju kupon dilepas. Satu jam kemudian kupon diambil dari rumah kupon dan dikeringkan menggunakan lampu 5 watt. Penimbangan massa kerak dilakukan pada waktu kerak masih menempel pada kupon. Selanjutnya selisih massa kupon dengan kerak dikurangi massa kupon tanpa kerak adalah massa kerak itu sendiri. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Waktu Induksi Waktu induksi di sini yaitu waktu yang dibutuhkan oleh senyawa kalsium karbonat untuk membentuk inti pertama kali. Induksi dapat diketahui ditandai dengan menurunnya nilai konduktivitas larutan secara tajam, hal ini menunjukkan bahwa ion kalsium telah bereaksi dengan ion karbonat dan mengendap membentuk kerak. Waktu induksi untuk laju alir 30 ml/menit, 40 ml/menit dan 50 ml/menit masing-masing menunjukkan angka yang berbeda. Hal ini bisa dibaca melalui grafik Hubungan antara konduktifitas dengan waktu yang dicantumkan pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik hubungan antara konduktivitas dengan waktu pada tiga variasi laju alir tanpa aditif 3.1.1 Waktu Induksi Pembentukan Kristal CaCO 3 Tanpa Aditif Pada grafik di atas terlihat bahwa waktu induksi untuk laju alir 30 ml/menit adalah sebesar 24 menit. Sedangkan untuk laju alir 40 ml/menit waktu induksi sebesar 20 menit dan dan untuk laju alir 50 ml/menit waktu induksi sebesar 16 menit. Bisa disimpulkan bahwa dalam proses pertumbuhan kerak CaCO 3, laju alir mempunyai pengaruh terhadap waktu terbentuknya inti kristal pertama kali. Bentuk pengaruhnya adalah semakin tinggi laju alir maka waktu pembentukan inti kristal akan semakin cepat. Kerak terbentuk oleh adanya reaksi dan pengendapan antara ion-ion, maka bila semakin banyak ion yang bereaksi dan mengendap akan menjadikan konduktivitas larutan menjadi lebih kecil. Sehingga massa kerak yang terbentuk akan lebih banyak. Perbedaan nilai konduktivitas menunjukkan bahwa ada kecenderungan perbedaan laju reaksi yang terjadi untuk laju alir 30; 40 dan 50 ml/menit. Berdasarkan data di atas bisa diketahui bahwa Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 103

Pembentukan Kerak Kalsium Karbonat (CaCo 3 ) di dalam Pipa... (Hisyam Ma mun dkk.) bila laju alir rendah maka laju reaksi juga rendah, sebaliknya bila laju alir tinggi maka laju reaksi akan tinggi pula. Gambar 4. Grafik hubungan konduktifitas dengan waktu pada laju alir 30 ml/menit dengan aditif 0 ; 3 dan 5 ppm 4.1.2 Pengaruh Aditif terhadap Waktu Induksi Pada Laju Alir 30 ml/menit Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung pengaruh dari aditif baik 3 maupun 5 ppm terhadap waktu induksi pada laju alir sama yaitu 30 ml/menit. Untuk itu catatan konduktifitas untuk laju alir 30 ml/menit dijadikan dalam satu grafik, baik tanpa aditif, maupun dengan aditif masing-masing 3 dan 5 ppm, seperti ditunjukkan dalam Gambar 4. Pada grafik (Gambar 4) terlihat bahwa waktu induksi untuk laju alir 30 ml/menit tanpa aditif sebesar 24 menit, dengan aditif 3 ppm 32 menit dan aditif 5 ppm sebesar 40 menit. Dengan adanya penambahan aditif akan memperpanjang waktu induksi dan menekan atau menurunkan laju reaksi (Singh, N,B. Middendorf, 2007). Penambahan aditif (asam malat) dapat mempengaruhi pertumbuhan inti kristal dikarenakan ion aditif (asam malat) mampu menutup atau membuat lapisan pada permukaan aktif pertumbuhan inti kristal, sehingga akan menghambat laju pembentukan kristal dan mengakibatkan waktu induksi lebih lama lagi. 4. KESIMPULAN Pada percobaan dengan laju alir 30, 40 dan 50 ml/menit tanpa aditif didapat waktu induksi masing-masing 24, 20 dan 16 menit. Hal ini berarti bahwa meningkatnya laju alir akan mempercepat waktu induksi (mempercepat waktu pembentukan kristal kerak). Terjadi peningkatan waktu induksi pada percobaan dengan laju alir 30 ml/menit dengan penambahan aditif yaitu dari 24 menit menjadi 32 menit untuk penggunaan aditif 3 ppm dan 40 menit untuk penggunaan aditif 5 ppm. Selain dapat menurunkan laju reaksi, penambahan aditif dapat mempengaruhi pertumbuhan inti kristal dikarenakan ion aditif mampu menutup atau membuat lapisan pada permukaan aktif pertumbuhan inti kristal, sehingga akan menghambat laju pembentukan kristal dan mengakibatkan waktu induksi lebih lama lagi. DAFTAR PUSTAKA Jamialahmadi, M., Muller-Steinhagen, M. (2007), Heat exchanger fouling and cleaning in the dihydrate process for the production of phosphoric acid, Chemical Engineering Research Design, DOI: 10.1205/cherd06050, pp: 245-255. Muryanto, S. (2002), The role of impurities and additives in the crystallisation of gipsum, Phd thesis, Curtin University, Perth, Australia. 104 ISBN 978-602-99334-2-0

D.17 Muryanto, S., Bayuseno, A.P., Sediono, W., Mangestiyono, W., Sutrisno (2012), Development of a versatile laboratory project for scale formation and control, education for chemical engineers, pp : 1-7. Sing, N.B., Middendorf, B. (2007), Calcium sulphate hemihydrate hydration leading to gypsum crystallization, Progress in Crystal Growth and Characterization of Materials, 53, 57-77. Syahri, M., Sugiharto B. (2008), Scale treatment pada pipa distribusi crude oil secara kimiawi, Prosiding Seminar Nasional Teknoin, Jurusan teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri UPN, Yogyakarta, Indonesia. Prosiding SNST ke-4 Tahun 2013 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 105