TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG Iis Sriningsih* ), Dhani Afriani** ) *) Dosen Prodi DIV Keperawatan Semarang, Poltekkes Kemenkes Semarang **) Alumni mahasiswa Prodi D III Keperawatan Semarang ABSTRAK Tindakan pembedahan sesarea merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. Berdasarkan survey di rumah sakit di dapatkan kenyataan bahwa pasien yang akan menjalani pembedahan sesarea tampak menunjukkan tingkat kecemasan yang berbeda-beda antar pasien. Oleh karena itu, muncul permasalahan seberapa besar tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani pembedahan sesarea. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tingkat kecemasan pasien preoperative pada pembedahan seksio sesarea di RSUD kota Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah study deskriptif dengan pendekatan kuantitatif noneksperimental. Instrumen pengukuran menggunakan skala HARS. Sampel terdiri dari responden yang diperoleh dengan menggunakan teknik pengambilan sampel Insidental Sampling. Analisis data menggunakan analisis statistik diskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pasien preoperative pada pembedahan seksio sesarea adalah kecemasan sedang (67,7%), kecemasan berat (22,6%) dan kecemasan ringan (9,7%). Sehingga diambil kesimpulan bahwa tingkat kecemasan terbanyak yang di alami oleh pasien adalah tingkat kecemasan sedang. Disarankan agar perawat memberikan informasi mengenai pembedahan seksio sesarea terlebih dahulu pada pasien preoperatif yang akan menjalani pembedahan seksio sesarea. Kata kunci ; tingkat kecemasan, pembedahan, seksio sesarea 06 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2, No. 2, November 204; 06-0
PENDAHULUAN Proses operasi atau pembedahan merupakan proses yang berkaitan dengan pengobatan dan penatalaksanaan berbagai macam penyakit dengan cara pembedahan atau operasi pada suatu bagian tubuh. Operasi (perioperatif) yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) pada umumnya merupakan suatu peristiwa yang kompleks dan menegangkan yang dapat menimbulkan kecemasan bagi individu yang bersangkutan (Brunner & Suddarth, 2002). Fase preoperative dalam pembedahan merupakan fase awal dalam proses pembedahan. Fase awal ini dimulai ketika adanya keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Pada fase ini dibutuhkan kesiapan fisiologis dan psikologis dari pasien yang bersangkutan. Reaksi fisiologis berkaitan langsung dengan tindakan bedah itu sendiri, sedangkan reaksi psikologis meskipun tidak berkaitan langsung dengan tindakan bedah namun sangat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan pembedahan karena dapat memicu respon yang lebih besar. Setiap tindakan pembedahan dapat menimbulkan kecemasan pada pasien. pasien pre operasi disebabkan berbagai faktor, salah satunya adalah dari faktor pengetahuan dan sikap perawat dalam mengaplikasikan pencegahan ansietas pada pasien pre operasi di ruang bedah. Diperkirakan 90% pasien pre operasi berpotensi mengalami kecemasan (Carpenito, 200). Demikian halnya dengan tindakan operasi seksio sesaria juga berpotensi menimbulkan kecemasan. Disamping pasien memikirkan kondisi dirinya sendiri, mereka akan memikirkan tentang kondisi bayinya, sehingga hal ini dapat mempengaruhi kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesaria. Angka kejadian kecemasan seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 92.000 dari 4.09.000 persalinan atau sekitar 22.8% dari seluruh persalinan. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Aryanti mengenai tingkat kecemasan pasien preoperative pada pembedahan mayor di RSUD Kota Semarang tahun 2009 terhadap 72 pasien telah menunjukkan jumlah pasien yang mengalami tingkat kecemasan berat sebanyak 25%, dan pasien yang mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 75%. Sementara itu hasil wawancara yang telah dilakukan di RSUD Kota Semarang terhadap tiga pasien yang akan menjalani pembedahan Seksio Sesarea, semua pasien mengatakan merasa takut dan tampak cemas. Berdasarkan permasalahan tersebut dapat diuraikan permasalahan bagaimanakah Gambaran Pasien preoperatif pada pembedahan Seksio Sesaria di ruang Srikandi RSUD Kota Semarang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kecemasan pada pasien pre operasi seksio sesaria di RSUD Kota Semarang. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif yaitu penelitian yang bertujuan menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian keperawatan pada kasus suatu penyakit (Alimul, 200). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif noneksperimental yang dikarakteristikkan oleh kepercayaan bahwa data obyektif dapat diperoleh dalam dunia psikososial dan dunia fisik. Data dikumpulkan melalui penggunaan kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat berdasarkan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale) (dalam Nursalam, 200). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien preoperative pada pembedahan Seksio Sesarea yang telah terprogram yang dirawat inap di ruang Srikandi RSUD Kota Semarang pada tanggal -28 Desember 200 sebanyak responden Besar sampel dalam penelitian ini adalah responden yang diambil melalui teknik non probality sampling yaitu teknik yang tidak memberi kesempatan yang sama bagi anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel dengan cara insidental sampling yaitu penentuan sampel berdasarkan faktor Pasien Preoperatif Pada Pembedahan Seksio Sesarea di Ruang Srikandi RSUD Kota Semarang Iis Sriningsih, Dhani Afriani 07
kebetulan sehingga siapa saja pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang tersebut memenuhi kriteria inklusi (Setiadi, 2007). Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik diskriptif yang merupakan suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel (Setiadi, 2007). Pengolahan data menggunakan program SPSS 6. HASIL PENELITIAN. Karakteristik Responden Tabel. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden (n=) 2. Gambaran Responden Tabel.2 Distribusi Gambaran Respondent (n=) NO 2 Frekuensi (n) Presentase (%) 9,7 Ringan 2 67,7 7 22,6 Sedang Berat Total 00. Tabel silang tingkat kecemasan responden dengan riwayat operasi sebelumnya disajikan dalam tabel. Tabel. Tabel Silang Responden dengan Riwayat Operasi Sesarea Sebelumnya (n=) NO 2 4 Karakteristik Responden Rentang Umur <20 th 20-0 th >0 th Pendidikan SD SMP SMA Pekerjaan Pegawai Swasta Wiraswasta Bertani IRT (Ibu Rumah Tangga) Penghasilan <Rp 800.000 Rp 800.000- Rp.500.000 Frekuensi (n) 2 27 4 6 9 8 0 2 Presentase (%),2 74,2 22,6 2,9 5,5 5,6 29,0 9,7,2 58, 2,2 67,7 No Riwayat Sesarea Sebelumnya Total Ya Tidak Ringan (,2%) 2 (6,5%) (9,7%) 2 Sedang 7 (22,6%) 4 (45,%) 2 (67,7%) Berat (9,7%) 4 (2,9%) 7 (22,6%) Total (5,5%) 20 (64,5%) (00%) PEMBAHASAN. Karakteristik Responden Berdasarkan tabel. diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan umur paling banyak adalah usia 20-0 tahun sebanyak 2 orang (74,2%), tingkat pendidikan paling banyak adalah berpendidikan SMA yaitu 6 orang (5,6%), dengan pekerjaan paling banyak adalah sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak 8 orang (58,%) serta tingkat penghasilan keluarga paling banyak adalah berpenghasilan Rp 800.000- Rp.500.000 sebanyak 2 orang (67,7%). Mayoritas responden berumur 20-0 tahun yang termasuk usia menengah dan dalam kategori kesehatan reproduksi usia tersebut merupakan usia yang baik untuk kehamilan dan melahirkan. Dalam penelitian ini dikarenakan responden yang diambil adalah pasien preoperasi seksio 08 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2, No. 2, November 204; 06-0
sesaria sehingga sesuai dengan usia reproduksi maka mayoritas usianya adalah 20-0 tahun. Meskipun rentang usia tersebut merupakan usia yang ideal secara reproduksi untuk hamil dan melahirkan, namun usia bukan merupakan jaminan bahwa mereka akan melahirkan secara normal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan responden mayoritas adalah SMA (5,6%). pendidikan akan berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Tinggi rendahnya pendidikan seseorang mempengaruhi daya serap pengetahuan (Sukmadinata, 200) Mayoritas responden merupakan ibu rumah tangga. Ibu yang bekerja biasanya memiliki intensitas diluar rumah lebih banyak sehingga akan mempunyai akses lebih besar pula untuk mendapatkan informasi (Depkes RI, 200) Penghasilan responden mayoritas berkisar antara 800.000 samapai dengan.500.000 rupiah. Sesuai dengan UMR kota Semarang pada tahun 200, rentan penghasilan Rp. 800.000- Rp.500.000 tergolong dalam kategori status ekonomi sedang (Akbar Ariansyah, 200). Menurut teori Stuart & Sudeen (998) Semakin rendahnya status ekonomi seseorang maka akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. 2. kecemasan Sesuai dengan tabel.2 bahwa mayoritas responden mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu 67,7%. Hasil penelitian sama dengan hasil sebelumnya yang dilakukan oleh Aryani (2009) yang menyebutkan bahwa pasien preoperatif pada pembedahan mayor mengalami tingkat kecemasan sedang, meskipun jenis operasinya berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan pembedahan merupakan salah satu faktor eksternal yang akan mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang (Stuart & Sudeen, 998). kecemasan sedang yang banyak dialami oleh responden dalam menghadapi pembedahan sesarea dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Jika dihubungkan dengan karakteristik responden kemungkinan faktor yang mempengaruhi kecemasan yang terjadi pada seseorang salah satunya adalah faktor umur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada kelompok umur 20-0 tahun. Menurut kesehatan reproduksi, usia yang baik untuk kehamilan adalah usia golongan menengah (20-0 tahun). Meskipun mayoritas responden tergolong usia menengah tetapi masa kehamilan yang baik dan normal tidak menjamin bahwa responden akan menghadapi persalinan dengan normal sehingga tidak menutup kemungkinan responden yang hamil pada usia golongan menengah akan melahirkan melalui pembedahan sesarea dan usia responden yang tergolong usia menengah memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi di bandingkan dengan pasien yang tergolong usia tua. Soewandi (997) menyatakan bahwa umur yang lebih muda lebih mudah menderita stress dari pada umur tua, sehingga pada saat responden yang berusia 20-0 tahun diputuskan untuk menjalani operasi sesarea maka akan timbul kecemasan. Sesuai dengan Hamilton (995) bahwa usia muda cenderung lebih stress dibanding dengan usia tua. Selain faktor umur, pendidikan memiliki peranan penting yang mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang. pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan (Raystone, 2005). Jika dilihat dari tingkat pendidikan, responden terbanyak berpendidikan menengah yaitu (5,6%). pendidikan menengah belum cukup untuk dijadikan bekal pengetahuan mengenai pembedahan sesarea, apalagi jika belum pernah terpapar informasi sebelumnya. Dengan demikian tingkat pendidikan seseorang tetap saja memiliki pengaruh respon yang ditimbulkan oleh seseorang terhadap informasi yang diperoleh (Sukmadinata, 200). Kemungkian faktor penyebab kecemasan yang lain adalah status sosial ekonomi. Menurut Stuart & Sudeen (998) Pasien Preoperatif Pada Pembedahan Seksio Sesarea di Ruang Srikandi RSUD Kota Semarang Iis Sriningsih, Dhani Afriani 09
Semakin rendahnya status ekonomi seseorang maka akan menyebabkan orang tersebut mudah mengalami kecemasan. Dalam penelitian ini tingkat penghasilan responden mayoritas adalah 800.000 - Rp.500.000. penghasilan tersebut tergolong status ekonomi sedang dan mayoritas responden dengan penghasilan tersebut mengalami tingkat kecemasan sedang. Rendahnya tingkat penghasilan tersebut apabila dikaitkan dengan jenis pekerjaan seperti yang terdapat pada Tabel. menunjukkan bahwa jenis pekerjaan mayoritas adalah ibu rumah tangga. Jenis pekerjaan erat kaitannya dengan pendapatan seseorang. Semakin banyak responden yang tidak bekerja biasanya tingkat penghasilannya pun juga rendah. Responden sebagai ibu rumah tangga biasanya cenderung lebih sering dirumah dan kurang bergaul dengan dunia luar sehingga informasi yang didapat mengenai berbagai hal termasuk pembedahan sesarea pun lebih sedikit, sehingga tingkat kecemasan responden akan muncul pada saat akan menjalani pembedahan sesarea. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecemasan seseorang adalah pengalaman. Menurut Kozier (2004) Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stressor yang sama karena individu memiliki kemampuan beradaptasi/meknisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda, dapat menunjukan tingkat kecemasan yang lebih ringan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman masa lalu seseorang dalam menghadapi stressor yang sama dapat menunjukkan kemampuan mekanisme koping yang berbeda, sehingga tingkat kecemasannya pun berbeda antara seseorang yang telah mempunyai riwayat pembedahan sesarea sebelumnya dengan seseorang yang tidak mempunyai pengalaman pembedahan sesarea sebelumnya. Meskipun demikian, dalam penelitian ini didapatkan bahwa tingkat kecemasan yang banyak di alami oleh responden yang tidak memiliki riwayat pembedahan sesarea dengan responden yang telah memiliki riwayat pembedahan sesarea mayoritas mengalami tingkat kecemasan sedang. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, A. (200). Psikologi umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alimul, A. (200). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika. Aryanti. (2009). kecemasan pasien preoperative pada pembedahan mayor di RSUD kota semarang. KTI tidak dipublikasikan. Semarang: Program Studi Keperawatan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang. Ariansyah, A. (200). Jurnal Akuntansi. (online), (http://blog.umy.ac.id/akbar/200/2/ 8/antara-garis-kemiskin-dan-upahminimum-regional/. diakses tanggal 28 Februari 20). Brunner & Suddarth. (200). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Volume. Jakarta: EGC. Hamilton, D, M., 995, Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, Cetakan, Alih Bahasa Yasmin Asih, EGC, Jakarta Nursalam (200), Konsep dan Metode Keperawatan (ed 2), Jakarta, Salemba Medika Notoatmodjo, S. (200). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Sugiyono. (2007). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, N. (200). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rusdakaria. Stuart & Sudden. (995). Buku saku keperaawatan jiwa (edisi ). Terjemahan oleh Achir Yani S Hamid, 998, Jakarta: EGC. Setiadi, 2007, Konsep dan Penulisan Riset Kperewatan, Yogyakarata,Graha Ilmu 0 Jurnal Keperawatan Maternitas. Volume 2, No. 2, November 204; 06-0