BAB 1 PENDAHULUAN. Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh karena itu penyimpangan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. badan kurang dari 2500 gram saat lahir 1, sedangkan Berat Badan Lahir

BAB I PENDAHULUAN. pada anak yang meliputi seluruh perubahan, baik perubahan fisik, perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. yang bisa merangsang motorik halus anak. Kemampuan ibu-ibu dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. Periode lima tahun pertama kehidupan anak (masa balita) merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum. pertumbuhan dan perkembangannya (Nursalam, 2005: 31-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Perkembangan merupakan bertambahnya kemampuan skill dalam

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh rendahnya status gizi dan kesehatan penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (Ariwibowo, 2012) atau sekitar 13% dari seluruh penduduk Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn ¹Yuanita Lely Rachmawati, ²Dyah Nawang Palupi, ³Delfi Fitriani

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu mencapai tugas perkembangannya. Menerangkan gambar dan tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan anak dan menyebabkan rendahnya perkembangan kognitif. Jika

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap

KERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ada, maupun timbulnya perubahan karena unsur-unsur yang baru. 1

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. berlainan akan tetapi keduanya saling berkaitan. Pertumbuhan (growth)

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam aspek sifat, sikap, minat dan kepribadian sosial anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia seutuhnya yang dapat dilakukan melalui berbagai. dimasa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lain tetapi sifatnya berbeda, namun ke dua nya. mengenal faktor resiko pada anak usia toddler.

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

PEDOMAN WAWANCARA. Lampiran 1. Pedoman Wawancara

BAB 1 PENDAHULUAN. Acuan Pembangunan kesehatan pada saat ini adalah konsep Paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun


BAB I PENDAHULUAN.

Abdul Rokhman Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue

TUMBUH KEMBANG BAYI 0-6 BULAN MENURUT STATUS ASI DI PUSKESMAS TELAGA BIRU PONTIANAK

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK PRASEKOLAH DI TK WILAYAH KERJA PUSKESMAS RANTANG MEDAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

KP III MODUL A DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

A-PDF OFFICE TO PDF DEMO: Purchase from to remove the watermark BAB I PENDAHULUAN

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANTARA ANAK TAMAN KANAK-KANAK DI DAERAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN DENVER II

225 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.7 No.2, November 2014,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kelangsungan hidup sebuah bangsa ditentukan oleh generasi penerusnya.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

MINI PROJECT. Disusun oleh: dr. Prajnya Paramitha Narendraswari. Pendamping: dr. Hj. Usmanawati NIP :

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mental inteligensi serta perilaku anak (Mansjoer, 2000).

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) menyebutkan bahwa setiap anak merupakan aset

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pertumbuhan dan proses perkembangan pada anak terjadi sejak dalam intra uterine hingga dewasa. Namun tak jarang dalam proses tersebut terjadi penyimpangan-penyimpangan tertentu. Masalah penyimpangan tumbuh kembang anak yang terjadi dimasyarakat memang sangatlah bervariasi, diantaranya terjadi gangguan perkembangan, gangguan bicara, gangguan perkembangan motorik, autisme, sindrom Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh karena itu penyimpangan tumbuh kembangpun perlu ditelaah masalahnya dari proses yang berlangsung sejak intra uterine hingga dewasa pula (Melisa, 2012). Dari penelitian yang dilakukan oleh Choolen A. Boeyle et al pada tahun 2011 menyebutkan bahwa gangguan pada perkembangan anak usia 3-17 tahun meningkat drastis selama 12 tahun. Prevalensi terjadinya cacat perkembangan meningkat dari 12,84 % pada tahun 1997 menjadi 15,04% pada tahun 2008 (Pediatrics, 2011;127;1034). Gangguan bicara dan bahasa dialami oleh 8% anak usia pra sekolah. Hampir sebanyak 20% dari anak berumur 2 tahun mempunyai gangguan keterlambatan bicara dan gangguan berbahasa. Keterlambatan bicara paling sering terjadi pada usia 3-16 tahun. Pada umur 5 tahun, 19% dari anak-anak diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa (6,4% kelemahan berbicara, 4,6% kelemahan bicara dan bahasa, dan 6% kelemahan bahasa). Gagap terjadi 1

2 pada 4-5% pada usia 3 5 tahun dan 1% pada usia remaja. Laki-laki diidentifikasi memiliki gangguan bicara dan bahasa hampir dua kali lebih banyak daripada wanita. Sekitar 3-6% anak usia sekolah memiliki gangguan bicara dan bahasa tanpa gejala neurologi, sedangkan pada usia pra sekolah prevalensinya lebih tinggi yaitu sekitar 15% (Judarwanto, 2012). Dari penelitian yang dilakukan Effie Koesnandar, Soedjatmiko dan Pustika Amalia menyebutkan Prevalensi gangguan perkembangan menggunakan instrumen PEDS adalah 49% dan 39% menggunakan uji Denver II (Pediatrica Indonesia, 2010;50:26-30). Gangguan perkembangan terjadi terutama untuk motorik kasar dan domain bahasa. Menurut data dari Indonesia Family life survey atau IFLS menunjukkan keaktifan masyarakat dalam melakukan monitoring perkembangan mengalami penurunan dimana terjadi penurunan 12 % terhadap penggunaan posyandu dalam rentang tahun 2005 2010 (Judarwanto, 2012). Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur pada tahun 2012 melakukan pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan. Dari hasil pemeriksaan untuk perkembangan ditemukan normal sesuai dengan usia 53%, meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%, penyimpangan perkembangan sebanyak 34%. Dari penyimpangan perkembangan, 10% terkena motorik kasar (seperti berjalan, duduk), 30% motorik halus (seperti menulis, memegang), 44% bicara bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa angka

3 meragukan dan penyimpangan perkembangan masih cukup besar di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan orangtua terhadap tahap-tahap perkembangan balita serta sikap dan keterampilan orangtua yang masih kurang dalam hal pemantauan perkembangan balitanya (Nadhiroh, 2012) Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo bulan Januari-Maret 2013 ada 9.519 balita terdiri dari 4.710 balita laki-laki dan 4.809 balita perempuan yang sudah dilakukan skrining atau deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang balita di Puskesmas. Penyimpangan tumbuh kembang yang ditemukan diantaranya di Puskesmas Sukorejo penyimpangan kuisioner pra skrining perkembangan (KPSP) 2 anak, di Puskesmas Sambit terdapat 1 anak mengalami gangguan tes daya dengar (TDD), 1 anak mengalami gangguan perkembangan KPSP, dan 1 anak mengalami penyimpangan perkembangan kuisioner masalah mental dan emosional (KMME). Sedangkan di Puskesmas Jenangan terdapat 2 anak mengalami penyimpangan perkembangan KPSP, 1 anak mengalami gangguan TDD, 1 anak mengalami gangguan tes daya lihat (TDL), dan 1 anak mengalami penyimpangan perkembangan KMME. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa di wilayah kerja Puskesmas Jenangan penyimpangan tumbuh kembang anak masih sangat tinggi dibandingkan dengan Puskesmas lain di Ponorogo. Berdasarkan data hasil studi pendahuluan pada tanggal 16 Maret 2013 di posyadu desa Paringan Jenangan Ponorogo dari 143 jumlah balita

4 yang berusia 12-60 bulan terdapat 128 balita. Berdasarkan hasil kuisioner pada 10 orang ibu yang mempunyai bayi usia 12-60 bulan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan (penyuluhan) didapatkan hasil pengetahuan kurang tentang perkembangan balita sebanyak 8 orang (80%), pengetahuan cukup sebanyak 1 orang (10%), dan pengetahuan baik sebanyak 1 orang (10%). Berdasarkan hasil kuisioner setelah dilakukan pendidikan kesehatan (penyuluhan) didapatkan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (20%), pengetahuan cukup sebanyak 3 orang (30%), dan pengetahuan baik sebanyak 5 orang (50%). Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap. Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara masalah motorik anak dengan DSLDs (Developmental speech and language disorders) terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut memperlihatkan secara signifikan anakanak dengan DSLDs memiliki ketrampilan motorik lebih lambat dibanding anak-anak umumnya terutama koordinasi mata-tangan. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan oral, makin berhubungan dengan kemampuan bicara, mungkin karena hal tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anak-anak yang gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga memiliki kemampuan bahasa yang buruk (Judarwanto, 2012). Salah satu faktor yang mendorong penurunan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita di posyandu adalah karena

5 ketidaktahuan ibu terhadap manfaat menimbangkan anaknya di posyandu. Pemantauan kesehatan pada anak balita dan anak pra sekolah dilakukan melalui deteksi dini tumbuh kembang minimal dua kali pertahun oleh tenaga kesehatan (Hastuti, 2007). Untuk meningkatkan pengetahuan ibu, maka perlu dilakukan kegiatan penyuluhan kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang kesehatan yang diperlukan oleh masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada mereka (Notoatmodjo, 2003:20). Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati pada tahun 2006 menyebutkan bahwa ada peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu tentang gizi setelah dilakukan penyuluhan dengan media audio-visual. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Anjelisa tahun 2009 tentang sosialisasi cara penggunaan obat yang baik melalui penyebaran poster dan leaflet pada unit pelayanan kesehatan di Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang terbukti dapat meningkatkan pengetahuan para tenaga kesehatan maupun masyarakat. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Pulungan tahun 2007 mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia terbukti bahwa penyuluhan dengan metode ceramah dengan leaflet maupun ceramah dengan film berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil (Nadhiroh, 2012).

6 Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita kepada ibu, karena apabila ibu tidak mengetahui bagaimana perkembangan anaknya dengan tepat maka akan dapat mengakibatkan terjadinya masalah keterlambatan perkembangan pada anak mereka di kemudian hari. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun?. C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu sebelum dilakukan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun. b. Mengidentifikasi pengetahuan ibu setelah dilakukan pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun. c. Mengidentifikasi pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi Puskesmas Sebagai informasi dan acuan dalam melaksakan program kesehatan masyarakat untuk menuntaskan masalah perkembangan balita usia 1-5 tahun yang ada di Wilayah kerjanya. b. Bagi institusi FIK DIII kebidanan Sebagai informasi dan pengetahuan baru dalam memberikan pembelajaran kepada mahasiswa tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun. c. Bagi Masyarakat Sebagai informasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Memperoleh pengetahuan dan pengalaman untuk menerapkan ilmu yang didapat selama kuliah khususnya tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun. b. Bagi puskesmas Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan dalam peningkatan pengetahuan kesehatan kepada masyarakat tentang

8 perkembangan balita usia 1-5 tahun agar masyarakat mandiri dalam meningkatkan kesehatannya secara optimal. c. Bagi Institusi Kebidanan Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan kesehatan tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun dengan responden lebih banyak lagi. d. Bagi Masyarakat Dengan memperoleh pengetahuan tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun, masyarakat dapat mengaplikasikan ilmu yang diberikan tentang perkembangan balita usia 1-5 tahun tersebut dalam meningkatkan pemantauan perkembangan anaknya.