MINI PROJECT. Disusun oleh: dr. Prajnya Paramitha Narendraswari. Pendamping: dr. Hj. Usmanawati NIP :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MINI PROJECT. Disusun oleh: dr. Prajnya Paramitha Narendraswari. Pendamping: dr. Hj. Usmanawati NIP :"

Transkripsi

1 MINI PROJECT PROFIL PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG TUMBUH KEMBANG DAN PRESKRINING TUMBUH KEMBANG ANAK 0-6 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIPINANG MUARA Disusun oleh: dr. Prajnya Paramitha Narendraswari Pendamping: dr. Hj. Usmanawati NIP : Puskesmas Cipinang Muara Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur Program Dokter Internsip Periode Februari Februari 2016 DAFTAR ISI

2 HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Manfaat bagi Penulis Manfaat bagi Puskesmas Manfaat bagi Masyarakat 7 2. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Dasar Pengetahuan Pengertian Pengeahuan Kriteria Penilaian Pengetahuan Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya Definisi Tumbuh Kembang Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Definisi Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Fungsi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan Deteksi dini Penyimpangan Perkembangan Deteksi dini Penyimpangan Mental Emosional Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak... 2

3 2.7. Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak METODE & HASIL Metodologi T e m p a t d a n W a k t u S u b j e k J e 3

4 n i s D a t a I n s t r u m e n P r o s e d u r K e 4

5 r a n g k a K o n s e p P Gambaran Umum Puskesmas Profil Puskesmas Cipinang Muara Data Demografik Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Cipinang Muara... u s k e s n a s K a 5

6 r a k t e r i s t i k Jenis Kelamin & Pekerjaan Usia Pendidikan Data Pengetahuan Masyarakat Pemeriksaan Pertumbuhan Anak Pemeriksaan Perkembangan Anak... R e s p o n d e n PEMBAHASAN KESIMPULAN... 6

7 TABEL Tabel 2.1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak... Tabel 2.2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan... Tabel 2.3. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Perkembangan... Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Cipinang Muara... Tabel 3.2. Data Sumber Daya Kesehatan... Tabel 3.3. DataSarana Kesehatan... Tabel 3.4. Data Sumber Daya Medis dan Non-medis di Puskesmas Cipinang Muara... Tabel 3.5. Data Posyandu... Tabel 3.6. Perbandingan Data Persentase Peserta yang Menjawab Benar Sebelum dan Sesudah Edukasi... GAMBAR Gambar 2.1. Posisi anak dan petugas ketika dilakukan pengukuran panjang badan... Gambar 2.2. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan... Gambar 2.3. Cara Pengukuran Lingkar Kepala Anak... Gambar 3.1.Peta Kelurahan Cipinang Muara... BAGAN Bagan 3.1. Kerangka Konsep Pengetahuan Orang Tua dan Preskrining Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Cipinang Muara... 7

8 Bagan 3.2. Profil Jenis Kelamin Terhadap Pekerjaan Responden... Bagan 3.3. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Anak-anak... Bagan 3.4. Profil Tingkat Pendidikan Responden... Bagan 3.5. Gambaran Status Gizi Balita dan Anak Prasekolah... Bagan 3.6. Gambaran Keterlambatan Perkembangan Balita dan Anak Prasekolah... LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan persoalan signifikan yang harus menjadi perhatian pemerintah dan tenaga kesehatan. Salah satu bagian dari program kesehatan masyarakat adalah kesehatan anak usia dini, termasuk pemahaman mengenai karakteristik tumbuh kembang anak usia dini dan keterampilan dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. 1,2 Batasan anak menurut Konvensi Hak-hak Anak tahun 1990 adalah manusia yang berumur di bawah 18 tahun, sedangkan profesi kedokteran memperhatikan tumbuh kembang anak sejak masa konsepsi sampai remaja. 3,4 Pada dasarnya setiap anak akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya. Untuk memantau tumbuh kembang anak dengan baik maka para orangtua, tenaga kesehatan, pendidik, kader dan tenaga lainnya perlu mengetahui sekaligus mengenali ciri-ciri serta prinsip tumbuh kembang anak. Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu sewaktu dalam kandungan sampai dewasa. Dengan pemantauan yang baik akan dapat dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan intervensi dan koreksi yang dilakukan akan mendapatkan hasil yang lebih memuaskan. 1,2 Pembinaan tumbuh kembang anak merupakan salah satu upaya prioritas dalam mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur. Mengingat jumlah anak di Indonesia sangat besar, 8

9 yaitu sekitar 10 persen dari seluruh populasi. 1 Namun, menurut Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Bina Kesehatan Anak Tahun 2013, capaian pelayanan kesehatan balita masih dibawah target (83%) yaitu 70,12% atau sebanyak juta dari total juta anak. 5-7 Hal ini terulang kembali pada tahun 2014 dimana target cakupan pelayanan kesehatan balita meningkat menjadi 85%, sedangkan pencapaian hanya 75,82%. 5 Maka sebagai calon penerus bangsa, kualitas pelayanan kesehatan balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius, agar mereka mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. 3 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat merupakan salah satu tataran pelaksanaan pendidikan dan pemantauan kesehatan masyarakat. 1 Pemantauan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini merupakan bagian dari tugas tenaga kesehatan puskesmas di wilayah kerjanya masing-masing melalui program SDIDTK. 1 Kegiatan ini dilakukan menyeluruh dan terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga profesional. 8 Tugas tersebut menjadi sangat penting dan kompleks karena persoalan tumbuh kembang anak bukan semata terarah pada pertumbuhan dan kesehatan fisik saja, melainkan juga komprehensif pada perkembangan psikis anak usia dini. Kesalahan atau disfungsi yang terjadi pada salah satu faktor, baik fisik ataupun psikis akan mengganggu faktor lainnya. 4 Apabila tidak dilakukan pemantauan dan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini secara benar dan cermat, maka disfungsi tersebut dimungkinkan akan menjadi kelainan permanen pada diri anak. 1-4 Mengingat pentingnya pengetahuan dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini, maka penulis bermaksud melaksanakan mini project Profil pengetahuan orang tua & peskrining tumbuh kembang balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara. Melalui upaya tersebut diharapkan puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur. 1.2 Rumusan Masalah - Bagaimana gambaran pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak pada warga Kelurahan Cipinang Muara? 9

10 - Seberapa efektif penyuluhan tentang tumbuh kembang berpengaruh terhadap pengetahuan tumbuh kembang anak pada warga Kelurahan Cipinang Muara? - Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara? - Bagaimana upaya stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di 1.3 Tujuan Puskesmas Cipinang Muara? Tujuan Umum - Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Cipinang Muara - Puskesmas Cipinang Muara dapat turut mempersiapkan anak Indonesia menjadi calon generasi penerus bangsa yang sehat, cerdas, tangguh dan berbudi luhur Tujuan Khusus - Terlaksananya program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak di Puskesmas Cipinang Muara. - Meningkatkan pemahaman dan keterampilan orang tua maupun kader di wilayah kerja Puskemas Cipinang Muara, dalam hal pengetahuan mengenai karakteristik, deteksi dini, intervensi, serta stimulasi tumbuh kembang anak usia dini. 1.4 Manfaat Manfaat bagi Penulis - Berperan serta dalam upaya deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak - Mengaplikasikan pengetahuan mengenai program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak - Melaksanakan mini project dalam rangka program internsip dokter Indonesia Manfaat bagi Puskesmas - Menambah pemahaman dan keterampilan para tenaga kesehatan puskesmas dan kader mengenai karakteristik dan deteksi tumbuh kembang anak usia dini. - Terdeteksinya anak dengan keterlambatan perkembangan di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai Manfaat bagi Masyarakat - Masyarakat terfasilitasi dalam program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak. - Program deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang anak juga diharapkan dapat mencegah dan meminimalisasi adanya efek negatif yang akan dialami anak dari disfungsi tumbuh kembang, seperti gangguan dan kecacatan tertentu, baik fisik 10

11 maupun psikis. 11

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Pengetahuan Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan sebagian ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari baik dari pengindraannya akan alam sekitar, maupun dari hal-hal yang terperinci oleh teori. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga. 9 Pada bagian lain pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Kriteria Penilaian Pengetahuan Untuk mengukur pengetahuan menggunakan rumus: Keterangan : P = Nilai pencapaian (%) SP = Skor yang didapat P SP SM x 100% SM = Skor maksimal semua pertanyaan yang dijawab benar Dalam pemberian skor untuk pertanyaan karakteristik tidak berarti skor, sedangkan jawaban pertanyaan pengetahuan diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan jawaban yang salah diberi skor 0. Berdasarkan hasil pertimbangan kemudian hasilnya di interprestasikan pada kriteria: A).Pengetahuan baik = % B).Pengetahuan cukup = % C).Pengetahuan kurang = % D).Pengetahuan buruk = < 40% Tumbuh Kembang Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya Definisi Tumbuh Kembang Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan 12

13 interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat. 1 Berat badan lebih erat kaitannya dengan status gizi dan keseimbangan cairan (dehidrasi, retensi cairan), namun dapat digunakan sebagai data tambahan untuk menilai pertumbuhan anak. 4 Pertambahan lingkar kepala juga perlu dipantau, karena dapat berkaitan dengan perkembangan anak. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian, pendengaran, penglihatan, emosi, intelegensia, bahkan perkembangan moral. 1, Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Gangguan tumbuh kembang terjadi jika ada faktor genetik internal dan atau karena faktor eksternal (disebut juga faktor lingkungan) yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Adapun faktor internal yang dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak antara lain ras/ etnik atau bangsa, keluarga, usia, jenis kelamin, genetik (heredokonstitusional), dan kelainan kromosom. Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak. Faktor lingkungan dibagi lagi menjadi faktor prenatal seperti nutrisi ibu saat hamil, faktor natal (persalinan) seperti adanya komplikasi saat persalinan atau lamanya persalinan, dan yang terakhir adalah faktor postnatal. Masa postnatal termasuk masa yang terpenting karena di masa ini seorang anak dapat mengejar potensi genetiknya apabila mengalami keterlambatan. Contoh dari faktor pasca persalinan ini yaitu terdiri dari kebutuhan biomedis/ asuh (nutrisi, imunisasi, higiene, pengobatan, pakaian, tempat tinggal, sanitasi lingkungan dan lain-lain) dan kebutuhan psikososiobudaya/asih dan asah (kasih sayang, penghargaan, komunikasi, sosialisasi, penanaman moral dan lain-lain), serta kebutuhan akan psikoedukatif/ asah (stimulasi mental, emosional, intelegensia dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir remaja. 3,4,8 Soedjatmiko (2001) membagi faktor-faktor risiko di lingkungan menjadi mikro (ibu), mini (lingkungan keluarga dan tempat tinggal), meso (lingkungan tetangga, polusi, budaya, pelayanan kesehatan dan pendidikan) dan makro (kebijakan program) yang dapat mengganggu tumbuh kembang balita. 1,3,4 2.3 Definisi Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Stimulasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk merangsang kemampuan dasar anak agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. 1 Stimulasi tumbuh 13

14 kembang anak dapat dilakukan oleh setiap orang yang berinteraksi dengan anak, mulai dari ibu, ayah, pengasuh anak, anggota keluarga lain dan kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing-masing dan dalam kehidupan sehari-hari. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko (fisik, biomedik, psikososial) pada anak usia 0 6 tahun. Sedangkan intervensi yang dimaksud adalah suatu kegiatan penanganan segera terhadap adanya penyimpangan tumbuh kembang dengan cara yang sesuai dengan keadaan misalnya perbaikan gizi, stimulasi perkembangan atau merujuk ke pelayanan kesehatan yang sesuai, sehingga anak dapat mencapai kemampuan yang optimal sesuai dengan umurya. 3,4 Tumbuh kembang optimal adalah tercapainya proses tumbuh kembang yang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh anak. Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang sistematis agar lebih objektif. 2.4 Fungsi Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Fungsi dari deteksi dini tumbuh kembang anak adalah untuk mengetahui penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, upaya stimulasi, dan upaya penyembuhan serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas sedini mungkin pada masa-masa kritis proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang yang optimal Jenis Kegiatan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Pada pelayanan dasar, terdapat 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan, yaitu: 1,3 a. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui status gizi anak, serta lingkar kepala. b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui terdapat penyimpangan dalam perkembangan, daya lihat, dan daya dengar. c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetatahui adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian, serta hiperaktivitas. 14

15 Berdasarkan buku Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, jenis deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang anak adalah sebagai berikut: 1 Jenis Deteksi Tumbuh Kembang yang Harus Dilakukan Umur Anak Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan BB/TB LK KPSP TDD TDL KMM E Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional CHAT* GPPH * 0 bulan 3 bulan 6 bulan 9 bulan 12 bulan 15 bulan 18 bulan 21 bulan 24 bulan 30 bulan 36 bulan 42 bulan 48 bulan 54 bulan 60 bulan 66 bulan 72 bulan Keterangan: BB/TB LK : Berat Badan terhadap Tinggi Badan : Lingkar Kepala 15

16 KPSP TDD TDL KMME CHAT GPPH Tanda * : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan : Tes Daya Dengar : Tes Daya Lihat : Kuesioner Masalah Mental Emosional : Checklist for Autism in Toddlers : Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas : Tes dilakukan atas indikasi Tabel 2.1. Jenis Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Anak Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Hal Deteksi dini Penyimpangan Pertumbuhan Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dapat dilakukan pada semua tingkat pelayanan. Deteksi dini ini dilakukan dengan mengukur tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1,3 Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan Keluarga Masyarakat Puskesmas Keterangan: PAUD BKB TPA TK LK : Pendidikan Anak Usia Dini : Bina Keluarga Balita : Tempat Penitipan Anak : Taman Kanak-Kanak : Lingkar Kepala Orang tua Kader kesehatan KMS Timbangan dacin Petugas PAUD, BKB, TPA, dan guru TK Dokter Tabel BB/TB Bidan Grafik LK Perawat Timbangan Ahli Gizi Alat ukur tinggi badan Petugas Lainnya Pita pengukur lingkar kepala Tabel 2.2. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Pertumbuhan Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Hal

17 A. Pengukuran Berat Badan Terhadap Tinggi Badan ( BB/TB ) Tujuan pengukuran BB/TB adalah untuk menentukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau gemuk. Jadwal pengukuran BB/TB disesuaikan dengan jadwal deteksi dini tumbuh kembang anak (DDTK). Pengukuran dan penilaian BB/TB dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 3,7 - Pengukuran Berat Badan/BB : o Menggunakan timbangan bayi Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduk tenang. Letakan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0 Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan Baringkan bayi dengan hati-hati diatas timbangan Lihat jarum timbangan sampai berhenti Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbanngan atau angka timbangan Jika bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kekiri o Menggunakan timbangan injak Letakan timbangan di lantai yang datar sehingga tidak mudah bergerak Lihat posisi jarum atau angka harus merujuk ke angka 0 Anak sebaiknya memakai baju sehari-hari yang tipis, tidak memakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu Anak berdiri di atas timbangan tanpa dipegangi Lihat jarum timbangan sampai berhenti Baca angka yang ditunjukan oleh jarum timbangan atau angka timbangan Jika anak terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri. - Pengukuran panjang badan (PB) atau Tinggi Badan (TB) o Cara mengukur dengan posisi berbaring Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang Bayi dibaringkan terlentang pada alas yang datar Kepala bayi menempel pada angka 0 Petugas 1 : kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 ( pembatas kepala ) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan meluruskan batas kaki ke telapak kaki Petugas 2 membaca angka di tepi luar pengukur 17

18 Gambar 2.1. Posisi anak dan petugas ketika dilakukan pengukuran panjang badan o Cara mengukur dengan posisi berdiri Anak tidak memakai sandal atau sepatu Berdiri tegak menghadap kedepan Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun Baca angka pada batas tersebut Gambar 2.2. Posisi berdiri anak saat diukur tinggi badan o Penggunaan Tabel BB/TB ( Direktorat Gizi Masyarakat ) Ukur tinggi/panjang dan timbang berat badan anak, sesuai cara di atas Lihat kolom tinggi/panjang badan anak yang sesuai dengan hasil pengukuran Pilih kolom berat badan untuk laki-laki ( kiri ) atau perempuan ( kanan ) sesuai jenis kelamin anak, cari angka berat badan yang terdekat dengan berat badan anak Dari angka berat bdan tersebut, lihat bagian atas kolom untuk mengetahui angka standar deviasi ( SD ) 18

19 Interpretasi : Normal Kurus Kurus sekali Gemuk : -2 SD s/d 2 SD atau Gizi baik : < -2 SD s/d -3 SD atau Gizi kurang : < -3 SD atau Gizi buruk : > 2 SD atau Gizi lebih B. Pengukuran Lingkaran Kepala Anak ( LKA ) Pengukuran lingkar kepala anak dalah cara yang biasa dipakai untuk mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga jika ada hambatan pada perkembangan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat. LKA dapat dipakai sebagai salah satu alat pemantau perkembangan kecerdasan anak. 7 Tujuan pengukuran LKA adalah untuk mengetahui lingkaran kepala anak dalam batas normal atau diluar batas normal. Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0-11 bulan, pengukuran dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar umur bulan, pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. 7 o Cara mengukur lingkar kepala anak Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik agak kencang. Baca angka pada pertemuan dengan angka 0 Tanyakan tanggal lahir bayi / anak, hitung umur bayi / anak Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis kelamin anak Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang Gambar 2.3. Cara Pengukuran Interpretasi : Anak Lingkar Kepala 19

20 Jika ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam jalur hijau maka lingkaran kepala anak normal Jika ukuran lingkaran kepala anak berada diluar jalur hijau maka lingkaran kepala anak tidak normal Lingkaran kepala anak tidak normal ada 2, yaitu makrosefal jika berada diatas jalur hijau dan mikrosefal jika berada dibawah jalur hijau. Intervensi : Jika ditemukan makrosefal maupun mikrosefal segera dirujuk ke rumah sakit Deteksi Dini Penyimpangan Perkembangan Deteksi ini dilakukan di semua tingkat pelayanan. Adapun pelaksana dan alat yang digunakan adalah sebagai berikut : 1 Tingkat Pelayanan Pelaksana Alat yang Digunakan Keluarga Masyarakat Puskesmas Orang tua Buku KIA Kader kesehatan, BKB, TPA Petugas Pusat PAUD terlatih Guru TK terlatih Dokter Bidan Perawat KPSP TDL TDD KPSP TDL TDD Keterangan: PAUD BKB TPA TK KIA KPSP TDL TDD : Pendidikan Anak Usia Dini : Bina Keluarga Balita : Tempat Penitipan Anak : Taman Kanak-Kanak : Kesehatan Ibu dan Anak : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan : Tes Daya Lihat : Tes Daya Dengar Tabel 2.3. Pelaksana dan Alat yang Digunakan pada Deteksi Dini Perkembangan 20

21 Diambil dari: Kementrian Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, Hal. 48 o Skrining Perkembangan Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat, sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992) menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus dilakukan skrining perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan risiko rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang dilanjutkan dengan skrining. 1,3 A. Skrining/ Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan ( KPSP ) Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver Prescreening Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986.Tujuanskrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan. 1,6 Jadwal skrining / pemeriksaan KPSP adalah pada umur 3, 6, 9, 12, 15, 18, 21, 24, 30,36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Jika anak belum mencapai umur skrining tersebut, minta ibu datang kembali pada umur skrining yang terdekat untuk pemeriksaan rutin. Misalnya bayi umur 7 bulan, diminta datang kembali untuk skrining pada umur 9 bulan. Apabila orang tua datang dengan keluhan anaknya mempunyai masalah tumbuh kembang sedangkan umur anak bukan umur skrining maka pemeriksaan menggunakan KPSP untuk umur skrining terdekat yang lebih muda. 6 Berdasarkan rekomendasi IDAI No.: 002/Rek/PP IDAI/I/2014 tahun 2014 tentang Pemantauan tumbuh kembang anak, pemantauan dapat dilakukan secara regular dan kontinyu dengan jadwal: 1) Usia lahir sampai 12 bulan setiap 1 bulan; 2) Usia 12 bulan sampai 3 tahun setiap 3 bulan; 3) Usia 3 tahun sampai 6 tahun setiap 6 bulan; 4) Usia 6 tahun sampai 18 tahun setiap 1 tahun

22 o Alat / instrument yang digunakan adalah : Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5-5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm. o Cara menggunakan KPSP : 1 Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: Dapatkah bayi makan kue sendiri? Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab. o Interpretasi hasil KPSP : 1 Hitunglah berapa jawaban Ya. - Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. - Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu. 22

23 Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S) Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) Jumlah jawaban 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P) Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian). B. Tes Daya Dengar ( TDD ) Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran sejak dini agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya dengar dan bicara anak. 1,4 C. Tes Daya Lihat ( TDL ) Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. 1, Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Deteksi dini penyimpangan mental emosional adalahkegiatan/pemeriksaan untuk menemukan gangguan secara dini adanya masalah emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat segera dilakukan tindakan intervensi. 1 Deteksi dini penyimpangan mental emosional bertujuan untuk menemukan secara dini masalah mental emosional, autisme, serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas.bila penyimpangan mental emosional terlambat diketahui maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Deteksi ini dilakukan oleh tenaga kesehatan. 1,3,4 1) Deteksi dini masalah mental emosional pada anak pra sekolah. Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan/masalah mental emosional pada anak pra sekolah. 23

24 2) Deteksi dini autis pada anak pra sekolah. Bertujuan untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak umur 18 bulan sampai 36 bulan. 2.6 Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan Anak Tujuan intervensi dan rujukan dini perkembangan anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki dan mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Waktu yang paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan dini penyimpangan perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih di bawah lima tahun.tindak n intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah yang dilakukan secara intensif di rumah selama 2 minggu, yang diikuti dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. 1,6 2.7 Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak Rujukan diperlukan jika masalah/ penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah dilakukan tindakan intervensi. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang dilakukan secara berjenjang sebagai berikut: 1,6 1. Tingkat keluarga dan masyarakat Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya dan kader) dianjurkan untuk membawa anak ke tenaga kesehatan di Puskesmas dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA 2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya Pada rujukan dini, bidan, perawat di posyandu, Polindes, Pustu termasuk Puskesmas keliling, melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar pelayanan. Bila kasus penyimpangan tersebut memerlukan penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas. 3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat di tangani di Puskesmas maka perlu dirujuk ke Rumah Sakit Kabupaten yang mempunyai fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli gizi serta laboratorium/pemeriksaan 24

25 penunjang diagnostic. Rumah Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan sekunder diharapkan memiliki klinik tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak, kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medic, ahli terapi, ahli gizi dan psikolog. 1,3,6 BAB III METODE & HASIL 3.1. Metodologi Projek yang dilakukan ini serupa dengan jenis penelitian deskriptif yang berfungsi untuk menentukan gambaran secara sistematik dan faktual tentang pengetahuan orang tua terhadap tumbuh kembang serta skrining tumbuh kembang terhadap balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara. Adapun intervensi yang dilakukan bagi para subjek adalah berupa penyuluhan dan konseling kepada orang tuanya Tempat dan Waktu Tempat Pelaksanaan mini project ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda, bersamaan dengan dilaksanakannya unit kegiatan masyarakat (UKM) yaitu Posyandu RW 002, Posyandu RW 007, dan PAUD RW Waktu Penelitian ini dilakukan selama kegiatan Posyandu dan PAUD pada selama bulan Agustus hingga September Subjek Pengambilan subjek dilakukan secara acak (random sampling) terhadap warga yang datang ke kegiatan posyandu di RT/RW setempat, serta para orang tua murid PAUD yang 25

26 hadir dalam program skrining di PAUD dan setuju untuk diikut sertakan dalam pengisian kuesioner. Subjek yang dilakukan intervensi, memiliki kriteria inklusi sebagai berikut : 1. Masyarakat yang tinggal atau bekerja di wilayah Kelurahan Cipinang Muara 2. Masyarakat yang memiliki anak usia 0 6 tahun 3. Masyarakat yang dapat membaca/ menulis Dari kriteria inklusi tersebut, subjek penyuluhan yang setuju ikut serta dalam pengisian kuesioner sejumlah 43 orang tua. Kemudian subjek dimintai persetujuan untuk dilakukan pemeriksaan preskrining tumbuh kembang pada anaknya dan terkumpul sebanyak 45 anak Jenis Data Jenis data pada yang dikumpulkan pada laporan ini merupakan data kualitatif tentang pengetuahuan orang tua akan tumbuh kembang anak. Data primer yang dikumpulkan merupakan hasil dari pengisian kuesioner oleh orang tua dari balita atau anak prasekolah yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Cipinang Muara. Selain itu adanya data tumbuh kembang didapatkan dari pemeriksaan terhadap balita dan anak prasekolah di wilayah tersebut Instrumen Dalam mini project ini instrumen yang digunakan oleh penulis yaitu sebagai berikut: A. Bagian A: Berisi data biografi orang tua dan anak usia 0 6 tahun yang terdiri atas nama, umur balita, jenis kelamin, status pekerjaan, usia ibu,dan tingkat pendidikan. Selain itu terdapat kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang tumbuh kembang balita yang terdiri atas 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban benar dan salah. Skor tertinggi 20, skor terrendah 0. secara deskriptif maka dikategorikan: Baik %, sedang %, kurang 40 55%, tidak baik < 40%. B. Bagian B: Berisi check-list perkembangan anak yang diadopsi dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak terbitan Kemenkes RI Prosedur Untuk mengetahui masalah yang ada di Puskesmas Cipinang Muara penulis melakukan identifikasi dengan cara membagikan kuesioner pada warga kelurahan Cipinang Muara saat dilakukannya kegiatan unit kesehatan masyarakat (UKM) pada kegiatan posyandu dan juga PAUD. Kuesioner berisikan dua puluh pertanyaan benar atau salah seputar materi dasar mengenai tumbuh kembang anak (terlampir). Selain itu, juga terdapat check-list tingkat 26

27 perkembangan anak yang diadopsi dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang diisi sesuai dengan milestone anak. Setelah mengisi kuesioner yang dibagikan, dilakukan penyuluhan pada warga mengenai tumbuh kembang anak usia 0 6 tahun menggunakan presentasi powerpoint. Penyuluhan berisikan materi tentang definisi, pengukuran, pemantauan pertumbuhan dan perkembangan, serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhinya. Setelah dilakukan penyuluhan, subjek diminta mengisi ulang kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan yang sama. Hasil dari kuesioner yang dibagikan sebelum dan sesudah penyuluhan kemudian diolah untuk didapatkan persentase yang mampu menjawab benar pada masing-masing pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana responden mengetahui hal tersebut. Kemudian dilakukan perhitungan nilai rata-rata sebelum dan sesudah penyuluhan pada semua responden untuk menilai adanya peningkatan tingkat pengetahuan subjek mengenai tumbuh kembang anak usia 0 6 tahun. Kemudian dilakukan pengkajian dan tindak lanjut pada responden dengan hasil kuesioner perkembangan anaknya kemungkinan mengalami keterlambatan menggunakan instrumen KPSP. Skrining menggunakan KPSP hanya dilakukan atas seizin orang tua dari anak tersebut. Dilakukan analisis lebih lanjut setelah dilakukan pemeriksaan, dan anak dengan hasil KPSP meragukan/ penyimpangan diberikan tindak lanjut berupa konseling kepada orang tua dan kader/ guru PAUD. Selain itu, berat badan anak diukur dengan menggunakan timbangan dacin. Sedangkan tinggi badan anak diukur menggunakan pengukur tinggi badan. Hasil pengukuran berat dan tinggi badan kemudian dimasukkan ke dalam kurva CDC untuk BB/TB dan BB/U sesuai dengan usia anak dan dilakukan interpretasi akan gizi anak tersebut. 3.7 Kerangka Konsep 27

28 28

29 Bagan 3.1. Kerangka Konsep Pengetahuan Orang Tua dan Preskrining Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Cipinang Muara 3.8 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Gambaran Umum Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan kesehatan meliputi pembangunan yang berwawasan kesehatan, pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu. 2 Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat, keadaan sumber daya, beban kerja Puskesmas dan lain-lain. Selain itu juga harus memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu Puskesmas maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan. 2 Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan kepada seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalaman belajar, menyediakan media informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan, kelompok, dan masyarakan guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalanannya program kesehatan yang dijalankan oleh setiap 29

30 Puskesmas, di harapkan pada akhirnya akan berpengaruh pada perubahan kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara prilaku sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal Profil Puskesmas Cipinang Muara Kelurahan Cipinang Muara merupakan bagian dari Kecamatan Jatinegara yang berada di Kotamadya Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Kelurahan Cipinang Muara terdiri dari 16 Rukun Warga dengan jumlah penduduk jiwa. Kelurahan Cipinang Muara memiliki luas daerah ± 289,5 Ha. Batas wilayah Kelurahan Cipinang Muara: Utara : Rel Kereta Api, Kelurahan Cipinang Kecamatan Pulogadung Selatan: Kali Malang, Kelurahan Cipinang Melayu Kecamatan Makasar Timur : Kali Sunter, Kelurahan Pondok Bambu dan Klender Kecamatan Duren Sawit Barat : Jalan Cipinang Jaya, Kelurahan Cipinang Besar Selatan dan Cipinang Besar Utara Kecamatan Jatinegara Gambar 3.1. Peta Kelurahan Cipinang Muara 30

31 3.8.3 Data Demografik A. Data Jumlah Penduduk Kelurahan Cipinang Muara Tabel 3.1. Jumlah Penduduk Kelurahan Cipinang Muara NO UMUR LK PR JUMLA H JUMLAH B. Data Sumber Daya Kesehatan Tabel 3.2. Data Sumber Daya Kesehatan Jumlah Posyandu Balita 12 Jumlah Posyandu Lansia 7 Jumlah RW Siaga 8 31

32 Jumlah PAUD 14 Jumlah Sekolah Binaan SD 23 Jumlah Kelas Ibu Hamil 4 Jumlah KP Ibu 4 Jumlah Kader Kesehatan 144 Kader Jumantik 184 SMP 6 SMU 1 SMK 3 D. Data Sarana Kesehatan Tabel 3.3. Data Sarana Kesehatan Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Cipinang Muara 12 Tabel 3.4. Sumber Medis dan di Cipinang No Fasilitas Kesehatan Jumlah 1. Puskesmas 1 2. Dokter Praktek / Umum 5 3. Dokter Spesialis - 4. Klinik Umum Bidan Praktek 6 6. Posyandu Balai Kesehatan 1 JABATAN JUMLAH 8. Apotik 3 J Kepala u m l a hpuskesmas 33 1 Dokter Umum 1 Dokter Gigi 1 Dokter Internship 7 Bidan 2 Perawat 2 Perawat Gigi 1 Laboratorium 1 Ass. Apoteker 1 TU 1 Pcare 1 Cleaning Service 2 Security 1 Penjaga Malam 1 TOTAL 15 Data Daya Non-medis Puskesmas Muara 32

33 Tabel 3.5. Data Posyandu 12 No Nama Posyandu Alamat Jumlah Kader (Orang) Matahari Flamboyan Melati Melati II Flamboyan II Flamboyan III Mawar Putih Wijaya Kusuma Bambu Kuning Kenanga Cempaka Dahlia RT 007 RW 01 RT 015 RW 02 RT 006 RW 03 RT 006 RW 04 RT 001 RW 05 RT 008 RW 06 RT 002 RW 07 RT 013 RW 08 RT 002 RW 011 RT 005 RW 013 RT 003 RW 014 RT 012 RW Karakteristik Responden Jenis Kelamin & Pekerjaan Dari total 43 responden, sebanyak 42 subjek berjenis kelamin perempuan. Hanya terdapat 1 orang subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dimungkinkan karena sebagian besar (n= 36) responden yang hadir adalah ibu rumah tangga. Hanya terdapat 7 orang subjek yang bekerja sebagai karyawan, dan salah satunya adalah seorang laki-laki. 33

34 Profil Jenis Kelamin & Pekerjaan Responden Axis Title Perempuan Laki-laki Bagan 3.2. Profil Jenis Kelamin Terhadap Pekerjaan Responden Berdasarkan jenis kelamin anak yang diberlakukan preskrining, terdapat distribusi yang hampir merata. Yaitu sebesar 24 anak perempuan dan 21 anak laki-laki. Jenis Kelamin Anak 53% 47% Laki-laki Perempuan Bagan 3.3. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Anak-anak Usia Distribusi responden berdasarkan usianya, didapatkan rata-rata usia subjek adalah 31 tahun (Mean = 31,4 tahun) dengan usia paling muda adalah 21 tahun dan usia tertua adalah 48 tahun. Sedangkan rentang usia anak yang diberlakukan preskrining pada mini project ini adalah usia 4 77 bulan. Dengan rerata usia yang diperiksa adalah 48,6 bulan Pendidikan Berdasarkan distribusi tingkat pendidikan orang tua, didapatkan sejumlah 3 responden mencapai jenjang pendidikan setingkat SD atau sederajat, 14 orang mencapai SMP atau sederajat, 25 orang mencapai SMA atau sederajat, 2 orang mencapai tingkat Diploma, dan hanya 1 orang saja yang menjalani pendidikan 34

35 di universitas atau S1. Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden mendapatkan pendidikan setingkat SMA yaitu sebesar 58.14%. Sisanya menyusul merupakan tamatan SMP, SD, Diploma, dan S1 yaitu sebesar 27,91%, 6,98%, 4,65%, dan 2,33% secara berurutan. Tingkat Pendidikan Data Pengetahuan Masyarakat Bagan 3.4. Profil Tingkat Pendidikan Responden Tabel 3.6. Perbandingan Data Persentase Peserta yang Menjawab Benar Sebelum dan Pertanyaan Jumlah jawaban benar sebelum edukasi Sesudah Edukasi Persentase (n = 43 orang) Jumlah jawaban benar sesudah edukasi Persentase (n = 43 orang) Persentase peningkatan Pengertian tumbuh % 35 81% 41% Pengukuran pertumbuhan 18 40% 38 88% 48% Berat badan normal 37 82% 42 98% 15% Berat badan tidak normal Pertumbuhan normal Pemantauan perkembangan Penilaian perkembangan Pengaruh gizi terhadap perkembangan Faktor yang mempengaruhi perkembangan 38 84% % 16% 41 91% 42 98% 7% 14 31% 27 63% 32% 12 27% 29 67% 41% 34 76% 37 86% 10% 11 24% 27 63% 38% 35

36 Pertanyaan Definisi aspek perkembangan Pengaruh faktor prenatal terhadap perkembangan Tahap dan pola perkembangan Perkembangan bayi usia 6 bulan Perkembangan bayi usia 9 bulan Perkembangan anak usia 12 bulan Perkembangan anak usia 18 bulan Perkembangan anak usia 24 bulan Perkembangan anak usia 36 bulan Perkembangan anak usia 60 bulan Pengertian usia proses tumbuhkembang Jumlah jawaban benar sebelum edukasi Persentase (n = 43 orang) Jumlah jawaban benar sesudah edukasi Persentase (n = 43 orang) Persentase peningkatan 25 56% 32 74% 19% 36 80% 36 84% 4% 9 20% 28 65% 45% 34 76% 36 84% 8% 23 51% 32 74% 23% 17 38% 29 67% 30% 38 84% 39 91% 6% 37 82% 39 91% 8% 14 31% 28 65% 34% 40 89% 41 95% 6% 6 13% 32 74% 61% Dari perhitungan nilai, didapatkan sebanyak 6,97% berpengetahuan tidak baik, 34,88% berpengetahuan kurang, 55,81% berpengetahuan cukup, dan hanya 2,32% berpengetahuan baik. Hasil kuesioner dengan pengetahuan paling rendah adalah tentang pengertian usia proses tumbuh-kembang (13%), tahap dan pola perkembangan (20%), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan (24%), serta penilaian perkembangan anak (27%) dengan hasil rata-rata nilai 58,3. Setelah dilakukan penyuluhan, subjek kembali diberikan kuesioner yang berisikan 20 pertanyaan mengenai tumbuh kembang anak. Dari total kuesioner yang diberikan, setelah dilakukan penyuluhan dapat disimpulkan terdapat peningkatan persentase jumlah peserta yang menjawab benar pada semua pertanyaan. Bila dilakukan perbandingan antara sebelum dan sesudah penyuluhan, terdapat peningkatan yang terbesar, yaitu pertanyaan mengenai pengertian usia tumbuh-kembang (62%), disusul oleh pengukuran pertumbuhan (49%), pengertian pertumbuhan (42%), pengertian 36

37 perkembangan (42%), dan tahap serta pola perkembangan (42%) dengan hasil ratarata nilai setelah penyuluhan adalah 79,5. Terdapat peningkatan pengetahuan rata-rata sebesar 21,1%. Dari perbandingan nilai rata-rata dan jumlah peserta yang menjawab benar dari tiap pertanyaan, dapat disimpulkan bahwa setelah penyuluhan terdapat peningkatan pengetahuan pada subjek mengenai definisi, tumbuh kembang yang normal, dan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang Pemeriksaan Pertumbuhan Anak Pemeriksaan pertumbuhan anak dapat dilakukan dengan cara mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala. Hal ini erat hubungannya dengan pemeriksaan status gizi anak tersebut. Karena adanya keterbatasan alat dan juga waktu dalam pemeriksaan pertumbuhan anak, Penulis melakukan pengukuran berat badan pada seluruh anak yang menjadi subjek, tinggi badan hanya pada pemeriksaan yang dilakukan di PAUD, sedangkan lingkar kepala tidak diukur. Pemeriksaan juga hanya dilakukan pada orang tua yang setuju anaknya diukur baik berat badan maupun tinggi badannya, yaitu sebesar 43 anak. Dari hasil pemeriksaan pertumbuhan tersebut, didapatkan sebanyak 7 anak memiliki status gizi kurus/ kurang berdasarkan BB/ TB, 16 anak status gizi normal, 2 anak status gizi overweight, dan 4 anak obesitas. Sedangkan pada penilaian status gizi anak berdasarkan BB/U didapatkan 2 anak berstatus gizi kurus dan 12 anak berstatus gizi normal. Dari hasil diatas, dapat disimpulkan bahwa pada pemeriksaan pertumbuhan di Kelurahan Cipinang Muara ini didapatkan 9 (21%) anak gizi kurus, 28 (65%) gizi normal, 2 (4,7%) anak overweight, dan 4 (9,3%) anak obesitas. Hasil pemeriksaan anak dengan gizi normal ini masih sedikit dibawah hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan G, dimana didapatkan sebanyak 89,9% dengan gizi normal. 13 Sedangkan hasil anak dengan gizi kurus sebanyak 10,10% yaitu lebih rendah dibandingkan yang didapatkan penulis. 13 Begitu pula dengan prevalensi status gizi balita di Jakarta dimana didapatkan sebanyak 2,8% gizi buruk, 11,2% gizi kurang/ kurus, 78,5% gizi normal, dan 7,5% gizi lebih. 7 37

38 Gambaran Status Gizi Balita dan Anak Prasekolah 9% 5% 21% Kurus Gizi Normal Overweight Obesitas 65% Bagan 3.5. Gambaran Status Gizi Balita dan Anak Prasekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Cipinang Muara Maka, agar dapat meningkatkan pertumbuhan anak balita di lingkungan Kelurahan Cipinang Muara, Puskesmas harus lebih menggalakkan usaha kesehatan masyarakat (UKM) seperti posyandu ataupun melakukan penyuluhan tentang makanan maupun gizi anak kepada masyarakat agar para balita dapat tumbuh secara optimal, sesuai dengan potensi genetiknya Pemeriksaan Perkembangan Anak Pada mini project ini, perkembangan anak dinilai berdasarkan kuesioner yang diadopsi dari Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Dari hasil preskrining tersebut, ditemukan sebanyak 8 anak dicurigai mengalami keterlambatan perkembangan. Kemudian dilakukan penilaian ulang kepada 7 menggunakan instrumen KPSP karena salah seorang ibu menolak anaknya dilakukan pemeriksaan. Didapatkan sebanyak 5 anak mendapatkan hasil KPSP meragukan, atau sebesar 11,1%. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Sulani (2011) dimana dilakukan pelaksanaan program SDIDTK bagi 500 anak usia 0-6 tahun di Jakarta. Diperoleh hasil dari 476 anak yang diberi pelayanan SDIDTK, ditemukan 57 (11,9%) anak dengan kelainan tumbuh kembang. Dari hasil pemeriksaan oleh penulis, ditemukan sebanyak 4 anak (8,89%) mengalami keterlambatan dalam bicara dan bahasa, 2 (2,22%) anak keterlambatan dalam motorik kasar, dan 2 (2,22%) anak mengalami keterlambatan dalam motorik halus. Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan di Banjarmasin didapatkan hasil 38

39 pemeriksaan perkembangan dengan nilai KPSP meragukan adalah motorik kasar (6,17%), motorik halus (0,65%), bicara dan bahasa (4,54%), serta sosialisasi dan kemandirian (2,92%). 13 Keterlambatan Perkembangan Penelitian Lain 6.17% 2.22% 2.22% 0.65% Cipinang Muara 8.89% 4.54% 2.92% 0.00% Bagan 3.6. Gambaran Keterlambatan Perkembangan Balita dan Anak Prasekolah Pada anak-anak dengan hasil KPSP meragukan, dilakukan intervensi dengan cara konseling kepada orang tuanya tentang cara untuk menstimulasi perkembangan anaknya. Perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut pada subjek yang diberikan intervensi, baik dari pengetahuan dan cara orang tuanya memberikan stimulasi, dan juga kemajuan perkembangan anaknya. Selain itu, evaluasi juga penting untuk menentukan perlu atau tidaknya anak tersebut dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut akan tumbuh kembangnya. 39

40 BAB IV PEMBAHASAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya diselenggarakan antara lain melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin. Upaya kesehatan yang dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal. Dari hasil dilakukannya mini project ini, diketahui tentang pemahaman warga Cipinang Muara tentang tumbuh kembang. Dimana rata-rata nilai pengetahuan warga Cipinang Muara adalah sebesar 58,3 yang mana nilai pengetahuan ini adalah kurang. Kesalahan pengertian terbesar adalah tentang usia terjadinya pertumbuhan dan perkembangan (62%). Masih banyak orang tua yang tidak mengetahui bahwa proses tumbuh kembang terjadi dari semenjak masih di kandungan, hingga seseorang melewati masa pubertasnya. Maka dari itu, edukasi penting dilakukan dari semenjak perempuan memasuki usia yang tepat untuk berreproduksi dan juga ibu yang sedang mengandung. Seperti yang sudah diteliti oleh Nedra W, dimana ia melakukan penelitian pada remaja perempuan tentang kesiapan fisik dan pengetahuan dalam membina tumbuh kembang balita dan dipatkan 48% berpengetahuan rendah. 14,15 Saat ini puskesmas memiliki program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang salah satu fungsinya adalah mengedukasi para remaja akan kesehatan reproduksi. Sebaiknya remaja perempuan dan ibu hamil sebagai calon ibu juga diberikan penyuluhan ataupun konseling tentang tumbuh kembang agar nantinya mereka dapat membesarkan anak yang sehat dan cerdas. Selain itu pemahaman lain yang sering salah pada masyarakat adalah tentang cara pengukuran pertumbuhan. Banyak orang tua yang berpikir bahwa penggunaan pakaian ataupun aksesoris seperti sepatu, topi, bedong, tidak akan mengganggu hasil pengukuran pertumbuhan seperti berat badan, tinggi (panjang) badan, maupun lingkar kepala. Walaupun perbedaan pengukuran yang terjadi kemungkinan hanya sedikit, tapi penggunaan pakaian ataupun aksesoris yang berlebih akan menurunkan akurasi dari pengukuran sehingga hasilnya dapat menjadi tidak valid dan tidak dapat diandalkan. 1 Berdasarkan observasi dari penulis, kesalahan ini kerap terjadi dan 40

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak

Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak Program Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) 1. Pengertian Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK)

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG (DDTK) KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DEFINISI Pertumbuhan Berkembangnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler Bertambah ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK 1. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode penting dalam masa tumbuh kembang seorang anak adalah masa balita, karena masa ini adalah merupakan pertumbuhan dasar yang mempengaruhi dan menentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP) DENGAN PENYIMPANGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 13-59 BULAN OLEH : ASTIK UMIYAH Email: astikyoyok@gmail.com PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),

BAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa

Lebih terperinci

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG IPTEKS BAGI MASYARAKAT (IbM) TAMAN PINTAR BANANA SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI KUALITAS BALITA DI RW 04 DAN RW 05 DESA ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Dera Alfiyanti 1), Mariyam 2), Desi Ariyana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang anak adalah dambaan dari setiap orang tua untuk melanjutkan keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh karena itu, pemantauan pertumbuhan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK)

KERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK) KERANGKA ACUAN KERJA STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ( SDIDTK) A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) peran tenaga kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan harapan masa depan bangsa yang perlu dipersiapkan agar menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun sehat mental dan sosial

Lebih terperinci

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG GROWTH OF LESS NUTRITION AT BALITA AT CUKIR HEALTH PRIMERY JOMBANG Rini Hayu L 1, Amalia R 2, Effy Kurniati 3

Lebih terperinci

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH DI TK NIDZAMIYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN 2017

DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH DI TK NIDZAMIYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN 2017 DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK PRASEKOLAH DI TK NIDZAMIYAH KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN 2017 Siswi Wulandari ¹, Dewi Kartika Sari ²,Dewi Nur Afifi ³ ¹Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kadiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan pada suatu kriteria-kriteria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah calon generasi penerus bangsa, kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu perhatian yang serius yaitu mendapatkan gizi yang baik, stimulasi yang memadahi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. usia dini, 50% akan mencapai kemampuan kemudian, 75% anak akan mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak merupakan masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa usia 18 tahun dengan usia 21 tahu menurut Undang undang kesejahtraan

Lebih terperinci

KP III MODUL A DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI

KP III MODUL A DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI KP III MODUL A DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI A.) Tujuan mempelajari deteksi ni tumbuh kembang anak adalah : 1. Menjelaskan hakekat deteksi tumbuh kembang anak 2. Memahami tehnik deteksi dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh karena itu penyimpangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Down, gangguan mental dan lain-lain. Oleh karena itu penyimpangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pertumbuhan dan proses perkembangan pada anak terjadi sejak dalam intra uterine hingga dewasa. Namun tak jarang dalam proses tersebut terjadi penyimpangan-penyimpangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Direktorat PAUD, 2005 dalam Yamin ( 2010: 1), menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang Anak dan Cara Deteksi Dini menggunakan KPSP Sasaran : Keluarga Bapak S Hari/Tanggal : Senin, 01 Agustus 2016 Tempat : Rumah Bapak S Waktu : Pukul

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN. By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN By: IRMA NURIANTI. SKM, M.Kes Definisi ANAK DULU: < 12 THN; < 15 THN; < 16 THN UU Tenaga Kerja, UU Perkawinan [UU No. 9 TAHUN 1979 ttg Kesejahteraan Anak: USIA < 21 thn dan

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Dani Agus Triana Putriningtyas 201510104379

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena anak mulai menerima berbagai macam bentuk rangsangan serta proses pembelajaran. Masa ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses perkembangan pada anak di usia tiga tahun pertama terjadi sangat cepat dan merupakan masa yang paling sensitif karena masa tersebut dikaitkan dengan the golden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kunci pembangunan bangsa di negara berkembang, termasuk di Indonesia adalah sumber daya manusia (SDM). Terciptanya keberhasilan pembangunan berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAAN IBU TENTANG TAHAPAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU NUSA INDAH DESA PELEMKEREP KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati 1, dan Devi Rosita 2 INTISARI Dari data BKKBN

Lebih terperinci

MINI PROJECT. Pendamping: dr. Diah Palupi Handayani NIP:

MINI PROJECT. Pendamping: dr. Diah Palupi Handayani NIP: PEMAPARAN MATERI DAN LOKA-KARYA STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) BAGI GURU-GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) MINI PROJECT Disusun

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA 1 SAMBUTAN Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan SDM seutuhnya dimana untuk mewujudkan manusia Indonesia yang berkualitas harus dimulai sejak usia dini. Berbagai studi menunjukkan bahwa periode

Lebih terperinci

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI

REPI SEPTIANI RUHENDI MA INTISARI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERKEMBANGAN MOTORIK BALITA USIA 3-5 TAHUN DI POSYANDU DESA CISAYONG WILAYAH KERJA PUSKESMAS CISAYONG KABUPATEN TASIKMALAYA REPI SEPTIANI RUHENDI MA0712020 INTISARI Setiap

Lebih terperinci

Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak

Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Peningkatan Ketrampilan Guru Paud Dalam Melakukan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ulfatul latifah 1, Indah siloka Dina 2, Mutiarawati 3 1,2,3 Program Studi DIII Kebidanan, Politeknik

Lebih terperinci

PELAYANAN BAYI No Dokumen : No. Revisi : SOP Tanggal Terbit : Halaman :

PELAYANAN BAYI No Dokumen : No. Revisi : SOP Tanggal Terbit : Halaman : PELAYANAN BAYI 1 Pengertian Pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang diberikan oleh tenaga kesehatan. 2 Tujuan Meningkatkan akses bayi terhadap kesehatan dasar, untuk mengetahui sedini mungkin bila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) mengamanatkan bahwa pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kementrian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertumbuhan dan perkembangan pada masa pra sekolah merupakan tahap dasar yang sangat berpengaruh dan menjadi landasan untuk perkembangan selanjutnya (Adriana, 2013).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014).

BAB II TINJAUAN TEORI. suatu rumah tangga. Keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anaknya. deteksi dan intervensi dini (Soetjiningsih, 2014). digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pendampingan Orangtua Keluarga merupakan suatu ikatan antara dua orang atau lebih yang terikat dalam kelahiran, perkawinan, atau adopsi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan yang digunakan adalah case control untuk mempelajari hubungan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yaitu konvensi tentang hak-hak penyandang difabilitas, telah diratifikasi oleh Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan toddler. Anak usia toddler yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn ¹Yuanita Lely Rachmawati, ²Dyah Nawang Palupi, ³Delfi Fitriani

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn ¹Yuanita Lely Rachmawati, ²Dyah Nawang Palupi, ³Delfi Fitriani Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 POS DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG KOMPREHENSIF DI KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG ¹Yuanita Lely Rachmawati, ²Dyah Nawang Palupi, ³Delfi Fitriani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa Pos Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dengan segala hasil yang ingin dicapai, di setiap negara membutuhkan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Dalam era globalisasi diperlukan sumber

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2

Lebih terperinci

Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita

Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita Sosialisasi Buku Pedoman Pelaksanaan DDTK di tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar Kerjasama Departemen Kesehatan RI dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah pusat kegiatan masyarakat dimana masyarakat dapat memperoleh pelayanan Keluarga

Lebih terperinci

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG, Menimbang : a. bahwa kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN Endah Purwaningsih, Yunita Trihapsari ABSTRAK Program Stimulasi, Deteksi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lebih setengah abad Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya tetapi berbagai permasalahan yang sangat mendasar, terutama dalam upaya mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika S E K O L A H T I NG G I I L M U SY EDZ N A SA I K E S E H AT A N T I K A Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika http://syedzasaintika.ac.id/jurnal Volume 7, Nomor 2, Desember 2016 HUBUNGAN

Lebih terperinci

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Oleh : Suyanti ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Proses pertumbuhan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN LAYANAN SOSIAL DASAR DI POS PELAYANAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. No.289, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG BAYI 0-6 BULAN MENURUT STATUS ASI DI PUSKESMAS TELAGA BIRU PONTIANAK

TUMBUH KEMBANG BAYI 0-6 BULAN MENURUT STATUS ASI DI PUSKESMAS TELAGA BIRU PONTIANAK 44 hlm. 39-44 1 TUMBUH KEMBANG BAYI 0-6 BULAN MENURUT STATUS ASI DI PUSKESMAS TELAGA BIRU PONTIANAK Dini Fitri Damayanti Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Pontianak, Jl. dr. Soedarso Pontianak e-mail

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 4-5 TAHUN DI KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 4-5 TAHUN DI KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN TAHAP PENCAPAIAN TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 4-5 TAHUN DI KELURAHAN MEDONO KOTA PEKALONGAN Sudirman, Hartati, Ayu Wulansari Prodi Keperawatan Pekalongan Poltekkes Kemenkes

Lebih terperinci

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG TUMBUH KEMBANG DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Oleh : Yuyun Wahyu Indah Indriyani ABSTRAK

Lebih terperinci

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI I. IDENTITAS LOKASI 1. Provinsi : Tulis nama dan kode provinsi dari Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Dari data Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Berat Badan Lahir Cukup (BBLC) a. Definisi Berat badan lahir adalah berat badan yang didapat dalam rentang waktu 1 jam setelah lahir (Kosim et al., 2014). BBLC

Lebih terperinci

GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH

GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH GAMBARAN PERBEDAAN PERTUMBUHAN ANAK BATITA YANG DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DIGAMPONG LAMBHUK KOTA BANDA ACEH RADIAH ADAWIYAHˡ ˡMahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh Intisari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi dini untuk mengetahui masalah atau keterlambatan tumbuh kembang sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian pertumbuhan

Lebih terperinci

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan secara etimologis berasal dari kata kembang yang artinya maju, menjadi lebih baik. Perkembangan secara termitologis adalah proses kualitatif yang

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN FAKTOR POSTNATAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI WILAYAH LAMPUNG UTARA Ricca Dini Lestari*, Nora Isa Tri Novadela* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang e-mail

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN UKURAN ANTROPOMETRI ANAK BALITA DI POSYANDU BALITAKU SAYANG KELURAHAN JANGLI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ali Rosidi, Agustin Syamsianah Prodi S1 Gizi Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahapan perkembangan merupakan tingkatan tumbuh dan kembangnya anak menjadi seorang yang terampil dan cakap dalam komunikasi maupun bergerak. Perkembangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa bayi dan balita merupakan periode emas dalam kehidupan sehingga menjadi masa yang sangat penting dan perlu perhatian serius, karena pada masa ini berlangsung

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA Siti Nur Kholifah, Nikmatul Fadillah, Hasyim As ari, Taufik Hidayat Program Studi D III Keperawatan Kampus Sutopo Jurusan

Lebih terperinci

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA 03 SERI BACAAN ORANG TUA Manfaat Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrem. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu rendah serat dan tinggi kalori,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu prioritas Kementrian Kesehatan saat ini adalah meningkatkan status kesehatan anak khususnya bayi dan balita. Masih tingginya kesakitan dan kematian yang terjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR

HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR Wa Ode Sri Asnaniar 1, Magfira B. Lasini 2 1 Program Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI

Lebih terperinci

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG I. Karakteristik Kader : 1. Umur : 2. Pendidikan : 3. Pekerjaan ; 4. Lama tugas Menjadi

Lebih terperinci

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan KMS Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan,

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG 4 Rizal ABSTRAK Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Posyandu Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

BAB I PENDAHULUAN. diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terutama pada kelompok yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan pertumbuhan anak yang optimal, sehingga sejak dini, deteksi, stimulasi dan intervensi berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran seorang anak atau bayi merupakan dambaan setiap keluarga. Setiap keluarga menginginkan anak yang dilahirkannya mampu tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization (WHO) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19

Lebih terperinci

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016 PEMBERDAYAAN POTENSI DAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM RANGKA MENCAPAI DERAJAT KESEHATAN BAYI DENGAN MENGGALAKKAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional yang perlu dan mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok masa yang dianggap kritis sekaligus masa keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila ditinjau dari kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pertumbuhan (growth) merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tumbuh Kembang Anak Prasekolah 1. Defenisi Tumbuh Kembang 1.1 Defenisi Pertumbuhan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua kata yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511)

PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511) PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DINAS KESEHATAN KOTA PUSKESMAS PEKAUMAN Jl. KS. Tubun No. 1 Banjarmasin Telp (0511) 3272105 HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN HAMBATAN PELAKSANAAN KEGIATAN UKM KEGIATAN PHN No

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu) 1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis

Lebih terperinci