PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. manusia disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PALANGKA RAYA

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perkotaan secara keseluruhan yang dipengaruhi oleh. keadaan alam (Yudohusodo, 1991). Dengan semakin tingginya tingkat

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Sudirman Green Office

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Pranata Pembangunan Pertemuan 14 Penertiban Kaki lima

PEMBERITAHUAN KEPADA SELURUH AHLIWARIS TPU TANAH KUSIR

RENTAL OFFICE DI DEPOK

- BAB II - TINJAUAN JUDUL

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1999 TENTANG BANK INDONESIA [LN 1999/66, TLN 3843]

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan jumlah kendaraan roda empat dari tahun ke tahun terus

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. Setelah Jakarta kian sesak akibat maraknya pembangunan properti, apartemen pun merambah daerah di luar Ibu Kota Jakarta yaitu Bekasi,

Konversi bangunan tua bersejarah

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KAMPUNG PULO DENGAN PENDEKATAN PERILAKU URBAN KAMPUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN. lima jalan Kapten Muslim Kota Medan. Kajian penelitian ini dilatar belakangi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Marina Central Place di Jakarta Utara (Sebagai Lokasi Sentral Bisnis dan Wisata Berbasis Mixed Use Area)

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PELAYANAN PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

SEBARAN CEMARAN AIR PT. BATAMTEX BERDASARKAN PERPSEPSI MASYARAKAT DI WILAYAH INDUSTRI BABADAN, UNGARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan populasi penduduk di Indonesia dan seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN DAN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2007

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA DENGAN PENENKANAN DESAIN MODERN-GREEN Sevi Maulani, 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I. Jakarta berbondong-bondong untuk tinggal, belajar, dan bekerja di ibukota. Hal ini

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN [LN 1992/53, TLN 3481]

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2003 Seri : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

POKOK-POKOK PENGETAHUAN TENTANG RUMAH SUSUN. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Pemerataan pembangunan yang belum terlaksana di Indonesia menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

Skripsi Program Studi Teknik Arsitektur

Bab I. Pendahuluan. Selatan, pemerintah telah membuat kebijakan dan program yang tertuang dalam

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Persoalan tempat tinggal masih menjadi masalah pelik bagi penduduk di

Transkripsi:

PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Studi Kasus: Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya Anggraeni Dyah S. Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Budi Luhur Jl. Raya Ciledug Petukangan Utara Jakarta Selatan 12260 E-mail : eni_ds@yahoo.com Abstract Development era resulted in changes in people's lives, one on economic aspects. Over time, the economic aspects of architecture can affect the development of the surrounding environment. Like the change in land use due to the economic demands of society. In this study we will analyze land use changes from residential to commercial function in the way of Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya. By analyzing changes in land use from residential to commercial function in residential areas, it can produce an input to the planning and design of settlements in Indonesia. Key Words Land use, Residential building, Commercial building, Bintaro Jaya. A. Latar Belakang S I. PENDAHULUAN eiring berkembangnya jaman, dunia arsitekturpun turut mengembangkan sayapnya. Hal ini dapat terlihat pada pengembangan perencanaan dan perancangan arsitektur di Kota Jakarta. Dan pada kenyataannya, pengembangan perencanaan dan perancangan arsitektur tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi dapat juga memberikan dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari pengembangan perencanaan dan perancangan arsitektur adalah timbulnya perubahan fungsi bangunan dari hunian menjadi komersial yang sudah tidak sesuai lagi dengan tata guna lahan. Hal ini dikarenakan perencanaan dan perancangan lokasi pemukiman yang kurang mempertimbangkan perkembangannya di masa yang akan datang. Pada kenyataanya, pemanfaatan fungsi hunian menjadi fungsi komersial merusak estetika peruntukan bangunan dan lingkungan. Karena itu, pemerintah kota Jakarta kini sedang gencar menerapkan aturan pelarangan pemakaian fungsi hunian menjadi fungsi komersial. Bagi warga yang melanggar izin mendirikan bangunan terpaksa diajukan ke pengadilan agar memberikan efek jera demi taat aturan dalam mendirikan bangunan. Tetapi yang disayangkan penertiban terhadap pelanggaran tata guna lahan baru dilaksanakan di wilayah Perubahan Fungsi Hunian Menjadi Fungsi Komersial 27

ibukota, sehingga pemukiman di wilayah pinggir kota masih melakukan pelanggaran tersebut. Sehingga bangunan dengan fungsi hunian yang berubah menjadi fungsi komersial marak di Perumahan Bintaro Jaya, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Bangunan yang dialihfungsikan menjadi tempat usaha tersebut dapat dengan mudah ditemui di sepanjang jalan utama di perumahan tersebut, seperti dijadikan rumah makan, laundry, salon dan spa hingga butik yang menjual pakaian.namun instansi terkait semisal Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BP2T) seolah menutup mata meskipun sudah mengetahui kondisi tersebut. Seperti yang terjadi pada pemukiman di jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya, dimana fungsi hunian berubah menjadi fungsi komersial akibat adanya pengaruh lingkungan sekitar. Walaupun pengembang Bintaro Jaya telah menyediakan fasilitas komersial berupa ruko (rumah toko) yang tersebar merata dibeberapa titik, tetapi masyarakat tetap lebih senang memfasilitasi hunian mereka dengan area dagang. Menurutnya, kondisi tersebut sudah berlangsung lama sehingga pihaknya kesulitan untuk melakukan penertiban. Pihaknya, lanjutnya, hanya akan meminta kepada pengelola tempat usaha tersebut 28 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010 untuk mengurus perizinannya. Karena sudah berlangsung lama, alih fungsi perumahan di Bintaro tidak dapat dibongkar. Kalau ditertibkan, maka hampir semua rumah di sana tutup. BP2T Kota Tangsel sedang mengusahakan agar pengelola tempat usaha mengurus izinnya sehingga bisa menambah PAD (Pendapatan Asli Daerah)[1]. Gambar 1. Hunian Dengan Fasilitas Komersil Menghadapi fenomena tersebut, maka akan diadakan penelitian untuk mengetahui penyebab terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial di jalan Bintaro utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya. Dimana hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan masukan bagi perencanaan dan perancangan pemukiman di Bintaro Jaya pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. B. Permasalahan Memang sudah seharusnya fungsi hunian tidak mengalami perubahan Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur

menjadi fungsi komersial sesuai dengan Perda No 7 Tahun 1991. Dengan demikian maka dilakukan penelitian pada Jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya, mengingat adanya beberapa perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial. Studi untuk mengetahui landasan terjadinya perubahan fungsi bangunan, meliputi pertanyaan penelitian: Apa penyebab terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial? Dari pertanyaan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan suatu pernyataan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: Penyebab Terjadinya Perubahan Fungsi Hunian Menjadi Fungsi Komersial jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya. C. Maksud & Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah: Mengetahui penyebab terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial. di Tujuan dari penelitian ini adalah: Memberikan masukan bagi perencanaan dan perancangan pemukiman di Bintaro Jaya pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Sasaran dari penelitian ini adalah: Perencanaan dan perancangan pemukiman di Indonesia sesuai dengan fungsinya. Lingkup penelitian ini adalah pemukiman di jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya. II. METODE PENELITIAN & PENCARIAN DATA Metode penelitian yang digunakan adalah Fenomenologi. Pengertian fenomenologi adalah ilmu tentang interpretasi gejala-gejala. Teori-teori yang berada dalam tradisi ini berusaha mengungkapkan bagaimana manusia menginterpretasikan dan mempersepsikan peristiwa-peristiwa ataua gejala-gejala berdasarkan pengalaman subyektifnya[2]. Gejala yang dipelajari adalah[2]: 1. Ke-Apa-an Diskripsi mengenai objek yang sedang di bicarakan, lebih mengarah ke fungsinya. 2. Ke-Ada-an Diskripsi mengenai bagaimana mengadakan objek tersebut, lebih mengarah ke fisik, atau bahan pembentuknya (Procemic). 3. Ke-Hadir-an Diskripsi mengenai dimana objek tersebut biasanya ada dan hadir atau tempat objek tersebut muncul. Metode pencarian data yang digunakan adalah : 1. Survey Pengamatan secara langsung di lapangan. 2. Wawancara Wawancara langsung dengan pemilik masing-masing hunian. Perubahan Fungsi Hunian Menjadi Fungsi Komersial 29

3. Data Literatur 30 Literatur pendukung yang terkait dengan topik pembahasan serta hasil evaluasi dan analisa yang dilakukan. III. PELANGGARAN TATA GUNA LAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIAL Tata Guna Lahan ( land use) adalah suatu upaya dalam merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dll[3]. Bangunan fungsi hunian (rumah tinggal) adalah bangunan yang dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu[4]. Sedangkan bangunan fungsi komersial (tempat usaha) adalah bangunan yang menghasilkan finansial. Peraturan dan sangsi terhadap pelanggaran tata guna lahan fungsi hunian menjadi komersial adalah : 1. Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang di dalamnya diatur pelanggaran fungsi penggunaan bangunan akan dikenakan sanksi administratif berupa denda Rp l,5 miliar atau kurungan selama 3,5 tahun. 2. Peraturan daerah nomor 7 tahun 1991 tentang ketentuan mendirikan bangunan di DKI Jakarta, surat Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010 keputusan gubernur nomor 1068 tentang petunjuk pelaksanaan penertiban bangunan. Sedangkan ancaman pidananya diatur dalam peraturan daerah (perda) nomor 1 tahun 2008 tentang perubahan atas ketentuan pidana dalam perda nomor 22 tahun 1999 dengan ancaman pidana denda maksimal Rp 5 juta atau 3 bulan kurungan[5]. Tujuan utama desain rencana tata ruang wilayah adalah memberikan lingkungan yang nyaman dengan dibangunnya sarana penunjang seperti jalan raya yang disesuaikan dengan beban lingkungan. Jika beban yang diemban berlebih, maka akan menimbulkan kekacauan. Jika sudah terlanjur parah, akan sulit mengembalikan kawasan menjadi nyaman. IV. PEMUKIMAN DI JALAN BINTARO UTAMA 3, SEKTOR 3 BINTARO JAYA A. Deskripsi Umum Lokasi penelitian: Jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya, bangunan: 55 unit. Gambar 2. Jln Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur

B. Perubahan Fungsi Hunian Menjadi Fungsi Komersial Sebagai Kota Meropolitan, Jakarta memusatkan perkembangannya untuk sarana kegiatan masyarakat. Dan kawasan hunianpun tumbuh bergeser ke pinggir Kota, seperti Bintaro Jaya yang terletak diperbatasan Tangerang dan Jakarta Selatan. Dengan segala fasilitasnya, kawasan Bintaro Jaya menjanjikan kenyamanan bagi para penghuninya untuk melakukan berbagai aktivitas tanpa harus keluar dari kawasan tersebut, sebagai perwujudan menuju kota mandiri. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan masyarakatpun meningkat, fasilitas yang disediakan menjadi tidak mencukupi. Ditumpangi nilai efisiensi dan efektifitas, masyarakat memanfaatkan kawasan hunian sebagai fungsi komersil seperti pendidikan, perkantoran dan perdagangan. Hal ini bagaikan jamur yang terus berkembang sepanjang jalan utama Bintaro Jaya, seperti pemandangan yang terlihat pada jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya. Diawali pada tahun 2000, dengan berubahnya salah satu fungsi hunian menjadi fasilitas cetak foto, pada akhirnya memancing tumbuhnya fasilitas komersial yang lebih bervariasi. Dan hingga kini telah berkembang menjadi 22 bangunan komersial diantara 33 bangunan hunian yang tetap bertahan. Data bangunan di jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya : Bangunan hunian : 33 unit. Bangunan pendidikan : 5 unit. Bangunan perkantoran : 9 unit. Bangunan pertokoan : 8 unit. Hunian : Komersial : 33 : 22. Gambar 3. Bangunan Pendidikan Perubahan Fungsi Hunian Menjadi Fungsi Komersial 31

mendirikan bangunan di DKI Jakarta serta surat keputusan gubernur nomor 1068 tentang petunjuk pelaksanaan penertiban bangunan, ternyata belum ampuh untuk menghilangkan pemandangan jamur yang tak sedap sepanjang jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya. Hal ini Gambar 4. Bangunan Perkantoran disebabkan karena belum tegasnya sikap pemerintah dan pengembang dalam menjalankan sangsi pada setiap pelanggaran hukum. C. ANALISA PERUBAHAN FUNGSI HUNIAN MENJADI FUNGSI KOMERSIL Analisa terhadap perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersil pada kawasan jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya: 1. Lokasi kawasan yang strategis. Ciri dari kebudayaan adalah berkembang pada ruang / geografis tertentu. Perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial karena lokasi pemukiman di jalan Bintaro Utama3, Sektor 3 Bintaro Jaya terletak pada ruang / geografis yang strategis untuk pengembangan perdagangan, yaitu Gambar 5. Bangunan Pertokoan Mencium hal ini, pengembang Bintaro Jaya telah menambahkan fasilitas terletak di jalan utama yang dilalui oleh kendaraan umum menuju ke sentra perdagangan mal dan ruko Bintaro Jaya. komersial berupa ruko yang tersebar di beberapa sektor. Didukung Undang- Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Daerah nomor 7 tahun 1991 tentang ketentuan 32 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010 Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur

Bintaro Jaya dalam memberikan sangsi terhadap perubahan tersebut. Gambar 6. Peta lokasi jalan Bintaro Utama 3, Sektor 3 Bintaro Jaya 2. Aspek ekonomi. Aspek ekonomi yang mendorong terjadinya perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial adalah harga jual dan sewa bangunan komersial yang disediakan pengembang relatif lebih tinggi dibandingkan harga renovasi hunian menjadi komersial. Ditambah aspek ekonomi lain adalah adanya orientasi ke depan dan peningkatan taraf hidup, melahirkan perubahan fungsi hunian menjadi fungsi komersial dengan prospek bisnis masa dengan yang lebih menguntunkan. 3. Belum ada pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran peraturan. Adanya perubahan terlebih dahulu dari fungsi hunian menjadi fungsi komersial di jalan Bintaro Utama 5 yang belum mengalami tindak tegas terhadap pelanggaran Peraturan Daerah nomor 7 tahun 1991, mendorong masyarakat di jalan Bintaro Utama3 mengikuti perubahan tersebut. Selain itu didukung juga dengan tidak adanya sikap tegas pengembang V. KESIMPULAN Perubahan bangunan dengan fungsi hunian menjadi fungsi komersial di wilayah perkotaan umumnya disebabkan karena lokasi kawasan yang strategis di jalan utama yang dilalui oleh kendaraan umum. Selain itu cepatnya perkembangan perekonomian yang menimbulkan persaingan ketat di bidang perniagaan serta adanya prinsip ekonomi Dengan modal yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan hasil yang sebesarbesarnya, menjadi landasan keberanian masyarakat untuk melakukan pelanggaran tersebut. Hal ini juga didukung tidak adanya sikap tegas pemerintah dalam menindaki setiap pelanggaran. Dengan demikian hal ini diharapkan dapat menjadi suatu masukan bagi perencanaan dan perancangan pemukiman di wilayah perkotaan. REFERENSI [1]... ; Banyak Rumah menjadi Tempat Usaha ; www.radarbanten.com. [2] Suryandari, P.; Fenomenologi ; Bahan Ajar Teori Ruang Bentuk dan Tatanan. [3]... ; Tata Guna lahan ; http://kwalabekala.usu.aciid. Perubahan Fungsi Hunian Menjadi Fungsi Komersial 33

[4]... ; Pengertian Rumah ; http://id.wikipidea.org. [5] Suta Widhya, Hans ; Rumah Jadi Tempat Usaha Terancam Masuk Penjara ; Bataviase.co.id ; 10 Desember 2009. 34 Arsitron Vol. 1 No. 1 Juni 2010 Fakultas Teknik Universitas Budi Luhur