Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian I

dokumen-dokumen yang mirip
Bali. Pola Tata Ruang Tradisional

BAB V ARAHAN PELESTARIAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI AGA DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang -1-

Identifikasi Perubahan Tatanan Spasial Karang di Desa Taro Kelod Gianyar Bali

AKULTURASI BUDAYA PADA MASYARAKAT MUSLIM DESA PEGAYAMAN BULELENG BALI. L. Edhi Prasetya

KONSEPSI POLA TATA RUANG PEMUKIMAN MASYARAKAT TRADISIONAL PADA HOTEL RESORT DI TOYABUNGKAH KINTAMANI

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB VII LAMPIRAN DAN KESIMPULAN

Keselarasan dan Keragaman Keruangan Permukiman Masyarakat Bali di Desa Wia-Wia, Kec. Poli-Polia, Kab. Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA

POLA PENATAAN RUANG UNIT PEKARANGAN DI DESA BONGLI TABANAN

KARAKTERISTIK RUANG TRADISIONAL PADA DESA ADAT PENGLIPURAN, BALI Characteristic of Traditional Space in the Traditional Village of Penglipuran, Bali

Sangamandala Oleh: I Made Pande Artadi, S. Sn., M. Sn

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang pemilihan kawasan

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

POLA RUANG PERMUKIMAN DAN RUMAH TRADISIONAL BALI AGA BANJAR DAUH PURA TIGAWASA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

Gubahan Bentuk Taman dan Bentuk Ruang Taman Kiriman; Drs. I Gede Mugi Raharja, M.Sn., Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar.

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

Arsitektur Tradisional ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI. Pola Tata Ruang Tradisional. Dasar Konsep Ruang. Tri Hita Karana

LAPORAN PENELITIAN IMPLEMENTASI NILAI NILAI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI DALAM RUMAH TINGGAL PERKOTAAN. ( Kasus Rumah Tinggal Orang Bali di Kupang )

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pariwisata. Menurut Peraturan daerah Provinsi Bali Nomor 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Konstruksi identitas jender, Putu Wisudantari Parthami, 1 FPsi UI, Universitas Indonesia

METAMORFOSA HUNIAN MASYARAKAT BALI

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERGESERAN KONSEP MORFOLOGI PADA DESA BALI AGA Studi Kasus: Desa Bayung Gede dan Desa Panglipuran

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)

Konservasi Nilai-nilai Hunian Bali Aga (Bali Kuno) dalam Wisata Budaya di desa Penglipuran, Bangli

KARAKTERISTIK BANGUNAN BALE METEN, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA

BAB VIII PENUTUP Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Bali sebagai bagian dari Kebudayaan Indonesia yang bersifat Binneka Tunggal Ika (Berbedabeda

Pola Spasial Permukiman Tradisional Bali Aga di Desa Sekardadi, Kintamani

KEARIFAN EKOLOGI MASYARAKAT BAYUNG GEDE DALAM PELESTARIAN HUTAN SETRA ARI-ARI DI DESA BAYUNG GEDE, KECAMATAN KINTAMANI, KABUPATEN BANGLI

POLA PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN DESA TENGANAN BALI

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. gb Peta Kawasan Wisata Pantai Lebih Gianyar Bali Sumber. Brosur Kabupaten Gianyar

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini disebabkakan oleh kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, manfaat, dan keaslian penelitian yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Revolusi Mental adalah Gerakan untuk rnengubah cara pikir, cara kerja, cara hidup dan sikap serta perilaku

PERUBAHAN ARSITEKTUR TRADISIONAL HUNIAN DESA BAYUNG GEDE, BANGLI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Rumah Tinggal Dengan Gaya Arsitektur Bali Modern Di Denpasar

Kesimpulan. Bab Sembilan. Subak sebagai organisasi tradisional yang memiliki aturan (awigawig)

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Kelahirannya dilatarbelakangi oleh norma-norma agama, dan dilandasi adat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

DAFTAR ISI. Halaman. PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. ABSTRAK...iii. ABSTRACT... iv. PERNYATAAN... v. KATA PENGANTAR vi. DAFTAR ISI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. memiliki keterkaitan dengan topik dari permasalahan yang akan dikaji.

Pelestarian Permukiman Tradisional di Desa Adat Sukawana Kecamatan Kintamani, Kabupanten Bangli, Provinsi Bali

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SUBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN a. Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 2.1 Lokasi dan Keadaan Geografi Desa Penglipuran

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii

BAB I PENDAHULUAN. : Desa Sesandan dan Wanasari.

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM MEMPERKUAT KETAHANAN SOSIAL BUDAYA MELALUI KONSEP AJARAN TRI HITA KARANA. Ni Wayan Suarmini * Abstrak

Pola Ruang Pura Kahyangan Jawa Timur dan Bali Berdasarkan Susunan Kosmos Tri Angga dan Tri Hita Karana

Gambar 2.12 Tata letak Pura dengan sistem zoning tri mandala Sumber: Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Udayana.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Laurens, 2007) mendefinisikan Behavioral Setting sebagai suatu

PERUBAHAN POLA TATA RUANG PADA KARANG 1 DESA ADAT JATILUWIH DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Latar belakang merupakan

EKSPRESI KERUANGAN BUDAYA LOKAL: Tinjauan Diakronik Spasial Permukiman Desa Adat Kesiman, Denpasar Bali

DESA ADAT LEGIAN DITINJAU DARI POLA DESA TRADISIONAL BALI

RUANG IDEAL BALI DALAM TEKANAN GLOBALISASI

DESAIN RUMAH BALI KONTEMPORER YANG BERBASIS KONSEP TRI MANDALA

BAB VI KESIMPULAN. tenggara Pulau Bali. Dari Pulau Bali, Nusa Lembongan hanya bisa ditempuh

DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA

PERPEKTIF RUANG SEBAGAI ENTITAS BUDAYA LOKAL Orientasi Simbolik Ruang Masyarakat Tradisional Desa Adat

BAB 1 PENDAHULUIAN 1.1 Analisis Situasi Letak Geografis

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

berbentuk persegi panjang yaitu memanjang dari selatan ke utara. Di desa ini

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 perkembangan pesat terjadi dalam bidang 4T

ABSTRAK. Kata Kunci: pendidikan, Pasraman, pengetahuan, agama Hindu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. potensi wisata, yaitu potensi fisik dan potensi budayayang bisa dikembangkan dengan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH KARAKTERISTIK LINGKUNGAN SOSIAL PERKOTAAN TERHADAP KONSEP PEMBANGUNAN PURA ADHITYA JAYA DI RAWAMANGUN JAKARTA

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

David J. Stuart Fox, penulis buku Pura Besakih; Pura, Agama,

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya harus dipertahankan secara optimal, dijaga daya dukungnya secara

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) D-95

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Hita Karana

KOSMOLOGI TATA RUANG PERMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

PENDAHULUAN. Peningkatan Produksi, Kesehatan dan Kualitas Pendidikan Masyarakat. Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

MAKNA BUDAYA PADA SISTEM ZONASI DAN SIRKULASI RUMAH TRADISIONAL DI DESA UBUD KELOD, BALI

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

Transkripsi:

Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Bagian I Kajian Fungsi, Bentuk Dan Makna Angkul-Angkul Rumah Adat Penglipuran Di Desa Adat Penglipuran - Kecamatan Kubu Kabupaten Bangli Kiriman: Ida Bagus Purnawan, Dosen PS. Desain Interior ISI Denpasar Abstract : Rumah adat penglipuran di desa adat penglipuran kecamatan kubu, kabupaten Bangli merupakan kompleks pemukiman tradisional terpadu dan mempunyai keunikan arsitektur yang keberadaannya masih tetap terjaga sampai saat ini. Angkul angkul di desa adat penglipuran dalam tata ruang pemukiman terkait dengan tata kondisi lingkungan alami menganut konsep Tri Hita Karana, adat istiadat, kehidupan social masyarakat dengan konsep Desa Kala Patra yang berorientasi pada Tri Mandala, Tri Angga dan Bhuanaanda serta system kemasyarakatannya berpedoman pada konsep Tat Twam Asi. Angkul angkul rumah adat penglipuran merupakan cerminan masyarakat gotong royong dan mempunyai nilai kebersamaan dan kesederhanaan dalam bentuk atau wujud dari angkul angkul tersebut seragam dan tidak memiliki nilai perbedaan, baik bahan maupun besarnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metide kualitatif yang dipayungi oleh Ilmu Kajian Budaya ( cultural studies ) terutama kajian budaya makna simbolik. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk memporoleh pengetahuan secara empiris melalui pengamatan langsung dengan kaidah kaidah perancanagan tata ruang dan mempelajari nilai fungsi, bentuk dan makna dari angkul angkul yang merupakan komponen bangununan dalam pekarangan rumah adat di desa penglipuran. Dari hasil penelitian diketahui bahwa rumah adat penglipuran menjaga kelestarian alam lingkungannya sejalan dengan konsep konsep tata ruang pemukiman yang hiharkinya adalah nilai makna yang terkandung dalam Tri mandala ; Utama mandala, madya Mandala, Nista Mandala. Berdasarkan Fungsi, bentuk dan Maknanya. Fungsi angkul angkul di desa penglipuran dimana orang yang akan masuk kepekarangan rumah dapat dicapai dengan bebas dan terbuka, Bentuk angkul angkulnya tidak memiliki aling-aling dan tidak memiliki pintu, makna yang terkandung adalah mereka dalam suatu pekarangan dan dalam satu kawasan adalah milik bersama masyarakat adat penglipuran. Angkul-angkul desa adat penglipuran memiliki bentuk, motif, letak dan ukuran yang sama serta seragam di seluruh pekarangan perumahan, sehingga konsep pemukiman rumah adat penglipuran tidak memiliki perbedaan status social dan mereka adalah satu dalam kebersamaan. Keyword : Rumah adat, adat istiadat, identitas angkul - angkul dan nilai kebersamaan Pendahuluan Desa Adat Penglipuran dibentuk pada jaman Bali Mula, Masyarakat desa adat penglipuran mengakui bahwa leluhur mereka berasal dari Desa Bayung Gede Kintamani. Penglipuran ini berasal dari kata Lipur yang berarti Menghibur hati, jadi penglipuran artinya Tempat untuk menghibur hati sambil bekerja di ladang, lama kelamaan menjadilah Penglipuran. Para pemuka adat setempat menuturkan bahwa nama Penglipuran mengandung makna Pengeliling Pura, sebuah tempat suci untuk mengenang lelulur. Konon penduduk desa penglipuran pernah diminta bantuannya oleh Raja Bangli untuk bertempur melawan kerajaan Gianyar, karena keberaniannya, penduduk desa diberikan jasa oleh raja Bangli berupa tanah yang lokasinya sekarang disebut desa adat Penglipuran. Desa adat Penglipuran berkembang dari tradisi yang dibawa dari Kebudayaan Bali Aga ( Bali Mula ). Seiring dengan masuknya jaman Bali Aga perkembangan kebudayaan dengan membentuk benda-benda alam dalam susunan yang harmonis dalam fungsinya menjaga keseimbangan manusia dengan lngkungannya. Semakin berkembangnya jaman maka kebudayaan Bali Aga dipengaruhi dengan perkembangan jaman Bali Arya dengan pembaharuan kebudayaan dibidang social dan ekonomi dengan menonjolkan bidang Budaya Arsitektur dengan pengkajian dan pemahaman bidang ilmu bangunan dan pemukiman seperti adanya Lontar- lontar Asta Bumi dan Asta Kosali sebagai pedoman teori pelaksanaan bidang Arsitektur. Ditinjau dari aspek geografis desa adat penglipuran terdiri dari satu banjar adat dan termasuk dalam batas administratif pemerintahan wilayah desa Kubu, kecamatan Kubu, Kabupaten Bangli. Desa adat penglipuran memiliki luas wilayah 160,627 hektar denga rincian sebagai berikut : Pekarangan 14,805 Hektar, Tegalan : 49,47 hektar, Laba Pura : 15 hektar, Kuburan : 0.70 Kektar, Hutan 75 hektar dan lain-lainnya 5.4 hektar. Desa adat Penglipuran terletak 5,5 km sebelah Utara Kota Bangli, serta memiliki batas-batas fisik wilayah sebagai berikut ;

Sebelah Utara : Desa Adat Kayang Sebelah Timur : Desa Adat Kubu Sebelah Selatan : Desa Adat Gunaksa Sebelah Barat : Desa Adat Cekeng Desa adat penglipuran terletak 500 600 meter di atas permukaan laut, Suhu rata-rata 18 o 32o Celcius, dengan curah hujan rata-rata setiap tahunnya antara 2.000 2500 milimeter per tahun, sehingga daerah ini termasuk dalam katagori wilayah sejuk dan meliliki cadangan air dlam jumlah cukup besar. ( Sumber Data Kantor kepala desa penglipuran ) Desa penglipuran adalah merupakan Desa Adat sehingga memiliki Hak Otonomi yang memiliki kontribusi yang sangat besar membantu pemerintahan Desa baik dalam pembangunan fisik dan non fisik. Kelembagaan Desa Adat penglipuran secara Struktur Vertikal dan horizontal terdiri dari kelompok kelompok profesi / fungsional dengan pokok pokok pelaksanaan tugas sebagai prejuru desa adat. Krama desa adat penglipuran terdiri dari : Krama Pengarep dan Krama Pengerob. Krama Pengarep merupakan keluarga yang mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk menyungsung Pura Kahyangan Tiga, karma pengerep menurut awig awig mereka menempati karang Ayahan Desa. Kewajiban karma pengarep adalah menyungsung pura dan melola asset aset desa adat serta membayar iuran ( urunan ) dan karma Pengerob adalah keluarga Desa adat yang membantu keluarga pengarep untuk ngayah ( gotong royong ) keluarga pengerob terdiri dari Sekehe Baris dgn tugas mengatur kelangsungan upacara berupa tari- tarian, Sekehe Gong bertugas untuk mengatur gambelan dalam pelaksanaan upacara, Sekehe Pratengan bertugas sebagai juru masak dalam persiapan upacara dan sekehe Taruna/ni adalah warga desa yang belum menikah. Awig awig desa adat Penglipuran adalah Hukum Adat yang harus dijalankan oleh seluruh warga desa adat, dimana dalam pengendalian daerah territorial kependudukan mereka diatur untuk tidak kawin dengan penduduk tetangga yang berada disekitar desa Batur Kintamani, Kubu Bangli dan desa Tanggahan Gunung Bangli Mereka juga dilarang melaksanakan perkawinan antar warga yang laki-laki tinggal berhadapan atau tinggal disebelah Utara Gadis. Dengan awig awig dan Tatanan Ruang Adat inilah kenapa peneliti menulis fungsi, Bentuk dan Makna Angkul angkul rumah adat di desa adat penglipuran. Kajian Pustaka Arsitektur Tradisional Bali Arsitektur Tradisioanal Bali adalah perwujudan ruang untuk menampung aktivitas kehidupan manusia dengan pengulangan pengulangan bentuk dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan sedikit atau tanpa perubahan sama sekali, dilandasi oleh norma-norma dan potensi alam lingkungannya ( gelebet, 1982:10 ) Terkait dengan definisi arsitektur tradisional Bali ada beberapa pendapat mengenai hal tersebut, dimana arsitektur Tradisional Bali diartikan sebagai Tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun temurun dengan segala aturan yang diwarisi dari jaman dahulu sampai perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada naskah dlm lontar Ashta Kosal-kosali sampai pada adanya penyesuaian penyesuaian oleh para undagi yang masih selaras dengan petunjuk petunjuk yang dimaksud ( Tim Perumus PU : 1984 : 11 ) Jadi pengertian Arsitektur Tradisional Bali adalah perwujudan ruang untuk menampung aktivitas kehidupan manusia dengan pengulangan bentuk dari generasi ke generasi dengan dilandasi dan dilatarbelakangi norma-norma agama, kepercayaan dan adat kebiasaan setempat, dalam pedoman pelaksanaannya terkandung berbagai aturan, ketentuan, ketetapan dan berbagai penataan lainnya yang merupakan factor factor pelindung dalam perkembangannya. Landasan dasar, filosofi dan konsep Arsitektur Tradisioanl Bali

Agama Hindu sebagai system relegi yang dianut sebagian besar penduduk Bali, berkembang dan mendasari setiap kegiatan adat istiadat masyarakatnya. Sebagai landasan setiap pelaksanaan ajaran agama Hindu terdapat Tiga Kerangka Dasar Agama Hindu yaitu : Tattwa ( Filsafat ), Susila ( Etika ) dan Ritual ( upakara ). Ketiga kerangka tersebut memiliki hubungan timbal balik dan menjiwai setiap pelaksanaan serta gerak langkah masyarakat Hindu di Bali. Penekanan Utama dalam Arsitektur Tradisional Bali adalah : Tri Hita Karana Adalah keseimbangan kosmik sebagai upaya mewujudkan keselarasan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam lingkungannya untuk mencapai kebahagian dan kesejahteran jasmani maupun rohani. Dalam penjabaran keseimbangan sikap hidup masyarakat Bali secara spesifik adalah : Filosofi Arsitektur Tradisonal Bali yang merupakan penyeibangan, penyelarasan dan integritas Tiga Unsur alam sebagai sumber kesejatraan yaitu ; Ke Tuhan an ( Parahyangan ) manusia ( Pawongan ) dan Lingkungan fisik ( Palemahan ) Dalam kehidupan manusia filosofi tersebut diterjemahkan menjadi landasan kesempurnaan hidup yaitu ; Jiwa, raga dan tenaga. Kehidupan Spiritual, komunal dan material yang proposional dam teritorial fungsional. Dalam Konsep Pemukiman adalah kahyangan, banjar dan bebanjaran yaitu ; tempat pemujaan, hunian dan lahan mata pengcaharian dan dalam konsep rumah tinggal menjadi Merajan, natah dan lebuh. Lingkungan fisik ( pelemahan ) dalam bentuk teritorial atau pekarangan dibagi kedalam Tiga Kawasan yang disebut TRI MANDALA, yaitu : Utama Mandala, Madya Mandal dan Nista Mandala. Penampilan fisik arsitektur juga dibagi menjadi Tiga Unsur yaitu ; Lepala, Badan dan Kaki. Filosofi dan Konsepsi keselarasan antara manusia dengan Arsitektur dan anatra Arsitektur dengan lingkungan, baik fisik alamiah maupun buatan termasuk dalam Inti Arsitektur, sedangkan Gaya atau Langgam ( Style ) dihayati secara visual ( Putra, 1998 : 45 ) Tat Twam Asi Secara harfiah diartikan sebahgai AKU adalah ENGKAU, ENGKAU adalah AKU merupaka sikap hidup yang memandang keragaman dalam suatu kesetaraan dan pencerminan pribadi terhadap sesame manusia dan lingkungannya. Rwa Bhineda Merupakan konsep Dwi Tunggal, unsur unsur dari tata nilai berbeda yang berbanding terbalik sepert ; Purusa pradana, Lingga yoni, samara ratih, kangin kauh dan segara gunung Bhuana Agung Bhuana Alit Bhuana Agung ( Macrocosmos ) merupakan alam jagat raya berserta isinya, Bhuana Alit ( Microcosmos ) dianalogkan sebagai fisik manusia. Kedua system kosmik tersebut terdapat Tiga struktur ruang secara vertical yang dianlogikan sebagai Tiga Dunia ( Tribhuana ) yaitu : Bhur loka ; bumi dan alam lingkungannya sebagai alam paling bawah, kemudia alam tengah sebagai lam ro-roh terdiri dari zat-zat cair da cahaya ( Bhuah loka ) serta Swah loka atau alam atas adalah alamnya para dewa-dewa dipenuhi unsure cahaya ( Raharja, 2001 : 7 ) Desa, Kala, Patra Diartikan sebagai Ruang, Waktu dan Situasi atau Tempat, Periode dan Kondisi. Merupaka penyadaptasian terhadap unsur unsur ruang arsitektur terhadap Waktu / periode, situasi dan kondisi setempat. Sehingga akan terciptanya karya arsitektur yang peduli dan dengan lingkungan ( Sulistyawati, 1996 : 5 ) Manik Ring Cacupu Pengungkapan Tata nilai dari bagian fisik alam yang mewadahi manusia selaku isinya, kekayaan alam yang terbatas mampu memenuhi segala kebutuhan umat manusia, namun harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Karya Arsitektur haruslah menyikapi

alam beserta isinya untuk mampu bertahan dan mencapai keharmonisan ( sulistyawati, 1996 : 5 ) Dewata Nawa Sanga Merupakan orientasi kosmis yang meliputi Sembilan Penjuru mata angina yaitu Kangin ( Timur ) dewanya Iswara, Kauh/ Barat dewanya Mahadewa, Kaja/ Utara dewanya Wisnu, Kelod / Selatan dewanya Brahma, Kaja- kangin / Timur Laut dewanya Sambu, Kelod Kangin/ Tenggara dewanya Maheswara, Kelod-Kauh/ Barat Daya dewanya Rudra dan Kaja Kauh / barat Laut dewanya sangkara dan Tengah dewanya adalah Ciwa. Sembilan arah tersebut masing-masing memiliki karakter yang spesifik ( Sulistyawati, 1996: 5 ) Dari landasan dasar dan konsep filosofi yang dijadikan dasar perancangan memuat hal-hal prinsip dalam penerapa konsep tersebut diantaranya adalah ; Andabhuana ( Bhuanaanda ) Konsep ruang di Bali berorientasi pada potensi dalam setempat ( local oriented ) Orientasi ruang tersebut mengacu pada arah langit Bumi ( Akasa Pertiwi ), orientasi dua arah yaitu sumbu Kaja Kelod, yang berdasarkan pada orientasi arah gunung di utara dan laut di selatan. Orientasi Kangin kauh ( timur barat ) yang merupakan sumbu ritual didasarkan pada system peredaran matahari, terbit dan terbenam. Dari konsep ini tergambar sebagai berikut : Gambar 1. Poros Gunung - Laut ( konsep segara gunung ) Sumber : Gelebet, 1984

Gambar 2. Poros Matahari Terbit dan Terbenam Sumber : Gelebet, 1984