MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12

dokumen-dokumen yang mirip
MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12

KONFLIK & MENGELOLA KONFLIK DALAM ORGANISASI

Mengelola Budaya Organisasi

Def e i f n i i n s i i s Pe P ng n o g r o g r a g ni n s i asia i n

JUMLAH MAHASISWA-I DALAM 1 KELOMPOK 3-5 ORANG PKM 3 ALTERNATIF MASALAH BISNIS PER KELOMPOK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok-kelompok

MENGELOLA LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Proyek Konstruksi. Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan,

MENGELOLA PERUBAHAN ORGANISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Yogi Suwarno, SIP. MA. Disampaikan pada PENINGKATAN KAPASITAS SUPERVISI MANAJER PD PAL JAYA Jakarta, 14 Agustus 2010

DIMENSI STRUKTUR ORGANISASI. Materi : 4

KONFLIK DAN STRES KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu Pengaruh Konflik Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Atri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan. Pendidikan bermutu di era global dituntut akrab dengan

PENERAPAN PANCASILA SILA KE-3 DALAM KEHIDUPAN DI MASYARAKAT

Majamenen Konflik Dalam Sebuah Organisasi

Kuesioner Variabel Independen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja lebih tinggi daripada jumlah masukan individual (Stephen, Timothy

Organizational Theory & Design

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui

BAB I. saling tergantung dengan melakukan tugas-tugas terspesialisasi dalam suatu. pembagian kerja (Friedson 1976; Durkheim 1984). Friedson (1976:310)

MANAJEMEN KONFLIK DALAM ORGANISASI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI INISIASI KEEMPAT: BIROKRASI ORGANISASI

HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN MANAJEMEN PERTEMUAN 13

KONFLIK DALAM KEPEMIMPINAN

HUBUNGAN SERIKAT KARYAWAN - MANAJEMEN

ASUMSI DAN PROSES KONFLIK

By: IDA NURNIDA. School of Communication &

Pengaruh Sumber Konflik Terhadatl Kineria Karvawan ( Maabula arochrnan )

1. TERDIRI DARI HUB PEKERJAAN DAN KELOMPOK PEKERJAAN YANG RELATIF TETAP DAN STABIL. 2. KEPUTUSAN MANAJERIAL MENENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

MANAJEMEN KONFLIK OLEH : PROF. DR. SADU WASISTIONO, MS

LATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT LANJUT (LKTL) LGM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Tanggal, 10 s/d 12 April 2015 MANAJEMEN KONFLIK

STRES. Adalah respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi.

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

DAFTAR TABEL. 9. Tanggapan Responden Terhadap Mengenai Diperbolehkan. Memberikan Ide Baru Tanggapan Responden Tentang Manajer Mendukung

Organizations & Structures

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merriam Webster dalam (Zangaro, 2001), menyimpulkan definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Organizational Citizenship Behavior. Menurut Organ, Podsakoff, & MacKinzie (2006), organizational

MANAJEME N KONFLIK. Mury Ririaty, S.KM.,M.Kes. Manajemen Konflik

KUESIONER. 1 Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas dan rinci? V

Sedangkan konflik yang optimal terjadi pada kondisi B, di mana tingkat. konflik yang terjadi cukup untuk mencegah adanya stagnasi, mendorong adanya

KOMPENSASI / IMBALAN

Mengelola Budaya Organisasi

DESAIN ORGANISASI. Oleh: Retno Dayu Wardhani. BDK Cimahi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Fakultas Komunikasi dan Bisnis Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan

2017, No Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 T

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

PERTEMUAN VIII,IX POLA ORGANISASI DAN PROSES ORGANISASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV EFEKTIVITAS KERJA SAMA KOPERASI SYARIAH BEN IMAN DENGAN YAYASAN YATIM MANDIRI DALAM PROGRAM BUNDA YATIM SEJAHTERA

Bab 13. Manajemen Konflik 1

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEFINISI KONFLIK. Pengertian konflik dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, yaitu :

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

Permasalahan Umum yang Sering Terjadi pada Perusahaan

MANAJEMEN KONFLIK. Disusun: Ida Yustina, Prof. Dr.

1. Peran individu dalam organisasi olahraga. 2. Menjelaskan tentang perilaku organisasi.

MANAJEMEN KONFLIK ENI WIDIASTUTI

I. PENDAHULUAN. perubahan dan globalisasi pasar, perkembangan teknologi yang sangat pesat,

STREES? STREES KERJA & KONFLIK. Sumber Stress. Dampak Stress 1/3/2012 STRESS PDB M13

Motivasi penting dikarenakan :

BAB II URAIAN TEORITIS

Motivasi : proses yg berperan pada intensitas, arah, dan lamanya berlangsung upaya individu, ke arah pencapaian sasaran.

LD NO.2 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK NEGOSIASI dan PENYELESAIAN KONFLIK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

MODUL HUMAN RELATIONS (3 SKS) Oleh: Wihartantyo Ari Wibowo, ST, MM

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses

7. STRUKTUR DAN ANATOMI ORGANISASI

KEPEMIMPINAN dan KERJA SAMA TIM

Makalah Manajemen Konflik

MENGELOLA PERUBAHAN ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

PERATURAN DAERAH KUANTAN SINGINGI NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

MOTIVASI. MOTIVASI keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk mencapai tujuan

BAB II LANDASAN TEORI. manusia, benda, situasi dan organisasi. Dalam organisasi pengendalian

Tantangan Dasar Desain Organisasi

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

PENJELASAN TENTANG ANGGARAN

ETIKA DI PANGSA PASAR

PERANAN KELOMPOK INFORMAL DI DALAM PROSES PENGENDALIAN MANAJEMEN HAMIDAH. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masyarakat mengenai peningkatan kualitas dalam pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

Transkripsi:

MENGELOLA KONFLIK ORGANISASI MATERI 12

LATIHAN Ê KERJAKAN PER KELOMPOK Ê MENGGUNAKAN FORMAT MS. POWER POINT Ê KIRIM KE EMAIL asta_p80@yahoo.com SEBELUM JAM 24.00 WIB Ê KOORDINATOR KELOMPOK à KOORDINATOR KELAS à DOSEN

TUGAS Ê CARI 1 ARTIKEL TENTANG KONFLIK DALAM DUNIA BISNIS DARI SUMBER INTERNET (BISA NASIONAL/ INTERNASIONAL) 2014 / 2015 Ê CARI SUMBER ARTIKEL DARI WEBSITE BEREPUTASI (DILARANG DARI BLOG) Ê KONFLIK INTERNAL ORGANISASI Ê CANTUMKAN SUMBERNYA DARI MANA Ê LENGKAP BERIKUT GAMBAR & ATAU VIDEO Ê ANTAR KELOMPOK HARUS BEDA KASUSNYA

JAWAB DAN JELASKAN PERTANYAAN BERIKUT SECARA SIMPEL DAN LENGKAP Ê KONFLIK APAKAH YANG TERJADI? Ê SIAPAKAH &/ APAKAH PEMICU KONFLIK? Ê APAKAH SUMBER PENYEBAB KONFLIK? ( TEMUKAN DARI 11 JENIS PENYEBAB KONFLIK DARI SLIDE DIBAWAH INI DAN BUKU PEGANGAN MANA YANG TERMASUK YANG MANA?) KENAPA? (JELASKAN SESUAI DENGAN TEORI DAN PEMIKIRAN LOGIS YANG MASUK AKAL, BOLEH MENGGUNAKAN CONTOH/ PERUMPAMAAN UNTUK MEMPERJELAS) Ê APAKAH ADA HAL LAIN YANG MUNGKIN DAPAT MENGAKIBATKAN KONFLIK DIMASA YANG AKAN DATANG?APA?

DEFINISI KONFLIK Ê PANDANGAN TRADISIONAL Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.

Ê PANDANGAN INTERACTIONIST Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis diri, dan kreatif.

SUMBER KONFLIK 1. SALING KETERGANTUNGAN PEKERJAAN 2. KETERGANTUNGAN PEKERJAAN 1 ARAH 3. DIFERENSIASI HORISONTAL YG TINGGI 4. FORMALISASI YG RENDAH 5. KETERGANTUNGAN PADA SUMBER BERSAMA YG LANGKA

6. PERBEDAAN DLM KRITERIA EVALUASI DAN SISTEM IMBALAN 7. PENGAMBILAN KEPUTUSAN PARTISIPATIF 8. KEANEKARAGAMAN ANGGGOTA 9. KETIDAKSESUAIAN STATUS 10. KETAKPUASAN PERAN 11. DISTORSI KOMUNIKASI

SALING KETERGANTUNGAN PEKERJAAN Kesaling tergantungan pekerjaan merujuk kepada sejauh mana dua unit dalam sebuah organisasi saling tergantung satu sama lain pada bantuan, informasi, kerelaan, atau aktivitas koordinasi lain untuk menyelesaikan tugas masing- masing secara efektif.

KETERGANTUNGAN PEKERJAAN 1 ARAH Ê Sumber konflik ini berlawanan dengan kesalingtergantungan, ketergantungan satu arah berarti keseimbangan kekuasaan telah bergeser ke salah satu kelompok. Prospek dari munculnya konflik dalam kondisi seperti ini pasti lebih tinggi karena unit yang dominan mempunyai dorongan yang sedikit saja untuk bekerja sama dengan unit yang berbeda di bawahnya.

DIFERENSIASI HORISONTAL YG TINGGI Ê Makin besar perbedaan yang terdapat di antara unit, makin besar pula kemungkinan timbulnya konflik. Jika unit- unit dalam organisasi amat didiferensiasi, maka tugas yang dilakukan masing- masing unit dan sub lingkungannya yang ditangani oleh masing- masing sub unit cenderung tidak sama. Hal ini pada gilirannya, akan mengakibatkan terjadinya perbedaan internal yang cukup besar diantaranya unit- unit.

FORMALISASI YG RENDAH Ê Peraturan dibuat untuk mengurangi konflik dengan mengurangi kedwiartian. Formalisasi yang tinggi membangun cara- cara yang distandarisasi bagi unit- unit untuk saling bergaul. Penetapan mengenai peran harus jelas sehingga para anggota unit tersebut mengetahui apa yang diharapkan dari yang lain. Sebaliknya, jika formalisasi itu rendah, potensi terjadinya pertikaian mengenai batas- batas kekuasaan akan meningkat.

KETERGANTUNGAN PADA SUMBER BERSAMA YG LANGKA Ê Potensi konflik dipertinggi jika dua unita atau lebih bergantung pada pool sumber yang langka seperti ruang gerak fisik, peralatan, dana operasi, alokasi anggaran modal. Potensi tersebut meningkat lebih lanjut jika anggota- anggota unit merasakan bahwa kebutuhan individualnya tidak dapat diperolehnya dari pool sumber daya yang tersedia ketika kebutuhan unit lain dipernuhi. Jika unit- unit merasakan situasi tersebut sebagai zero- sum, apapun yang anda peroleh berasal dari saya- anda dapat memperkirakan bahwa konflik antar unit, impian tentang hal- hal yang besar, memonopoli sumber daya, dan prilaku lainnya kemungkinan akan mengurangi keefektifan organisasi.

PERBEDAAN DLM KRITERIA EVALUASI DAN SISTEM IMBALAN Ê Makin banyak evaluasi dan imbalan manajemen yang menekankan prestasi setiap departemen secara terpisah- pisah dari pada secara gabungan, maka makin besar pula konfliknya.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PARTISIPATIF Ê Demokrasi dan konflik merupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Dalam situasi seperti itu setiap anggota organisasi mempunyai peluang yang cukup besar untuk diikutkan dalam proses pengambilan keputusan. Proses partisipatif memberi kesempatan yang lebih besar untuk mengutarakan perselisihan yang ada dan untuk menimbulkan ketaksepakatan. Penelitian menunjukkan bahwa interaksi yang tinggi yang terjadi dalam partisipasi dapat memperkeras perbedaan ketimbang memudahkan koordinasi dan kerja sama. Hasilnya adalah perbedaan opini yang lebih besar serta kesadaran yang lebih besar tentang konflik. Dalam banyak hal, intensitas konflik tersebut mungkin tidak lebih besar setelah partisipasi dibandingkan sebelumnya, tetapi hal itu cenderung untuk memindahkan konflik dari yang laten ke yang terbuka.

KEANEKARAGAMAN ANGGGOTA Ê Makin homogen anggota, makin besar kemungkinan mereka bekerja dengan tenang dan bersama- sama, makin heterogen anggota makin kecil kemungkinan mereka bekerja dengan tenang dan bersama- sama. Heterogenitas bisa berupa latar belakang, nilai- nillai, pendidikan, umur dan pola- pola sosial. Ê Selaras dengan hipotesis diatas, kita dapat menjamin bahwa masa kerja sebuah kelompok akan berhubungan secara terbalik dengan konflik. Artinya, makin lama para anggota menjalin kerja sama, maka makin besar pula kemungkinannya bahwa mereka akan bergaul dengan baik pula.

KETIDAKSESUAIAN STATUS Ê Konflik terstimulus jika terjadi ketaksesuaian dalam penilaian status atau karena adanya perubahan dalam hirarki status. Jhon A. Seiler (1963 :32) menemukan, peningkatan konflik ditemukan jika tingkat dimana status pribadi, atau bagaimana orang melihat pribadinya sendiri, dan tingkat dari perwakilan dari departemen berbeda dalam urutan tingkatan dimensi status. Dimensi tersebut antara lain lamanya masa kerja, umur, pendidikan, dan upah.

KETAKPUASAN PERAN Ê Yang dekat dengan ketaksesuaian status adalah ketakpuasan peran.. Jika seseorang merasa bahwa ia berhak mendapatkan promosi untuk mencerminkan rekor keberhasilannya, maka ia menderita ketakpuasan peran maupun ketaksesuaian status yang dipersepsikan. Namun, pada bagian ini, kami ingin menekankan bahwa cara orang mempersepsikan dirinya sendiri dalam posisi masing- masing dapat cukup mempengaruhi prestasi mereka dan dengan demikian potensi bagi timbulnya konflik antara mereka dengan teman sejawatnya dalam unit mereka dan unit- unit yang berdampingan.

DISTORSI KOMUNIKASI Ê Salah satu sumber konflik yang sering dikemukakan adalah kesukaran dalam komunikasi. Kasus yang jelas adalah komunikasi vertical dan horizontal, yang mana dalam proses komunikasi tersebut sering terjadi kedwiartian dan distorsi. Ê Disamping itu kesukaran semantic seringkali menjadi masalah dalam organisasi. Kesukaran itu menghalangi komunikasi yang penting bagi uasaha kerja sama diantara unit- unit. Kesukaran semantic dapat disebabkan oleh pendidikan, latar belakang dan proses sosialisasi yang dilalui para anggota unit yang berbeda- beda.

TEKNIK RESOLUSI 1. TUJUAN SUPERORDINATE 2. MENGURANGI KESALINGTERGANTUNGAN ANTAR UNIT 3. PERLUASAN SUMBER DAYA 4. PEMECAHAN MASALAH BERSAMA 5. SISTEM NAIK BANDING 6. WEWENANG FORMAL 7. INTERAKSI YG MAKIN BERTAMBAH 8. KRITERIA EVALUASI UNTUK SELURUH ORGANISASI & SISTEM PEMBERIAN IMBALAN 9. MEMBAURKAN UNIT YG BERKONFLIK

TUJUAN SUPERORDINATE Ê adalah tujuan bersama yang dianut oleh dua unit atau lebih yang memaksakan dan sangat menarik dan yang tidak dapat dicapai dengan sumber- sumber dari unit mana saja secara terpisah. Teknik resolusi ini dimulai dengan sebuah definisi dari tujuan yang dipunyai bersama dan pengakuan bahwa tanpa bantuan dari pihak- pihak yang saling bertentang maka tujuan itu tidak dapat dicapai.

MENGURANGI KESALINGTERGANTUNGAN ANTAR UNIT Ê Teknik ini pada umumnya digunakan jika konflik bersumber dari saling ketergantungan mutual dan satu arah. Penyangga (buffer), misalnya, dapat diperkenalkan untuk mengurangi saling ketergantungan tersebut. Jika Output dari unit A adalah input untuk unit B, maka B bergantung pada unit A. jika A terlambat maka B juga akan terganggu. Salah satu solusinya adalah dengan membuat suatu persediaan (inventory) dari output A sebagai suatu penyangga.

PERLUASAN SUMBER DAYA Ê Jika konflik muncul karena kelangkaan sumber daya, maka cara termudah untuk memecahkan konflik tersebut adalah adalah melalui perluasan sumber daya yang tersedia. Hal ini mungkin tidak diinginkan oleh pihak lain yang berada di luar konflik, tetapi kekuatan terbesarnya sebagai sarana untuk memecahkan masalah adalah dalam kemampuannya untuk memungkinkan masing- masing pihak yang berkonflik untuk memperoleh kemenangan. Ê Memperluas sumber daya sebagai suatu penyelesaian konflik akan sangat berhasil karena membuat pihak- pihak yang berkonflik puas. Namun kegunaannya dibatasi oleh sifat dari keterbatasan yang terdapat didalamnya, sumber daya organisasi jarang sekali terdapat dalam jumlah yang dapat diperluas dengan mudah.

PEMECAHAN MASALAH BERSAMA Ê Teknik ini menuntut pihak- pihak yang berkonflik untuk saling bertemu dan mencari penyebab yang menjadi dasar dari konflik mereka dan bertanggung jawab bersama untuk keberhasilan resolusinya. Metode ini telah dinyatakan sebagai metode yang paling sehat untuk memecahkan konflik antar kelompok. Pemecahan masalah, dengan metode ini mencoba untuk menekankan yang positif dengan menonjolkan pandangan yang sama dari pihak yang berkonflik. Karena hampir setiap masalah selalu terdapat celah yang memungkinkan pihak yang berselisih bersepakat. Hal ini yang sering dilupakan oleh pihak- pihak yang berkonflik.

SISTEM NAIK BANDING Ê Resolusi konflik dapat ditangani dengan menciptakan saluran formal agar keluhan dapat di dengar dan ditanggapi. Organisasi yang mempunyai serikat pekerja merupakan contoh yang sangat baik untuk teknik naik banding untuk mengatasi masalah antara pekerja dan manajemen dengan membawa permasalahan ketingkat manajemen yang lebih tinggi. Namun dalam kondisi tertentu, dalam upaya naik banding dan permasalahan belum terselesaikan maka upaya penyelesaannya pada umumnya memerlukan pihak ketiga yang bisa bersikap netral. Bahkan organisasi tertentu menciptakan posisi untuk seorang ombudsman (seorang yang diangkat perusahaan untuk menangani perselisihan).

WEWENANG FORMAL Ê wewenang yang dipunyai supervisor terhadap pihak yang berkonflik cukup penting dan penggunaannya demikian meluas sehingga dapat dianggap sebagai sebuah teknik resolusi tersendiri. Individu dalam organisasi, dengan sedikit pengecualian, mengakui dan menerima wewenang dari atasan mereka sebagai cara yang dapat diterima untuk memecahkan konflik. Meskipun mereka mungkin tidak sepakat dengan keputusan tersebut, namun mereka tunduk kepadanya.

INTERAKSI YG MAKIN BERTAMBAH Ê Interaksi yang terus menerus akan mengurangi konflik, karena dengan berinteraksi mereka akan menemukan kepentingan dan ikatan yang sama yang dapat memudahkan kerja sama.

KRITERIA EVALUASI UNTUK SELURUH ORGANISASI & SISTEM PEMBERIAN IMBALAN Ê Jika pemisahan evaluasi dan imbalan menciptakan konflik, manajemen harus mempertimbangkan ukuran prestasi yang mengevaluasi dan memberi imbalan kepada unit- unit yang bekerja sama. Penghapusan situasi zero- sum dapat menguntungkan. Dengan memastikan, misalnya, bahwa kendali mutu, auditing, dan fungsi kebijaksanaan lainnya dievaluasi untuk kontribusi pencegahan dalam menemukan kesalahan akan mengurangi konflik. Selain itu, pelembagaan seluruh organisasi, pembagian keuntungan atau perencanaan pemberian bonus akan membantu meningkatkan orang bahwa perhatian utama organisasi adalah pada keefektifan keseluruhan sistem, bukan pada salah satu unit saja.

MEMBAURKAN UNIT YG BERKONFLIK Ê Teknik ini menawarkan solusi dengan menyarankan salah satu fihak yang berkonflik memperluas batas- batasnya dan menyerap sumber kejengkelannya, atau mereka meng- coopt pihak lawan / pengkritik dengan membaurkan mereka ke dalam sistem itu. Misalnya, bagaimana sistem sekolah dasar dan menengah menggunakan teknik yang sama jika mereka mengizinkan orang- orang yang kritis terhadap kurikulum untuk turut serta dalam meninjau kembali dan mengevaluasi program dan kebijaksanaan tersebut.