BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dan keadaban demi kesejahteraan umat manusia dengan kecerdasan akal.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan masa peralihan untuk menuju kedewasaan, dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Skor Tes Awal Xi (Pre-Test) Perilaku Sopan Santun Siwa. Skor Pre-Tes. No

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU SOPAN SANTUN MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA

UPAYA MENINGKATKAN SOPAN SANTUN BERBICARA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Budi Pekerti merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk di

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (dalam Prayitno & B. Manullang, 2011:47). Universitas Negeri Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Ia hanya dapat hidup berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

JURNAL EFFECT OF GROUP COUNSELING SERVICES USING THE IMPROVEMENT ETIQUEETTE SOCIODRAMAS CLASS VIII SMPN 2 SAID ACADEMIC YEAR 2015/2016

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG SOPAN SANTUN MELALUI PELATIHAN ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sikap merupakan etika, sopan dan santun yang termasuk didalamnya

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik yang mempunyai latar belakang yang berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan suatu masa dalam kehidupan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB III PELAKSANAAN EVALUASI RANAH AFEKTIF DAN PROBLEMATIKANYA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NASIMA SEMARANG

ETIK UMB ETIKA PERGAULAN. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

Bimbingan Kelompok Bagi Siswa Disekolah. Nartoyo ( ) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah elemen yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana

PENDEKATAN KONSELING HUMANISTIC UNTUK MENINGKATKAN SIKAP SOPAN SANTUN PADA SISWA KELAS VIII H SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

DIAN NURSEHA SMK N 23 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian di teruskan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus di bentuk untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MATA PELAJARAN. Pengembangan Diri 13. Bimbingan dan Konseling B 14. Ketrampilan Menjahit B 15. Olahraga B 16. Keagamaan B 17.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB V FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT INTERNALISASI NILAI- NILAI AGAMA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER RELIGIUS SISWA DI SMP NEGERI 26 SURABAYA.

BAB I PENDAHULUAN. dengan gerakan, tidak sekedar sikap atau ucapan. berusaha mewujudkan dalam perbuatan dan tindakan sehari hari.

ETIK UMB PENGEMBANGAN WAWASAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume, SE. MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Pertemuan ke-1 dan ke-2

BAB I PENDAHULUAN. pembaharuan di bidang pendidikan telah dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan

PEDOMAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hindam, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pembinaan akhlak karimah. terhadap Allah SWT di SMP Islam Al Azhaar Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB IV PAPARAN DATA. Paparan data disini merupakan uraian yang disajikan untuk mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat internasional diperlukan suatu sistem yang mengatur bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berbudaya, bangsa yang baik adalah bangsa yang beradab ( Alam, S 1989 : 4 ). Manusia yang peradabannya masih rendah adalah manusia yang masih sangat primitif, oleh karena itu di setiap bangsa yang mempunyai peradaban, anak anak sejak kecil sudah dididik untuk mengenal etiket ( Sopan - santun ) (Alam, S 1989 : 3). Menurut Uno. R (2009 : 4) etiket berasal dari bahasa prancis, etiquette, yakni aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. Demikian pula halnya dengan bangsa indonesia, dimana merupakan bangsa yang berdasarkan Pancasila dan mengutamakan etiket (sopan-santun), artinya memberikan pedoman atau norma-norma (Alam, S 1989 : 3). Dalam setiap pergaulan, baik berteman, bermasyarakat, bahkan berbangsa, dibutuhkan suatu etiket ( Sopan santun ) sebagai alat menilai baik buruknya suatu tindakan. Dalam dunia pendidikan pun demikian, karena etiket (sopansantun) merupakan hal yang paling mendasar yang menjadi pegangan seorang pelajar dalam bersosialisasi dengan masyarakat (Bertens, 2007 : 9). Etiket pergaulan setiap individu akan tampak pada perilaku sehari hari, karena etiket memberikan gambaran tentang sopan - santun yang dapat dinilai berdasarkan norma norma yang ada di masyarakat. 1

Menurut Uno, R (2004 : 86) etiket pergaulan perlu diterapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di lingkungan sekolah; (2) Berperilaku dan bertutur kata yang sopan, baik di dalam kelas dan di luar kelas, baik kepada teman sebaya, adik kelas dan guru yang ada disekolah; (3) Tidak meludah disembarang tempat; (4) Tidak kentut di hadapan teman; (5) Saling menghargai dan menghormati sesama teman; (6) Tidak menguap terlalu lebar dihadapan teman; (7) Tidak saling mengejek nama orang tua; (8) Memberikan contoh yang baik dalam berperilaku kepada adik tingkat, teman setingkat, dan kakak tingkat; (9) Menegur teman yang lagi berbuat salah. Menurut (Alwi : 2013) dampak dari pembiasaan berperilaku baik tersebut berpengaruh pada tiga hal yaitu: (a) Pikiran, siswa mulai belajar berpikir positif (positif thinking). (b) Ucapan, perilaku yang sesuai dengan etiket adalah tutur kata siswa yang sopan, misalnya mengucapkan salam kepada guru atau tamu yang datang, menegur guru, berbicara kepada guru ketika proses belajar mengajar, berbicara kepada adik tingkat, kakak tingkat, dan mengucapkan terima kasih jika diberi sesuatu serta meminta maaf jika melakukan kesalahan, berkata jujur, dan sebagainya. (c) Tingkah laku, artinya bahwa tertuju pada tingkah laku yang benar, yang sesuai dengan etiket pergaulan sehari hari. Hanum, F (2009 : 2) dalam penelitiannya menyatakan untuk menjaga hubungan pergaulan yang baik dengan teman, rekan kerja dan orang lain harus menerapkan etiket pergaulan yang berhubungan dengan komunikasi yang efektif, yaitu bertutur sapa yang sopan, berbicara tidak berlebihan, berbahasa tidak kasar, tidak menjadi propokator, menciptakan imej yang positif dengan melihat latar belakang budaya yang berbeda didalam berbicara. Makna etiket pergaulan harus dipahami dan diaplikasikan didalam lingkungan siswa yang realitanya lebih banyak siswa yang tidak sadar dan tidak mengetahui makna etiket pergaulan, sehingga ada saja siswa-siswi yang tidak memiliki sikap yang baik, seperti siswa yang tidak memiliki etiket pergaulan, siswa yang lebih menyukai hidup dengan bebas, pergaulan bebas antara siswa dengan siswi, tidak mengikuti peraturan yang berlaku dimana hal tersebut merupakan salah satu hal yang tidak mengindahkan makna dari etiket pergaulan. 2

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti Senin, 6 Januari 2014 Pukul 10.00 WIB di SMP Ar-Rahman Full Day School Medan Helvetia adalah banyak siswa yang bertingkah laku tidak sopan terhadap teman seperti berbahasa kasar contohnya mengatakan bodoh kepada temannya, menghina teman contohnya mengatakan jelek atau bagian kekurangan fisiknya, mengejek nama orang tua, kurang menghargai pendapat teman, suka memotong pembicaraan orang lain contohnya ketika temannya menyatakan pendapat langsung disalahkan dengan teman yang lain, meludah didepan teman, memukul teman dan adik tingkat, dan tidak permisi ketika lewat didepan kakak kelas. Hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru BK SMP Ar-Rahman Full Day School Medan yang bernama Bapak Miswanto, S.Pd pada Senin, 6 Januari 2014 pukul 10.00 WIB didapatkan hasil bahwa cukup banyak siswa kelas VIII-b dan VIII-c yang mempunyai masalah etiket pergaulan. Hal ini diperkuat dengan laporan kepada guru BK bahwa dari beberapa guru mata pelajaran mengatakan bahwa siswa kelas VIII-C masih banyak yang terlihat tidak saling menghargai pendapat temannya didalam kegiatan belajar mengajar salah satu contohnya yaitu saat melakukan diskusi kelompok, ada siswa yang mengemukakan pendapatnya tetapi sebagian temannya tidak setuju dengan pendapat yang dikemukakan temannya itu, sebagian temannya langsung menyalahkan dengan bahasa yang tidak sesuai diungkapkan didalam kelompok diskusi. Kenyataan tersebut didukung dari hasil daftar chek list yang dilaksanakan pada tanggal 6 januari 2014 sampai dengan 11 januari 2014 khususnya pada siswa 3

kelas VIII, diketahui bahwa hampir 80% dari 74 siswa di SMP Ar-Rahman Full Day School Medan yang mempunyai rendahnya kemampuan etiket pergaulan. Kasus diatas dapat diatasi dengan beberapa cara salah satu cara untuk membantu meningkatkan etiket pergaulan siswa adalah melalui bimbingan dan konseling, dalam bimbingan dan konseling terdapat pula yaitu layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling individu, bimbingan kelompok, konseling kelompok. Didalam penelitian ini peneliti mengambil layanan bimbingan kelompok. Menurut Sukardi dan Kusmawati (2008 : 10) bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Menurut Gazda (1978) dalam Prayitno dan Amti. E (2004 : 309) kegiatan bimbingan kelompok adalah kegiatan yang berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan, pekerjaan, pemahaman pribadi. Informasi tersbut diberikan terutama dengan tujuan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri individu dan pemahaman terhadap orang lain. Bimbingan kelompok memiliki beberapa teknik diantaranya yaitu teknik home room, diskusi kelompok, psikodrama, sosiodrama, karya wisata dan organisasi murid, peneliti cenderung mengambil teknik sosiodrama. Sosiodrama menurut Ahmadi, A dan Supriyono, W (2004 : 123) adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk bermain peran/mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti 4

yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari hari di masyarakat dan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia. Berdasarkan alur pikiran diatas diketahui bahwa layanan bimbingan kelompok dengan teknik sosiodrama dapat digunakan dalam penelitian desain eksprimental untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa. Mengacu pada uraian di atas, maka judul yang di angkat penulis adalah Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Sosiodarama Untuk Meningkatkan Etiket Pergaulan Siswa Kelas VIII SMP Ar- Rahman Full Day School Medan Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti diuraikan di atas, maka yang menjadi identikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Siswa berbahasa kasar terhadap teman, adik kelas dan kakak kelas. 2. Siswa sering meludah didepan teman 3. Siswa menghina teman 4. Siswa kentut didepan teman 5. Siswa mengejek nama orang tua teman 6. Siswa menguap di depan teman 7. Siswa tidak minta permisi ketika lewat kakak kelas 8. Rendahnya kemampuan siswa dalam memahami etiket pergaulan 9. Kurang aktifnya layanan bimbingan kelompok di sekolah 10. Guru kurang memahami layanan bimbingan konseling 11. Jumlah guru bimbingan dan konseling terbatas 5

1.3. Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan layanan bimbingan kelompok melalui teknik sosiodrama dengan tahap-tahap pelaksanaan teknik sosiodrama dan rancangan pelaksanaan layanan untuk acuan peneliti didalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok terhadap etiket pergaulan pada siswa kelas VIII di SMP Ar- Rahman Full Day School Medan Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4. Perumusan Masalah Adapun permasalahan dalam penelitian di atas adalah: Apakah ada pengaruh layanan bimbingan kelompok melalui teknik sosiodrama terhadap etiket pergaulan pada siswa kelas VIII di SMP Ar- Rahman Full Day School Medan Tahun Ajaran 2013/2014.? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah peneitian di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: a. Tujuan Umum Secara umum peneliti bertujuan untuk Untuk meningkatkan etiket pergaulan siswa kelas VIII di SMP Ar- Rahman Full Day School Medan melalui bimbingan kelompok teknik sosiodrama dan implementasinya dalam sikap seharihari disekolah maupun di lingkungan rumah. b. Tujuan Khusus : Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan kelompok teknik sosiodrama terhadap etiket pergaulan siswa kelas VIII di SMP Ar- Rahman Full Day School Medan. 6

1.6. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak, antaranya: 1. Manfaat Konseptual Untuk memberikan sumbangan yang positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bimbingan kelompok dan melalui teknik sosiodrama dan etiket pergaulan. 2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Sekolah Sebagai pertimbangan dalam meningkatkan kualitas dan mutu sekolah untuk melahirkan siswa yang berkualitas, berakhlak dan sopan-santun yang baik. Membantu siswa yang memiliki etiket pergaulan yang rendah dengan dilakukan upaya layanan bimbingan kelompok. b. Bagi guru pembimbing Penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru pembimbing di SMP Ar Rahman Full Day School Medan dalam melakukan kegiatan layanan bimbingan kelompok, dengan memanfaatkan jam bimbingan dan konseling dikelas seefektif mungkin untuk membantu membentuk karakter pada diri siswa. c. Manfaat Bagi Peserta Didik Dengan mengikuti kegiatan bimbingan kelompok teknik sosiodrama siswa akan terdorong untuk membentuk kepribadian yang positif, khususnya dapat meningkatkan etiket pergaulan yang baik disekolah. 7