I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Gambar 1 Produksi dan ekspor CPO tahun 2011 (Malaysian Palm Oil Board (MPOB))

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

I. PENDAHULUAN. Pengembangan kelapa sawit telah memberikan dampak yang sangat positif bagi

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian (agro-based industry) yang banyak berkembang di negara-negara tropis

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting di

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

II. TINJAUAN UMUM MINYAK NABATI DUNIA DAN MINYAK KELAPA SAWIT INDONESIA

I. PENDAHULUAN. kebutuhan akan minyak nabati dalam negeri. Kontribusi ekspor di sektor ini pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. digunakan baik untuk konsumsi makanan maupun nonmakanan. Total produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PT AUSTINDO NUSANTARA JAYA Tbk. TANYA JAWAB PUBLIC EXPOSE Senin, 14 Mei Bagaimana target produksi dan penjualan Perseroan pada tahun 2018?

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I. PENDAHULUAN. yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KELAPA SAWIT. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

Sustainability Policy

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan konsumsi yang cukup pesat. Konsumsi minyak nabati dunia antara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

05/12/2016 KUALA PEMBUANG

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA SKRIPSI

Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun. dan menyalurkan dana dari dan kepada masyarakat yang memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. salah satu bagian penting dalam pembangunan pertanian serta merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

ANALISIS KINERJA EKSPOR 5 KOMODITAS PERKEBUNAN UNGGULAN INDONESIA TAHUN

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Nasional Bruto (PDNB) sektor Pertanian, salah satunya adalah kelapa sawit. Sebagai tanaman penghasil minyak, kelapa sawit merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa selain minyak dan gas bumi bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditas minyak sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa sawit. Pada Tabel 1 disajikan luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Tabel 1. Luas Areal Perkebunan kelapa Sawit di Indonesia Tahun Luas Areal (Ha) PR PBN PBS Nasional 1980 6.000 200.000 84.000 290.000 1990 292.000 372.000 463.000 1.127.000 2000 1.167.000 588.000 2.403.000 4.158.000 2007 2.752.000 606.000 3.409.000 6.767.000 2008 2.903.000 608.000 3.409.000 7.008.000 2009* 3.204.000 617.000 3.501.000 7.322.000 Keterangan : * Perkiraan Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun perkembangan areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat, baik pada Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Nasional (PBN) maupun Perkebunan Besar Swasta (PBS). Peranan komoditas kelapa sawit di pasar internasional dapat dikaji dari permintaan CPO

(Crude Palm Oil) yang terus meningkat dan kompetitif. Pada Tabel 2 disajikan konsumsi minyak nabati dan lemak di dunia. Tabel 2. Konsumsi Nabati dan Lemak di Dunia Konsumsi (000 ton) Tahun Sawit Kedelai Rape seed Bunga Matahari Kelapa Lainnya *) Dunia 1993 13.200 17.760 9.645 7.730 2.930 34.857 86.122 2000 21.771 25.135 14.471 9.404 2.962 39.689 113.432 2007 37.900 37.090 19.090 11.160 3.160 13.830 122.230 2008 42.380 37.880 19.740 10.320 3.130 14.260 127.710 Keterangan : *) inti sawit, minyak kapas, minyak kacang tanah, minyak jagung, minyak jarak, minyak ikan, minyak biji rami. Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa minyak sawit dikonsumsi dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan sumber minyak lainnya. Selain pasar luar negeri yang kebutuhan minyak sawitnya masih terbuka luas, peningkatan jumlah penduduk Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kebutuhan terhadap minyak sawit dalam negeri. Pertumbuhan konsumsi minyak sawit yang cenderung melebihi produksi terjadi karena pertumbuhan penduduk dunia dan permintaan biodiesel. Dengan demikian investasi di bidang perkebunan, khususnya kelapa sawit, mempunyai peluang yang baik untuk dikembangkan. Pertumbuhan sub-sektor industri perkebunan kelapa sawit telah menghasilkan manfaat ekonomi yang penting, walaupun pengembangan areal perkebunan kelapa sawit ternyata menimbulkan isu lingkungan, yaitu menyebabkan meningkatnya ancaman terhadap keberadaan hutan alam tropis Indonesia. Isu lingkungan selama ini dianggap menjadi salah satu faktor penghambat dalam pengembangan kelapa sawit Indonesia.

Praktik tidak ramah lingkungan seperti teknik pembukaan lahan dengan pembakaran hutan dan pembuangan limbah yang tidak terkendali telah menimbulkan citra buruk bagi industri kelapa sawit Indonesia (Butler, 2008). Oleh karena itu perlu ditekankan gerakan untuk membangun industri kelapa sawit berkelanjutan yang memperhatikan prinsipprinsip kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan industri minyak kelapa sawit berkelanjutan diharapkan dapat menjaga keasrian, keharmonisan dan kelestarian lingkungan hidup. Hal ini diperlihatkan dengan (1) mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, (2) meningkatkan komitmen perusahaan dan stakeholder lainnya dalam upaya pelestarian lingkungan, (3) meningkatkan kesadaran para pelaku usaha/kegiatan untuk mentaati peraturan sebagai konsekuensi manfaat yang diterimanya, (4) meningkatkan pengendalian dampak lingkungan melalui peran aktif masyarakat, dan (5) menekan dampak negatif kegiatan perusahaan terhadap lingkungan (KLH, 2006) Pada prinsip berkelanjutan tersimpan banyak kelebihan pada setiap aktivitas proses bisnis yang tercermin dalam sebuah rantai nilai (value chain) yang dapat diambil bila perusahaan industri kelapa sawit tersebut dapat menerapkan prinsip kelestarian lingkungan hidup. Rantai nilai (value chain) menjelaskan seluruh aktivitas secara utuh dari suatu industri yang menghasilkan suatu produk sehingga dapat dinikmati atau dimiliki oleh pengguna akhir. Analisis value chain memandang perusahaan sebagai salah satu bagian dari rantai nilai produk. Rantai nilai produk merupakan aktifitas yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan purna jual dan rantai nilai tersebut mencakup aktivitas yang terjadi karena hubungan dengan pemasok (Supplier Linkages), dan hubungan dengan konsumen (Consumer Linkages). Aktifitas ini merupakan kegiatan

yang terpisah tapi sangat tergantung satu dengan yang lain. Analisis value chain membantu untuk memahami posisi perusahaan pada rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan kompetitif (Wijk, 2009) Saat ini konsumen ekspor minyak sawit Indonesia terutama Uni Eropa dan Amerika Serikat menerapkan prinsip keberlanjutan dalam memilah dan memilih produk minyak sawit yang akan masuk ke negaranya. Akhir-akhir ini berkembang peraturan mengenai standar mutu minyak sawit yaitu Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Certification System dimana peraturan di atas merupakan pendekatan konsumen ekspor minyak sawit untuk meyakinkan produsen kelapa sawit agar memproduksi minyak kelapa sawit dengan cara yang tidak merusak lingkungan hidup (Butler, 2008). Penerapan RSPO saat ini masih bersifat sukarela (voluntary) dan memiliki prinsip-prinsip yang ditetapkan yaitu (1) Komitmen terhadap transparansi, (2) memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku, (3) Komitmen dalam kelayakan ekonomi dan keuangan jangka panjang, (4) penggunaan praktik terbaik dan tepat oleh perkebunan kelapa sawit, (5) Tanggung jawab lingkungan dan konservasi kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, (6) Tanggung jawab kepada pekerja, individu-individu dan komunitas dari kebun dan pabrik kelapa sawit, (7) Pengembangan perkebunan kelapa sawit baru secara bertanggungjawab, dan (8) Komitmen terhadap perbaikan terus menerus pada wilayah-wilayah utama aktivitas (INA-NIWG, 2008). Prinsip-prinsip yang ditetapkan RSPO terutama mengenai lingkungan hidup oleh beberapa pihak antara lain Wakil Menteri Pertanian (Dr. Ir. Bayu Krisnamurthi) dan Direktur Jenderal Perkebunan (Ir. Achmad Manggabarani, MM), dirasakan tidak

diperlukan, karena RSPO tersebut disusun berdasarkan kepentingan negara-negara maju, sehingga terkadang justru merugikan industri kelapa sawit dalam negeri (Natawidjaya, 2010). Selain itu Indonesia telah memiliki beberapa peraturan lingkungan hidup, baik bersifat wajib (mandatory) maupun sukarela (voluntary) dalam bentuk antara lain (1) Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang mengacu ke Undang-Undang Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, (2) Kawasan Hutan Bernilai Konservasi (HCVF) yang diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), (3) Internasional Standardisation Organization (ISO) 14001 mengenai Sistem Manajemen Lingkungan, dan (4) Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER). Namun yang menjadi permasalahan adalah seberapa jauh perusahaanperusahaan yang berbasis industri kelapa sawit telah menerapkan perangkat penjagaan kelestarian lingkungan tersebut. Pada penelitian ini kajian secara umum dibatasi dengan melakukan studi kasus pada perusahaan perkebunan dan industri kelapa sawit yang menerapkan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup sesuai dengan peraturan dan ketentuan pemerintah yang bersifat wajib (mandatory) dan sukarela (voluntary). Perusahaan perkebunan dan industri kelapa sawit yang dimaksud adalah PT. Hindoli di Kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. PT. Hindoli merupakan salah satu anak perusahaan Cargill Tropical Oils Indonesia yang bergerak di perkebunan dan industri kelapa sawit. PT. Hindoli telah mendapatkan sertifikat RSPO pada tanggal 25 Februari 2009, dan sekaligus merupakan perusahaan pertama di Sumatera Selatan yang mendapatkan sertifikat tersebut. Selain PT. Hindoli, perusahaan lain yang telah mendapatkan sertifikasi RSPO adalah PT. Musim Mas pada tanggal 19 Januari 2009 dan PT. PP London Sumatera pada tanggal 30 April

2009. Di seluruh dunia, baru 11 perusahaan yang telah mendapatkan sertifikasi RSPO yang tersebar di tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Papua Nugini (BSN, 2009). Di Indonesia Cargill memiliki beberapa perkebunan kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan yang keseluruhannya memiliki luas sekitar 41.000 hektar, dan mempekerjakan sekitar 8.000 tenaga kerja lokal. Cargill juga memiliki dan mengoperasikan empat pabrik minyak kelapa sawit dengan kapasitas seluruhnya 320 ton produk sawit per jam. Selain itu Cargill membeli buah kelapa sawit dari sekitar 11.500 petani perkebunan plasma yang memiliki perkebunan 23.000 ha. Cargill mengakuisisi PT. Hindoli pada tahun 1996 dan saat ini PT. Hindoli memiliki perkebunan kelapa sawit menghasilkan yaitu kebun Inti seluas 10.100 hektar dan kebun Plasma seluas 17.000 hektar, serta dua pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas total 160 ton per jam. PT. Hindoli saat ini juga merencanakan akan melakukan pembangunan perkebunan kelapa sawit baru yang letaknya tidak jauh dari kebun yang sudah eksis, dengan luas yang direncanakan adalah kebun Inti 9.900 hektar dan plasma 2.400 hektar. Kebun Plasma yang saat ini eksis seluas 17.000 Ha melibatkan 8.500 kepala keluarga yang tergabung dalam 14 Koperasi Unit Desa (KUD) (Cargill, 2010). 1.2. Rumusan Masalah Sertifikat RSPO yang telah diterima oleh PT. Hindoli menimbulkan rasa bangga sekaligus menjadi amanat dan tugas bagi manajemen PT. Hindoli untuk mempertahankan sertifikasi RSPO yang telah diperolehnya. Selain itu, perkebunan plasma binaan PT.

Hindoli harus diarahkan dan dibina oleh pihak PT. Hindoli agar menerapkan program kelestarian lingkungan sesuai prinsip-prinsip RSPO dengan tujuan untuk mendapatkan sertifikasi RSPO bagi perkebunan kelapa sawit plasma. Oleh karena itu diperlukan kajian rantai nilai produksi minyak sawit berkelanjutan berbasis kelestarian lingkungan hidup di PT. Hindoli yang mengacu kepada prinsipprinsip RSPO. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang menjadi kompetensi ramah lingkungan dari perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli sebagai sumber keunggulan pada setiap rantai nilai? 2. Kriteria apa yang berpengaruh terhadap rantai nilai perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli yang ramah lingkungan? 3. Apa yang menjadi alternatif strategi pada rantai nilai berdasarkan proses bisnis ramah lingkungan pada perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli berdasarkan prinsip-prinsip RSPO? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengindentifikasikan kompetensi ramah lingkungan dari setiap rantai nilai pada perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli untuk menetapkan kompetensi ramah lingkungan yang menjadi dasar keunggulan pada setiap rantai nilai pada perkebunan dan industri kelapa sawit. 2. Mengidentifikasi aktor dan kriteria yang berpengaruh terhadap rantai nilai perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli.

3. Menyusun kinerja rantai nilai yang mungkin dalam perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli dengan melakukan penyesuaian terhadap prinsip-prinsip kelestarian lingkungan hidup. 4. Membuat alternatif strategi peningkatan mutu pada setiap rantai nilai dalam perkebunan dan industri kelapa sawit PT. Hindoli berdasarkan prinsip-prinsip RSPO.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB