BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP DERAJAT HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JUNI-AGUSTUS 2011

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA MASYARAKAT DESA TEMPOK SELATAN KECAMATAN TOMPASO KABUPATEN MINAHASA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ROKOK YANG DIHISAP DAN LAMA MEROKOK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI (Studi pada Sopir Angkot Kota Tasikmalaya)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU SENJA CERIA SEMARANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

*Bidang Minat Epidemiologi *, Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT JALAN POLIKLINIK PENYAKIT SYARAF RSUD

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

HUBUNGAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA MAHASISWA DI LINGKUP KESEHATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN.

RELATIONSHIP FACTORS TO PRESSURE BLOOD ON THE TRUCK DRIVER PT. SUMBER MAKMUR TASIKMALAYA DILLA TRIHAPSARI 1) ANDIK SETIYONO 2) YULDAN FATURAHMAN..

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK MURID USIA 9-12 TAHUN DI SEKOLAH DASAR ADVENT 2 DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

GAYA HIDUP DAN STATUS GIZI SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DAN DIABETES MELITUS PADA PRIA DAN WANITA DEWASA DI DKI JAKARTA SITI NURYATI

WIJI LESTARI J

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

Stikes Muhammadiyah Gombong

ABSTRAK. Kata Kunci: Kebiasaan Merokok, Konsumsi Alkohol, Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

MODEL LOG-LINEAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTENSI (STUDI KASUS: RSUD ABDOE RAHEM SITUBONDO)

ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

HUBUNGAN RIWAYAT HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER (Studi Pada Pasien Klinik Penyakit Dalam RSUD dr. Soekardjo) Tahun 2016

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

Universitas Indonesia Library >> UI - Tesis (Membership)

HUBUNGAN KONSUMSI KOPI DAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

PREVALENSI PENYAKIT HIPERTENSI PENDUDUK DIINDONESIA DAN FAKTOR YANG BERISIKO

NAGARASARI KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA)

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA STROKE BERULANG PADA PENDERITA PASCA STROKE

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

Kata Kunci : Status Merokok, konsumsi alkohol, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INSOMNIA

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

Hubungan Asupan Lemak dan Asupan Kolesterol dengan Kadar Kolesterol Total pada Penderita Jantung Koroner Rawat Jalan di RSUD Tugurejo Semarang

Transkripsi:

BEBERAPA FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PRIMER PADA SUPIR TRUK Melly Mustikasari 1) Korneliani dan vianti 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik 1) Universitas Siliwangi (aditia_md@yahoo.com) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRAK Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Kelompok populasi yang memiliki risiko hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu kelompok risiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jam kerja yang panjang dan faktor lingkungan seperti obesitas, intake garam, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi. Metode penelitian menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 92 dari 121 populasi. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan responden yang mengalami Hipertensi 67,4%,. Analisis menggunakan chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antara umur, riwayat keluarga, kualitas tidur, stress, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan minum minuman berkafein dengan kejadian hipertensi dengan nilai p < 0,05. Disarankan kepada sopir truk untuk menerapkan gaya hidup yang sehat dengan cara mengurangi atau menghilangkan kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi kafein. Kepustakaan : 6 (1988 2006) Kata Kunci : Faktor Risiko Hipertensi, Sopir Truk, Hipertensi 1

RISK FACTORS ASSOCIATED WITH INCIDENT IN PRIMARY HYPERTENSION TRUCK DRIVER Melly Mustikasari 1) Korneliani dan vianti 2) Mahasiswi Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik 1) Universitas Siliwangi (aditia_md@yahoo.com) Dosen Pembimbing Bagian Epidemiologi dan Penyakit Tropik 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi ABSTRACT Hypertension is a condition without symptoms, which are abnormally high pressure in the arteries leading to increased risk of stroke, heart failure, heart attack and kidney damage. Factors that influence the occurrence of hypertension were divided into two major groups factors inherent or can not be changed such as gender, age, and genetic factors that can be changed such as diet, exercise habits and others. Population groups who have hypertension are major risk one of them is a truck driver. The truck driver as one of the high -risk group had hypertension, due to conditions related to driving such as stress, and other factors such as long working hours and environmental factors such as obesity, salt intake, smoking, alcohol consumption, caffeine consumption can increase the risk of hypertension. Research methods using method with cross sectional survey with a sample of 92 of the 121 population. The analysis is performed univariate analysis using frequency distribution and bivariate analysis using Chi-Square test. The results showed that the respondents 67.4 % had hypertension. Using chi-square analysis showed that there was a relationship between age, family history, quality of sleep, stress, smoking, drinking alcohol, drinking caffeinated beverages with incident hypertension with p < 0.05. Recommended to the truck driver to implement a healthy lifestyle by reducing or eliminating smoking habits, alcohol consumption habits, caffeine consumption habits. Bibliography : 6 (1988-2006) Keywords : Risk Factors of Hypertension, Truck Driver, Hypertension 2

1. Pendahuluan Hipertensi adalah suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih, 2006). Hipertensi disebabkan oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi normalnya. Hipertensi dikenal juga sebagai silent killer atau pembunuh terselubung yang tidak menimbulkan gejala atau asimptomatik seperti penyakit lain. Pada umumnya, sebagian penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi. Oleh sebab itu sering ditemukan secara kebetulan pada waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksa penyakit lain. Kenaikan tekanan darah tidak atau jarang menimbulkan gejala-gejala yang spesifik. Pengaruh patologik hipertensi sering tidak menunjukkan tanda-tanda selama beberapa tahun setelah terjadi hipertensi (Boedhi- Darmojo, 1988). Berdasarkan survei kementrian kesehatan, 30% penduduk Indonesia mengalami tekanan darah tinggi. Dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7 %, hanya 7,2% penduduk yang sudah mengetahui memiliki hipertensi dan 0,4 % penderita yang meminum obat. Menurut Boedhi-Darmojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi berkisar antara 0,65-28,6%, biasanya kasus terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi tercatat di daerah Sukabumi, diikuti daerah Silungkang, Sumatera barat (19,4%) serta yang terendah didaerah lembah Bariem, Irian Jaya. Hasil penelitian Zamhir (2004) menunjukkan prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6%-47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0%-45,8%) dan di pedesaan 44,1% (36,2%- 51,7%). Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi dibagi dalam dua kelompok besar yaitu faktor yang melekat atau tidak dapat diubah seperti jenis kelamin, umur, genetik dan faktor yang dapat diubah seperti pola makan, kebiasaan olah raga dan lain-lain. Untuk terjadinya hipertensi perlu peran faktor risiko tersebut secara bersamasama (common underlying risk factor), dengan kata lain satu factor risiko saja belum cukup menyebabkan timbulnya hipertensi (Depkes RI, 2003). 3

Menurut Moazenzadeh (2006) Kelompok populasi yang memiliki resiko hipertensi yang besar salah satunya adalah sopir truk. Sopir truk sebagai salah satu kelompok resiko tinggi menderita hipertensi, karena kondisi yang berhubungan dengan mengemudi seperti stres, dan faktor lain seperti jam kerja yang panjang dan faktor lingkungan seperti obesitas,intake garam, merokok, konsumsi alkohol, konsumsi kafein yang dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi. Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 19 September 2013, dari 30 orang sopir truk anggota paguyuban yang diperiksa tekanan darahnya, sebanyak 66,7% sopir truk mengalami hipertensi. Sebanyak 56,7% sopir truk memiliki kualitas tidur yang buruk, sebanyak 50% sopir truk mengalami stress kerja, sebanyak 83,3% sopir truk merupakan perokok, sebanyak 66,7% sopir truk mengkonsumsi alcohol, dan sebanyak 90% sopir truk mengkonsumsi minuman berkafein. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi primer pada supir truk. 2. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh sopir truk yang tergabung dalam paguyuban sebanyak 121 orang. Berdasarkan hasil perhitungan rumus sampel maka di dapatkan jumlah sample sebanyak 92 orang. Instrument penelitian yang digunakan adalah Sphygmomanometer, stethoscope, dan kuesioner. Analisis Bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan Kriteria inklusi dan eksklusi, dari seluruh sampel yang berjumlah 92 responden dinyatakan memenuhi kriteria. Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh tingkat pendidikan SD dan SMP merupakan tingkat pendidikan yang paling banyak dimiliki responden yaitu sebanyak 34 responden (37%). 4

a. Analisis Univariat 1) Umur Tabel 3.1 Distribusi Menurut Risiko Umur pada Supir Truk Umur 1. Berisiko (> 40 tahun) 56 60,9 2. Tidak berisiko ( 40 tahun) 36 39,1 Total 92 100 Berdasarkan tabel 3.1, diketahui bahwa responden yang memiliki umur berisiko sebanyak 56 responden (60,9%). responden yang memiliki umur tidak berisiko sebanyak 36 responden (39,1%). 2) Riwayat Keluarga Tabel 3.2 Distribusi Menurut Riwayat Keluarga Hipertensi pada Supir Truk Riwayat Keluarga 1 Iya Ada 65 70,7 2 Tidak Ada 27 29,3 Total 92 100 Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa responden dengan riwayat keluarga hipertensi sebanyak 65 responden (70,7%) dan yang tidak sebanyak 27 responden (29,3%). 3) Kualitas Tidur Tabel 3.3 Distribusi Menurut Kategori Kualitas Tidur pada Supir Truk Kualitas Tidur 1 Buruk 70 76,1 2 Baik 22 23,9 Total 92 100 Berdasarkan tabel 3.3 dapat dilihat bahwa responden dengan kualitas tidur buruk sebanyak 70 responden (76,1%) dan kualitas tidur baik sebanyak 22 responden (23,9%). 5

4) Stress Tabel 3.4 Distribusi Menurut Kategori Stress pada Supir Truk Kategori Stress 1 Stress 59 64,1 2 Tidak Stress 33 35,9 Total 92 100 Berdasarkan tabel 3.4 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami stress sebanyak 59 responden (64,1%) dan yang tidak mengalami stress sebanyak 33 responden (35,9%). 5) Kebiasaan Merokok Tabel 3.5 Distribusi Menurut Kategori Kebiasaan Merokok pada Supir Truk Berdasarkan tabel 3.5 diketahui bahwa responden dengan kategori perokok berat sebanyak 8 responden (8,7%), responden dengan kategori perokok sedang sebanyak 43 responden (46,7%), responden dengan kategori perokok ringan sebanyak 16 responden (17,4%), sedangkan responden dengan kategori bukan perokok sebanyak 25 responden (27,2%), 6) Konsumsi Alkohol Kategori Kebiasaan Merokok 1 Perokok Berat (>20 batang/hari) 8 8,7 2 Perokok Sedang (10 20 batang/hari) 43 46,7 3 Perokok Ringan (<10 batang/hari) 16 17,4 4 Bukan Perokok 25 27,2 Total 67 100 Tabel 3.6 Distribusi Menurut Jumlah Konsumsi Alkohol pada Supir Truk Jumlah Konsumsi Alkohol 1 1 Botol/hari 30 46,2 2 2 Botol/hari 25 38,5 3 3 Botol/hari 5 7,7 4 4 Botol/hari 4 6,2 5 5 Botol/hari 1 1,5 Total 65 100 6

Berdasarkan tabel 3.6 diketahui bahwa responden dengan jumlah konsumsi alkohol paling banyak adalah 5 botol/hari sebanyak 1 responden (1,5%), responden dengan jumlah konsumsi alkohol paling sedikit adalah 1 botol sebanyak 30 responden (46,2%), sedangkan jumlah konsumsi alkohol terbanyak dari responden ada pada 1 botol yaitu sebanyak 30. responden (46,2%). 7) Konsumsi Kafein Tabel 3.7 Distribusi Menurut Risiko Konsumsi Kafein pada Supir Truk Jumlah Konsumsi Kafein 1 Berisiko (> 250 mg/hari) 46 50 2 Tidak Berisiko ( 250 mg/hari) 46 50 Total 66 100 Berdasarkan tabel 3.7 diketahui bahwa responden dengan jumlah konsumsi kafein berisiko sebanyak 46 responden (50%), dan responden dengan jumlah konsumsi kafein tidak berisiko sebanyak 46 responden (50%). 8) Kejadian Hipertensi Tabel 3.8 Distribusi Menurut Kategori Kejadian Hipertensi pada Supir Truk kecamatan Cijulang Tahun 2013 Kejadian Hipertensi 1 Iya 62 67,4 2 Tidak 30 32,6 Total Berdasarkan tabel 3.8 dapat dilihat bahwa responden yang mengalami hipertensi sebanyak 62 orang (67,4%) dan yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 30 responden (32,6%). b. Analisis Bivariat Tabel 3.9 Hubungan Umur Terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Umur 1. Berisiko 47 83,9 9 16,1 56 100 2. Tidak Berisiko 15 41,7 21 58,3 36 100 Total 62 67,4 30 32,6 92 100 OR = 7,311 CI = 2,762-19,353 P Value 0,000 7

Berdasarkan tabel 3.9, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan umur yang berisiko (83,9%) dibandingkan dengan yang umur tidak berisiko (41,7%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan umur tidak berisiko (58,3%) dibandingkan yang berisiko (16,1%). Hasil uji Chi Square antara umur dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,000 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara Umur terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR= 7,311 (95% CI=2,762-19,353). Berarti responden dengan umur berisiko akan mengalami risiko 7,311 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang umur tidak berisiko. Tabel 3.10 Hubungan Riwayat Keluarga terhadap Kejadian Hipertensi Tahun 2013 Kejadian Hipertensi Total Riwayat Iya Tidak Keluarga 1. Iya Ada 49 75,4 16 24,6 65 100 2. Tidak Ada 13 48,1 14 51,8 27 100 Total 62 67,4 30 32,6 92 100 OR =3,298 CI = 1,285-8,464 0,022 Berdasarkan tabel 3.10, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi (75,4%) dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi (48,1%). Dan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang memiliki riwayat keluarga hipertensi (24,6%) dibandingkan yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi (51,8%). Hasil uji Chi Square antara Riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,022 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga terhadap kejadian hipertensi. Dengan OR= 3,298 (95% CI= 1,285-8,464). Berarti responden dengan riwayat keluarga hipertensi berisiko 3,298 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. 8

Tabel 3.11 Hubungan Kualitas Tidur terhadap kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Kualitas Iya Tidak Tidur 1. Buruk 52 74,3 18 25,7 70 100 2. Baik 10 45,5 12 54,4 22 100 Total 62 67,4 30 32,6 92 100 OR =3,467 CI = 1,281-9,384 0,024 Berdasarkan tabel 3.11, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kualitas tidur buruk (74,3%) dibandingkan dengan yang kualitas tidur baik (45,5%). Dan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kualitas tidur buruk (25,7%) dibandingkan yang kualitas tidur baik (54,2%). Hasil uji Chi Square antara Kualitas tidur dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,024 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=3,467 (95% CI= 1,281-9,384). Berarti responden dengan kualitas buruk berisiko 3,467 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang kualitas tidur baik. Tabel 3.12 Hubungan Stress terhadap kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Stress 1. Stress 47 79,7 12 20,3 59 100 2. Tidak Stress 15 43,5 18 54,5 33 100 Total 62 67,4 30 32,6 92 100 OR = 4,7 CI =1,848-11,945 0,002 Berdasarkan tabel 3.12 menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang mengalami stress (79,7%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami stress (43,5%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden yang tidak mengalami stress (54,5%) dibandingkan dengan yang mengalami stress (20,3%). 9

Hasil uji Chi Square antara stress dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,002 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara stress dengan kejadian Hipertensi. Dengan OR=4,7 (95% CI=1,848-11,954). Berarti responden yang mengalami stress berisiko 4,7 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami stress. Tabel 3.13 Hubungan Kebiasaan merokok Perokok Ringan) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Kebiasaan Merokok 1. Perokok Ringan 11 68,7 5 31,3 16 100 2. Bukan perokok 9 36 16 64 25 100 Total 20 48,8 21 51,2 41 100 0,084 Berdasarkan tabel 3.13, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori perokok ringan (68,7%) dibandingkan dengan yang kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok ringan (31,3%). Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok ringan) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,084 lebih besar dari p value= 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok ringan) terhadap kejadian Hipertensi. Tabel 3.14 Hubungan Kebiasaan merokok (Perokok Sedang) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Kebiasaan Merokok 1. Perokok Sedang 35 81,4 8 18,6 43 100 2. Bukan perokok 9 36 16 64 25 100 Total 44 64,7 24 35,3 68 100 OR =7,778 CI =2,535-23,864 0,000 Berdasarkan tabel 3.14, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori perokok sedang (81,4%) dibandingkan dengan yang 10

kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok sedang (18,6%). Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok sedang) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,000 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok sedang) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR= 7,778 (95% CI=2,535-23,864). Berarti responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok sedang berisiko 7,778 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan perokok. Tabel 3.15 Hubungan Kebiasaan merokok (Perokok Berat) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total P Kebiasaan Merokok Valu e 1. Perokok Berat 7 87,5 1 12,5 8 100 0,01 2. Bukan perokok 9 36 16 64 25 100 1 Total 16 48,5 17 51,5 33 100 OR =12,444 CI =1,313-117,930 Berdasarkan tabel 3.15, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok berat (87,5%) dibandingkan dengan yang kategori bukan perokok (36%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan kebiasaan merokok yang kategori bukan perokok (64%) dibandingkan yang kategori perokok berat (12,5%). Hasil uji Chi Square antara kebiasaan merokok (perokok berat) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,011 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok (perokok berat) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=12,444 (95% CI=1,313-117,930). Berarti responden dengan kebiasaan merokok kategori perokok berat berisiko 12,444 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan perokok. 11

Tabel 3.16 Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Ringan) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Konsumsi Alkohol 1. Peminum Ringan Kejadian Hipertensi Total 19 63,3 11 33,3 30 100 0,375 2. Bukan Peminum 13 48,1 14 51,9 27 100 Total 32 56,1 25 43,9 57 100 Berdasarkan tabel 3.16, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori peminum ringan (63,3%) dibandingkan dengan yang kategori bukan peminum (48,1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum ringan (33,3%). Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum ringan) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,375 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum ringan) terhadap kejadian Hipertensi. Tabel 3.17 Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Sedang) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Konsumsi Alkohol 1. Peminum Sedang Kejadian Hipertensi Total 26 86,7 4 13,3 30 100 0,005 2. Bukan Peminum 13 48,1 14 51,9 27 100 Total 39 68,4 18 31,6 57 100 OR =7 CI =1,917-25,567 Berdasarkan tabel 3.17, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori peminum sedang (86,7%) dibandingkan dengan yang kategori bukan peminum (48,1%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum sedang (13,3%). 12

Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum sedang) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,005 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum sedang) terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=7 (95% CI=1,917-25,567). Berarti responden dengan konsumsi alkohol kategori peminum sedang berisiko 7 kali lebih besar untuk mengalami kejadian Hipertensi dibandingkan dengan responden yang bukan peminum. Tabel 3.18 Hubungan Konsumsi Alkohol (Peminum Berat) terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Kejadian Hipertensi Total Konsumsi Alkohol 1. Peminum Berat 4 80 1 20 5 100 2. Bukan Peminum 13 48,1 14 51,9 27 100 Total 17 53,1 15 46,9 32 100 0,190 Berdasarkan tabel 3.18, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (48,1%) dibandingkan dengan yang kategori peminum berat (80%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi alkohol yang kategori bukan peminum (51,9%) dibandingkan yang kategori peminum berat (20%). Hasil uji Chi Square antara konsumsi alkohol (peminum berat) dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,190 lebih besar dari p value= 0,05 berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi alkohol (peminum berat) terhadap kejadian Hipertensi. Tabel 3.19 Hubungan Konsumsi Kafein terhadap Kejadian Hipertensi pada Supir Truk Konsumsi Kafein 1. Berisiko (>250 mg/hari) 2. Tidak Berisiko ( 250 mg/hari) Kejadian Hipertensi Total 39 84,8 7 15,2 46 100 23 50 23 50 46 100 Total 62 67,4 30 32,6 92 100 OR =5,571 CI =2,069-15,003 0,001 13

Berdasarkan tabel 3.19, menunjukkan bahwa responden yang mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi kafein yang kategori berisiko (84,8%) dibandingkan dengan yang kategori tidak berisiko (50%). Sedangkan responden yang tidak mengalami hipertensi didapatkan lebih banyak pada responden dengan konsumsi kafein yang kategori tidak berisiko (50%) dibandingkan dengan kategori berisiko (15,2%). Hasil uji Chi Square antara konsumsi kafein dengan kejadian Hipertensi di dapat nilai p value=0,001 lebih kecil dari p value= 0,05 berarti ada hubungan yang bermakna antara konsumsi kafein terhadap kejadian Hipertensi. Dengan OR=5,571 (95% CI=2,069-15,003). Berarti responden dengan konsumsi kafein kategori >250 mg/hari berisiko 5,571 kali lebih besar untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan responden yang konsumsi kafein dengan kategori 250 mg/hari. Simpulan 1. Responden yang mengalami hipertensi sebanyak 62 responden (67,4%) 2. Ada hubungan antara umur (p value = 0,000), riwayat keluarga (p value = 0,022), kualitas tidur (0,024), stress (p value 0,002), kebiasaan merokok (perokok sedang) (p value = 0,000), kebiasaan merokok (perokok berat) (p value = 0,011), konsumsi alkohol (peminum sedang) (p value = 0,005), konsumsi kafein (p value = 0,001) dengan kejadian hipertensi. Tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok (perokok ringan) (p value = 0,084), konsumsi alcohol (peminum ringan) (p value = 0,375), konsumsi alkohol (peminum berat) (p value = 0,190) dengan kejadian hipertensi. Saran 1. Menerapkan gaya hidup yang sehat dengan cara mengurangi atau menghilangkan kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol, kebiasaan konsumsi kafein. 2. Mengoptimalkan waktu untuk tidur sehingga kualitas tidur dapat tetap terjaga dengan baik. 3. Meningkatkan kemampuan mental dalam mengatasi dan merespon stressor yang ada sehingga diharapkan stressor yang dialami dapat diatasi dengan baik dan tidak membahayakan kondisi kesehatan. 14

DAFTAR PUSTAKA Boedhi-Darmojo. Mengamati perjalanan epidemiologi hipertensi di Indonesia. Medika 2001; 7: 442-448. Boedhi-Darmojo., R. Pasudi Imam. Survei Hipertensi di Masyarakat. Medika. 1988; 8: 757-759 Departemen Kesehatan. 2003. Gizi dan Promosi. 15