DAFTAR ISI BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN... 1 A. HAMBATAN TAHUN LALU.. 1 B. KELEMBAGAAN... 2 C. SUMBER DAYA... 8

dokumen-dokumen yang mirip
Ringkasan eksekutif sasaran strategis

keluaran ( output), hasil ( outcome), dan dampak ( impact) dari pelaksanaan rencana pembangunan.

LAPORAN TAHUNAN INSPEKTORAT II KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF Persentase Satuan Kerja yang memiliki temuan kerugian Negara 1% sebesar 100%.

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

INSPEKTORAT IV INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN

HASIL PENGAWASAN PROGRAM KEFARMASIAN DAN ALKES INSPEKTUR JENDERAL INSPEKTORAT JENDERAL KEMENKES RI


LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

DUKUNGAN PERAN INSPEKTORAT JENDERAL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2017, No Berencana Nasional tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah di Lingkungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berenc

tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105 Tahun 2010, tugas pokok dan fungsi Inspektorat Jenderal adalah melakukan pengawasan,

Rencana Kerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

KATA PENGANTAR. Inspektur Jenderal. M. Sakri Widhianto

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

LAKIP LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2014 INSPEKTORAT KOTA BANDUNG JL. TERA NO. 20 BANDUNG

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2018 Plt. Inspektur Jenderal. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS MELALUI PELAYANAN PUBLIK INSPEKTORAT JENDERAL 2016

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PENGAWASAN. A. Menurunnya Temuan Pemeriksaan Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA PROGRAM PUSAT DAN DAERAH DALAM MEMPERTAHANKAN OPINI WTP KEMENTERIAN KESEHATAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

INSPEKTORAT KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

URAIAN KEGIATAN DAN PELAPORAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DPR menjadi parlemen moden. Sistem Pendukung

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, dipandang perlu menetapkan Pedoman Pengawasan Intern dengan Peraturan Me

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN ANGGARAN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGAWASAN TAHUN 2015

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI KUNINGAN NOMOR : 64 TAHUN 2016 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2012 TENTANG

KONFERENSI NASIONAL APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH TAHUN 2010 SIMPULAN

2 Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentang Keuan

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 55

LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU SEMESTER 1 TAHUN

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT

LEMBAR KERJA EVALUASI REFORMASI BIROKRASI (INDEKS RB) INSTANSI : TAHUN : 2014

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA (CALBMN) AUDITED UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB) UNIVERSITAS BENGKULU TAHUN ANGGARAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

Transkripsi:

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR Halaman DAFTAR ISI BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN..... 1 A. HAMBATAN TAHUN LALU.. 1 B. KELEMBAGAAN... 2 C. SUMBER DAYA... 8 BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA.. 22 A. DASAR HUKUM 22 B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR. 22 BAB III STRATEGI PELAKSANAAN... 24 A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN... 24 B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI. 29 C. TEROBOSAN YANG DILAKUKAN... 31 BAB IV HASIL KERJA.... 34 A. PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN.. 34 B. PENCAPAIAN KINERJA. 39 C. REALISASI ANGGARAN.. 41 D. UPAYA UNTUK MERAIH WTP DAN REFORMASI BIROKRASI.. 44 BAB V PENUTUP 48 LAMPIRAN 1. RENCANA KERJA PEMERINTAH TH 2013 PRIORITAS NASIONAL 3: KESEHATAN 2. RENCANA STRATEGIS ITJEN KEMENKES TH 2010-2014 3. TARGET DAN REALISASI KEGIATAN ITJEN BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2010-2014 4. AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI KEMENKES TAHUN 2013 (PELAKSANAAN INPRES NO. I TH 2013) 5. REALISASI ANGGARAN ITJEN KEMENKES TH 2013 BERDASARKAN JENIS BELANJA DAN SUMBER DANA 6. MONEV KINERJA PENGANGGARAN ITJEN TH 2013 7. NERACA BMN ITJEN TH 2013

BAB I ANALISIS SITUASI AWAL TAHUN Dalam upaya mewujudkan reformasi birokrasi di Kementerian Kesehatan, Inspektorat Jenderal diharapkan dapat berperan untuk mengawal dan memastikan berjalannya proses Reformasi Birokrasi. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk peningkatan peran Inspektorat Jenderal dalam memberikan peringatan dini ( early warning system) terhadap potensi penyimpangan/kecurangan yang terjadi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean government) Inspektorat Jenderal telah mencanangkan perubahan paradigma dari semula hanya berperan sebagai Watchdog menjadi lebih menitikberatkan kepada peran sebagai konsultan dan quality assurance. Pergeseran peran tersebut sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan pengawasan yang meliputi seluruh proses kegiatan yaitu: Audit; Reviu Laporan Keuangan; Evaluasi; Pemantauan dan Kegiatan Pengawasan lainnya terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi satuan kerja serta berperan sebagai Konsultan (memberikan solusi) dan quality assurance (memberikan pendapat/jaminan). Berdasarkan hasil evaluasi atas capaian kinerja program dan kegiatan pada tahun 2013, terlihat bahwa Inspektorat Jenderal telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan, namun dalam beberapa aspek masih ditemukan berbagai hambatan dan kelemahan yang harus diatasi agar capaian kinerja program dan kegiatan pada masa yang akan datang dapat lebih ditingkatkan agar pelaksanaan program/kegiatan pengawasan dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. A. HAMBATAN TAHUN LALU Secara umum capaian kinerja program dan kegiatan Inspektorat Jenderal pada tahun 2013 telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan, namun masih ditemukan berbagai hambatan dan permasalahan yang mempengaruhi pencapaian sasaran program dan kegiatan yaitu: 1. Adanya perubahan sasaran kegiatan pengawasan Inspektorat Jenderal yang semula direncanakan berupa kegiatan audit operasional dirubah menjadi kegiatan inventarisasi BMN sehingga berdampak pada cakupan satuan kerja yang dilakukan audit sesuai dengan jadwal dan sasaran yang telah ditetapkan dalam PKPT Tahun 2013. 2. Kebijakan efisiensi anggaran yang ditetapkan Kementerian Keuangan mengakibatkan adanya revisi DIPA yang penyelesaiannya membutuhkan waktu sehingga berdampak terhadap penyerapan anggaran Itjen yang kurang optimal.

3. Adanya keterbatasan jumlah SDM untuk melakukan audit terhadap seluruh obyek pemeriksaan sehingga cakupan audit belum menjangkau seluruh Satker di lingkungan kementerian kesehatan. 4. Belum seluruh rekomendasi ditindaklanjuti karena beberapa faktor yaitu mutasi Kepala Satker, Satker yang tidak aktif, Petugas yang harus bertanggung jawab sudah pensiun serta pihak ketiga/rekanan yang berkewajiban menyelesaikan kewajibannya sudah tidak ada. 5. Kegiatan joint audit Program Jamkesmas dengan BPKP tidak terserap seluruhnya karena realisasi penggunaan anggaran tidak sesuai dengan RAB yang diajukan BPKP Perwakilan. B. KELEMBAGAAN Inspektorat Jenderal merupakan unsur pengawas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan dengan dipimpin oleh Inspektur Jenderal. Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi : 1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan; 2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya; 3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan; 4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Kesehatan; dan 5. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Jenderal. Inspektorat Jenderal terdiri atas : 1. Sekretariat Inspektorat Jenderal; 2. Inspektorat I; 3. Inspektorat II; 4. Inspektorat III; 5. Inspektorat IV; 6. Inspektorat Investigasi; dan 7. Kelompok Jabatan Fungsional. 2

STRUKTUR ORGANISASI INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN RI (Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010) 1. Sekretariat Inspektorat Jenderal Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur di lingkungan Inspektorat Jenderal. Dalam melaksanakan tugas, Sekretariat Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana, program, anggaran dan penyajian informasi hasil pengawasan dan dokumentasi; b. Analisis pelaporan dan tindak lanjut hasil pengawasan; dan c. Pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan rumah tangga Inspektorat Jenderal. Sekretariat Inspektorat Jenderal terdiri atas : a. Bagian Program dan Informasi Bagian Program dan Informasi mempunyai tugas yaitu: a) Penyusunan rencana, program dan anggaran; b) Penyajan data dan Informasi hasil pengawasan dan dokumentasi. 3

Bagian Program dan Informasi terdiri atas : 1) Sub Bagian Program, mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana, program dan anggaran. 2) Sub Bagian Informasi dan Dokumentasi, mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian data, pelayanan informasi pengawasan serta dokumentasi. b. Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Analisis laporan hasil pengawasan; dan 2) Pengumpulan, pengolahan, evaluasi dan penyajian data hasil pengawasan, penyajian laporan hasil pengawasan, serta memantau penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan. Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan terdiri atas : 1) Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan I Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan I mempunyai tugas melakukan penerimaan, pencatatan, penyimpanan berkas, analisis, evaluasi dan penyiapan bahan pemantauan tindak lanjut serta penyajian laporan hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal. 2) Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan II. Sub Bagian Analisis dan Pelaporan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan II mempunyai tugas melakukan penerimaan, pencatatan, penyimpanan berkas, analisis, evaluasi dan penyiapan bahan pemantauan tindak lanjut serta penyajian laporan hasil pengawasan yang dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Fungsional di luar Inspektorat Jenderal. c. Bagian Keuangan dan Perlengkapan Bagian Keuangan dan Perlengkapan terdiri atas : 1) Sub Bagian Keuangan; dan 2) Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga. Bagian keuangan dan perlengkapan mempunyai tugas yakni: 1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan pembayaran gaji. 2) Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan. d. Bagian Umum Bagian Umum terdiri atas : 1) Sub Bagian Kepegawaian; dan 2) Sub Bagian Tata Usaha. 4

Bagian Umum mempunyai tugas yakni : 1) Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian. 2) Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan tata persuratan dan kearsipan. e. Kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional yang ditempatkan di Sekretariat Itjen terdiri dari jabatan fungsional umum (JFU) dan jabatan fungsional tertentu (JFT). 2. Inspektorat I Inspektorat I mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat I menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Sekretariat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan; c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat I Inspektorat I terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat I mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat I. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 3. Inspektorat II Inspektorat II mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat II menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Inspektorat Jenderal dan Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak; 5

c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat II Inspektorat II terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat II mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat II. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 4. Inspektorat III Inspektorat III mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat III menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat III. Inspektorat III terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat III mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat III. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 5. Inspektorat IV Inspektorat IV mempunyai tugas melaksanakan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan penyusunan laporan hasil pengawasan lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat IV menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan intern lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; b. Pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan lingkup Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat 6

Kesehatan dan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan; c. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat IV. Inspektorat IV terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat IV mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan, dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat IV. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 6. Inspektorat Investigasi Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melaksanakan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Kesehatan. Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat Investigasi menyelenggarakan fungsi : a. Perumusan rencana dan program kerja pengawasan investigasi; b. Pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri; c. Pengawasan investigasi dan pengawasan lainnya; d. Penyusunan laporan hasil pengawasan; dan e. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat Investigasi Inspektorat Investigasi terdiri atas : a. Sub Bagian Tata Usaha Sub Bagian Tata Usaha Inspektorat Investigasi mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan laporan, administrasi keuangan, urusan tata persuratan, kearsipan dan dokumentasi di lingkup kerja Inspektorat Investigasi. b. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor. 7. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor Kelompok jabatan fungsional auditor mempunyai tugas membantu Inspektur dalam melaksanakan pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok Jabatan Fungsional Auditor terdiri atas sejumlah tenaga fungsional auditor dalam jenjang jabatan yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan dikoordinasikan oleh pejabat fungsional auditor senior yang ditunjuk oleh Inspektur Jenderal. Jumlah tenaga fungsional Auditor ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. 7

C. SUMBER DAYA 1. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia di lingkungan Inspektorat Jenderal s.d Desember 2013 sebanyak 234 orang, dengan rincian sebagai berikut: a. Berdasarkan Jabatan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan jabatan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-1 Berdasarkan grafik diatas dapat dijabarkan bahwa keadaan pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal berdasarkan jabatan terdiri dari: 1) Struktural = 24 orang 2) Fungsional Tertentu = 137 orang 3) Fungsional Umum = 73 orang Untuk Jabatan Fungsional Tertentu (JFT), dapat dibedakan lagi menjadi jabatan fungsional auditor dan arsiparis yaitu : NO. JABATAN FUNGSIONAL TERTENTU JUMLAH 1. Auditor Utama 1 orang 2. Auditor Madya 7 orang 3. Auditor Muda 48 orang 4. Auditor Pertama 79 orang 5. Arsiparis Penyelia 2 orang JUMLAH 137 orang Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 137 orang yang memangku jabatan fungsional tertentu terdapat 1 auditor utama, 7 orang auditor madya, 48 auditor muda, 79 auditor pertama dan 2 orang arsiparis penyelia. Jika digambarkan dalam grafik terlihat sebagai berikut : 8

Grafik-2 b. Berdasarkan Kelompok Umur Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-3 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat distribusi kelompok umur pegawai yang paling banyak adalah kelompok umur 40 sampai dengan 49 tahun sebanyak 71 orang (30,34%) dan terendah adalah kelompok umur kurang dari 30 tahun sebanyak 36 orang (15,39%). 9

c. Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-4 Pada grafik di atas dapat dilihat bahwa pegawai jenis kelamin pria lebih banyak dari pegawai jenis kelamin wanita yaitu 138 orang pria ( 59%) dan 96 orang perempuan (41%). d. Berdasarkan Pendidikan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-5 10

SDM yang berada di lingkungan Inspektorat Jenderal apabila diklasifikasikan berdasarkan pendidikan, menunjukkan bahwa Pendidikan Strata-2 (S-2) merupakan tingkat pendidikan terbanyak dengan 129 orang ( 55,13%) dan Strata-1 (S-1) sebanyak 82 orang (35,04%). e. Berdasarkan Golongan Jumlah pegawai Itjen Kemenkes tahun 2013 berdasarkan golongan dapat dilihat pada grafik berikut : Grafik-6 Berdasarkan tabel di atas, distribusi pegawai di lingkungan Inspektorat Jenderal menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai adalah golongan III yakni sebanyak 195 orang ( 83%) sedangkan golongan IV sebanyak 33 orang ( 14%) dan golongan II sebanyak 6 orang (3%). 2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana Keadaan Barang Milik Negara di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI pada 31 Desember 2013 adalah: a. Saldo Awal Tahun Anggaran 2013 Nilai BMN per 01 Januari 2013 menurut Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI adalah sebesar Rp 15.651.091.056,- yang terdiri dari nilai BMN intrakomptabel (nilai BMN yang disajikan dalam Neraca) sebesar Rp Rp15.632.646.556,- dan nilai BMN ekstrakomptabel sebesar Rp18.444.500,-. b. Ringkasan Mutasi Barang Milik Negara Tahun Anggaran 2013 Mutasi BMN per 31 Desember 2013 adalah sebagai berikut: 11

1) Barang Persediaan Saldo Persediaan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp101.184.000,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp269.742.170,- dan total mutasi persediaan selama periode laporan sebesar minus Rp168.558.170,-. Jumlah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: Uraian Saldo Awal Mutasi Saldo Akhir 115111 Barang Konsumsi 254.356.170 153.272.170 101.084.000 115113 Bahan Utk 13.631.000 13.531.000 100.000 Pemeliharaan 115114 Suku Cadang 0 0 0 115121 Pita Cukai, Materai 0 0 0 dan Leges 115199 Persediaan 1.755.000 0 0 Lainnya JUMLAH 269.742.170 168.558.170 101.184.000 Total nilai barang persediaan dalam kondisi baik. 2) Peralatan dan Mesin Saldo Peralatan dan Mesin pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp14.545.422.886,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp13.740.448.886,-, mutasi tambah sebesar Rp1.955.382.000,- dan mutasi kurang sebesar Rp1.150.408.000,-. Rincian mutasi Peralatan dan Mesin per bidang barang adalah sebagai berikut: a) Alat Angkutan (3.02) Saldo Alat Angkutan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp5.885.195.500,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 55 (lima puluh lima) unit dengan nilai sebesar Rp5.939.508.500,-, mutasi tambah jumlah barang 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), dan mutasi kurang jumlah barang 2 (dua) unit dengan nilai sebesar Rp54.313.000,-. Mutasi Kurang Alat Angkutan tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 54.313.000 0 12

Dari jumlah Alat Angkutan di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Angkutan di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 53 5.885.195.500 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 2 54.313.000 Kelompok barang Alat Angkutan yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 2 (dua) unit dengan nilai sebesar Rp54.313.000,-. b) Alat Kantor (3.05.01) Saldo Alat Kantor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp1.601.550.875,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 456 (empat ratus lima puluh enam) unit dengan nilai sebesar Rp1.384.300.875,-, mutasi tambah jumlah barang 10 (sepuluh) unit dengan nilai sebesar Rp275.000.000,- dan mutasi kurang jumlah barang 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp57.750.000,-. Mutasi Tambah Alat Kantor tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) 275.000.000 0 Mutasi Kurang Alat Kantor tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 57.750.000 0 Dari jumlah Alat Kantor di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Kantor di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: 13

Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 436 1.601.550.875 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 30 57.750.000 Kelompok barang Alat Kantor yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 30 ( tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp57.750.000,-. c) Alat Rumah Tangga (3.05.02) Saldo Alat Rumah Tangga pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp1.894.716.875,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 1.239 (seribu dua ratus tiga puluh sembilan) unit dengan nilai sebesar Rp1.863.256.875,-, mutasi tambah jumlah barang 109 (seratus sembilan) unit dengan nilai sebesar Rp302.390.000,- dan mutasi kurang jumlah barang 90 (sembilan puluh) unit dengan nilai sebesar Rp270.930.000,-. Mutasi Tambah Alat Rumah Tangga tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) 302.390.000 0 Mutasi Kurang Alat Rumah Tangga tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 270.930.000 0 Dari jumlah Alat Rumah Tangga di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Rumah Tangga di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 1.258 1.894.716.875 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 90 270.930.000 14

Kelompok barang Alat Rumah Tangga yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 90 (sembilan puluh) unit dengan nilai sebesar Rp270.930.000,-. d) Alat Studio (3.06.01) Saldo Alat Studio pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp214.017.430,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 38 (tiga puluh delapan) unit dengan nilai sebesar Rp127.199.930,-, mutasi tambah jumlah barang 13 (tiga belas) unit dengan nilai sebesar Rp86.817.500,- dan mutasi kurang jumlah barang 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Mutasi Tambah Alat Studio tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) 86.817.500 0 Dari jumlah Alat Studio di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Studio di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 51 214.017.430 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 0 0 Kelompok barang Alat Studio yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 0 ( nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). e) Alat Komunikasi (3.06.02) Saldo Alat Komunikasi pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp122.683.860,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 29 (dua puluh sembilan) unit dengan nilai sebesar Rp107.283.860,-, mutasi tambah jumlah barang 4 (empat) unit dengan nilai sebesar Rp15.400.000,- dan mutasi kurang jumlah barang 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). 15

Mutasi Tambah Alat Komunikasi tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) 15.400.000 0 Dari jumlah Alat Komunikasi di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Alat Komunikasi di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 33 122.683.860 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 0 0 Kelompok barang Alat Komunikasi yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 0 ( nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). f) Komputer Unit (3.10.01) Saldo Komputer Unit pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp3.208.089.906,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 266 (dua ratus enam puluh enam) unit dengan nilai sebesar Rp3.542.489.906,-, mutasi tambah jumlah barang 20 (dua puluh) unit dengan nilai sebesar Rp345.400.000,- dan mutasi kurang jumlah barang 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp679.800.000,-. Mutasi Tambah Komputer Unit tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) 345.400.000 0 Mutasi Kurang Komputer Unit tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 679.800.000 0 16

Dari jumlah Alat Komputer Unit di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Komputer Unit di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 256 3.208.089.906 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 30 679.800.000 Kelompok barang Alat Komputer Unit yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 30 ( tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp679.800.000,-. g) Peralatan Komputer (3.10.02) Saldo Peralatan Komputer pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp1.589.878.440,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal total jumlah barang sebesar 174 (seratus tujuh puluh empat) unit dengan nilai sebesar Rp753.168.940,-, mutasi tambah jumlah barang 51 (lima puluh satu) unit dengan nilai sebesar Rp924.324.500,- dan mutasi kurang jumlah barang 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp87.615.000,-. Mutasi Tambah Peralatan Komputer tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Ekstrakomptabel Pembelian (101) 924.324.500 0 Mutasi Kurang Peralatan Komputer tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 87.615.000 0 Dari jumlah Peralatan Komputer di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Peralatan Komputer di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: 17

Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 195 1.589.878.440 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 30 87.615.000 Kelompok barang Peralatan Komputer yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah sebanyak 30 ( tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp87.615.000,-. h) Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin. Saldo Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp11.177.318.281,-. 3) Gedung dan Bangunan Saldo Gedung dan Bangunan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah). 4) Jalan, Irigasi, dan Jaringan Saldo Jalan, Irigasi, dan Jaringan pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah). 5) Aset Tetap Lainnya Saldo Aset Tetap Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp76.987.500,-. Rincian mutasi Aset Tetap Lainnya per bidang barang adalah sebagai berikut: a) Bahan Perpustakaan Tercetak (6.01.01) Saldo Bahan Perpustakaan Tercetak pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp47.787.500,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sejumlah 222 unit dengan nilai sebesar Rp47.787.500,-, mutasi tambah sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), dan mutasi kurang sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). b) Bahan Perpustakaan Terekam (6.01.02) Saldo Bahan Perpustakaan Terekam pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp29.200.000,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sejumlah 21 unit dengan nilai sebesar Rp29.200.000,-, mutasi tambah sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), dan mutasi kurang sejumlah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). 18

c) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya. Saldo Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah) 6) Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) Saldo Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp0,- (nol rupiah). 7) Aset Lainnya Saldo Aset Lainnya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp3.129.443.500,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar Rp1.563.912.500, mutasi tambah sebesar Rp1.667.831.000,-, dan mutasi kurang sebesar Rp102.300.000,-. a) Aset Tak Berwujud Saldo Aset Tak Berwujud pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp1.792.204.000,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar 38 (tiga puluh delapan) unit dengan nilai sebesar Rp1.479.381.000,-, mutasi tambah sejumlah 3 (tiga) unit dengan nilai sebesar Rp415.123.000,- dan mutasi kurang sejumlah 30 (tiga puluh) unit dengan nilai sebesar Rp102.300.000,-. Mutasi Tambah Aset Tak Berwujud tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Intrakomptabel Pembelian (101) 415.123.000 Ekstrakomptabel 0 Mutasi Kurang Aset Tak Berwujud tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Keluar dari Aset Tetap ke Aset Lainnya (401) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 102.300.000 0 Dari jumlah Aset Tak Berwujud di atas, yang statusnya sedang dimanfaatkan oleh pihak ketiga adalah sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah), sedang dalam proses penghapusan/pemindahtanganan adalah 0 (nol) unit dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Dari jumlah Aset Tak Berwujud di atas, berdasarkan status kondisinya adalah sebagai berikut: 19

Uraian Kondisi Kuantitas Nilai Baik 11 1.792.204.000 Rusak Ringan 0 0 Rusak Berat 30 102.300.000 Aset Tak Berwujud yang statusnya dihentikan dari penggunaan operasional pemerintah adalah 30 (tiga puluh) unit Rp102.300.000,-. BMN yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah Saldo BMN Yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp1.337.239.500,-. Jumlah tersebut terdiri dari saldo awal sebesar 540 (lima ratus empat puluh) unit dengan nilai sebesar Rp84.531.500,- mutasi tambah sejumlah 212 (dua ratus dau belas) dengan nilai sebesar Rp1.252.708.000,- dan mutasi kurang sejumlah 0 (nol) dengan nilai sebesar Rp0,- (nol rupiah). Mutasi Tambah BMN yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah tersebut meliputi: Uraian Jenis Transaksi Reklasifikasi Masuk ke Aset Lainnya dari Aset tetap (188) Intrakomptabel Ekstrakomptabel 1.252.708.000 0 Rincian BMN yang telah dihentikan penggunaannya pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 desember 2013 per golongan barang adalah sebagai berikut: Golongan Barang Intrakomptabel Ekstrakomptabel 1. Tanah 0 0 2. Peralatan dan Mesin 1.150.408.000 0 3. Gedung dan Bangunan 0 0 4. Jalan, Jembatan, Irigasi dan Jaringan 0 0 5. Aset Tetap Lainnya 102.300.000 0 JUMLAH 1.252.708.000 0 b) Akumulasi Penyusutan BMN yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah. 20

Saldo Akumulasi Penyusutan BMN Yang Dihentikan Penggunaannya dari Operasional Pemerintah pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI per 31 Desember 2013 sebesar Rp1.234.939.500,-. 3. Sumber Dana Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi Itjen Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, didukung oleh dana yang bersumber dari DIPA sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 024.02.1.415366/2013 tanggal 5 Desember 2012 (setelah revisi). Alokasi awal sebesar Rp.100.470.900.000,- dan telah direvisi menjadi sebesar Rp.96.084.865.000,-. Penyebab revisi jumlah alokasi anggaran tersebut adalah adanya surat dari Kementerian Keuangan No. ND.407/mk.02/2013 tanggal 18 Juni 2013 tentang Anggaran Belanja Kementerian/Lembaga dan APBNP tahun 2013 mengenai efisiensi anggaran Kemenkes sebesar Rp. 175 Miliar dimana anggaran belanja Inspektorat Jenderal mengalami efisiensi sebesar Rp.4.386.035.000,-. Alokasi tahun 2013 terdiri dari Belanja Pegawai Rp.18.954.530.000,- dan Non Belanja Pegawai terdiri dari Belanja Barang sebesar Rp. 74.747.475.000,- dan Belanja Modal sebesar Rp. 2.382.590.000,-. Alokasi anggaran program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kemenkes RI selama tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada tabel berikut: No ALOKASI ANGGARAN BELANJA BERDASARKAN PROGRAM TAHUN 2012 dan 2013 Anggaran Program Tahun 2012 Tahun 2013 1 Pengawasan Dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan RI 83,000,000,000 96.084.865.000 J U M L A H 83,000,000,000 96.084.865.000 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pagu anggaran menurut program Itjen tahun 2013, mengalami kenaikan sebesar Rp. 13.084.865.000,- atau sebesar 15,77% dibandingkan dengan pagu anggaran tahun 2012. 21

BAB II TUJUAN DAN SASARAN KERJA A. DASAR HUKUM 1. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2. Undang-Undang No.1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang No.15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Peraturan Presiden No.5 tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; 5. Instruksi Presiden No.3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan; 6. Instruksi Presiden No.1 tahun 2013 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi tahun 2013; 7. Peraturan Menteri Kesehatan No.1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan; 8. Keputusan Menteri Kesehatan No.32/Menkes/SK/I/2013 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014; 9. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1099/Menkes/SK/VI/2011 tentang Indikator Kinerja Utama Tingkat Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014; 10. Rencana Aksi Program Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014. 11. Surat Keputusan Inspektur Jenderal No: HK.02.03/I.1/7532/2012 tentang Kebijakan Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Tahun 2013 B. TUJUAN, SASARAN DAN INDIKATOR 1. Tujuan Tujuan program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah terselenggaranya pengawasan secara komprehensif untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, akuntabel, bersih dan bebas KKN melalui rumusan sebagai berikut : 1) Meningkatkan kualitas dan intensitas pengawasan dengan efektif dan efisien. 2) Meningkatkan percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan. 3) Menyempurnakan kebijakan sistem prosedur pengawasan. 2. Sasaran dan Indikator Sasaran program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan adalah Meningkatnya Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan. 22

Target pada sasaran dan indikator kinerja Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan pada tahun 2013 dijabarkan sebagai berikut : NO SASARAN INDIKATOR TARGET Meningkatnya pengawasan dan akuntabilitas aparatur Kementerian Kesehatan 1 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen Pembinaan Upaya Kesehatan dan Setjen 2 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dan Itjen 3 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen PP & PL dan Balitbangkes 4 Meningkatnya pengawasan dan pembinaan pelaksanaan kebijakan Ditjen Kefarmasian & Alkes dan Badan PPSDMK 5 Meningkatnya pengusutan dan investigasi kasus-kasus yang berindikasi merugikan negara dan menghambat kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan Persentase unit kerja yang menerapkan administrasi yang akuntabel 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Pembinaan Upaya Kesehatan dan Setjen yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Bina Gizi & Kesehatan Ibu & Anak dan Itjen yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen PP & PL dan Badan Litbangkes yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Jumlah Satuan Kerja di lingkungan Ditjen Binfar dan Alkes dan Badan PPSDMK yang dievaluasi laporan kinerja dan keuangannya untuk memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2 Persentase temuan laporan hasil pengawasan yang ditindaklanjuti 1 Persentase Pengusutan dan Investigasi kasuskasus yang berindikasi merugikan negara dan menghambat kelancaran tugas dan fungsi Kementerian Kesehatan 2 Jumlah NSPK tentang pemeriksaan investigasi yang ditetapkan 75% 190 70% 45 70% 130 70% 110 70% 60% 2 6 Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya pada Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan 1 Persentase hasil pemutakhiran tindak lanjut hasil pengawasan 60% 2 Presentase unit kerja yang menerapkan SPIP 70% 3. Jumlah rancangan regulasi dan standar yang disusun 10 23

BAB III STRATEGI PELAKSANAAN A. STRATEGI PENCAPAIAN TUJUAN DAN SASARAN Strategi Inspektorat Jenderal dalam pencapaian tujuan dan sasaran adalah: 1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan Menyelenggarakan pengawasan langsung melalui audit kinerja dengan penetapan sasaran yang mempunyai daya ungkit terhadap pencapaian MDG s pada tahun 2014 memantapkan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) pengawasan untuk meningkatkan kualitas hasil pengawasan. Mengembangkan kemampuan SDM pengawasan melalui pendidikan dan pelatihan sehingga didapatkan SDM pengawasan yang handal dan profesional. Fokus: a. Meningkatkan cakupan pemeriksaan dengan prioritas satker atau program yang mendukung pencapaian MDG s melalui penyusunan perencanaan pengawasan yang berdasarkan faktor-faktor risiko. b. Meningkatkan cakupan pengawasan terhadap kegiatan yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat miskin, program prioritas Kemenkes serta pelayanan kesehatan kepada jamaah haji. c. Meningkatkan cakupan pengawasan terhadap proses pengadaan barang dan jasa. d. Menata dan menyempurnakan kebijakan, sistem, struktur kelembagaan, standar operating prosedur pengawasan dan tata hubungan kerja. e. Meningkatkan kualitas pengawasan melalui supervisi sesuai norma pengawasan yang dilaksanakan di setiap tahapan audit untuk memastikan tercapainya sasaran dan meningkatnya kemampuan auditor. f. Mengembangkan tenaga pemeriksa yang profesional melalui Pendidikan Teknis Audit, Substansi Audit serta Capacity Building baik di lingkungan Itjen dan instansi lainnya. g. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi dan perbaikan kualitas informasi hasil pengawasan. h. Melakukan evaluasi berkala atas kinerja dan temuan hasil pengawasan. 2. Meningkatkan Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Pengawasan sebagai suatu proses merupakan rangkaian tidak terputus yang dimulai dari perencanaan pengawasan sampai hasil pengawasan selesai ditindaklanjuti. Untuk mencapai hasil pengawasan yang optimal maka setiap temuan hasil pengawasan wajib ditindaklanjuti secara konsisten dan bertanggung jawab. 24

Fokus : a. Meningkatkan percepatan penyelesaian dan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan melalui pemantauan secara langsung sehingga saran serta rekomendasi dapat dijalankan dengan tepat. b. Pemutakhiran data pelaksanaan tindak lanjut hasil pengawasan dengan Unit Utama, Kementerian Dalam Negeri, BPKP dan BPK-RI. c. Penyelesaian temuan pemeriksaan yang tidak dapat ditindaklanjuti (TPTD). 3. Meningkatkan kerjasama di bidang pengawasan melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dalam sinergi Pengawasan. Untuk mendapatkan kualitas hasil pengawasan yang handal, diperlukan juga langkahlangkah koordinasi dengan internal dan eksternal Kementerian Kesehatan. Fokus : a. Menindaklanjuti Nota Kesepahaman antara BPKP dengan Kementerian Kesehatan, melalui kegiatan pendampingan penyusunan laporan keuangan. Penandatanganan Nota Kesepahaman antara Kemenkes RI dengan BPKP mengenai Penguatan Tata Kelola Kepemerintahan yang Baik dan Bersih Dalam Rangka Pencegahan Tindak Pidana Korupsi di Lingkungan Kemenkes RI, Maret 2013 dan kegiatan Rakorwas Inspektorat Jenderal Kemenkes dengan BPKP. Hotel Lor IN Sentul, September 2013 b. Meningkatkan koordinasi antara Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan dengan Inspektorat Propinsi/Kabupaten/Kota. c. Rapat Kerja Pengawasan. Rapat Kerja Pengawasan Inspektorat Jenderal Kemenkes. Hotel Aston Jogja, Juni 2013. 25

d. Rapat Koordinasi Pengawasan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan e. Forum diskusi/pertemuan tingkat tinggi lainnya. 4. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungan Kementerian Kesehatan. Penyimpangan dalam penyelenggaraan pembangunan masih menjadi isu nasional baik masalah in-efisiensi dan in-efektivitas maupun Tindak Pidana Korupsi. Fokus : a. Meningkatkan penanganan pengaduan masyarakat, khususnya yang berindikasi penyalahgunaan wewenang dan KKN melalui audit khusus atau audit investigasi. b. Membentuk Tim Pengaduan Masyarakat Terpadu. c. Memberikan rekomendasi yang tegas dalam upaya pemberantasan KKN. d. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Program Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Inpres 1 tahun 2013 melalui Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi (PBAK) yang dipantau oleh UKP4. Ketua Tim Pre Assessment Itjen (tengah) Irwansyah, SE, M.Kes memberikan paparan awal pelaksanaan Pre Assessment di KKP Tj. Priok di dampingi Kepala KKP Tj. Priok (kiri) Nandi Pinta, SKM, M.Epid Kegiatan Post Assessment yang diketuai oleh Dede Mulyadi, SKM, M.Kes di Poltekkes Kemenkes Manado, Desember 2013 e. Pembentukan Tim Gratifikasi dan LHKPN. 26

5. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP Nomor 60 tahun 2008) di lingkungan Kementerian Kesehatan. Kekuatan APIP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak terlepas dari pengendalian intern yang baik di dalam instansi pembina dimana APIP tersebut bernaung, untuk itu suatu pengawasan intern (internal control) diperlukan sebagai sistem manajemen pengendalian di dalam suatu organisasi. Dengan mengedepankan komunikasi yang intensif dalam pelaksanaan suatu proses, baik itu proses pembinaan, pengendalian maupun pengawasan, diharapkan bahwa ada suatu kesepahaman antar APIP dengan obyek pemeriksaan, sehingga proses-proses diatas dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Fokus : a. Sosialisasi SPIP di lingkungan kemenkes. b. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SPIP di lingkungan Kementerian Kesehatan. c. Pendidikan dan pelatihan manajemen risiko oleh pembina SPIP yaitu BPKP. d. Pendampingan manajemen penilaian risiko pada satuan kerja. Pendidikan dan pelatihan manajemen risiko oleh BPKP sebgai pembina SPIP. Bandung, Desember 2013 6. Mendorong penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Kesehatan sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Pemahaman manajemen risiko dalam pengawasan akan mengoptimalkan fungsi pengawasan terhadap pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian atas Laporan Keuangan serta pelaporan kinerja. Manajemen pengelolaan aset saat ini masih berjalan kurang baik, hal ini disebabkan kurang maksimalnya sistem pengawasan dan kurangnya daya dukung SDM yang mengakibatkan penyimpangan pada pengadaan barang dan jasa. Selama ini manajemen pengelolaan aset di daerah menjadi hal yang paling krusial, karena dalam hasil audit pengelolaan keuangan Pemerintah, sering menjadikan aset sebagai bukti temuan penyimpangan, baik secara administrasi 27

maupun kebijakan, dan hal tersebut berdampak kepada Opini atas Laporan Keuangan. Fokus : a. Meningkatkan pendampingan/monitoring/asistensi/sosialisasi penyusunan laporan keuangan pada satker-satker yang masih bermasalah. b. Meningkatkan cakupan sasaran reviu laporan keuangan Kementerian semesteran dan tahunan. c. Mendorong peningkatan kualitas laporan keuangan dengan pendampingan BPKP. d. Melakukan inventarisasi BMN dalam mendorong proses hibah. e. Penguatan peran SPI pada satuan kerja BLU di lingkungan Kementerian Kesehatan. 7. Mendorong terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik. Seiring dengan Program pemerintah dalam menata ulang proses birokrasi dari tingkat tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru dengan langkah-langkah bertahap. Inspektorat Jenderal sebagai unsur pengawas internal diharapkan mampu mendorong kinerja Kementerian Kesehatan menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), sebagai penjamin kualitas (quality assurance) dan consulting partner bagi seluruh unit kerja lingkup Kementerian Kesehatan dan mitra kerja terkait lainnya sesuai dengan perubahan paradigma pengawasan. Fokus : a. Mendorong pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi. b. Implementasi PMPRB dengan membentuk Tim Assesor dan Tim Agent Of Change. c. Penyusunan dan sosialisasi Pedoman/Petunjuk Teknis Unit Pengendali Gratifikasi serta pemantauan laporan gratifikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan. d. Penyampaian LHKPN bagi pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan. e. Pembentukan Pokja Pengawasan dan Akuntabilitas. f. Pelaksanaan Konsultasi Pengadaan Barang dan Jasa di lingkungan Kementerian Kesehatan. 8. Melakukan penataan dan penguatan organisasi, tatalaksana, manajemen sumber daya manusia aparatur Salah satu kegiatan yang merupakan bagian dari Reformasi Birokrasi adalah penataan SDM. Dimulai dengan penetapan jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional khusus yang ditampilkan dalam peta jabatan Inspektorat Jenderal.Terdapat 12 jabatan fungsional umum dan 9 jabatan fungsional tertentu. Masing-masing jabatan dibuat uraian jabatan yang kemudian dilakukan evaluasi jabatan untuk mendapatkan grade jabatan tersebut. Setiap jabatan dilakukan analisa beban kerja untuk melihat kebutuhan orang dalam jabatan berdasarkan beban kerjanya.langkah selanjutnya adalah melakukan perbaikan terhadap SOP Sekretariat Inspektorat Jenderal. 28

Fokus : a. Penetapan jabatan fungsional umum dalam peta jabatan. b. Penetapan jabatan jabatan fungsional tertentu dalam peta jabatan. c. Penyusunan uraian jabatan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. d. Penyusunan evaluasi jabatan di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. e. Penyusunan analisa beban kerja di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. f. Penyusunan SOP di lingkungan Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan. g. Sosialisasi dan Implementasi. 9. Memudahkan dan Mempercepat proses Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Penerapan Reformasi Birokrasi dilakukan untuk menciptakan birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk mempermudah pelaksanaan Reformasi Birokrasi dan membantu instansi untuk memperbaiki kinerja secara berkelanjutan dibuatlah tim pendampingan pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Tim ini bertugas untuk menilai kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Fokus a. Pemenuhan Indikator Kinerja Internal yang terdiri dari sub kriteria dan hasil kinerja utama b. Melakukan penilaian mandiri ( self assessment) atas pelaksanaan reformasi Birokrasi c. Pengisian Kertas Kerja Assessor untuk melengkapi indikator Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB). B. HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN STRATEGI Hambatan pelaksanaan strategi Inspektorat Jenderal dalam pencapaian tujuan dan sasaran dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Meningkatkan intensitas dan kualitas pelaksanaan pengawasan Jumlah Satuan kerja sebagai obyek pengawasan cukup banyak dan tidak sebanding dengan keterbatasan jumlah SDM Pengawasan/Auditor yang dimilki Inspektorat Jenderal. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan pengawasan belum menjangkau seluruh satuan kerja. 29

2. Meningkatkan pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Upaya percepatan penyelesaian tindak lanjut hasil pengawasan sudah dilakukan melalui berbagai cara, namun sampai saat ini masih dirasakan belum optimal karena adanya beberapa hambatan yaitu adanya faktor eksternal yang mempengaruhi pelaksanaan rekomendasi antara lain mutasi kepala satker, satker yang tidak aktif, pegawai yang pensiun, pihak ketiga/rekanan yang berkewajiban menyelesaikan kewajibannya sudah tidak ada. 3. Meningkatkan kerjasama di bidang pengawasan melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dalam sinergi pengawasan Kegiatan joint audit dengan BPKP telah dilakukan namun hambatan yang masih ditemukan dalam pelaksanaannya adalah konsistensi pelaksanaan kegiatan dengan perencanaan yang telah disepakati terkait jadual dan obyek pengawasan sehingga berdampak pada output kegiatan yang belum optimal. 4. Meningkatkan upaya pengawasan dan pembinaan aparatur untuk meniadakan perilaku koruptif di lingkungan Kementerian Kesehatan Upaya pencegahan korupsi telah dilakukan antara lain dengan melakukan pencanangan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK ). Penilaian satker Calon WBK di lingkungan Kementerian Kesehatan sudah dilakukan dan pengusulan saker calon WBK ke Kementerian PAN dan RB telah dilaksanakan, namun dalam pelaksanaannya ditemukan hambatan yaitu hasil penilaian satuan kerja Wilayah Bebas dari Korupsi hingga akhir tahun 2013 belum ditetapkan oleh Kementerian PAN dan RB. 5. Mendorong percepatan penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (PP Nomor 60 tahun 2008) di lingkungan Kementerian Kesehatan Upaya Inspektorat Jenderal dalam mendorong penerapan SPIP antara lain dengan terus menerus memberikan sosialisasi mengenai SPIP dalam berbagai pertemuan dan bekerjasama dengan BPKP dalam pelaksanaan pelatihan SPIP. Disamping ituinspektorat Jenderal juga melaksanakan kegiatan pendampingan manajemen risikodalam rangka penerapan SPIP pada satuan kerja secara bertahap untuk melihat sejauhmana penerapan SPIP pada satuan kerja di lingkungan Kementerian Kesehatan. Hasil pendampingan manajemen risiko menunjukkan bahwa penilaian risiko dalam rangka penerapan SPIP belum sepenuhnya dilaksanakan di satuan kerja. 30