Keadaan Geografis. Data Pokok Pembangunan 2014 DATA POKOK PEMBANGUNAN KABUPATEN MURUNG RAYA 2013

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI W I L A Y A H

KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

KONDISI UMUM BANJARMASIN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

BAB III TINJAUAN WILAYAH

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

BAB II TINJAUAN UMUM

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Seisme/ Gempa Bumi. Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang disebabkan kekuatan dari dalam bumi

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Batuan beku Batuan sediment Batuan metamorf

1. GEOGRAFI DAN IKLIM/Geographical and Climate

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN

KONSERVASI LAHAN: Pemilihan Teknik Konservasi, Fungsi Seresah dan Cacing Tanah, dan mulsa organik

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Neraca Kebutuhan dan Ketersediaan Air. dilakukan dengan pendekatan supply-demand, dimana supply merupakan

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Ekologi Padang Alang-alang

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

Transkripsi:

Keadaan Geografis Dalam kegiatan pembangunan yang bersifat fisik dan berhubungan dengan pemanfaatan sumber daya alam pasti mengandung resiko terjadinya perubahan ekosistem yang selanjutnya akan mengakibatkan dampak, baik yang bersifat negatif maupun yang positif. Oleh karena itu, kegiatan pembangunan yang dilaksanakan seharusnya selain berwawasan sosial dan ekonomi juga harus berwawasan lingkungan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana merupakan tujuan utama pengelolaan lingkungan hidup. Sejalan dengan itu, pembangunan wilayah menurut UU No.4. 1984 tentang ketentuan pokok lingkungan hidup harus berwawasan lingkungan. Berdasarkan UU tersebut, pembangunan fisik harus memperhatikan keseimbangan lingkungan sehingga dapat menghindari bencana seperti tanah longsor, banjir ataupun sedimentasi. Ketersediaan air tanah dan air permukaan, keanekaragaman plasma nutfah yang merupakan kekayaan alam hayati merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan. Dalam mewujudkan pembangunan berwawasan lingkungan tentunya harus berpedoman pada kondisi geografis dari wilayah yang bersangkutan. 8

1. IKLIM DAN SUHU Kabupaten Murung Raya terletak pada daerah beriklim tropis yang panas dan lembab, karena secara geografis, masih terletak di sekitar khatulistiwa dan bercurah hujan tinggi. Menurut BMKG (Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Beringin, Muara Teweh, Barito Utara, tahun 2014), suhu berkisar 19,6 C 36,4 C. Berdasarkan pengamatan Stasiun Meteorologi Bendara Beringin Muara Teweh, keadaan curah hujan rata-rata tertinggi di Kabupaten Murung Raya adalah sekitar 610 yang terjadi pada Februari 2013 sedangkan jumlah hari hujan terbanyak yakni 25 hari yang terjadi pada bulan November dan Desember. Tingginya curah hujan tersebut dimungkinkan karena pengaruh adanya DKAT (Daerah Konfergensi Antar Tropik). DKAT adalah suatu zona atau daerah yang lebar dimana suhu udaranya tinggi dan disebut pula equator termal, suhu tinggi tersebut menyebabkan gerakan udara naik karena pemanasan dan tekanan udaranya menjadi rendah. Kemudian terjadi gerakan udara dari daerah sekitarnya yang lebih dingin menuju daerah DKAT. Udara yang bergerak tersebut dalam perjalanannya melalui perairan yang banyak sehingga banyak pula mengandung air. Udara yang naik pada daerah DKAT menyebabkan mengembangnya kembali uap air dan turunlah hujan (menuju konfeksi). 9

Tabel 3.1. Rata-rata Kecepatan Angin dan Arah Angin di Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 Rata-rata Kecepatan (Knots) Arah Tekanan Udara (mb) Minimum Maksimum Rata-rata (1) (4) (6) (5) (6) (7) Januari 5 Barat Daya 1 1 013,8 1 012,6 5 Pebruari 4 Barat Daya 1 1 015,5 1 012,2 4 Maret 5 Barat Daya 1 1 014,8 1 013,1 5 April 5 Barat Daya 1 1 014,6 1 012,8 5 M e i 4 Utara 1 1 015,1 1 012,3 4 J u n i 4 Barat Laut 1 1 014,6 1 011,5 4 J u l i 4 Barat Daya 1 1 014,6 1 012,6 4 Agustus 4 Barat Daya 1 1 014,9 1 013,2 4 September 4 Barat Daya 1 1 015,1 1 013,4 4 Oktober 5 Barat Daya 1 1 014,5 1 013,0 5 Nopember 4 Barat Daya 1 1 015,0 1 012,6 4 Desember 5 Barat Daya 1 1 014,4 1 012,1 5 Sumber : BMKG, Stasiun Meteorologi Beringin Muara Teweh Rata-rata kecepatan angin tahun 2014 di Kabupaten Murung Raya bervariasi pada tiap bulannya, kecepatan angin cenderung stabil pada bulan Mei-September. 2. GEOLOGI Secara umum, kemampuan lingkungan alam untuk mendukung kebutuhan hidup manusia tergantung dan dipengaruhi oleh kemampuan dan cara pengelolaan serta pengolahan manusia terhadap lingkungan alamnya. Dalam pengertian tersebut, maka cara dan kemampuan manusia tersebut 10

adalah dengan mempertimbangkan kondisi dan karakteristik alamiah lingkungan alamnya, salah satunya adalah faktor geologi lingkungan. Faktor geologi penting terhadap kegiatan pertanian, pertambangan, konstruksi sarana tempat tinggal, jalan raya dan lainnya karena berkaitan dengan kemampuan lahan dan batuan pembentuk tanah menurut jenis-jenisnya, di samping ditinjau dari sifat-sifat bahaya. Berdasarkan Peta Geologi Wilayah Kabupaten Murung Raya sebagian terdiri dari formasi geologi yang tergolong tua, kecuali daerah endapan aluvium (kwater) di bagian selatan. Susunan bantuan geologinya ialah sebagai berikut ; 1. Kwater, merupakan batuan aluvium/endapan dari kerikil yang membentang di dataran rendah. 2. Miosis, merupakan batuan sedimen batu bara, batu pasir, lempung, seringkali dengan sisipan batu gamping tipis. 3. Paelogen, mencakup semua endapan eosen dan oligosen, yang terdiri dari konglomerat alas pada bagian bawah, disusul oleh batu gamping dan napal-lempung pada bagian atas. 4. Mesozoikum, merupakan batuan facies sedimen dan gunung api, terdiri dari batuan lelehan dan piroklastik bersusun basa dan intermediter, batu pasir, konglomerat, sabak, kersik, serpih, lempung, dan batu gamping. 5. Batuan Dalam, terdiri dari granit dan granodirit Manfaat pemahaman kondisi dan karakteristik geologi terhadap pembangunan, misalnya dalam hal pembangunan jaringan jalan. Jaringan jalan yang dibangun di atas jenis tanah gromosol berpotensi tidak akan berumur panjang, karena salah satu sifat fisik tanah jenis ini mudah 11

mengembang jika basah dan akan retak-retak jika tanah kembali kering di musim kemarau. Dengan demikian akan mempengaruhi kekuatan konstruksi jalan yang harus dibangun secara khusus, tetapi akan berbenturan dengan ketersediaan dana yang relatif terbatas. Gambar 1. Peta Geologi Wilayah Kabupaten Murung Raya Dalam konteks penyusunan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Murung Raya maka hasil analisa geologi tata lingkungan meliputi : 12

a. Kawasan yang aman untuk dihuni, yang tersebar hampir di seluruh kecamatan, dengan sistem lahan dataran sampai perbukitan. b. Kawasan rawan - 1, yaitu kawasan-kawasan yang memiliki drainase buruk, tergenang secara periodik, permukiman sporadis. Kawasan demikian tidak terdapat di Kabupaten Murung raya. c. Kawasan rawan - 2, yang memiliki drainase buruk dan merupakan kawasan tergenang sepanjang tahun. Kawasan demikian juga tidak terdapat di Kabupaten Murung Raya. d. Kawasan rawan - 3, kawasan yang merupakan daerah erosi dan resapan air. Kawasan demikian terdapat di sekitar pegunungan dan teras - teras yang terdapat di sebagian setiap kecamatan di Kabupaten Murung Raya. 3. FISIOGRAFI 3.1 Kelerengan Yang dimaksud lereng adalah perbedaan ketinggian dua tempat yang berbeda yang dinyatakan dalam persentase. Artinya berupa meter beda tinggi antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya dibagi dengan jarak kedua tempat tersebut. Lereng merupakan salah satu faktor yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam pengelolaan tanah untuk menjaga kelestarian tanah. Sehingga dalam pengelolaan akan diperlukan syarat - syarat tertentu pada lereng tertentu pula. Agar tanah tersebut memberi manfaat yang sebesarbesarnya. 13

3.2 Kedalaman Efektif Kedalaman efektif tanah sangat penting bagi pertumbuhan akar tanaman. Makin dalam makin baik bagi pertumbuhan tanaman. Jenis tanah erat kaitannya dengan kedalaman efektif. Wilayah Kabupaten Murung Raya sebagian besar mempunyai kedalaman efektif lebih dari 90 cm atau lebih. Tanah yang dalam lebih banyak terdapat pada jenis tanah Oksisol, podsolik, dan Litosol. Pada tanah podsolik dan regosol sering terdapat lapisan padas pada kedalam tertentu, sehingga sulit ditembus akar tanaman. Tanah walaupun dalam, penggunaannya untuk tanah pertanian masih dipengaruhi tingkat kematangan dan keadaan drainasenya. Di Murung Raya lahan dengan kedalaman efektif lebih dari 30-90 cm terletak di bagian Selatan termasuk diantaranya Tanah Siang. Dalam kaitannya dengan kondisi geologi, sebagian besar wilayah Kabupaten ini adalah Platad Batuan Pasir Miosen, Eosin sisipan batubara, Eosin bawah, fesies batuan pasir, yang terletak di bagian utara yang terjal. Sedang di bagian selatan terdapat batuan baku leleran muda. 3.3 Tekstur Tanah Tekstur tanah menyatakan jumlah relatif antara fraksi tanah liat, debu dan pasir dalam tanah. Wilayah Kabupaten Murung Raya terdiri dari 80 % bertekstur halus, yakni di Kecamatan Sumber Barito, Tanah Siang, Permata Intan, dan Laung Tuhup. Sedang sebagian kecil di sebelah Barat Kecamatan Sumber Barito terdapat tanah ber tekstur sedang. Menurut peta 14

tekstur tanah di Kabupaten Murung Raya tidak terdapat tanah bertekstur kasar. Tabel 3.2. Keadaan Tekstur Tanah Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2012 Kecamatan T e k s t u r ( Ha ) Halus Agak Halus Kasar Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) Permata Intan 122.700 0 0 122.700 Sungai Babuat *) *) *) *) Murung 23.759 49.241 0 73.000 Laung Tuhup 128.338 182.762 0 311.100 Barito Tuhup Raya *) *) *) *) Tanah Siang 152.200 2.700 0 154.900 Tanah Siang *) *) *) *) Selatan Sumber Barito 1.411.345 296.955 0 1.708.300 Seribu Riam *) *) *) *) Uut Murung *) *) *) *) Jumlah 1.838.342 531.658 0 2.370.000 Sumber : Badan Pertanahan Kabupaten Murung Raya 15

Gambar 2. Peta Fisiografi Wilayah Kabupaten Murung Raya LEGENDA 1002 Bukit / ketinggian Dataran Rendah Daerah bergelombang Daerah Berbukit Daerah Bergunung 16

Gambar 3. Peta Kelerengan di Wilayah Kabupaten Murung Raya 17

4. JENIS DAN KEMAMPUAN TANAH Dalam era peningkatan pelaksanaan kegiatan dan volume pembangunan, tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang selalu dibutuhkan dalam setiap kegiatan. Tanah sebagai letak kegiatan yang dibebani untuk menampung semua kegiatan mengakibatkan kebutuhan akan tanah semakin bertambah, sementara luas tanah senantiasa tetap. Disamping luas tanah yang tidak akan pernah bertambah, tidak semua tanah dapat digunakan untuk berbagai jenis kegiatan bebas, karena tanah mempunyai faktor pembatas, baik dari segi fisik maupun dari segi hukum. Faktor pembatas, dari segi fisik yaitu: kemampuan tanah, ketinggian, jenis tanah, kesuburan dan lain sebagainya, sedangkan dari segi hukum meliputi penguasaan hak yang telah ada diatas tanah tersebut. Menurut keadaan wilayahnya Kabupaten Murung Raya tanahnya terdiri dari berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut antara 15-780 m. Sedangkan dataran rendah terdapat pada bagian Selatan membentang sejauh lebih kurang 150 Km ke Utara dan merupakan tanah dengan derajat keasaman kurang dari 7. Jenis tanah daerah selatan berbeda jenis tanah yang terdapat daerah hulu utara. Jenis tanah yang terbentuk erat hubungannya dengan bahan induk (geologi), iklim dan keadaan medannya. Berdasarkan keadaan tanah yang ada, maka secara garis besar jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Murung Raya yaitu : 1. Oksisol (Laterilik) Jenis tanah oksilik (lateritik) memiliki wilayah paling luas, dan hampir meliputi seluruh wilayah bagian atas (hulu). Keadaan medan bergelombang, berbukit, dan bergunung dengan solum tanahnya dalam. 18

Tanah jenis ini memiliki tekstur halus, berdrainase baik, hanya saja daerah ini curah hujan sangat tinggi. Warna tanah oksolik adalah kuning kemerahan dan termasuk jenis tanah yang telah lanjut mengalami perkembangan pelapukan. 2. Podsolik Tanah podsolik merupakan jenis tanah yang sering dijumpai terletak menyebar di tengah sampai hulu sungai. Tanah podsolik telah mengalami perkembangan lebih lanjut, bersolum dalam, terbentuk dari bahan induk batu liat, dengan bentuk wilayah berombak sampai agak berbukit. Warna tanah podsolik ini adalah warna coklat sampai merah kuning dengan tekstur halus sampai kasar, dan memiliki drainase baik dengan reaksi tanah masam. 3. Litosol Jenis tanah ini memiliki solum dangkal dan berbatu, serta membentang di puncak Pegunungan Muller dengan ketinggian lebih dari 500 meter sampai 1000 meter di atas permukaan laut. Keadaan tanah yang terjal dan curah hujan tinggi menyebabkan erosi cukup berat sehingga menyebabkan tanah - tanah dangkal berbatu. Kemampuan tanah suatu wilayah dapat menjadi kendala utama bagi pengembangan wilayah terutama bagi pengembangan sektor-sektor perekonomian yang memerlukan lahan yang produktif seperti pertanian dan perkebunan. Lahan dengan kemampuan tanah yang tinggi berpotensi tinggi pula untuk berbagai penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaan lahan yang intensif untuk berbagai jenis kegiatan. Kemampuan tanah terdiri 19

dari unsur-unsur lereng, kedalaman efektif, tekstur, drainase, tingkat erosi dan faktor pembatas lainnya seperti batu pasir dan cadas. Gambar 4. Peta Jenis Tanah di Wilayah Kabupaten Murung Raya Litosol Oksisol Podsolik 20

5. KETINGGIAN Untuk daerah tropis, ketinggian wilayah merupakan unsur penting dalam menentukan persediaan fisik tanah. Dengan adanya perbedaan tinggi akan menentukan perbedaan suhu yang kemudian menentukan jenis tanaman yang cocok untuk diusahakan. Terkait dengan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) telah melakukan Pendataan Potensi Desa (PODES) yang salah unsur data yang didapat adalah ketinggian wilayah seperti pada table berikut. Tabel 3.3. Ketinggian Wilayah Ibukota Kecamatan di Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 Kecamatan Kota Ketinggian (M) (1) (2) (3) Permata Intan Tumbang Lahung 42 Sungai Babuat Tumbang Bantian 125 Murung Puruk Cahu 74 Laung Tuhup Muara Laung 47 Barito Tuhup Raya Makunjung 15 Tanah Siang Saripoi 185 Tanah Siang Selatan Dirung Lingkin 39 Sumber Barito Tumbang Kunyi 67 Seribu Riam Muara Joloi 488 Uut Murung Tumbang Olong 780 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Murung Raya 21

5. DRAINASE DAN KEADAAN SUNGAI Potensi hidrologi Kabupaten Murung Raya cukup besar, terutama adanya aliran beberapa sungai antara lain Sungai Barito, Sungai Murung, Sungai Busang, Sungai Laung, Sungai Tuhup, dan beberapa sungai kecil lainnya. Sungai terbesar yang berada di Kabupaten Murung Raya adalah Sungai Barito yang sejalur dengan Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Barito Selatan dengan panjang sungai lebih kurang 900 Km dan lebar ratarata 650 m dengan kedalaman rata-rata 8 m yang bermuara di Laut Jawa. Jalur aliran sungai ini terdapat daerah kerikil kanan sungai yang berpengaruh langsung oleh sungai tersebut. Kabupaten Murung Raya sebagai tempat terdapatnya sumber air hulu sungai Barito terletak di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Mempertimbangkan kedalaman air sungai, lebar sungai, dan panjang sungainya maka debit air Sungai Barito potensial dimanfaatkan untuk kebutuhan penduduk, kebutuhan hidup domestik maupun pertanian. Kegiatan eksplorasi hasil hutan di bagian hulu dan sepanjang sungai selama ini dipandang belum menimbulkan pencemaran terhadap kualitas air sungai tersebut Sungai Barito sebagai sungai utama merupakan salah satu sistem drainase yang terbentuk secara alami untuk mengalirkan airnya. Secara umum pola aliran sungai di wilayah Kabupaten Murung Raya tersebut adalah dendritik. Pola demikian berkembang bebas dalam segala arah dengan percabangan tidak teratur. Sifat dari pola tersebut adalah apabila terjadi hujan merata di seluruh daerah aliran sungai maka akan memiliki 22

puncak banjir yang tinggi, karena akumulasi air hujan yang masuk ke sungai utama hampir bersamaan. Selama ini air dari Sungai Barito sebagai sungai utama maupun anak-anak sungainya dimanfaatkan penduduk untuk MCK (mandi, cuci, kakus, sumber air minum dan prasarana perangkutan air serta sumber pengairan untuk persawahan yang memiliki luas 2,1 % dari keseluruhan. Kedalaman air tanah di wilayah perencanaan ini mencapai sekitar satu meter sampai tujuh meter yang terdapat di sistem lahan dataran. Kedalaman air tanah yang relatif cukup dangkal ini dipengaruhi pula dengan besarnya curah hujan, faktor geologi, serta sistem lahan yang ada. Dengan demikian kapasitas air tanah di Kabupaten Murung Raya cukup memadai pemenuhan kebutuhan hidup penduduk sehari-hari. Air Tanah Menurut pengamatan yang dilakukan, air tanah digunakan di semua wilayah berbukit di kabupaten Murung raya. Hanya daerah yang berada di tepi sungai Barito memnggunakan air permukaan. Sumber air baku bagi PDAM di Puruk Cahu dan Mangkahui memakai mata air dengan kapasitas 15 L / detik. Instalasinya di buat dari beton dan diletakkan di tanah yang tinggi sehingga distribusi air memakai gaya gravitasi. Bedasarkan genetiknya maka air tanah dalam disini berasal dari air meteorik, dengan demikian maka hutan lindung yang berada di daerah recharge harus dijaga kelestariannya untuk memelihara agar imbuhan air tanah dalam dapat terus dipertahankan. 23

Air Permukaan Potensi hidrologi cukup besar, terutama adanya aliran beberapa sungai antara lain Sungai Barito. Saat ini untuk daerah di tepi sungai penggunaan air yang dominan yaitu dengan memanfaatkan air sungai. Sungai yang mengalir di wilayah ini fluktuasinya sangat dipengaruhi oleh eksistensi hutan pada masing-masing Daerah aliran sungainya (DAS). Penebangan hutan yang berlangsung di bagian hulu termasuk lahan kawasan hutan lindung harus segera dikendalikan khususnya bagian WAS (Wilayah Aliran Sungai) Barito yang diharapkan akan memasok kebutuhan bahan baku sumberdaya air. Sehubungan telah berubahnya kondisi lingkungan alam hayati dengan adanya penebangan hutan dan kebakaran hutan yang pernah melanda wilayah kabupaten Murung Raya, maka diperlukan kajian secara khusus pada DAS Barito sebagai pemasok utama kebutuhan bahan baku sumber daya air Kabupaten Murung Raya. Air Hujan Air hujan merupakan salah satu alternatif bagi pemenuhan kebutuhan air rumah tangga wilayah Kabupaten Murung Raya. Khususnya wilayah yang belum terpasok air besih dari PDAM. 24

6. FAKTOR PEMBATAS Bagian wilayah Kabupaten Murung Raya yang mempunyai faktor pembatas dalam kemampuan tanahnya meliputi areal yang sempit, yaitu daerah berbatu-batu. Daerah pasir kwarsa yang digolongkan sebagai jenis tanah regosol, berdrainase poreus sangat miskin unsur hara tanaman. Oleh karena itu daerah ini mudah mengalami kekeringan dan tandus. Faktor pembatas ini secara luas sulit diatasi dengan pemberian bahan organik secara kontinyu dan pemupukan yang lengkap. Dalam keadaan alami di lapangan, pada kondisi curah hujan yang tinggi, maka tumbuh vegetasi pioner sejenis lumut di permukaan tanah, kemudian dapat pula tumbuh pepohonan hutan tetapi dengan pertumbuhan kerdil. 7. PENGGUNAAN TANAH Wilayah kabupaten Murung Raya cukup luas dan sebagian besar masih berupa hutan. hal ini terlhat pada Tabel 3.4 yang mana memperlihatkan hampir 2.236.390,39 hektar atau sekitar 94,36 persen wilayah kabupaten ini masih berupa hutan, baik dengan status kawasan suaka alam, hutan lindung, hutan produksi, kawasan produksi terbatas dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Sedangkan untuk penggunaan lahan permukiman, perkebunan dan persawahan sedikit sekali. Pola penggunaan lahan Kabupaten Murung Raya terdiri dari lahan Basah dan Lahan Kering. Pada lahan basah merupakan semak belukar, perkebunan karet/ rotan, dan hutan terletak di sepanjang Sungai Barito. Sedang hutan terletak pada daerah lahan kering yang berada di daerah perbukitan. 25

Tabel 3.4. Luas Penggunaan Tanah di Kabupaten Murung Raya Tahun 2014 Penggunaan Lahan/Tanah Luas (Ha) % (1) (2) (3) 01. Kawasan Suaka Alam 191.555,05 8,07 02. Hutan Lindung 481.974,05 20,32 03. Hutan Produksi 199.052,53 8,39 04. Kawasan Produksi Terbatas (HPT) 1.244.662,63 52,47 05. Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) 06. Non Kawasan Hutan/Areal Penggunaan Lain (APL) 158.292,15 6,59 98.589,03 4,16 07. Sempadan 152,07 0,01 JUMLAH 2.372.277,51 Sumber : Dinas Kehutanan Murung Raya 26