PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

TUGAS AKHIR. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Nur Ngaeni NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran risiko..., Tati Ariani, FKM UI, 2009

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

ANALISIS POSTUR KERJA PADA AKTIVITAS PENGANGKUTAN BUAH KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE RAPID ENTIRE BODY ASSESSMENT (REBA)

IDENTIFIKASI POSTUR KERJA SECARA ERGONOMI UNTUK MENGHINDARI MUSCULOSKELETAL DISORDERS

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

EVALUASI FASILITAS KERJA BAGIAN FINISHING PERUSAHAAN MEUBEL DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

Metode dan Pengukuran Kerja

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Penilaian Resiko Musculoskeletal Disorders Pekerja Harian Lepas PDAM Tirta Lawu Karanganyar

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK P R O G R A M D I P L O M A IV F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

POSTUR KERJA. 1. Video postur kerja operator perakitan 2. Foto hasil screencapture postur kerja

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB I PENDAHULUAN I-1

Penentuan Tingkat Resiko Kerja Dengan Menggunakan Score Reba

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN ALAT BANTU PENGAMBILAN SAMPEL PADA ROAD TANK PT PERTAMINA EP CEPU

C.6. Perancangan Alat Bantu Kerja Pada Pekerjaan Manual Material Handling...

BAB 1 PENDAHULUAN. ergonomi yang kurang tepat yaitu Musculoskeletal disorder (MSDs). Keluhan

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metode REBA Untuk Pencegahan Musculoskeletal Disorder Tenaga Kerja

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Penentuan Sikap Kerja yang Ergonomis di Area Loading Ramp pada PT. Perkebunan Nusantara XIV Luwu Timur

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

ANALISIS ERGONOMI PADA PEKERJA LAUNDRI

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia dewasa ini lebih dikonsentrasikan pada

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGAJUAN... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA OPERATOR MESIN CETAK MANUGRAPH DI PT. MASCOM GRAPHY SEMARANG PADA BULAN MEI 2013

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

PENDAHULUAN. Industria: Jurnal Teknologi dan Manajemen Agroindustri Volume 5 Nomor 1:

Analisa Postur Kerja Menggunakan Metode OWAS dan RULA

GAMBARAN RISIKO ERGONOMI PADA PEKERJA CUCI SEPEDA MOTOR DI JAKARTA PADA BULAN MEI 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

SimposiumNasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu.

Penilaian Postur Kerja di Area Konstruksi CV. Valasindo dengan Metode Quick Exposure Check

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

Analisis ergonomi postur kerja operator pada proses pembuatan batako

PENILAIAN POSTUR KERJA PADA PEKERJA PEMBUAT BATAKO DI GORONTALO

PERBANDINGAN METODE-METODE BIOMEKANIKA UNTUK MENGANALISIS POSTUR PADA AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING (MMH) KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

Transkripsi:

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu) Meity Martaleo Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit 94 Bandung 40141 Telp. (022) 2032700 Email: meity.martaleo@gmail.com ABSTRAK Aktivitas penanganan material secara manual merupakan bagian dari ilmu ergonomi. Salah satu pekerjaan yang membutuhkan penanganan material secara manual adalah kuli angkut terigu. Proses penanganan material ini lebih dari sekedar pengangkatan beban karena dapat menimbulkan cedera pada bagian tubuh, khususnya gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders (MSDs). Penilaian risiko ergonomi digunakan untuk mengidentifikasi gangguan otot rangka yang dapat terjadi pada aktivitas penanganan material secara manual. REBA (Rapid Entire Body Assessment) dan QEC (Quick Exposure Check) merupakan dua metode yang umum digunakan dalam penilaian risiko ergonomi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan antara dua metode tersebut khususnya pada kuli angkut terigu. Data diperoleh melalui observasi dan wawancara dengan menggunakan kuesioner pada 10 kuli angkut terigu. Berdasarkan data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis statistik dengan bantuan software SPSS. Hasil analisis menunjukkan korelasi yang signifikan antara kedua metode dalam penilaian risiko ergonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kedua metode dapat digunakan secara bergantian untuk penilaian risiko ergonomi pada penanganan material secara manual. Kata kunci: penanganan material secara manual, penilaian risiko ergonomi, REBA, QEC Pendahuluan Dalam beberapa dekade terakhir, banyak dilakukan pengembangan metode penilaian risiko ergonomi pada pekerjaan dengan penanganan material secara manual. Pencegahan dan kontrol atas keluhan otot rangka, terutama yang berhubungan dengan pekerjaan manual merupakan salah satu prioritas Health Safety Commision (HSC) yang dibentuk oleh institusi Health & Safety Laboratory (HSL). Target yang ingin dicapai adalah dengan mengurangi kecelakaan kerja dan jumlah hari kerja yang hilang akibat keluhan otot rangka sampai dengan 30% (HSL, 2000). Peraturan mengenai penilaian risiko pada pekerjaan dengan penanganan manual yang dibuat pada tahun 1992 berpendapat bahwa sebelum pekerjaan diberikan kepada pekerja, merupakan kewajiban bagi pemberi kerja untuk melakukan penilaian risiko ergonomi yang mungkin ditimbulkan oleh pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang membutuhkan penanganan material secara manual masih banyak ditemui di Indonesia, hal ini dikarenakan Indonesia termasuk negara padat karya sehingga peran serta dari manusia dalam segala jenis pekerjaan masih sangat diandalkan. Menurut Tompkins (2003), penanganan material secara manual adalah istilah yang diberikan untuk proses penanganan material yang dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Salah satu pekerjaan yang menggunakan penanganan material secara manual adalah kuli angkut. Di Indonesia terdapat banyak jenis kuli angkut, antara lain kuli angkut terigu, gula, maupun kuli angkut barang (porter) yang banyak beroperasi di pasar dan stasiun. Selain kuli angkut, pekerjaan pemanenan kelapa sawit dapat juga menimbulkan risiko MSDs sehingga diperlukan perhatian bagi perusahaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan mengenai keluhan otot rangka (Hendra dan Rahardjo, 2009). Keluhan atau gangguan otot rangka atau musculoskeletal disorders (MSDs) merupakan fenomena yang banyak dialami oleh pekerja yang melakukan penanganan material secara manual. Musculoskeletal disorders (MSDs) adalah cedera atau keluhan pada jaringan lunak (seperti otot, tendon, ligamen, sendi, dan tulang rawan) dan sistem saraf di mana keluhan ini dapat I-157

mempengaruhi hampir seluruh jaringan termasuk saraf dan sarung tendon (OSHA, 2000). Selain menimbulkan keluhan pada jaringan lunak dan saraf, pekerjaan dengan penanganan material secara manual selalu dikaitkan dengan peningkatan biaya kesehatan, penurunan produktivitas, dan rendahnya kualitas hidup (Karwowski dan Marras, 2003). Metodologi Penelitian Metode REBA pertama kali diperkenalkan oleh McAtamney dan Hignett pada tahun 1995 untuk menilai postur tubuh pekerja secara cepat melalui pengambilan data postur pekerja dan selanjutnya dilakukan penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Tujuan metode REBA adalah mengembangkan sebuah sistem analisa postur tubuh manusia yang sensitif terhadap risiko musculoskeletal dalam berbagai pekerjaan berdasarkan segmen tubuh manusia secara spesifik dalam gerakan tertentu (American Industrial Hygiene Association Ergonomic Committee, 2009). Dengan menggunakan metode REBA, kecelakaan kerja akibat gerakan-gerakan yang melebihi kemampuan pekerja dapat ditanggulangi dengan berbagai usulan berdasarkan hasil penilaian tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan akibat postur tubuh pekerja. Output dari metode REBA adalah skor REBA yang kemudian akan dikelompokkan berdasarkan lima jenis action level. QEC merupakan metode penilaian risiko ergonomi di tempat kerja yang dikembangkan oleh Guangyan Li dan Peter Buckle pada tahun 1999 (Pinder, 2002). Fungsi utama QEC adalah untuk mencegah terjadinya Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) yang dialami oleh pekerja dengan penanganan material secara manual. Pada metode QEC, pekerja dilibatkan secara langsung dalam pengisian kertas penilaian (score sheet) dengan tujuan untuk memudahkan pengamat dalam mengidentifikasi bagian tubuh yang memiliki risiko terjadinya cedera. Lembar penilaian terdiri dari empat bagian utama yang akan dinilai yaitu punggung, bahu atau lengan, pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Besarnya tingkat risiko yang diperoleh dari keempat bagian tersebut dapat digunakan untuk membantu pengamat dalam menemukan adanya tingkat risiko cedera WMSDs yang mungkin dialami oleh pekerja. Hasil dari penilaian keempat bagian utama tersebut dapat diukur berdasarkan kriteria penilaian dengan empat tingkat risiko yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan perbandingan penilaian risiko ergonomi dengan metode REBA dan QEC pada kuli angkut terigu. Sampel pada penelitian ini berjumlah 10 kuli angkut terigu dengan masa kerja minimal satu tahun. Dengan menggunakan penilaian risiko ergonomi dari dua metode yang berbeda, diperoleh skor rata-rata untuk pekerjaan kuli angkut terigu. Kedua skor tersebut selanjutnya akan dianalisis secara statistik dengan bantuan software SPSS untuk mengetahui korelasi antar skor dari metode REBA dan QEC. Hasil dan Pembahasan Tahapan proses kerja kuli angkut terigu Proses pengangkutan terigu dilakukan secara manual tanpa menggunakan alat bantu apapun masing-masing oleh satu kuli angkut. Gerakan yang dilakukan adalah menerima, mengangkat, memindahkan, dan meletakkan karung terigu. Pertama-tama kuli angkut menerima karung terigu dari truk supplier, dan di dalam truk biasanya sudah ada kuli angkut lainnya yang membantu meletakkan karung terigu ke atas bahu. Selanjutnya kuli angkut akan memindahkan karung terigu ke dalam tempat yang sudah disediakan, jarak yang ditempuh masing-masing kuli angkut bervariasi tergantung dari letak gudang tempat penyimpanan terigu. Penilaian postur tubuh kuli angkut terbagi menjadi tiga postur, yaitu loading, moving, dan unloading. Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan pennetuan sudut dan analisis penilaian risiko ergonomi. Pada postur loading, kuli angkut akan mengambil posisi untuk menerima karung terigu dari kuli lainnya yang berada di atas truk. Postur moving dimulai setelah karung terigu dipegang dengan benar dan berada pada posisi tepat di bahu atau pundak kuli angkut, kemudian kuli angkut akan berjalan membawa karung terigu ke gudang penyimpanan. Postur terakhir dari proses kerja kuli angkut terigu adalah unloading, di mana postur ini diawali dengan dua tangan memegang karung terigu dari bahu untuk kemudian diletakkan dan disusun dalam gudang penyimpanan. I-158

Kegiatan pengangkutan terigu dilakukan terus-menerus hingga jumlah karung terigu yang ada di truk supplier habis. Dari hasil wawancara diketahui bahwa dalam satu hari, seorang kuli angkut terigu rata-rata mengangkut 50 karung terigu dengan tanpa istirahat selama pengangkutan untuk satu truk selesai dilakukan. Gambar 1. Proses Kerja Kuli Angkut Terigu Penilaian risiko ergonomi dengan metode REBA Postur yang digunakan untuk penilaian risiko ergonomi dapat dilihat pada Gambar 2, Gambar 3, dan Gambar 4. Gambar postur tersebut menggambarkan proses perpindahan karung dari truk supplier ke gudang penyimpanan. Proses penanganan karung terigu terdiri dari menurunkan karung terigu ke bahu kuli angkut, kemudian karung terigu dibawa ke tumpukan karung di gudang penyimpanan. Gambar 2. Postur a: Loading Tabel 1. Penilaian REBA Postur a: Loading Keterangan Skor Neck sudut leher lebih dari 20 2 Trunk posisi tulang punggung lurus 1 Legs posisi kedua kaki stabil menapak pada tanah 1 Force tidak membawa beban 0 Upper Arm sudut lengan atas lebih besar dari 90 dan bahu terangkat 5 Lower Arm lengan bawah membentuk sudut 60-100 1 Wrist Arm pergelangan tangan membentuk sudut 15 1 Coupling dapat dipegang namun tidak ideal atau dengan bantuan bagian tubuh lain 1 Activity Score - 0 Skor REBA 3 I-159

Gambar 3. Postur b: Moving Tabel 2. Penilaian REBA Postur b: Moving Keterangan Skor Neck sudut leher 20 dan miring ke samping 3 Trunk posisi tulang punggung lurus 1 Leg posisi kaki tidak stabil (hanya bertumpu pada satu kaki) dan membentuk sudut 30 3 Force beban lebih dari 10 kilogram 2 Upper Arm sudut lengan atas lebih besar dari 90 dan bahu terangkat 5 Lower Arm lengan bawah membentuk sudut 60-100 1 Wrist Arm pergelangan tangan membentuk sudut 15 1 Coupling dapat dipegang namun tidak ideal atau dengan bantuan bagian tubuh lain 1 Activity Score terjadi perubahan tiba-tiba ketika beban diletakkan di bahu kuli 1 Skor REBA 9 Gambar 4 Postur c: Unloading Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode REBA, dapat dilihat bahwa postur yang memiliki nilai terbesar adalah Postur b dan c yaitu sebesar 9. Nilai ini termasuk ke dalam kategori perlu dilakukan perbaikan secepatnya (High risk, investigate and implement change). I-160

Tabel 3 Penilaian REBA Postur c: Unloading Keterangan Skor Neck sudut leher lebih dari 20 2 Trunk tulang punggung membentuk sudut antara 20-60 3 Leg posisi kaki tidak stabil (hanya bertumpu pada satu kaki) dan membentuk sudut 30 2 Force beban lebih dari 10 kilogram 2 Upper Arm sudut lengan atas lebih besar dari 90 dan bahu terangkat 4 Lower Arm lengan bawah membentuk sudut kurang dari 60 atau lebih dari 100 2 Wrist Arm pergelangan tangan membentuk sudut 15 1 Coupling dapat dipegang namun tidak ideal atau dengan bantuan bagian tubuh lain 1 Activity Score - 0 Skor REBA 9 Penilaian risiko ergonomi dengan metode QEC Penilaian yang dilakukan dengan menggunakan metode QEC adalah cara penilaian yang mudah, cepat, dan tidak memerlukan pelatihan khusus untuk dapat menggunakannya. Dalam melakukan penilaian, tentukan terlebih dahulu pekerjaan apa yang akan dinilai. Bila pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang berulang, sebaiknya pengamatan dilakukan antara 20-30 buah siklus sebelum mengisi form (University of Surrey, QEC Reference Guide) Pengisian form biasanya akan memakan waktu sekitar 10 menit. Tabel 4. Penilaian QEC Aspek Penilaian Skor Skor Total Punggung 44 137 Bahu/Lengan 46 Pergelangan Tangan/Tangan 20 Leher 12 Mengendarai 4 Getaran (Vibrasi) 1 Tempo Pekerjaan 9 Stres 1 Tabel 5. Rekapitulasi Penilaian Risiko Ergonomi Kuli angkut ke- Skor REBA Skor QEC Action Level 1 9 137 High Risk 2 8 128 High Risk 3 9 125 High Risk 4 9 138 High Risk 5 9 132 High Risk 6 8 130 High Risk 7 8 125 High Risk 8 10 140 High Risk 9 10 139 High Risk 10 9 135 High Risk Rata-rata 8,9 132,9 High Risk Perbandingan penilaian risiko ergonomi Walaupun hasil skor REBA dan QEC tidak dapat secara langsung dihubungkan akan tetapi kesimpulan yang didapat dari kedua metode dapat diasumsikan sama. Hal ini sejalan dengan hasil korelasi dari skor antar kedua metode tersebut, yaitu sebesar 0,76 dan seperti terlihat pada scatter I-161

plot di Gambar 5. Nilai korelasi yang diperoleh dapat dikatakan cukup besar, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kedua metode penilaian risiko ergonomi, REBA dan QEC, memberikan hasil atau action level yang sama. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kasus pekerja tambang minyak, diperoleh nilai korelasi sebesar 0,73 (Motamedzade, 2011). Hasil ini menunjukkan bahwa metode REBA dan QEC memberikan penilaian yang berkorelasi tinggi pada berbagai jenis pekerjaan, terutama perkerjaan dengan penanganan material secara manual. Gambar 5. Scatter Plot Skor REBA vs Skor QEC Pembahasan Besarnya beban kerja yang dialami oleh pekerja ketika melakukan proses penanganan material secara manual dapat mempengaruhi kesehatan pekerja itu sendiri, di mana kesehatan pekerja dapat diukur salah satunya dengan menilai risiko cedera yang mungkin terjadi dari besarnya beban kerja tersebut. Hasil penilaian risiko ergonomi dengan metode REBA akan menentukan apakah pekerjaan kuli angkut terigu termasuk ke dalam pekerjaan dengan risiko cedera tinggi atau rendah. Dari hasil penilaian diketahui bahwa pekerjaan kuli angkut terigu memiliki nilai REBA sebesar 9. Angka 9 ini diperoleh dari nilai skor REBA yang paling maksimum dari semua postur yang ada. Postur b dan c adalah postur yang dianggap memiliki risiko cedera yang tinggi. Secara umum, besarnya nilai REBA dikarenakan besarnya beban yang harus ditangani secara manual oleh kuli angkut yaitu di atas 22 pon (10,5 kg). Rata-rata berat material yang harus ditangani oleh kuli angkut adalah sekitar 25 kg 75 kg dan dilakukan dengan menaruh seluruh beban tersebut hanya pada satu bahu saja. Hal ini sebanding dengan besarnya nilai Upper Arm pada penilaian risiko ergonomi metode REBA. Pekerjaan kuli angkut terigu dinilai dengan metode QEC menghasilkan skor total sebesar 137. Nilai ini dapat dikatakan sebanding dengan penilaian berdasarkan metode REBA yaitu 9. Menurut metode QEC dengan nilai sebesar 137 termasuk dalam kategori pekerjaan (aktivitas) dengan tingkat risiko yang sangat berbahaya. Pekerjaan ini termasuk dalam kategori aktivitas yang melibatkan manual handling karena peran kuli angkut sangat diperlukan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pekerjaan kuli angkut terigu merupakan salah satu pekerjaan dengan penanganan material secara manual. Hasil penilaian risiko ergonomi dengan metode REBA diperoleh skor REBA sebesar 9, berada di rentang 8 10 dengan risiko tinggi. Penilaian risiko ergonomi juga dilakukan dengan menggunakan metode QEC dan diperoleh skor QEC di atas 123 yang berarti memerlukan tindakan perbaikan segera. Melalui analisis statistik,terdapat korelasi antara skor kedua metode penilaian risiko ergonomi tersebut. Korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa kedua metode dapat digunakan secara bergantian untuk mengidentifikasi risiko keluhan otot rangka yang berhubungan dengan pekerjaan penanganan material secara manual. I-162

Daftar Pustaka American Industrial Hygiene Association Ergonomic Committee. Ergonomic Assessment Toolkit, [Online], Diakses dari: http://www.aiha.org/insideaiha/volunteergroups/ergonomics/documents/ectoolkit.pdf Budiman E. dan Setyaningrum, R. (2006), Perbandingan Metode-Metode Biomekanika untuk Menganalisis Postur pada Aktivitas Manual Material Handling (MMH), Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Vol 1 (3). Hendra dan Rahardjo S., (2009), Risiko Ergonomi dan Keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit, Prosiding Seminar Nasional Ergonomi IX, Semarang. Karwowski W, Marras W. S., (2003), Occupational Ergonomics: Principles of Work Design, Florida, CRC Press. Motamedzade, M. Ashuri, M. R. Golmohammadi, R. Mahjub, H., (2011), Comparison of Ergonomic Risk Assessment Outputs from Rapid Entire Body Assessment and Quick Exposure Check in an Engine Oil Company, Journal of Research in Health Sciences, Vol 11 (1) pp. 26-32. OSHA, (2000), Work-related Musculoskeletal Disorders (MSDs), Diakses dari www.osha.gov/pls/oshaweb/owadisp.show_document?p_id=346&p_table=speeches.html Pinder, A., (2002), Benchmarking of the Manual Handling Assessment Charts (MAC), Health and Safety Laboratory, United Kingdom. Simanjuntak, P. J. (1994), Manajemen Keselamatan Kerja, dalam UPT Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja, dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Modul Keselamatan, Kesehatan, dan Kenyamanan Kerja di Gedung, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Tim Ergoinstitute, (2008), Cedera Otot Rangka, dalam skripsi Ariani, T., Gambaran Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) dalam Pekerjaan Manual Handling pada Buruh Angkut Barang (Porter) di Stasiun Kereta Jatinegara Tahun 2009, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Indonesia. Tompkins, et.al., (2003), Facilities Planning, 3 rd ed., John Wiley & Sons, New York. University of Surrey, Quick Exposure Checklist (QEC) Reference Guide, [Online], Diakses dari: http://www.lni.wa.gov/safety/topics/ergonomics/pdfs/ QECReferenceGuide.pdf Work Cover New South Wales, MSD Prevention Toolbox, [Online], Diakses dari: http://www.smartmove.nsw.gov.au/contentfiles/workcovermanualhandling/documents/se ssion%202%20the%20human%20body%20and%20manual%20handling%20trainer's%20n otes.pdf I-163