Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional

dokumen-dokumen yang mirip
PENGERTIAN EKONOMI POLITIK

DAMPAK KENAIKAN HARGA IKAN SEGAR TERHADAP KESEJAHTERAAN NELAYAN Kajian Singkat

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi dan Kebutuhan Investasi

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

PERKEMBANGAN BISNIS DAN DAYA SAING IKAN HIAS INDONESIA. Peluang Bisnis Masyarakat Urban

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 5,21 PERSEN MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2015

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BADAN PUSAT STATISTIK

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2015

BERITA RESMI STATISTIK

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH APRIL 2015

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

DATA MENCERDASKAN BANGSA

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2015

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

2015, No diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Repu

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2015

V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2015

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN DAERAH-DAERAH TERTENTU PADA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BERITA RESMI STATISTIK

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1992 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 1993 TENTANG PERSYARATAN PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN PENANAMAN MODAL ASING

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas terdiri dari

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI LAMPUNG TRIWULAN II-2015 TUMBUH 5,07 PERSEN, MENGUAT DIBANDINGKAN TRIWULAN II-2014

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

BERITA RESMI STATISTIK

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN I TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemasaran barang dan jasa. Dalam merebut pangsa pasar, kemampuan suatu

Sistem konektivitas pelabuhan perikanan untuk menjamin ketersediaan bahan baku bagi industri pengolahan ikan

ALOKASI TAHUN ANGGARAN 2016

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

Transkripsi:

PUSAT KAJIAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERADABAN MARITIM Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011 Suhana 5/11/2011 Alamat Kontak : Blog : Http://pk2pm.wordpress.com, http://suhana-ocean.blogspot.com, Email : suhanaipb@gmail.com, HP. 081310858708

Kekuatan Asing Masih Kuasai Ekonomi Perikanan Nasional Oleh : Suhana Kepala Riset Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan Peradaban Maritim Alamat Kontak : Blog : Http://pk2pm.wordpress.com, http://suhana-ocean.blogspot.com, Email : suhanaipb@gmail.com, HP. 081310858708 Pembangunan ekonomi perikanan pada triwulan pertama tahun 2011 menunjukan belum adanya perbaikan yang signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2010. Bahkan dalam triwulan I 2011 ini terlihat kekuatan asing semakin menguasai sektor perikanan. Hal ini dapat ditunjukan dengan beberapa indikator, yaitu investasi asing di sektor perikanan, tingginya laju impor ikan dan produk perikanan, belum berkembangnya industri perikanan nasional, dan kesejahteraan nelayan serta pembudidaya ikan yang tidak tidak kunjung membaik. Bahkan temuan Badan Pemeriksa Keuangan Semester II Tahun 2010 yang dipublikasikan Maret 2011 menunjukan bahwa masih terdapatnya program-program pemberdayaan nelayan yang tidak memiliki perencanaan yang matang, sehingga program tersebut terlihat tidak efisien dan bahkan melanggar aturan yang ada. Hal ini tentunya perlu mendapatkan perhatian serius agar ekonomi perikanan dapat tumbuh dengan kekuatan nasional. Oleh sebab itu berbagai terobosan agar kebijakan nasional terkait pembangunan perikanan perlu mengedepankan kepentingan nasional, jangan kepentingan asing yang didahulukan. Dalam paper singkat ini, akan diuraikan berbagai indikator yang disebutkan diatas. Berbagai indikator tersebut didukung dengan data-data yang secara resmi dipublikasikan oleh lembaga pemerintah, yaitu Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, dan Badan Koordinator Penanaman Modal. Investasi Perikanan dikuasai Asing Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) 2011 menunjukan bahwa total investasi di sektor perikanan pada triwulan I tahun 2011 mencapai 1,2 US $ juta. Selain itu juga, data BKPM (2011) menunjukan bahwa total investasi sektor perikanan triwulan I tahun 2011 tersebut seratus persen merupakan investasi asing (PMA), hal ini sama dengan kondisi pada periode yang sama tahun 2010. 2 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

Hal ini menunjukan minat investor dalam negeri belum membaik sejak triwulan II tahun 2009, sementara kepercayaan investor asing cenderung meningkat sejak triwulan ke IV tahun 2009. Memburuknya minat investor dalam negeri tersebut hendaknya menjadi perhatian utama pemerintah agar potensi sumberdaya kelautan dan perikanan Indonesia dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia sendiri. Hal ini pun sesuai dengan amanat Pasal 33 (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Meningkatnya investasi asing di sektor perikanan sudah terjadi sejak awal tahun 2010. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM 2011) menunjukan bahwa investasi asing (PMA) tahun 2010 meningkat 71,67 persen dibandingkan dengan tahun 2009, yaitu dari 5,1 juta US $ tahun 2009 meningkat menjadi 18 juta US $ tahun 2010. Hal yang berbeda terjadi pada penanaman modal dalam negeri (PMDN). Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM 2011) menunjukan bahwa PMDN tahun 2010 turun 23,7 milyar rupiah dibandingkan dengan tahun 2009, dimana pada tahun 2010 investasi dalam negeri hanya mencapai 1 milyar rupiah sementara tahun 2009 investasi dalam negeri mencapai 24,7 milyar rupiah (Lihat Gambar 1). Gambar 1 Perkembangan Nilai Investasi Asing (PMA) dan Dalam Negeri (PMDN) Sektor Perikanan 3 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

Menurunnya investasi dalam negeri dan meningkatnya investasi asing di sektor perikanan sejalan dengan tidak konsistennya kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kalau kita kembali melihat dorongan pemangku kepentingan sektor perikanan sejak tahun 2007 untuk membatasi kepentingan asing di sektor perikanan sangat tinggi, puncaknya ketika Menteri Kelautan dan Perikanan mengesahkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen-KP) No 5 Tahun 2008 tentang izin usaha perikanan tangkap. Dan dipertegas kembali dengan disahkannya revisi UU No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan menjadi UU No 45 Tahun 2009 tentang Perikanan pada masa akhir periode Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu jilid I dan DPR-RI periode 2004-2009. Dimana pada kedua peraturan perundang-undangan tersebut kepentingan asing di sektor perikanan sangat diperketat dan lebih mendorong keterlibatan nelayan, pembudidaya ikan, investor dalam negeri dan pengusaha ikan nasional. Akibatnya, investasi asing pada sektor perikanan tahun 2008 dan 2009 menurun drastis, dan minat investasi dalam negeri cenderung meningkat. Data BKPM (2011) menunjukan bahwa PMA tahun 2007 mencapai 24,7 juta US $ dan menurun drastis pada tahun 2008 hanya mencapai 2,4 juta US $ dan akhir tahun 2009 kembali meningkat menjadi 5,1 juta US $. Sementara itu pasca keluarnya Permen KP No 5 Tahun 2008 minat investasi dalam negeri mulai tumbuh. Data BKPM (2011) menunjukan bahwa PMDN tahun 2007 hanya sebesar 3,1 milyar rupiah menjadi 24,7 milyar rupiah pada tahun 2009. Namun demikian, memasuki periode Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II, (Permen-KP) No 5 Tahun 2008 tentang izin usaha perikanan tangkap diupayakan untuk direvisi kembali dengan memasukan kepentingan asing. Draft Revisi Permen KP No 5 Tahun 2008, Pasal 2 ayat (1) poin d menyebutkan bahwa jenis usaha perikanan tangkap meliputi penangkapan ikan terpadu. Sementara itu dalam pasal 36 ayat 2 disebutkan bawah Usaha perikanan tangkap terpadu dilaksanakan oleh (1) usaha perikanan tangkap terpadu dengan fasilitas penanaman modal dalam negeri dan (2) usaha perikanan tangkap terpadu dengan fasilitas penanaman modal asing. Sementara itu dalam Pasal 37 ayat 1 disebutkan perusahaan perikanan dengan fasilitas penanaman modal asing wajib membangun dan/atau memiliki sekurang-kurangnya unit pengolahan ikan (UPI) serta menggunakan tenaga kerja berkewarganegaraan Indonesia sesuai ketentuan yang berlaku. Berdasarkan beberapa ayat dalam Draft Revisi Permen KP No 5 Tahun 2008 tersebut jelas sarat dengan kepentingan pengusaha asing dalam mengeksploitasi sumberdaya ikan di Indonesia. Apalagi fasilitas penanaman modal asing dalam draft permen kelautan dan 4 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

perikanan tersebut diberikan peluang untuk langsung mengekspor ikan langsung ke luar negeri, karena hanya diwajibkan membangun beberapa unit pengolahan ikan saja di dalam negeri. Padahal dalam Permen KP No 5 Tahun 2008 sudah jelas bahwa 100 persen hasil tangkapan harus diolah di dalam negeri. Walaupun implementasi permen KP No 5 Tahun 2008 tersebut sampai saat ini belum optimal. Pertumbuhan Impor Ikan dan Produk Perikanan Mengkhawatirkan Pertumbuhan nilai impor ikan dan produk perikanan Indonesia periode Januari - Pebruari 2011 mencapai 54,68 persen jika dibandingkan pada periode yang sama pada tahun 2010. Nilai impor ikan periode Januari Pebruari 2011 tercatat sebesar 71.120.794 US $, sementara nilai impor ikan pada periode yang sama tahun 2010 mencapai 32.233.089 US $. Sementara itu pertumbuhan nilai ekspor produk perikanan periode Januari - Pebruari tahun 2011 hanya mencapai 15,17 persen jika dibandingkan periode yang sama pada tahun 2010 (BPS 2011). Data Badan Pusat Statistik (2011) menunjukan bahwa nilai ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia periode Januari - Pebruari 2011 tercatat hanya mencapai 320.716.984 US $, sementara pada periode yang sama tahun 2010 nilai ekspor ikan dan produk perikanan mencapai 272.051.342 US $ (Lihat Gambar 2). Tingginya laju impor tersebut sudah terjadi sejak tahun 2010, namun demikian ternyata pemerintah belum dapat mengerem laju impor ikan dan produk perikanan nasional. Data UN- Comtrade (2011) menunjukan bahwa Laju pertumbuhan nilai impor ikan dan produk perikanan Indonesia tahun 2010 meningkat tajam sebesar 31,13 persen dibandingkan tahun 2009. Sementara laju pertumbuhan nilai ekspor ikan dan produk perikanan Indonesia tahun 2010 hanya meningkat sebesar 15,18 persen dibandingkan tahun 2009. Pasca implementasi CAFTA, ikan impor dari Negara China sangat mendominasi ikan impor yang masuk ke Indonesia, yaitu mencapai 38,41 persen dari total impor ikan Indonesia (UN-Comtrade 2011). Suhana (2011) mengungkapkan bahwa tragedi tingginya laju impor ikan dari Negara China pada tahun 2010 telah berdampak terhadap penurunan nilai Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP) ikan dan produk perikanan Indonesia ke China. Sementara nilai ekspor ikan dari Indonesia ke China tahun 2010 cenderung menurun sehingga neraca perdagangan ikan dan produk perikanan Indonesia menjadi negative. Fenomena seperti ini sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2009, namun demikian pada tahun 2010 ini terus mengalami penurunan. Dalam periode 1996-2008, nilai ISP ikan dan produk perikanan Indonesia ke China masih bernilai positif dengan nilai rata-rata sebesar 0,75 (UN Comtrade 2011). Artinya bahwa pada periode 5 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

1996-2008 sebenarnya ekspor ikan Indonesia ke China sudah menuju kepada tingkat kematangan. Namun demikian, memasuki tahun 2009 dan 2010 ini perdagangan ikan dan produk perikanan Indonesia terus mengalami penurunan yang drastis seiring dengan terus meningkatnya laju impor ikan dan produk perikanan dari China ke Indonesia. Oleh sebab itu apabila kondisi tersebut tidak secepatnya ditanggulangi secara cepat dan tepat, dikhawatirkan daya saing ikan dan produk perikanan Indonesia ke China akan semakin terpuruk. Gambar 2 Perkembangan Nilai Ekspor-Impor Ikan Triwulan 1 2011 Industri Perikanan Tidak Berkembang Tingginya laju Impor tahun 2011 ternyata tidak berdampak nyata terhadap peningkatan kapasitas Industri perikanan yang terpakai. Data Bank Indonesia (2011) menunjukan bahwa rata-rata kapasitas industri perikanan yang terpakai pada triwulan 1 2011 68,82 persen. Hal ini menunjukan bahwa ikan dan produk perikanan yang masuk ke Indonesia bukan merupakan sumber bahan baku bagi Industri pengolahan perikanan nasional akan tetapi lebih didominasi oleh ikan dan produk perikanan yang siap konsumsi. 6 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

Kesejahteraan Nelayan Belum Membaik Meningkatnya investasi asing di sektor perikanan ternyata belum berdampak signifikan terhadap kesejahteraan nelayan Indonesia. Sementara itu tingginya laju impor ikan dan produk perikanan 2011 diduga telah berdampak terhadap menurunnya pendapatan nelayan nasional. Karena harga ikan impor cenderung lebih murah dibandingkan dengan harga ikan hasil produksi para nelayan dan pembudidaya ikan nasional. Data BPS (2011) menunjukan bahwa pertumbuhan nilai yang diterima oleh nelayan dan pembudidaya ikan pada bulan Maret 2011 menurun sebesar 0,82 persen dibandingkan pada bulan Maret 2010. Penurunan nilai yang diterima oleh nelayan dan pembudidaya ikan tersebut terjadi di 21 propinsi yang ada di Indonesia, dimana penurunan terbesar terjadi di Propinsi Bali, yaitu sebesar 5,61 persen. Propinsi Bali merupakan salah satu pintu masuknya ikan dan produk perikanan impor ke Indonesia. Besarnya laju penurunan nilai yang diterima oleh para nelayan dan pembudidaya ikan berdampak pada penurunan nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan nasional. Data BPS (2011) menunjukan bahwa 12 propinsi (37,50 persen) yang ada di Indonesia memiliki Nilai Tukar Nelayan dibawah nilai 100, artinya bahwa kondisi kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan di ke 12 propinsi tersebut sangat mengkhawatirkan. Keduabelas propinsi tersebut adalah Propinsi Papua, Kalimantan Selatan, Bali, Jambi, Kalimantan Timur, Kepulauan Bangka Belitung, Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Banten, Sumatera Utara dan Maluku Utara. Secara grafis nilai tukar nelayan per Maret 2011 dapat dilihat pada Gambar 3. 7 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

Gambar 3 Perkembangan Nilai Tukar Nelayan Bulan Maret 2011 Rekomendasi Berdasarkan hal tersebut diatas, guna meningkatkan kinerja ekonomi perikanan nasional diperlukan upaya komprehensif mulai dari perbaikan iklim investasi dalam negeri, menekan laju impor ikan dan produk perikanan nasional, dan penurunan biaya produksi perikanan. Dalam memperbaiki iklim investasi dalam negeri, pemerintah perlu meminimalkan besarnya biaya transaksi yang selama ini dikeluhkan oleh para investor dalam negeri. Sementara itu guna menekan laju impor ikan dan produk perikanan pemerintah harus konsisten dalam menindak para importir yang tidak memiliki izin. Selain itu juga pemerintah perlu secepatnya mengeluarkan kebijakan berapa quota impor ikan dan produk perikanan yang diperbolehkan masuk ke Indonesia guna memenuhi kebutuhan bahan baku industri pengolahan nasional. Tanpa adanya kebijakan tersebut tragedi impor ikan atas nama memenuhi kebutuhan bahan baku pengolahan nasional akan terus terjadi. Selain itu juga, dalam upaya menekan laju impor ikan dan produk perikanan pemerintah perlu menyusun kebijakan yang mewajibkan ikan dan produk perikanan yang diimpor ke Indonesia 8 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011

harus bebas dari praktek kejahatan perikanan, yaitu kejahatan IUU Fishing. Hal ini perlu segera dilakukan, karena dugaan kuat bahwa ikan-ikan yang diimpor ke Indonesia merupakan hasil dari pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia sendiri. Namun demikian, dugaan ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut lagi. Dalam upaya penurunan biaya produksi perikanan dapat dilakukan dengan terus meningkatkan jumlah dan kwalitas pelayanan stasiun pengisian bahan bakar khusus nelayan dan pembudidaya ikan di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar para nelayan dan pembudidaya ikan dapat membeli bahan bakar solar sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh pemerintah. Selain itu juga pemerintah perlu mendorong terwujudnya rumah-rumah pakan ikan yang dikelola oleh setiap kelompok pembudidaya ikan dengan bahan baku lokal. Sehingga mereka tidak tergatung lagi dengan pakan pabrik yang harganya jauh dari jangkauan mereka. Selain itu juga pemerintah terus mengembangkan benih-benih ikan yang unggul dan tahan penyakit guna meningkatkan produktivitas budidaya ikan. Daftar Bacaan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM 2011). Perkembangan Realisasi Investasi Triwulan I Tahun 2011 Badan Pusat Statistik (BPS 2011). Berita Resmi Statistik, edisi Bulan Januari - Mei 2011 Badan Pusat Statistik (BPS 2011). Statistik Ekspor Produk Perikanan Bank Indonesia. 2011. Survey Kegiatan Dunia Usaha Triwulan I 2011. Suhana, 2010. Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan 1 2010 Suhana, 2011. Ekonomi Perikanan, CAFTA, dan MEA 2015. Sinar Harapan, Jum at 29 April 2011 9 Laporan Ekonomi Perikanan Triwulan I Tahun 2011