Prospek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah. Oleh: Hilman Qomarsono 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Neraca kebutuhan aluminium ingot (batangan) di dalam negeri hingga kini

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

SURVEI PERSEPSI PASAR

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

Mewaspadai Perlambatan Ekonomi China IW.AS

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut perdagangan internasional. Hal ini dilakukan guna memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. konsisten, perekonomian dibangun atas dasar prinsip lebih besar pasak dari pada

Trenggono Sutioso. PT. Antam (Persero) Tbk. SARI

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

1. Tinjauan Umum

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

BAB I PENDAHULUAN. seluruh penghasilan saat ini, maka dia dihadapkan pada keputusan investasi.

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

JAMBI AGRO INDUSTRIAL PARK

Analisis Perkembangan Industri

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan kelebihan produksi barang dan jasa tersebut demikian juga negara lain. Jika

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Baja merupakan bahan baku penting dalam proses industri sehingga

HILIRISASI PEMBANGUNAN INDUSTRI BERBASIS MINERAL TAMBANG

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

Ringkasan eksekutif: Pertumbuhan melambat; risiko tinggi

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi pada arus modal eksternal, prospek pertumbuhan yang tidak pasti. Krisis

BAB III PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. industri adalah baja tahan karat (stainless steel). Bila kita lihat di sekeliling kita

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

SURVEI PROYEKSI INDIKATOR MAKRO EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri Farmasi merupakan salah satu industri besar dan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pinjaman luar negeri merupakan sesuatu yang wajar untuk negaranegara

PRESS RELEASE PAPARAN PUBLIK 2015 PT KMI WIRE AND CABLE Tbk 11 AGUSTUS 2015

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Analisis pergerakan..., Adella bachtiar, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. akumulasi modal yang diperlukan untuk pembangunan perekonomian.

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

SURVEI PERSEPSI PASAR

Perkembangan Indikator Makroekonomi Indonesia di tengah Ketidakseimbangan Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia beberapa tahun terakhir ini sedang dalam fase

BAB I PENDAHULUAN. tabungan paksa dan tabungan pemerintah (Sukirno dalam Wibowo, 2012).

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN Hubungan Nilai Tukar Riil dengan Indeks Harga Saham Gabungan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

Kinerja Ekspor Nonmigas Januari-April Lampui Target *Sinyal bahwa FTA/EPA Semakin Efektif dan Pentingnya Diversifikasi Pasar

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

Transkripsi:

Prospek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah Oleh: Hilman Qomarsono 1 Latar Belakang & Urgensi Akuisisi PT Inalum PT Inalum merupakan perusahaan penghasil aluminium hasil kerjasama Pemerintah dan konsorsium dari Jepang yang dirintis sejak 1975. Berdasarkan perjanjian kerjasama, PT Inalum dimiliki oleh konsorsium Nippon Asahan Aluminium (NAA) sebesar 58,9% dan Pemerintah sebesar 41,1%. Kerjasama ini akan berakhir pada 31 Oktober 2013 dengan opsi bahwa Pemerintah Indonesia dapat mengambil alih PT Inalum dengan membeli kepemilikan 58,9% NAA. Dengan adanya opsi tersebut, Pemerintah telah berketetapan untuk mengambil alih PT Inalum dengan nilai akusisi Rp 7 triliun, yang telah dialokasikan di APBN-P 2012 sebesar Rp 2 triliun dan APBN 2013 sebesar Rp 5 triliun. Keputusan Pemerintah untuk mengakuisisi PT Inalum perlu diapresiasi dan didukung, mengingat tidak idealnya kondisi industri hulu aluminium nasional sehingga hanya menghasilkan nilai tambah yang sangat sedikit dan masih jauh dari potensi yang dapat diperoleh. Selain itu, PT Inalum memiliki nilai strategis yang tinggi mengingat PT Inalum merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang pengolahan aluminium (ingot smelter) yang menghasilkan ingot (aluminium batangan) berkualitas tinggi yang diproses dari bahan baku alumina. Secara umum proses hulu industri aluminium adalah sebagai berikut: Bauksit Alumina Ingot Di dalam industri hulu aluminium, Indonesia merupakan salah satu produsen bauksit terbesar di dunia dengan total produksi mencapai 36 juta ton per tahun (2011). Seluruh hasil produksi bauksit nasional diekspor terutama ke China dan Jepang karena belum terdapat fasilitas pengolahan bauksit menjadi alumina (alumina refinary) di Indonesia. Dengan demikian, alumina yang menjadi bahan baku PT Inalum dalam memproduksi aluminium merupakan hasil impor yang terutama berasal dari Australia, China dan Korea Selatan. 1 Kasubid BUMN Logistik dan Pariwisata, PPRF, BKF, Kemenkeu. Email: hilman06@gmail.com

Grafik 1. Produksi Bauksit 2011 (juta ton) Australia 69.98 Indonesia 36.11 China 36.00 Brazil 33.69 Guinea 17.70 India 13.00 Jamaica 10.19 Rusia 5.89 Kazakhstan 5.50 Suriname 3.24 28.9% 14.9% 14.9% 13.9% 7.3% 5.4% 4.2% 2.4% 2.3% 1.3% Sumber: Bloomberg Sementara itu, produksi aluminium Indonesia sangat tidak signifikan di pasar aluminium dunia (0,6% total produksi dunia) dengan PT Inalum sebagai satu-satunya produsen. Aluminium yang dihasilkan PT Inalum adalah sebesar 250 ribu ton per tahun (2011), sangat kecil apabila dibandingkan dengan produksi China sebesar 18 juta ton per tahun (40,5% total produksi dunia). Grafik 2. Peringkat Negara Produsen Aluminium (juta ton) 18.06 3.99 2.99 1.98 1.95 1.79 1.66 1.44 1.20 0.88 0.25 China Russia Canada 1 2 3 a US AustraliaUEA India Brazil NorwayBahrain 4 5 6 7 8 9 10 nindonesia 26 Sumber: Bloomberg Perbandingan produksi bauksit dan aluminium yang sangat tidak seimbang menunjukkan bahwa industri hulu aluminium nasional masih bertumpu pada ekspor bahan mentah dan belum dapat mengoptimalkan industri pengolahannya yang mampu memberikan nilai tambah yang lebih tinggi. Sebagai gambaran, nilai tambah dari penjualan bauksit adalah sebesar USD5/ton sedangkan untuk pengolahann alumina memiliki nilai tambah sebesar USD30/ton dan untuk pengolahan aluminium memiliki nilai tambah terbesar senilai USD200/ton.

Gambar 1. Rantai Industri Hulu Aluminium Sumber: PT Antam Tbk Dengan melimpahnyaa produksi bauksit dan ketiadaan industri pengolahan alumina serta minimnya industri pengolahan aluminium, akuisisi PT Inalum oleh Pemerintah dapat menjadi momentum pengembangan industri hulu aluminium nasional sehingga dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi terhadap perekonomian nasional. Kepemilikan 100% PT Inalum Oleh Pemerintah: Prospek dan Risiko Prospek Akuisisi PT Inalum Keputusan pengambilalihan PT Inalum tidak dapat terlepas dari pertimbangan atas prospek industri aluminium baik dalam skala nasional maupun global. Secara global, permintaan dunia atas aluminium terus meningkat dengan sedikit penurunan di 2009 karena krisis ekonomi global. Peningkatan permintaan aluminium dunia masih dapat diimbangi dengan suplainya, dan dalam kurun waktu 2007-2011 terdapat kecenderungan suplai lebih tinggi dari permintaan. Grafik 3. Supply & Demand Aluminium Dunia (ton)

50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 - Global Supply Global Demand Sumber: Bloomberg Grafik 4. Supply & Demand Aluminium Nasional (ton) 900000 800000 700000 600000 500000 400000 300000 200000 100000 0 2004200620082010201220142016 Domestic supply domestic demand Sumber: Diolah dari data Bloomberg Dalam skala nasional, permintaan aluminium terus meningkat pesat dengan posisi terakhir di 2011 sebesar 5000 ribu ton. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan stabilnya laju pertumbuhan ekonomi nasional. Kebutuhan aluminium nasional pada tahun 2016 diperkirakan akan mencapai 800 ribu ton. Sementaraa dari sisi suplai, ketersediaan pasokan dalam negeri masih sangat terbatas dengan PT Inalum sebagai pemasok tunggal. Dengan produksi 250 ribu ton/tahun di tahun 2011, PT Inalum hanya mampu menyediakan kebutuhan dalam negeri sebesar 103 ribu ton/tahun dan sebagian besar sisanya harus diekspor ke Jepang karena terikat dengan perjanjian kerjasama. Dengan demikian terdapat gap supply-demand aluminium dalam negeri dengan permintaan yang jauh melampaui pasokan sehingga kekurangan permintaan diperoleh melalui impor. Seiring dengan terus meningkatnya tren kebutuhan aluminium domestik, akuisisi PT Inalum

oleh Pemerintah dapat meningkatkan pasokan dalam negeri sehingga mampu mengurangi ketergantungan atas impor aluminium. Grafik 5. Komposisi Kebutuhan Aluminium Nasional Diolah dari berbagai sumber Dari sisi tren harga, komoditas aluminium mengalami fluktuasi harga di kisaran USD1.500-USD2.500/ton selama 10 tahun terakhir. Khusus 2012, harga aluminium bervariasi di rentang USD1.800-USD2.200/ton. PT Inalum sendiri membutuhkan biaya sekitar USD1.400 untuk memproduksi mproduksi tiap ton aluminium. Dengan perkiraan proyeksi harga aluminium di kisaran USD2.300 hingga 2016, prospek laba PT Inalum di masa depan masih sangat menjanjikan dan dapat menjadi potensi sumber pendapatan negara yang cukup signifikan. Sumber: Hatch Ltd Prospek laba dimaksud dapat dilihat dengan lebih detail di proyeksi laporan keuangan PT Inalum hingga 2016. PT Inalum mampu membukukan penjualan yang stabil dalam rentang 2004-2011 yaitu sebesar USD550 juta dengan laba bersih rata-rata sebesar USD100 juta dengan kondisi harga jual yang ditentukan oleh NAA untuk porsi penjualan ke Jepang (dibawah harga pasar). ar). Dengan kepemilikan penuh oleh Pemerintah, PT Inalum

berpotensi dapat menghasilkan nilai penjualan yang lebih tinggi dan berimbas pada meningkatnya laba perusahaan serta penerimaan negara melalui dividen. Tabel 1. Proyeksi Keuangann PT Inalum Diolah dari berbagai sumber Manfaat lain yang dapat diperoleh dari akuisisi PT Inalum oleh Pemerintah adalah sebagai berikut: Potensi sinergi hulu-hilir industri aluminium yang dapat mendorong peningkatan investasi terutama pada industri turunan seperti industri otomotif, perumahan, perhubungan dll. Pengembangan PT Inalum dari sisi kapasitas produksi yang dapat mengurangi ketergantungan impor aluminium serta menarik minat investor untuk berinvestasi terutama di industri pengolahan alumina (alumina refinary) yang hingga saat ini belum terdapat industri pengolahannya di Indonesia. Dengan adanya pengembangan fasilitas, diharapkan PT Inalum dapat berkontribusi dalam penciptaan lapangann pekerjaan. Pengembangan dari sisi diversifikasi produk, diharapkan PT Inalum dapat menghasilkan produk-produk selain ingot yaitu billet, slab dan alloy yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Risiko Akuisisi PT Inalum (Pra & Pasca Akuisisi) Selain memberikan potensi keuntungan dan manfaat yang besar kepada negara, pengambilalihan PT Inalum oleh Pemerintah dapat berdampak pada risiko fiskal baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat terjadi pada saat akuisisi maupun setelahnya. Risiko fiskal yang mungkin timbul pada saat akuisisi adalah terkait besaran nilai akuisisi, dalam hal ini Pemerintah telah mengalokasikan anggaran total sebesar Rp 7 triliun,

namun realisasi yang mungkin terjadi dapat melampaui jumlah yang dianggarkan. Alokasi Rp 7 triliun didasarkan pada hasil kajian atas nilai buku akuisisi yang diperkirakan sekitar USD 725 juta. Gambar 2. Estimasi Nilai Kompensasi Akuisisi PT Inalum Sumber: berbagai sumber Dengan asumsi kurs Rp 9.600/USD (kurs APBN 2013) maka nilai pengambilalihan adalah sebesar Rp 6,96 triliun sesuai dengan besaran yang telah dialokasikan di APBN. Potensi risiko realisasi yang lebih besar dari yang dialokasikan dapat terjadi yang disebabkan oleh setidaknya 2 (dua) faktor yaitu hasil perundingan akuisisi dan volatilitas nilai tukar rupiah. Pertama, hasil perundingan dengan konsorsium Jepang sangat menentukan terhadap jumlah kompensasi yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah. Apabila nilai akuisisi yang disepakati melampaui dari jumlah yang diperkirakan USD 725 juta, maka dapat dipastikan bahwa Pemerintah akan kekurangan dana untuk mengambil alih sehingga menjadi risiko bagi APBN. Kedua, volatilitas nilaii tukar rupiah terhadap US dolar menjadi faktor yang sangat krusial terhadap jumlah yang harus dikeluarkan Pemerintah mengingat akuisisi dilakukan menggunakan mata uang US dolar. Depresiasi rupiah terhadap US dolar pada saat pengambilalihan akan berdampak pada naiknya nominal rupiah yang harus dikeluarkan Pemerintah. Dengan kondisi saat ini dimana rupiah terpuruk hingga ke level Rp 11.000 per dolar, maka besar kemungkinan Pemerintah harus mengeluarkan nominal rupiah lebih dari Rp 7 triliun untuk mengakuisis PT Inalum. Risiko fiskal lain yang berpotensi timbul setelah akuisisi dengann faktor-faktor yang mempengaruhi adalah hargaa aluminium, tingkat efisiensi operasi dan tambahan investasi. Fluktuasi harga aluminium menjadi hal yang paling mempengaruhi karena pendapatan usaha PT Inalum hanya berasal dari produksi aluminium (ingot). Hal ini sebenarnya sudah terjadi di 2012 saat laba bersih PT Inalum merosot dari sebelumnya rata-rata sebesar US 100 juta menjadi hanya US 61 juta di 2012 yang disebabkan oleh merosotnya harga

aluminium dunia hingga 20%. Salah satu tujuan akuisisi PT Inalum adalah prospek laba yang dapat meningkatkan penerimaan negara melalui dividen, dengan demikian turunnya laba berdampak pada potensi dividen yang diterima Pemerintah. Faktor lain yang berpotensi menjadi risiko adalah tingkat efisiensi operasi yang dikhawatirkan menurun setelah akuisisi. Selama ini operasi PT Inalum dimonitor dan dikontrol secara ketat oleh manajemen dari Jepang sehingga output yang dihasilkan merupakan produk dengan kualitas tinggi. Setelah diambil alih Pemerintah, dikhawatirkan terjadi penurunan efisiensi operasi karena kontrol sepenuhnya ada di tangan Pemerintah. Apabila Pemerintah tidak hati-hati dalam memilih manajemen di PT Inalum, maka berpotensi pada turunnya tingkat efisiensi operasi yang berakibat pada meningkatnya biaya operasi atau turunnya kualitas produk. Terakhir, kemungkinan kebutuhan tambahan investasi (capital expenditure) perlu menjadi perhatian Pemerintah mengingat PT Inalum sangat potensial untuk dikembangkan. Apabila kebutuhan pengembangan PT Inalum melampaui kapasitas keuangannya, Pemerintah harus mengalokasikan tambahan penyertaan modal negara (PMN) di APBN. Penutup Rencana akuisisi PT Inalum oleh Pemerintah pada 31 Oktober 2013 patut diapresiasi dan didukung mengingat posisi strategis PT Inalum dalam industri aluminium nasional. Langkah Pemerintah ini juga membuka peluang penguatan industri hulu aluminium beserta potensi meningkatnya nilai tambah bagi perekonomian nasional. Selain itu, akuisisi ini diharapkan dapat mengurangi beban impor yang saat ini terus mengalami defisit neraca berjalan. Namun Pemerintah perlu untuk mewaspadai risiko-risiko yang mungkin timbul atas pengambilalihan PT Inalum terutama yang dapat berdampak pada APBN baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk itu Pemerintah harus mampu menyiapkan road map atas pengembangan PT Inalum secara khusus maupun pengembangan industri aluminium nasional secara umum serta mengantisipasi kemungkinan timbulnya risiko-risiko yang dapat menghambat tujuan pengambilalihan PT Inalum.