Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan baik kualitas, kuantitas

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

I. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

PENGARUH METODE PENGOLAHAN KULIT PISANG BATU (Musa brachyarpa) TERHADAP KANDUNGAN NDF, ADF, SELULOSA, HEMISELULOSA, LIGNIN DAN SILIKA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan,

I. PENDAHULUAN. limbah-limbah pasar dan agroindustri. Salah satu cara untuk mengatasi

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

Ditulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

BAB I. PENDAHULUAN. pertanian atau sisa hasil pertanian yang bernilai gizi rendah sebagai bahan pakan

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

I. PENDAHULUAN. peternakan, karena lebih dari separuh biaya produksi digunakan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan salah satu faktor penentu utama yang mempengaruhi produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan adalah ketersediaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

TINJAUAN PUSTAKA Mahkota Nanas sebagai Bahan Pakan Ruminansia spesies. Nanas dikenal dengan nama latin yaitu Ananas comosus (Merr.

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cara peningkatan pemberian kualitas pakan ternak. Kebutuhan pokok bertujuan

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin

NILAI GIZI ECENG GONDOK DAN PEMANFAATAN SEBAGAI PAKAN ternak NON RUMINANSIA NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

PENDAHULUAN. akan protein hewani berangsur-angsur dapat ditanggulangi. Beberapa sumber

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang sangat besar. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Korelasi Analisa Proksimat dan Fraksi Serat Van Soest

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

Pemamfaatan jerami padi fermentasi dengan menggunakan teknologi. pengepresan Jerami sebagai sumber pakan sapi untuk meningkatkan

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

PENGANTAR. Latar Belakang. kegiatan produksi antara lain manajemen pemeliharaan dan pakan. Pakan dalam

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

I. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

Petunjuk Praktis Manajemen Pengelolaan Limbah Pertanian untuk Pakan Ternak sapi

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Populasi ayam pedaging meningkat dari 1,24 milyar ekor pada

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

Transkripsi:

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui, di negara Indonesia banyak ditumbuhi pohon nanas yang tersebar di berbagai pulau. Bahkan hampir seluruh wilayah Indonesia terdapat pohon nanas. Dari bagian pohon nanas yang sering dikonsumsi adalah bagian buahnya, namun itupun tidak dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat hanya mengkonsumsi bagian daging buahnya, sedangkan untuk kulitnya oleh masyarakat dibuang begitu saja, sehingga dapat dikategorikan sebagai limbah.( Setyawati, Harimbi. Nanik Astuti Rahman. 2008 ) Produktivitas ternak terutama sapi sangat dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan oleh peternak. Kondisi optimum pertumbuhan ternak tidak akan tercapai dengan maksimal apabila peternak hanya memberi pakan rumput atau hijauan. Penambahan gizi dalam bentuk bahan penguat atau hijauan yang mengandung protein tinggi, sehingga harus ditambahkan dengan adanya pencampuran dengan leguminosa atau tanaman lainnya. Karena semakin bervariasi ransum atau pakan yang diberikan dapat menambah konsumsi ternak terhadap bahan pakan atau palabilitas ternak serta dapat menyempurnakan kandungan nutrisi untuk berlangsungnya aktivitas ternak serta produksi. Namun, hal yang perlu di perhatikan adanya kandungan metabolit sekunder ( zat anti nutrisi) yang dapat mempengaruhi kuantitas maupun batasan penggunaan dalam ransum. Salah satu cara dalam mengatasi kekurangan hijauan adalah dengan memanfaatkan limbah pertanian sebagai pengganti hijauan. Menurut devendra (1987), menyebutkan bahwa pengembangan penggunaan limbah yang berasal dari agroindustri dan bahan pakan nonkonvensional sangat

penting dilakukan. Salah satu limbah yang memiliki potensi besar untuk digunakan sebagai bahan pakan alternatif adalah limbah kulit nanas. Potensi Limbah Kulit Nanas Produksi buah nanas secara nasional mencapai 702 ton pertahun dan sebagian besar disumbang oleh lima daerah utama penghasil nanas yaitu sumatera utara, sumatera selatan, lampung, jawa barat dan jawa timur. Potensi tanaman nanas sebagai sumber bahan pakan ternak dimungkinkan, apabila terdapat industri yang akan mengolah buah nanas menjadi produk hasil olahan berupa sari nanas. Tingkat rendemen sekitar 15%, atau dihasilkan produk limbah berupa campuran kulit dan serat perasan daging buah sebesar 85%. Walaupun tidak seluruh produksi tanaman nanas digunakan untuk memenuhi kebutuhan pabrik pengolah yang ada, secara potensi terdapat 596 ribu ton pertahun limbah segar nanas yang dapat dimamfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Bila dikonversikan ke dalam bahan kering dengan kadar air 24%, maka terdapat potensi sebesar 143 ribu ton pertahun limbah nanas kering. (Poerwanto, 2005) Pengolahan limbah nanas untuk menghasilkan bahan pakan ternak pada dasarnya limbah nanas mengandung air dalam jumlah besar, sehingga membutuhkan pengeringan secara intensif dan cepat untuk menghindari kerusakan bahan. Namun, limbah nanas dapat pula diproses menggunakan teknologi fermentasi untuk menghasilkan produk silase limbah nanas. Hal ini dimungkinkan karena kandungan air sebesar 75% sesuai bagi proses pembuatan silase (McDonald, 1981). Kandungan Nutrisi Limbah kulit nanas (Ananas Comocus) merupakan sumber energi yang potensial, karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, yaitu 71,6% bahan ekstrak tanpa N (BETN) dan 9,35 % serat kasar. (Senik, 1978). Produksi limbah kulit nanas yang dihasilkan dalam industri pengalengan nanas sangat besar.

Tiap hektar lahan yang digunakan menghasilkan sekitar 14 ton buah, dan sekitar 60-80% kulit nanas di buang sebagai limbah. (Hutagulang et al, 1978). Data dari badan penelitian dan pengembangan pertanian, departemen pertanian (2009), menyebutkan bahwa kandungan nutrisi buah nanas terdiri dari bahan kering 54,2%, bahan organik 91,9%, abu 8,1%, NDF 57,3%, ADF 31,1%, energy kasar 4481 kkal/kgbk serta energi cerna 2120 kkal/kgbk. Kulit buah dan serat perasan daging buah nanas merupakan sumber energi yang potensial untuk ternak ruminansia. Kandungan serat (NDF) yang relatif tinggi memungkinkan bahan tersebut digunakan untuk menggantikan rumput sebagai pakan dasar. Limbah nanas berupa campuran serat perasan daging buah dan kulit buah sebagai produk sisa pengolahan buah segar menjadi jus nanas. Limbah nanas mengandung serat (NDF) yang relatif tinggi (57,3%), sedangkan protein kasar termasuk rendah yaitu hanya 3,5%. Oleh karena itu, potensi penggunaannya bukan sebagai komponen penyusun konsentrat, namun lebih sebagai pakan dasar penyusun ransum. Limbah nanas yang telah dikeringkan dapat digunakan langsung sebagai pakan dasar, sedangkan bila digunakan sebagai pakan dasar dalam pakan komplit limbah harus digiling terlebih dahulu. Sebagai pakan dasar, limbah nanas diharapakan dapat meminimalisir ketergantungan akan pengadaan hijauan pakan bagi kebutuhan ternak. (Winarno.1993). Sebagai pakan dasar limbah nanas diharapkan dapat meminimalisir ketergantungan terhadap adanya pakan hijauan bagi kebutuhan ternak ruminansia khususnya sapi.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Zat Makanan Limbah Nanas (%) Bahan Kering Komposisi PK SK Abu LK BETN Daun, segar 9.1 23.6 4.9 1.6 60.8 Daun, silase 6 22.8 10 2.9 58.3 Dedak nanas, kering 3.5 16.2 5.2 0.5 74.6 Kulit 6.4 16.7 4.1 0.9 71.9 Mahkota 7.2 25.4 3.7 0.8 62.9 Pucuk 7 22.3 4.1 0.8 65.7 Inti 7.1 19.7 2.3 1 69.9 Hiasan 6.8 16.2 2.6 0.9 73.5 Ampas 7.8 21.9 4.4 1.2 64.7 Sumber : Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan Limbah untuk Pakan, R.Murni, Suparjo, Akmal, BL.Ginting. Laboratorium Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 2008 Menurut Devendra (1987), menyebutkan bahwa pengembangan penggunaan limbah yang berasal dari agroindustri dan bahan pakan nonkonvensional sangat penting dillakukan karena dapat digunakan sebagai substitusi kekurangan hijauan maupun sebagai pengganti hijauan, salah satu limbah pertanian yang memiliki potensi besar yaitu limbah nanas.( Hutagulang et al, 1978). Adapun dalam pengamatan nilai kecernaan terhadap Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) menunjukkan hasil yang cukup baik di mana terjadi peningkatan daya cerna sampai 40%. Pemberian ransum dengan serat kasar yang rendah secara kontinyu dapat mengadaptasikan ternak ruminansia terhadap karbohidrat yang mudah dicerna selain itu bakteri yang merombaknya juga meningkat. (Arora, 1989). Berikut adalah tabel analisis proksimat kulit nanas dan beberapa kandungan kimia yang terkandung di dalam buah nanas yang berdasarkan berat basah. Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Limbah Kulit Nanas Berdasarkan Berat Basah Komposisi Rata-rata Berat Basah (%) Air 86,70 Protein 0,69

Lemak 0,02 Abu 0,48 Serat basah 1,66 Karbohidrat 10,54 Sumber: Sidharta (1989) Dari data tersebut menunjukkan bahwa kandungan air pada nanas lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan protein, lemak, abu, serat basah dan karbohidratnya. Berikut ini adalah hasil analisis proksimat bahan pakan yang berasal dari limbah industry : Tabel 3. Analisis proksimat limbah nanas Beta- Bahan BK Abu PK Lemak SK N Ca P Ampas nanas 89,6 4,5 4,5 15,8 1,60 63,9 - - Sumber : http://intannursiam.wordpress.com/2010/08/25/bahan-makananternak-limbah-industry-perkebunan/ Limbah nanas, baik hasil pengalengan maupun limbah tanaman dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak ruminansia. Nilai gizi limbah nanas lebih tinggi dibandingkan dengan limbah tanaman lainnya. Penyusun utama limbah nanas adalah karbohidrat mudah larut terutama gula. Limbah nanas mengandung provitamin A sekitar 80.000 I.U berdasarkan bahan kering (BK). Pemanfaatan limbah nanas dalam bentuk kering atau dalam bentuk dedak lebih menguntungkan daripada bentuk segar atau basah. (Montgomery dkk,1993). Kesimpulan Buah nanas hadir dengan peran sebagai hasil dari sektor pertanian yang mampu menghasilkan limbah yang bermanfaat dalam pengembangan peternakan sebagai pakan ternak yang efisien dan juga bahan pakan alternatif yaitu menghasilkan kulit dan serat hasil perasan buah sebagai bahan

pakan untuk perkembangan ternak ruminansia. Penggunaan limbah nanas menjadi salah satu pilihan alternatif yang cukup tepat karena selain kandungan nutrisinya yang cukup, ketersediaan bahannya pun cukup melimpah ruah. Dengan demikian, pakan ternak yang berasal dari limbah nanas dapat dikatakan sebagai bahan yang mudah untuk dijangkau dan didapati apabila terjadi musim-musim tertentu yang sulit untuk mendapatkan pakan ternak yang biasa digunakan seperti hijaun sebagai bahan baku pakan, sehingga limbah nanas sebagai penggantinya. Daftar Pustaka AAK. 1998. Bertanam Pohon Buah-buahan. Kanisius. Yogyakarta Anggorodi, R. 1984. Ilmu Makanan Ternak. Gramedia. Jakarta BADP. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta Hutagulang et al, 1978. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. McDonald, P. 1981. The Biochemistry of Silage. John Wiley and Sons Ltd., London. Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta. Winarno, F.G. 1993. Pangan Gizi Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. WoroDyah, E.P. 1986. Tinjauan Literatur Pengolahan Pangan. Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional. LIPI, Jakarta. Sumber : Buletin Peternakan Disnak Keswan Prov. Sul Sel, 2014