BAB II LANDASAN TEORI. Bisnis keluarga adalah bisnis yang mempertimbangkan usaha-usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. lain melalui Brahma Tirta Sari Batik Studio, mereka juga memproduksi karya seni

BAB I PENDAHULUAN. serta jajaran eksekutifnya dari lingkungan dalam keluarga itu sendiri.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Secara garis besar kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1) kesimpulan, 2) implikasi dan saran hasil penelitian.

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

MANAJEMEN OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

Makna dan Dimensi Budaya \

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orangtua. Anak bukan hanya sekedar hadiah dari Allah SWT, anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan keluarga ialah salah satu dari kekuatan kewirausahaan yang

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. untuk mendaya gunakan sumber daya manusia secara maksimal sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Saat globalisasi dan pasar bebas mulai merambah Indonesia, terjadilah

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Antara..., Adinda Dwiastuti, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsisbilities atau CSR)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang mutlak diperlukan. Seperti diketahui, negara

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan keluarga menjadi fenomena yang sudah lazim terjadi pada era

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

Bab 1. Pendahuluan. Ketika anak tumbuh didalam keluarga yang harmonis, ada satu perasaan yang

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Meningkatnya partisipasi perempuan dalam sektor bisnis adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Mengelola Budaya Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keadaan ekonomi yang kurang baik membuat setiap keluarga di Indonesia

SINOPSIS THESIS FENOMENA MASYARAKAT MENGATASI MASALAH DAN DAYA TAHAN DALAM MENGHADAPI STRESS. Oleh: Nia Agustiningsih

BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kesiapan dari pegawai tersebut, akan tetapi tidak sedikit organisasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Skripsi ini membahas tentang bagaimana faktor-faktor yang menyebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori agensi menjelaskan adanya konflik antara manajemen selaku agen

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya proses globalisasi perusahaanperusahaan. di Indonesia memasuki lingkungan bisnis yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Tanah, dan Kepemilikan Harta Benda lainnya

BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini di dalam dunia kerja setiap pekerja dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat berbagai macam agama dan kepercayaan- kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Ketakutan Sukses. Menurut Horner dalam Riyanti (2007) k etakutan untuk sukses adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari tuntutan era globalisasi bagi bangsa Indonesia

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Bisnis Keluarga Bisnis keluarga adalah bisnis yang mempertimbangkan usaha-usaha keluarga untuk membangun atau mendirikan berbagai macam usaha yang mendapat pengaruh signifikan dari seorang pengusaha, penerus CEO serta oleh seorang atau beberapa orang anggota keluarga. Pengaruh terhadap perusahaan diberikan melalui partisipasi dewan kepemimpinan dan manajerial, kontrol kepemilikan, preferensi strategis pemegang saham, serta nilai moral dan budaya dari keluarga pemegang saham ( Poza, 2010: 5). Poza (2010: 5) menjelaskan bahwa perbedaan bisnis keluarga dengan bisnis yang dikontrol oleh manajemen non keluarga terletak pada niat, nilai, dan strategi yang memperngaruhi interaksi pemilik yang berasal dari satu keluarga yang sama. Hasilnya adalah percampuran unik antara keluarga, manajemen dan pemilik yang kemudian menciptakan keistimewaan pada sistem bisnis keluarga. Poza (2010: 7-14) merumuskan teori yang berkaitan dengan bisnis keluarga, yaitu:

2.1.1. System Theory System theory adalah pendekatan teoritis yang sering kali digunakan oleh akademisi untuk mempelajari bisnis keluarga. Pada pendekatan system theory, perusahaan keluarga digambarkan dengan bagan yang terdiri dari tiga subsistem yaitu pemilik, manajemen dan keluarga. Keseluruhan bagian tersebut saling tergantung, bertumpukan, dan berinteraksi. Model ini menunjukan bahwa perusahaan keluarga paling baik dipahami dan dipelajari sebagai sistem sosial yang kompleks dan dinamis dimana integrasi ini tercapai melalui penyesuaian timbal balik antar subsistem. Diagram 1. System Theory (Teori) 5 pemilik 2 keluarga 6 1 4 3 manajemen 7 Sumber : (Poza, 2010)

Bagian (1) menunjukan anggota keluarga yang aktif dalam manajemen perusahaan dan merupakan bagian dari pemegang saham, bagian (2) menunjukan anggota keluarga yang merupakan pemegang saham, bagian (3) menunjukan pemegang saham non keluarga yang aktif dimanajemen perusahaan, bagian (4) menunjukan anggota keluarga yang aktif dimanajemen perusahaan namun tidak memiliki saham, bagian (5) menunjukan pemegang saham non anggota keluarga dan berada diluar manajemen perusahaan, bagian (6) menunjukan anggota keluarga yang tidak memiliki saham dan tidak aktif di manajemen perusahaan, sedangkan bagian (7) menunjukan pelaku non anggota keluarga yang hanya aktif dimanajemen perusahaan. 2.1. Kebudayaan Kebudayaan pada hakekatnya dapat disimpulkan sebagai keseluruhan aktivitas manusia, baik yang bersifat material (fisik) atau berwujud (tangible), maupun yang bersifat imaterial (abstrak) dan tidak berwujud (intangable); atau keseluruhan hasil aktivitas manusia baik yang bersifat artifaktual maupun bersifat sosiofaktual, seperti tercermin dalam kelembagaan sosial, norma, hukum, tatanan atau sistem hidup, moralitas, spritualitas, mentalitas, etos, etika, prilaku dan sikap ( Suryo, 2009:2) Dijabarkan lebih lanjut, menurut Kluckhohn dalam Suryo (2009:3) ada lima orientasi nilai kebudayaan yang mempengaruhi sikap dan perilaku manusia dalam lingkungan kehidupannya :

Orientasi terhadap hubungan antara manusia dengan hidup (jelek campuran - baik) Orientasi manusia terhadap hubungan antara manusia dengan lingkungan dan alam (menyerah-harmoni-menguasai) Orientasi manusia terhadap waktu (lampau kini mendatang) Orientasi terhadap kerja Orientasi terhadap hubungan antar sesama Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berekspansi menjelajah dunia, menguasai wilayah luar di Afrika, Asia dan Oseania, dan memantapkan pemerintahan jajahan mereka dimana-mana. Semua kebudayaan diluar kebudayaan mereka di Eropa Barat disebutnya kebudayaan Timur, sebagai lawan dari kebudayaan mereka sendiri yang mereka sebut kebudayaan Barat. Secara kontras perbedaan antara kebudayaan Barat dan Timur dapat dianalisis mengunakan beberapa variabel kebudayaan yang didasari dari teori Neuling (1999) dan Qingxue (2003). Perbedaan kebudayaan tersebut dapat dijabarkan melalui tabel berikut :

Tabel 1. Perbedaan Kebudayaan Barat dan Timur Ditinjuau ari Variabel Kebudayaan Neuling (1999) dan Qingxue (2003) (Teori) Individualism Barat (Nia Fliam) Variabel kebudayaan Timur (Agus Ismoyo) Collectivism Masyarakat dengan kebudayaan ini tinggal dalam kehidupan sosial dimana mereka diajarkan untuk berdiri diatas kedua kaki mereka sendiri dan tidak tergantung pada kelompok manapun, serta mengidentifikasian diri mereka sebagai individu yang mandiri. Masyarakat dengan kebudayaan ini tinggal didalam kehidupan sosial dimana semenjak lahir sampai seterusnya mereka memiliki rasa integritas serta kohesi tinggi dalam kelompok, dan berusaha untuk menjaga kelompok tersebut dengan imbalan loyalitas tanpa tanda tanya, serta mengidentifikasikan diri mereka sebagai individu yang kolektif. High Uncertainty Avoidance Low Uncertainty Avoidance Masyarakat dengan kebudayaan barat memiliki toleransi rendah terhadap ketidak pastian dan ambiguitas, yang menyebabkan mereka memiliki tingkat stres dan kepanikan tinggi. Masyarakat dengan kebudayaan timur beranggapan bahwa ketidak pastian adalah bagian dari hidup. Memiliki tingkat stres dan kepanikan yang rendah, menerima ambiguitas, serta mampu memandang kesejateraan sebagai suatu hal yang subjektif.

Barat (Nia Fliam) Low Power Distance Variabel kebudayaan Timur (Agus Ismoyo) High Power Distance Masyarakat dengan kebudayaan barat memiliki kesetaraan hubungan antara atasan dan bawahan dan bekerja bersama secara dekat dalam lingkup profesionalisme. Bawahan tidak takut untuk mengutarakan keragu-raguan atau ketidak setujuan terhadap keputusan atasan. Sistem hierarki dapat disesuaikan tergantung pada situasi yang terjadi. Masyarakat dengan kebudayaan timur memiliki jarak kekuasaan yang jauh dalam hubungan antar atasan dengan bawahan. Bawahan merasa sungkan dan takut untuk mengutarakan keraguraguan atau ketidak setujuan terhadap keputusan atasan. Assertiveness Interpersonal Harmony Masyarakat dengan kebudayaan barat memiliki sikap tegas dan agresif dalam prilaku komunikasinya dan berinisiatif dalam upaya untuk meraih apa yang mereka sukai dan kesejahteraan pribadi. Masyarakat dengan kebudayaan timur mengutamakan kepentingan kelompok dan keharmonisan hubungan antar sesama, menghindari keagresifitasan dalam berkomunikasi guna menjauhi konflik. Sumber: Neuling (1999) dan Qingxue (2003) Teori dari Neuling (1999) dan Qingxue (2003) digunakan oleh peneliti dengan mempertimbangkan relevansi faktor kebudayaan dengan cara individu dalam malakukan keputusan-keputusan perusahaan, termasuk dalam perencanaan

suksesi seperti penetapan kualifikasi dari calon suksesor potensial dan pemahaman mengenai pentingnya sebuah perencanaan sukesi dalam bisnis keluarga. Sementara untuk melihat pengaruh kebudayaan terhadap kesetaraan gender, pandangan terhadap materi dan keluarga, peneliti menggunakan teori Makulinisme dan Feminisme, Hosftede (2003). Hal ini dilakukan mengingat komponen-komponen tersebut dapat mempengaruhi proses perencanaan suksesi sebuah bisnis keluarga. Dalam teori ini, Hofstede, mengklasifikasikan kebudayaan kedalam dua kelompok, kebudayaan maskulinisme dan kebudayaan feminisme, masyarakat dengan kebudayaan maskulinisme berada dalam kehidupan sosial dimana peranan gender secara sosial jelas berbeda : pria seharusnya tegas, kuat dan fokus pada kesuksesan material; wanita seharusnya lembut, rendah hati dan memperhatikan kualitas hidup. Sementara masyarakat kebudayaan feminisme berada dalam kehidupan sosial dimana tidak ada batasan dalam peran gender: baik pria maupun wanita seharusnya rendah hati, lembut dan memperhatikan kualitas hidup. (Hofstede, 2003: 297). Dijabarkan lebih lanjut oleh Hofstede mengenai karakteristik negara dengan kebudayaan maskulinisme dan kebudayaan feminisme melalui tabel berikut :

Tabel 2. Karakteristik Masyarakat Dalam Negara dengan Kebudayaan Maskulinisme dan Feminisme (Teori) Norma Sosial Maskulinisme Orientasi Ego. Uang dan ke benda merupakan hal penting. Hidup untuk bekerja. Feminisme Orientasi hubungan. Kualitas hidup dan manusia merupakan hal penting. Bekerja untuk hidup. Politik dan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan prioritas utama. Pemecahan konflik melalui pemaksaan. Perlindungan lingkungan merupakan prioritas utama. Pemecahan konflik melalui negosiasi. Agama Pekerjaan Agama merupakan hal terpenting dalam hidup. Hanya pria yang dapat menjadi pemuka agama. Besarnya kesenjangan pendapatan antara pria dan wanita. Sedikit wanita yang bekerja. Memilih pekerjaan Agama merupakan hal yang kurang penting dalam hdup. Pria atau wanita dapat menjadi pemuka agama. Kecilnya kesenjangan pendapatan antara pria dan wanita. Lebih banyak wanita yang bekerja. Memilih pekerjaan

Maskulinisme Feminisme berdasarkan besaran berdasarkan pendapatan. kefleksibelan waktu kerja. Keluarga dan sekolah Sturktur keluarga tradisional. Anak perempuan menangis, anak lakilaki tidak; anak lakilaki berkelahi, anak perempuan tidak. Kegagalan adalah malapetaka. Sturktur keluarga fleksibel. Baik anak laki-laki maupun perempuan menangis ; tidak satupun yang berkelahi. Kegagalan adalah kecelakaan kecil. Sumber : (Hofstede, 2003)

Marsh (2011;2-3) mengatakan bahwa ketika dua kebudayaan disatukan dalam satu ikatan, baik melalui pernikahan atau yang lainnya dan individu tersebut terlibat dalam bisnis keluarga, akan ada satu titik dimana permasalahan perbedaan kebudayaan yang ada diantara mereka menjadi sebuah topik yang didiskusikan dan individu tersebut harus mampu menghadapi permasalahan tersebut. Karena jika keluarga merasa tidak memiliki kecocokan dengan individu tersebut, ia akan kehilangan pengaruhnya atau bahkan tidak dianggap sama sekali. 1.3. Perencanaan Suksesi Rothwell (2010: 371) mengatakan perencanaan suksesi adalah proses pengembangan bakat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi baik saat ini maupun dimasa mendatang. Setiap saat ketika seorang manajer memberikan tugas, ia sebenarnya sedang mempersiapkan sesesorang bagi masa depan perusahaan karena apa yang dilakukannya adalah pembangunan kemampuan bekerja. Pengalaman kerja membangun kompetensi kerja, pengalaman kerja yang berbeda menghasilkan kompetensi kerja yang berbeda pula. Bork (1986:125-132) menerangkan model suksesi dalam bisnis keluarga terbatas sesuai dengan jumlah keluarga dan situasi yang dihadapi oleh keluarga tersebut. Secara garis besar terdapat lima model suksesi sesuai dengan situasi yang dihadapi : 2.2.1. Suksesi dengan Pewaris Tunggal Sejauh ini suksesi yang paling sederhana adalah suksesi dengan pewaris tunggal. Hak sebagai penerus biasanya jatuh ke anak lelaki tertua. Namun seperti yang sering terjadi, pengusaha seringkali tidak rela untuk melepaskan usahanya. Masalah

lain muncul ketika ahli waris yang ada adalah seorang anak perempuan. Karena statusnya sebagai wanita, orangtua bisa saja tidak mengindahkan keinginan dan bakat sang anak, hal lain yang mungkin terjadi adalah pendapat bias yang mendiskriminasi wanita sebagai pelaku bisnis. Dari pihak anak perempuan, dia mungkin tidak menginginkan atau memiliki ekspektasi apapun terhadap suatu posisi dalam bisnis keluarganya meskipun ia memiliki kemampuan, keterampilan, dan pendidikan yang mendukung. 2.2.2. Suksesi dengan Beberapa Pewaris Merupakan sesuatu yang lazim bagi sebuah keluarga jika mereka memiliki lebih dari satu orang yang mengharapkan atau menantikan untuk mewarisi bisnis keluarga. Situasi seperti ini menyebabkan berbagai macam kesulitan yang dapat mengganggu kelancaran bisnis dan keharmonisan keluarga. 2.2.3. Suksesi pada Pemilik Tak Aktif Secara prinsip, banyak masalah dapat dihindari jika para anggota keluarga yang tidak ingin untuk aktif dalam bisnis dan juga tidak memegang saham dalam bisnis. Keingintahuan dan keinginan para anggota tidak aktif seringkali berlawanan dengan keinginan para anggota keluarga yang aktif dalam bisnis. Singkatnya, pemilik tidak aktif biasanya menginginkan keuntungan perusahaan dibagikan dalam bentuk deviden daripada diputar dalam bentuk dana sabar atau investasi. Anggota yang aktif dan bekerja dalam perusahaan memiliki pengetahuan yang menyeluruh dan mendalam mengenai rancangan-rancangan dan kebutuhan keuangan perusahaan. Hal-hal yang disebutkan sebelumnya meliputi penggunaan dana sabar

untuk kebutuhan bagi peningkatan aset, ekspansi, dan untuk mempertahankan posisi dalam pasar. 2.2.4. Suksesi dengan Pewaris yang Merupakan Pasangan dari Pemilik yang Telah Meninggal Istri atau suami dari perintis perusahaan seringkali tidak diperhitungkan sebagai penerus. Meski begitu, kemampuan dan minat pada perusahaan sang pasangan bisa jadi sama atau bahkan lebih besar daripada anak-anak lelaki dan perempuan, saudarasaudara lelaki dan perempuan, serta sepupu-sepupu yang dilihat sebagai calon penerus. Hasilnya, jika ia adalah ahli waris yang dipilih, ia harus disadarkan akan tanggung jawabnya yang semakin besar dalam mengoperasikan perusahaan sebelum suatu perubahan membuatnya mengambil keputusan yang tidak bijaksana. 2.2.5. Suksesi dengan Pewaris Bukan Keluarga Penerus bisa saja tidak berasal dari dalam keluarga dikarenakan tidak ada anak sebagai penerus, atau anak-anak yang ada tidak tertarik untuk berkarier dalam usaha keluarga. Dalam kasus ini, keluarga harus melihat ke dalam perusahaan dan mencari seseorang yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan tertinggi. Jika orang tersebut tidak berhasil ditemukan, satu-satunya pilihan yang tersedia hanyalah mencari orang di luar perusahaan. Kriteria yang dibutuhkan untuk memilih penerus diluar ikatan keluarga meliputi keterampilan, pengalaman, dan kemampuan untuk meneruskan tradisi keluarga, jika itu adalah yang diinginkan oleh keluarga.

Grassi dan Giamarcos dalam Bradley dan Burroughs (2010: 41) menyebutkan lima tahapan dalam perencanaan suksesi : 1. Menentukan tujuan dan misi jangka panjang pemilik terhadap bisnis keluarga. 2. Menentukan kebutuhan keuangan dari pemilik dan pasangannya dan mengembangkan dalam perencanaan jaminan keuangan. 3. Menentukan siapa yang akan berada dalam manajemen bisnis keluarga dan siapa yang akan mengembangkan manajemen tersebut. 4. Menentukan siapa yang akan meneruskan bisnis keluarga dan bagaimana ia menyerahkan bisnis keluarga tersebut. 5. Meminimalisir pajak dalam proses penyerahan kekuasaan. Mancuso dan Shulman (1991: 23) memaparkan bahwa mengembangkan perencanaan bisnis tidak berarti bahwa orangtua atau pemilik saat ini harus menyerahkan kontrol bisnis mereka secara penuh, proses ini mungkin membutuhkan waktu beberapa tahun. Hasil akhir dari proses ini adalah penyerahan kepemilikan pada generasi berikutnya.