BAB II KONSEP TEORI A. Pengertian Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang internal / eksternal (Carpenito, 2001). Halusinasi adalah gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Individu sibuk dengan dirinya sendiri, menghayati suara-suara yang terdengar telinganya yang menyebabkan individu menarik diri, bicara sendiri dan kadangkadang bisa marah-marah. Respon yang terjadi dapat berada dalam rentang adaptif sampai mal adaptif yang dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologi Respon adaptif - Pikiran logis - Persepsi akurat - Emosi konsisten - Distasi pikiran - Ilusi - Reaksi emosi Respon mal adaptif - Gangguan pikir/delusi - Halusinasi - Sulit berespon emosi dengan pengalaman - Perilaku sesuai berlebihan kurang atau - Berhubungan sosial - Perilaku aneh atau tidak biasa - Menarik diri - Perilaku disorganisasi - Isolasi sosial (Stuart and Sunden,2001)
B. Etiologi 1. Faktor predisposisi (Stuart and Sundeen, 1995) a. Faktor perkembangan Pada tiap tahap perkembangan individu pempunyai tugas perkembangan yang berhubungan dengan pertumbuhan interpersonal. Bila dalam pencapaian tugas perkembangan tersebut mengalami gangguan akan menyebabkan seseorang berperilaku menarik diri. b. Faktor biologik Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologis yang mal adaptif yang baru mulai dipahami ini termasuk hal-hal sebagai berikut :penilaian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizoprenia : lesi pada area frontal, temporal dan limbikpaling berhubungan dengan perilaku psikotik, beberapa kimia otak dikaitkan dengan gejala skizoprenia antara lain : dopain neurotransmiter lain, masalah-masalah pada reseptor dopain. c. Faktor sosiokultural Teori sosial budaya atau lingkungan meyakini bahwa orang yang berasal dari sosial ekonomi rendah atau kondisi orang tua tunggal dan tidak mempunyai kesempatan mendapatkan penghargaan dari orang lain yangdapat mempengaruhi gangguan orientasi realita sehingga memberikan reaksi yang salah dan tidak mampu berespon terhadap stimulus dari luar. Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronis. d. Faktor keluarga Sistem keluarga yang terganggu dan norma keluarga yang tidak mendukung hubungan keluarga dengan pihak lain di luar keluarga dapat mengembangkan perilaku menarik diri. Faktor genetik dapat mendukung terjadinya gangguan dalam behubungan sosial sehingga menimbulkan perilaku menarik diri sampai dengan halusinasi. 2. Faktor precipitasi (Stuart and Sundeen, 1995) a. Stressor sosio kultural a. Menurunnya stabilitasi unit keluarga b. Berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupannya misalnya karena dirawat di rumah sakit, perceraian b. Stressor psikologik Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. c. Biologis Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang mal adaptif meliputi : d. Gangguan dalam putaran umpan balikotak yang mengatur proses informasi e. Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan secara selektif menangani rangsangan
C. Manifestasi Klinis Tanda dan Gejala (Stuart dan Laraia, 2001) Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri, pergerakan mata cepat, diam, asyik dengan pengalaman sensori, kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realitas, rentang perhatian menyempit hanya beberapa detik/menit, kesukaran berhubungan dengan orang lain, tidak mampu merawat diri, perubahan kebiasaan hidup, aktifitas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, menarik diri, katatonia. Fase-fase Halusinasi ( Stuart and Sunden,1995 ) 1. Fase I. Comforting Ansietas Sedang Halusinasi menyenangkan a. Karakteristik a. Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. b. Individu mengenali bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kendali kesadaran jika ansietas dapat ditangani. c. Nonpsikotik. b. Perilaku klien a. Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai b. Menggerakkan bibirtanpa suara
c. Pergerakan mata yang cepat d. Respon verbal yang lambat jika sedang asyik e. Diam dan asyik sendiri. 2. Fase II. Condemning Ansietas Berat Halusinasi menjadi menjijikkan a. Karakteristik a. Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. b. Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. c. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. d. Psikotik ringan. b. Perilaku klien a. Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. b. Rentang perhatian menyempit asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita. 3. Fase III. Controling Ansietas Berat Pengalaman sensori menjadi berkuasa. a. Karakteristik a. Klien berhenti melakukan perlawanan terhadap halusinasi tersebut b. Isi halusinasi menjadi menarik c. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti. d. Psikotik
b. Perilaku klien a. Kemauan yang dikendalikan b. Halusinasi akan lebih diikuti c. Kesukaran berhubungan dengan orang lain d. Rentang perhatian hanya beberapa detik dan menit e. Adanya tanda-tanda fisik ansietas berat, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah. 4. Fase IV. Conquering Panik Umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya. a. Karakteristik a. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi b. Halusinasi berakhir dari beberapa jam / hari jika tidak ada intervensi terapeutik c. Psikotik berat. b. Perilaku klien a. Perilaku teror akibat panik b. Potensi kuat suicide oleh homicide c. Aktivtas fisik merefleksikan isi halusinasi seperti perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri, katatonia, tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek, tidak mampu berespon lebih dari satu orang. D. Pohon Masalah
Resiko mencederai diri dan orang lain Akibat Perubahan sensori Persepsi halusinasi pendengaran Core problem Kerusakan, interaksi Sosial menarik diri Penyebab ( Keliat,1999 ) Masalah keperawatan 1. Perubahan sensori perspsi : halusinasi pendengaran 2. Resiko mencederai diri dan orang lain 3. Kerusakan interaksi sosial: menarik diri E. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko tinggi mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran. 2. Perubahan sensori persepsi halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri (Keliat, 1999) F. Fokus Intervensi Diagnosa Keperawatan 1: Resiko tinggi mencederai diri dan orang lain berhubungan dengan halusinasi pendengaran
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan kekerasan Tujuan Khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terapeutik: a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Jelaskan tujuan pertemuan / berhubungan d. Jujur dan menepati janji e. Selalu kontak mata selama interaksi f. Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien g. Terima klien apa adanya h. Perhatikan kebutuhan dasar klien 2. Klien dapat mengenli halusinasinya a. Adakan kontak sering dan singkat b. Observasi perilaku yang berhubungan dengan halusinasi c. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat d. Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi e. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul f. Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya ketika halusinasi muncul. 3. Klien dapat mengendalikan halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan bila suara-suara tersebut ada. b. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif c. Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi. d. Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengendalikan halusinasi contoh : bicara dengan orang lain, melakukan kegiatan, mengatakan pada suara saya tidak mau dengar. e. Dorong klien untuk memilih cara yang akan digunakannya dalam menghadapi halusinasi. f. Beri penguatan dan pujian terhadap pilihan klien yang benar. g. Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang dipilih h. Diskusikan dengan klien hasil upaya yang telah dilakukan i. Beri penguatan atas upaya yang berhasil dan beri jalan keluar atas upaya yang belum berhasil. 4. Klien mendapat dukungan keluarga untuk mengendalikan halusinasinya. a. Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan dalam merawat klien b. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang positif c. Diskusikan dengan keluarga tentang halusinasi, tanda dan cara merawat klien di rumah d. Anjurkan keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien di rumah e. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan yang tepat. 5. Klien dapat menggunakan obat untuk mengendalikan halusinasinya
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang obat untuk mengendalikan halusinasi b. Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan program dokter Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efak samp ing obat c. Diskusikan dengan dokter tentang efek dan efek samping obat (Keliat, 1999) Diagnosa Keperawatan 2 : Perubahan sensori perseptual : halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri. Tujuan Umum : Klien dapat mengendalikan halusinasi Tujuan Khusus : 1. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku manarik diri a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul atau menarik diri c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin d. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan 2. Klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara bertahap a. Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian perilaku menarik diri b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap sebagai berikut: a. Klien-perawat
b. Klien-perawat-perawat lain c. Klien-perawat- perawat lain-klien lain d. Klien-kelompok kecil c. Beri pujian atas keberhasilan yang telah di capai klien d. Bantu klien mengevaluasi manfaat dari berhubungan e. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan klien dalam mengisi waktunya f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan diruangan g. Beri pujian atas keikutsertaan klien dalam kegiatan diruangan 3. Klien mendapatkan dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga a. Perkenalkan diri b. Sampaikan tujuan membentuk kontrak b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : a. Perilaku menarik diri b.penyebab perilaku menarik diri c. Akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditangani d.cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri c. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain, d. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin dan bergantian mengunjungi klien minimal 1 x seminggu
e. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai keluarga (Keliat, 1999)