PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI AKUT PADA LAKI-LAKI LANSIA. Damayanti A. 1)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

PENATALAKSANAAN ASMA EKSASERBASI AKUT

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika dan mengakibatkan kematian jiwa pertahun, peringkat ke-empat

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Laporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

CURRICULUM VITAE. Nama : DR. Dr. Nur Ahmad Tabri, SpPD, K-P, SpP(K) Tempat, tanggal lahir : Ujung Pandang, 12 April 1959 Agama: Islam

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BAGIAN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

PENGARUH PURSED LIPS BREATHING

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

STUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

KEJANG DEMAM SEDERHANA PADA ANAK YANG DISEBABKAN KARENA INFEKSI TONSIL DAN FARING

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

BAB 4 METODE PENELITIAN

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

2006 Global Initiative for Asthma (GINA) tuntunan baru dalam penatalaksanaan asma yaitu kontrol asma

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN GANGGUAN PERNAFASAN : ASMA BRONKIAL DI BANGSAL CEMPAKA RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMERIKSAAN PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Artritis reumatoid/rheumatoid Arthritis (RA) adalah

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik ( PPOK ) adalah penyakit paru kronik

LATIHAN BATUK EFEKTIF DAN NAFAS DALAM PADA KLIEN DENGAN PNEMONIA. Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat

Penyakit pada Lansia. Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan dr. Imas Damayanti, M.Kes FPOK-UPI

Transkripsi:

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI AKUT PADA LAKI-LAKI LANSIA Damayanti A. 1) 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung ABSTRAK Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia luas dan ke-12 penyebab angka kesakitan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, PPOK mengenai lebih dari 16 juta orang, lebih dari 2,5 juta orang Italia, lebih dari 30 juta di seluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000. Di Indonesia, PPOK menempati urutan kelima sebagai penyakit penyebab kematian, dan diperkirakan akan menduduki peringkat ke-3 pada tahun 2020 mendatang. Permasalahan dari PPOK kebanyakan diakibatkan sulitnya mendeteksi pasien dengan penyakit yang memilki onset lambat, biasanya di atas umur 50 tahun, diikuti dengan progresi yang lambat. Tujuan penulisan ini teridentifikasinya masalah-masalah pasien, serta penatalaksanaan pasien secara tepat. Metode. Penulisan laporan kasus dilakukan di Rumah Sakit Abdul Moloek pada tanggal 4 juni 2013 7 juni 2013 pada pasien Tn.A, 63 tahun, berdasarkan Evidence Based Medicine. Hasil. Tn. A, 63 tahun, TD 130/70 mmhg dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan sepanjang hari dan semakin memberat terutama ketika pasien melakukan aktivitas. Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis eksaserbasi akut. Kemudian dilakukan terapi dengan oksigen 2-3 L/menit, selanjutnya diberikan ipatropium bromida dan salbutamol sulfat, ambroxol,dan seftriaxone. Simpulan. Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa dengan penyakit paru obstruksi kronik eksaserbasi akut. Tatalaksana dengan pengobatan simptomatis, suportif, dan pola hidup sehat. [Medula.2013;1:100-106] Kata Kunci:Eksaserbasi akut, penyakit paru obstruktif kronik Pendahuluan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia luas dan ke-12 penyebab angka kesakitan di seluruh dunia. 1 Di Amerika Serikat, PPOK mengenai lebih dari 16 juta orang, lebih dari 2,5 juta orang Italia, lebih dari 30 juta di seluruh dunia dan menyebabkan 2,74 juta kematian pada tahun 2000. Di Indonesia, PPOK menempati urutan kelima sebagai penyakit penyebab kematian, dan diperkirakan akan menduduki peringkat ke-3 pada tahun 2020 mendatang. 2 Permasalahan dari PPOK kebanyakan diakibatkan sulitnya mendeteksi pasien dengan penyakit yang memiliki onset lambat, biasanya di atas umur 50 tahun, diikuti dengan progresi yang lambat. 3 Tujuan 99

penulisan laporan kasus ini adalah teridentifikasinya masalah-masalah pasien, serta penatalaksanaan pasien secara tepat. Berbeda dengan asma, penyakit PPOK menyebabkan obstruksi saluran pernapasan yang non-reversibel. Pada penderita PPOK terdapat gangguan mekanis dan pertukaran gas di sistem pernapasan dan mengakibatkan menurunnya aktivitas fisik pada kehidupan sehari-hari. Obstruksi saluran napas yang kronis mengakibatkan volume udara keluar dan masuk tidak seimbang.sehingga. Kondisi obstruksi saluran pernapasan yang terus menerus ini akan menyebabkan diafragma mendatar, gangguan kontraksi saluran pernapasan, sehingga fungsinya sebagai otot utama pernapasan berkurang. Sebagai kompensasinya, terjadi pemakaian terus menerus otot-otot intercostal dan otot inspirasi tambahan sehingga menimbulkan gejala sesak napas pada pasien PPOK. Selain gangguan saluran pernapasan, penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyakit sistemik yang mempunyai hubungan antara keterlibatan metabolik, otot rangka, dan genetik molekular. Inflamasi sistemik dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular merupakan berbagai manifestasi sistemik yang dapat ditemukan pada penderita PPOK. Selain itu, pasien PPOK juga sering mengalami penurunan berat badan. Kehilangan massa otot diduga merupakan inti permasalahan dari penurunan berat badan tersebut sementara kehilangan massa lemak diperkirakan mendapat porsi yang lebih kecil. Setengah dari penderita PPOK ditemukan akan mengalami penurunan massa otot, yang pada akhirnya juga akan menimbulkan penurunan berat badan. Dengan bertambah beratnya penyakit, penderita PPOK akan kehilangan banyak otot, khususnya otot paha dan lengan atas. Selanjutnya penderita kehilangan kekuatan latihan dan mengeluh lemah, sesak napas, dan berkurang aktifitas. Penelitian membuktikan adanya penurunan massa otot signifikan, kelemahan otot pernapasan, dan penurunan kekuatan otot ekstremitas pada pasien PPOK dibandingkan individu yang sehat. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, terapi rehabilitasi otot seharusnya mendapat porsi yang lebih penting dalam terapi dasar pada pasien PPOK. Jika benar adanya bahwa pasien-pasien PPOK akan mengalami penurunan massa otot seiring dengan perjalanan penyakitnya, maka terapi rehabilitasi otot semenjak dini tentunya dapat 100

mencegah penurunan kualitas hidup pada pasien PPOK nantinya akibat dari disfungsi otot yang dialaminya. Namun, sampai sekarang penderita PPOK yang dimasukkan ke dalam program rehabilitasi adalah mereka yang telah mendapatkan pengobatan optimal, tapi masih disertai gejala pernafasan berat, beberapa kali masuk ruang gawat darurat, dan kualitas hidup yang menurun. 4 Metode Laporan kasus di Rumah Sakit Abdul Moloek tanggal 4 juni 2013 7 juni 2013 pada pasien Tn.A, 63 tahun, yang ditelaah berdasarkan Evidence Based Medicine. Hasil Pasien seorang laki-laki berumur 63 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan sepanjang hari dan semakin memberat terutama ketika pasien melakukan aktivitas dan sedikit membaik saat pasien beristirahat. Pasien mengatakan bahwa dia agak kesulitan dalam menghembuskan napas. Keluhan sesak seperti ini sudah dirasakan selama 3 tahun belakangan ini. Namun seasak napas yang dirasakan tidak separah saat pasien masuk ke rumah sakit saat ini. Sesak dalam dua tahun ini hanya seperti dadanya tertekan. Sesak terutama dirasakan saat pasien melakukan aktivitas yaitu berjalan kira-kira 10 menit atau 100 meter. Keluhan sesak berkurang jika pasien duduk beristirahat. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, namun dahak sulit dikeluarkan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Dua tahun yang lalu pasien juga mengeluhkan batuk berdahak. Dahak berwarna putih kekuningan. Keluhan batuk berdarah disangkal oleh pasien. Pasien mengeluh deman dua hari sebelum masuk rumah sakit. Demam terus menerus dan tidak terlalu panas. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah pasien 130/70 mmhg, nadi 88 x/menit, pernafasan 28 x/menit, didapatkan juga pursed lips breathing, retraksi suprasternal, pada pemeriksaan paru didapatkan vesikuler melemah, rhonki basah 101

halus, wheezing ekspirasi pada kedua lapangan paru. Pada pemeriksaan jantung, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan laju endap darah 20 mm/jam, hitung jenis neutrofil segmen 80 %, kalium 2,4 mmol/l dan dari analisis gas darah didapatkan kesan alcalosis respiratoric tidak terkompensasi dengan hiperoksemia. Pada rontgen thoraks terlihat gambaran jantung pendulum. Sehingga diagnosis kerja PPOK eksaserbasi akut. Penatalaksanaan dengan Istirahat, oksigen 2-3 L/m, infus ringer lakltat gtt X/menit, seftriaxone 1 g/12 jam, ipatropium bromida dan salbutamol sulfat /8 jam,, mucogard 3x1 sendok makan, salbutamol 0,5 mg, gliseril guaicolat 3x1 tablet, cetirizin 3x½ tablet. Prognosis pada pasien ini baik. Pembahasan Pasien seorang laki-laki berumur 63 tahun datang dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas dirasakan sepanjang hari dan semakin memberat terutama ketika pasien melakukan aktivitas dan sedikit membaik saat pasien beristirahat. Pasien mengatakan bahwa sedikit kesulitan dalam menghembuskan nafas. Keluhan sesak napas seperti ini sudah dirasakan selama kurang lebih tiga tahun belakangan ini. Namun sesak napas yang dirasakan tidak seberat saat pasien masuk ke rumah sakit saat ini. Sesak napas dalam tiga tahun ini hanya seperti dadanya tertekan. Sesak napas terutama dirasakan saat pasien melakukan aktivitas yaitu berjalan kira-kira 10 menit atau 100 meter. Keluhan sesak berkurang jika pasien duduk beristirahat. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, namun dahak sulit dikeluarkan. Keluhan ini dirasakan sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Penyakit Paru Obsruksi Kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang ditandai oleh perlambatan aliran udara yang bersifat irreversible dan reversible. 5 Keterbatasan aliran udara ini bersifat progresif yang disebabkan oleh respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang merugikan. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar dan menyerang sekitar 10 persen penduduk usia 40 tahun ke atas. 4 PPOK dapat dicegah dan dapat diobati dengan 102

beberapa efek ekstrapulmoner signifikan yang dapat mempengaruhi beratnya penyakit pada seorang pasien. Komponen pulmoner pada penyakit ini ditandai dengan keterbatasan aliran udara di dalam saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan ini bersifat progresif dan berhubungan dengan kelainan sistem inflamasi paru terhadap partikel atau gas berbahaya. 4.6 Hal ini disebabkan karena terjadinya inflamasi kronik akibat pajanan partikel atau gas beracun yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Gejala klinis PPOK adalah batuk, produksi dahak, dan sesak napas, dan aktivitas terbatas. 4.6 Beberapa ciri dari PPOK yaitu : biasanya dialami oleh perokok berat, gejala muncul pada usia 40, gejala semakin lama semakin bertambah buruk, gejala memburuk pada musim hujan/dingin, dan tidak ada hubungannya dengan alergi. 7 Eksaserbasi akut pada PPOK berarti timbulnya perburukan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Gejala eksaserbasi seperti sesak bertambah, produksi sputum meningkat, perubahan warna sputum. 6 Besar pajanan asap rokok bersifat kompleks dan dipengaruhi oleh kuantitas rokok yang dihisap dan pola penghisapan rokok antara lain usia mulai merokok, lama merokok, dalamnya hisapan dan lain-lain. Pajanan asap rokok menyebabkan kelainan pada mucosa saluran nafas, kapasitas ventilasi maupun fungsi sawar alveolar/kapiler. 8 Dari anamnesa yang berhubungan dengan keluhan utama ditanyakan gejala sesak napas akibat penyakit respirasi dan sesak akibat penyakit jantung. Pada kasus didapatkan gejala sesak napas akibat penyakit respirasi. Selanjutnya didapatkan gejala batuk sejak selama 1 hari sebelum masuk rumah sakit, berdahak namun sulit dikeluarkan, tidak terdapat darah, ada riwayat demam tidak terlalu panas, mengalami penurunan berat badan dan keringat malam. Tidak ada riwayat konsumsi obat anti tuberkulosa, maka diagnosa ke arah penyakit tuberculosa dapat disingkirkan. Selanjutnya gejala yang menunjang diagnosa adalah adanya riwayat merokok sejak 45 tahun yang dikonsumsi sebanyak 1 bungkus perhari, ada riwayat sakit penyakit paru obstruktif kronis, selain itu ditunjang dengan pemeriksaan fisik bunyi pernapasan bronkial serta bunyi tambahan berupa wheezing ekspirasi pada auskultasi. Maka berdasarkan gejala klinis berupa adanya 103

sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat penyakit paru obstruktif kronis, serta pemeriksaan fisis maka dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru obstruktif kronis eksaserbasi akut. Namun untuk menegakkan diagnosa perlu dilakukan tes fungsi paru (spirometri), selain itu juga dilakukan pemeriksaan dahak untuk menyingkirkan diagnosa tuberculosa. Adapun pemeriksaan darah rutin Serum Glutamic Piruvic Transaminase, gula darah sewaktu, ureum,kreatinin adalah untuk memeriksa adanya kelainan lain. Penyakit paru obstruksi adalah penyakit atau gangguan paru yang memberikan kelainan ventilasi berupa gangguan obstruksi saluran napas. Penyakit dengan kelainan tersebut antara lain adalah asma bronkial, penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) dan sindrom obstruksi pasca tuberculosis (SOPT). Meskipun semuanya memberikan kelainan berupa obstruksi saluran napas, tetapi mekanisme terjadinya kelainan itu berbeda pada masing-masing penyakit. Pada terapi diberikan oksigen 2-3 L/menit hal ini bertujuan untuk perbaikan psikis, koordinasi otot, toleransi beban kerja dan pola tidur karena hipoksemi dapat mencetuskan dekompensatio kordis pada penderita PPOK terutama pada saat adanya infeksi saluran napas. Selanjutnya diberikan ipatropium bromida dan salbutamol sulfat yang bertujuan sebagai bronkodilator utama pada PPOK, karena pada PPOK obstruksi saluran napas yang terjadi lebih dominan disebabkan oleh komponen vagal. Ambroxol juga diberikan untuk mengobati gejala batuk disertai lendir. Ceftriaxone merupakan antibiotik yang juga diberikan pada pasien karena infeksi sangat berperan pada perjalanan penyakit paru obstruksi, terutama pada keadaan eksaserbasi. Infeksi virus paling sering menimbulkan eksaserbasi diikuti oleh infeksi bakteri. Karena apabila infeksi berlanjut maka perjalanan penyakit akan makin memburuk. Simpulan laporan kasus ini dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa dengan penyakit paru obstruksi kronik eksaserbasi akut,pasien membaik dan boleh pulang kerumah. Tatalaksana dengan pengobatan simptomatis, suportif, dan pola hidup sehat 104

Daftar Pustaka 1. Suradi, 2007. PPOK, Penyakit yang Perlu Diwaspadai Perokok. http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnew.cgi?newsid1173429241,25820 ( Diakses 12 september 2013) 2. Subrata G, 2005. New Paradigma of n-acetylstein on COPD. Proceeding Book Kongres Nasional X. PDPI. Hlm 337-350. 3. Mangunnegoro H, 2001. PPOK pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 4. PDPI, 2006. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Jakarta: PDPI.Hlm 1-8. 5. Teramoto S, 2007. COPD Phatogenesis from the Viewpoint of Risk Factors. Tokyo: Internal Medicine. 6. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease, 2007. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention Update 2007. http://www.golcopd.og/download.asp?intid=446 (Diakses 12 september 2013). 7. Barnes JP, Hansel TT, 2003. An Atlas of Chronic Obstruktive Pulmonary Disease COPD. London : The Parthenon Publishing Group Hlm 3-5. 8. Aditama TY, 2001. Penyakit Akibat Merokok. Dalam Masalah Perokok. Dan Penanggulangannya. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia. 105