II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gamal (Gliricidia maculata) adalah nama jenis perdu dari kerabat

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

PENDAHULUAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok 2: Kromatografi Kolom

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

HASIL DAN PEMBAHASAN

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berasal dari ber.ua Amerika, selanjutnya berkembang meiuas di se'.uiuh dur.ia

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebanyak 400 gram sampel halus daun jamblang (Syzygium cumini)

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DALAM EKSTRAK METANOL DAUN PECUT KUDA JURNAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4. Hasil dan Pembahasan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

I. PENDAHULUAN. rusak serta terbentuk senyawa baru yang mungkin bersifat racun bagi tubuh.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

PEMISAHAN ZAT WARNA SECARA KROMATORAFI. A. Tujuan Memisahkan zat-zat warna yang terdapat pada suatu tumbuhan.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kuat dilaboratorium kimia. Metode kromatografi, karena pemanfaatannya

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Kromatografi tambahan. Imam S

HASIL. (%) Kulit Petai 6.36 n-heksana 0,33 ± 0,06 Etil Asetat 0,32 ± 0,03 Etanol 70% 12,13 ± 0,06

DESTILASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makin meluas. Sebelum tahun 1950-an hanya satu varietas yang dikenal yaitu

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BABm METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

UNIVERSITAS SETIA BUDI FAKULTAS FARMASI Program Studi S1 Farmasi Jl. Letjen. Sutoyo. Telp (0271) Surakarta 57127

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serta negara-negara di kawasan Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Bunga Mawar Putih (Rosa hybrida L.)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

LAPORAN KIMIA ORGANIK

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Kromatografi Gas-Cair (Gas-Liquid Chromatography)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika dari hewan teripang (Martoyo dkk, 2006) adalah sebagai berikut:

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Manado September 2011 LEMBAR JAWABAN. Ujian Praktikum. Bidang Kimia. 13 September 2011.

IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN DALAM SELADA AIR (Nasturtium officinale R.Br)

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Penapisan Sampel

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama asing, nama daerah, morfologi tumbuhan, kandungan senyawa kimia, serta

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Alkaloid dari Tumbuhan Alstonia scholaris

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

LAPORAN TETAP KIMIA ANALITIK INSTRUMEN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID DARI FASE n-butanol DAUN JERUK PURUT (Citrus hystrix.dc)

san dengan tersebut (a) (b) (b) dalam metanol + NaOH

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

SENYAWA KIMIA BAHAN ALAM TERPENOID. Oleh: Ramadani

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Transkripsi:

4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gamal (Gliricidia maculata) Tanaman gamal (Gliricidia maculata) adalah nama jenis perdu dari kerabat polong - polongan (suku Fabaceae atau Leguminosae). Penyebaran alami tidak jelas karena telah dibudidayakan sejak lama, tetapi bukti kuat menunjukkan bahwa penyebarannya terbatas pada hutan musim kering gugur daun di dataran rendah pesisir Pasifik dan beberapa lembah pedalaman di Amerika Tengah dan Meksiko. Tanaman ini sekarang sudah menyebar di seluruh daerah tropika termasuk Indonesia (Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan, 2002). Tanaman gamal dapat dilihat pada Gambar 1. (a) Gambar 1. (a) Tanaman gamal dan (b) Daun gamal (b)

5 Dalam taksonomi, tumbuhan ini diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta rdo : Fabales Famili : Fabaceae Subfamili : Faboideae Genus : Gliricidia Spesies : Gliricidia maculata atau Gliricidia sepium Sumber : (Elevitch and John, 2006). Gamal terutama ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman, atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Bunga-bunga gamal merupakan pakan lebah yang baik dan dapat pula dimakan setelah dimasak (Joker, 2002). Gamal merupakan sumber kayu api yang baik, terbakar perlahan dan menghasilkan sedikit asap. Kayu gamal memiliki nilai kalori sebesar 4.900 kkal/kg. Kayunya awet dan tahan rayap dan baik untuk membuat perabot rumah tangga, mebel, konstruksi bangunan dan lain-lain (Jensen, 1999). Daun, biji, dan kulit batang gamal mengandung zat yang bersifat racun bagi manusia dan ternak, kecuali ruminansia. Ramuan bahan-bahan itu digunakan sebagai pestisida dan rodentisida alami (Jensen, 1999). 2.2 Senyawa Metabolit Sekunder Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu organisme yang tidak terlibat secara langsung dalam proses pertumbuhan,

6 perkembangan atau reproduksi organisme. Berbeda dengan metabolit primer yang ditemukan pada seluruh spesies dan diproduksi dengan menggunakan jalur yang sama, senyawa metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada spesies tertentu. Tanpa senyawa ini organisme akan menderita kerusakan atau menurunnya kemampuan bertahan hidup. Fungsi senyawa ini pada suatu organisme diantaranya untuk bertahan terhadap predator, kompetitor dan untuk mendukung proses reproduksi (Herbert, 1996). Senyawa metabolit sekunder terdiri dari golongan flavonoid, alkoloid, terpenoid, steroid, lipid, lakton, dan glikosida ( Herbert, 1996). Flavonoid merupakan salah satu produk metabolisme sekunder yang ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi dan mikroorganisme. Senyawa ini terdapat pada semua bagian tumbuhan tingkat tinggi termasuk daun, akar, kulit, kayu, bunga, buah dan biji (Markham, 1988). Flavonoid juga merupakan kelompok senyawa fenol terbesar yang terdapat pada tumbuhan (Harborne, 1987). 2.2.1. Klasifikasi Senyawa Flavanoid Struktur flavonoid memiliki 15 atom karbon, terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Dapat ditulis sebagai berikut C6-C3-C6 (Manitto, 1992). Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu flavonoid (1,3-diarilpropana), isoflavonoid (1,2-diarilpropana), neoflavonoid (1,1-diarilpropana) seperti ditunjukkan pada Gambar 2.

7 3 A 3 B A 3 2 1 A 2 1 B 2 B 1 1,3-diarilpropana flavonoid 1,2-diarilpropana isoflavonoid 1,1-diarilpropana neoflavonoid Gambar 2. Tiga jenis struktur flavonoid (Achmad, 1986) Flavonoid merupakan istilah yang dikenakan pada suatu golongan besar senyawa yang berasal dari kelompok senyawa yang paling umum yaitu senyawa flavon yang ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Kerangka dasar struktur flavon (Manitto, 1992) Senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi rantai propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Beberapa jenis struktur flavonoid alami ditunjukkan pada Gambar 4.

8 H flavanonol flavon flavonol flavanon H + + H garamflavilium antosianidin C H auron Gambar 4. Kelompok-kelompok penting struktur dari flavonoid alami (Manitto, 1992) 2.2.2. Sifat - Sifat Flavonoid Aglikon flavonoid adalah flavonoid yang tidak mengikat gugus gula dan bersifat kurang polar. Contoh flavonoid ini adalah isoflavon, flavonon, flavon, serta flavonol yang termetoksi. Karena sifatnya yang kurang polar maka aglikon cenderung mudah larut dalam pelarut eter dan kloroform. Flavonoid glikosida adalah flavonoid yang mengikat gugus gula. Pada senyawa ini satu gugus hidroksil terikat pada satu gugus gula, flavonoid ini disebut flavonoid -glikosida. Selain itu juga terdapat flavonoid C-glikosida dimana gula terikat langsung pada inti benzena dengan ikatan karbon - karbon. Pengaruh glikosida menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air (Markham, 1988).

9 2.2.3. Manfaat Flavonoid Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder dalam suatu tumbuhan yang berfungsi sebagai pigmen (pembentuk warna), pertahanan diri dari hama dan penyakit. Senyawa flavonoid juga digunakan dalam industri makanan sebagai pewarna makanan (Markham, 1988). Manfaat flavonoid terhadap organisme sangat banyak macamnya, sehingga dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid digunakan dalam pengobatan tradisional. Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase, aldureduktase, monoamino reduktase, protein kinase, DNA polimerase dan lipooksigenase (Robinson, 1995). Beberapa contoh senyawa flavonoid yang diisolasi dari tumbuhan dapat berkhasiat sebagai obat, seperti silimarin dari Silybum marianum dapat berfungsi mengobati gangguan hati serta menghambat sintesis prostaglandin. Kuersetin 3-rutinosida bermanfaat untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia. Beberapa xanton dan flavonoid oligomer dalam makanan mempunyai efek anti-hipertensi dengan menghambat kerja enzim pengubah angiotensin. Selain itu, dari golongan isoflavanoid seperti rotenon telah dimanfaatkan oleh manusia untuk insektisida (Robinson, 1995) 2.2.4. Isolasi Senyawa Flavanoid Isolasi flavonoid dapat dilakukan dari tumbuhan segar maupun yang telah kering. Pada tumbuhan yang terserang jamur, ada kecenderungan glikosida diubah menjadi aglikon, aglikon yang peka akan teroksidasi. Flavonoid merupakan

10 metabolit sekunder yang bersifat polar yang ditandai dengan adanya gugus hidroksil atau suatu gula dan terdapatnya pasangan elektron bebas pada atom oksigen. leh karena, itu flavonoid dapat diekstrak dari tumbuhan dengan menggunakan pelarut polar seperti metanol. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya aglikon flavonoid seperti isoflavon dan flavon cenderung lebih mudah larut dalam pelarut non-polar seperti kloroform dan eter. Pemurnian flavonoid dari senyawa-senyawa lain dari ekstrak kasar dapat dilakukan dengan metode kromatogarafi (Markham, 1988). 2.3. Pemisahan Senyawa Secara Kromatografi Kromatografi merupakan metode sederhana yang digunakan untuk memisahkan campuran dua senyawa atau lebih. Pemisahan ini terjadi berdasarkan prinsip bahwa senyawa campuran yang akan dipisahkan terdistribusi di antara Fasa diam dan Fasa gerak. Pemisahan dengan metode kromatografi dilakukan dengan memanfaatkan sifat fisik dari sampel, seperti kelarutan, adsorbsi, keatsirian dan kepolaran. Suatu cuplikan dapat dipisahkan dari komponen - komponennya karena adanya perbedaan waktu migrasi dari komponen - komponen cuplikan. Contoh metode kromatografi adalah kromatografi lapis tipis dan kromatografi kolom (Johnson & Stevenson, 1991). 2.3.1. Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan metode konvensional yang masih digunakan dalam analisis modern. Kromatografi ini bertujuan untuk menentukan jumlah komponen campuran, mengidentifikasi komponen, mendapatkan kondisi yang optimum untuk kromatografi kolom (Johnson & Stevenson, 1991).

11 Pemisahan secara kromatografi lapis tipis didasarkan pada perbedaan pendistribusian campuran 2 atau lebih senyawa dalam Fasa diam dan Fasa gerak. Pada kromatografi lapis tipis, yang terdiri dari bahan padat (silika gel, alumina atau selulosa) dan mengandung indikator flouresensi untuk membantu menampakkan bercak pada lapisan yang telah dikembangkan. Lapisan tipis dilapiskan pada permukaan penyangga datar yang umumnya terbuat dari kaca atau logam. Silika gel, alumina, atau selulosa melekat pada permukaan penyangga datar dengan bantuan bahan pengikat seperti kalsium sulfat atau amilum (pati). Lapisan ini berfungsi sebagai permukaan padat yang akan mengikat komponenkomponen tertentu dalam sampel (Harborne, 1987). Fasa gerak adalah cairan pengembang yang bergerak naik pada Fasa diam dengan membawa komponen - komponen sampel, Fasa gerak yang digunakan adalah pelarut organik. Teknik kromatografi lapis tipis memiliki kelebihan dibanding dengan kromatografi yang lain. Kelebihan kromatografi lapis tipis terletak pada pemakaian pelarut yang jumlahnya sedikit sehingga memerlukan biaya relatif murah, selain itu pelarut yang digunakan sederhana dan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan metode ini relatif singkat. Komponen - komponen senyawa yang akan dianalisis dibedakan dengan harga R f (retention factor). Harga R f didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan pelarut atau pengembang (diukur dari garis awal) (Gritter dkk., 1991).

12 2.3.2. Kromatografi Kolom Pada kromatografi kolom (KK), Fasa diam (adsorben padat) diletakkan dalam satu kolom kaca vertikal dan Fasa gerak (pelarut) dimasukkan melalui bagian atas dan mengalir melewati kolom. Adsorben yang sering digunakan adalah silika gel, alumina, selulosa, poliamida dan polistiren. Adsorben yang digunakan harus rata dan tidak terjadi rongga - rongga dalam kolom karena dapat mempengaruhi hasil preparasi. Adsorben dengan ukuran partikel kecil digunakan dalam kromatografi flash, sedangkan yang partikel besar digunakan dalam kolom gravitasi. Kemudian campuran yang akan difraksinasi dimasukkan pada bagian atas kolom. Pelarut (eluen) kemudian dialirkan melewati kolom dan terjadi kesetimbangan antara zat pelarut yang diadsorbsi adsorben dan pelarut yang mengalir melewati kolom. Selanjutnya campuran akan terpisah dalam zona - zona waktu yang berbeda (Hostettmann dkk., 1995). Susunan pelarut (eluen) merupakan salah satu peubah yang mempengaruhi pemisahan. Urutan eluen yang digunakan dalam kromatografi kolom diawali dari pelarut yang mempunyai tingkat kepolaran yang rendah sampai tingkat kepolaran yang tinggi (Johnson and Stevenson, 1991). Pengumpulan fraksi dalam kromatografi kolom dilakukan dengan mengumpulkan setiap pita dengan laju yang berbeda, zat yang begerak cepat akan meninggalkan kolom selama proses kromatografi dan akan muncul eluat dalam cairan yang keluar. Eluat ditampung dengan sejumlah botol sampel secukupnya, dan fraksi yang mengandung zat yang sama disatukan. Pemantauan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis tetap

13 harus dilakukan hingga mendapatkan komposisi eluen yang sesuai dan akhirnya mendapatkan senyawa yang dikehendaki (Gritter dkk., 1991). 2.4. Spektroskopi dan Identifikasi Senyawa rganik Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari interaksi energi cahaya dengan materi. Penentuan struktur dengan metode ini dapat dilakukan karena adanya fakta bahwa suatu senyawa organik menyerap pada panjang gelombang tertentu, bergantung pada struktur senyawa itu (Fessenden dan Fessenden, 1999). 2.4.1. Spektroskopi FTIR Spektroskopi FTIR suatu senyawa memberikan gambaran mengenai berbagai gugus fungsional dalam molekul organik berdasarkan bilangan gelombang, misalnya -H, C-H dan N-H menyerap di daerah 3.800-2700 cm-1, C=, C=C, C=N dan N= menyerap pada daerah 1.900-1.500 cm-1 dan C-C, C- dan C-N menyerap pada daerah 130-800 cm-1. Daerah antara 4000-1.300 cm-1 merupakan daerah yang khusus berguna untuk identifikasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran. Daerah antara 1.300-900 cm-1 adalah daerah sidik jari, sering kali sangat rumit karena menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi uluran dan tekukan. Daerah sidik jari merupakan daerah frekuensi spesifik untuk pengenalan suatu senyawa. Karena pada daerah ini, perbedaan yang sedikit saja dalam struktur suatu molekul dalam senyawa akan memberikan perubahan yang jelas pada distribusi puncak serapannya (Fessenden dan Fessenden, 1999).

14 Spektrum FTIR senyawa flavonoid memberikan serapan karakteristik yang membedakan senyawa flavonoid dengan senyawa metabolit sekunder lainnya. Gugus benzena dari flavonoid memberikan serapan pada daerah 1.450-1.600 cm-1. Selain itu, gugus hidroksil memberikan serapan pada daerah 3.200-3.500 cm-1. 2.4.2. Spektroskopi UV-Vis Penyerapan UV-Vis oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi elektronik molekul tersebut. Transisi tersebut umumnya antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas, dan orbital bukan ikatan atau orbital anti ikatan. Panjang gelombang serapan merupakan ukuran perbedaan tingkat - tingkat energi dari orbital yang bersangkutan (Sudjadi, 1983). Agar elektron dalam ikatan sigma tereksitasi maka diperlukan energi paling tinggi dan akan memberikan serapan pada 120-200 nm. Daerah ini dikenal dengan daerah ultraviolet hampa, karena pada pengukuran tidak boleh ada udara, sehingga sukar dilakukan dan relatif tidak banyak memberikan keterangan untuk penentuan struktur. Di atas 200 nm merupakan daerah eksitasi dari orbital p, orbital d, dan orbital terutama sistem terkonjugasi (Sudjadi, 1983). Spektroskopi UV-Vis berguna untuk menganalisis struktur flavonoid, yang dapat membantu mengidentifikasi jenis flavonoid dan menentukan pola oksigenasi. Kedudukan gugus hidroksil fenol senyawa flavonoid dapat ditentukan dengan menambah pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan mengamati pergeseran yang terjadi. Spektrum flavonoid ditentukan dengan melarutkan cuplikan dalam pelarut metanol dan mengamati dua puncak serapan pada rentang 240-285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I). Pereaksi geser yang digunakan untuk

15 menentukan pola oksigenasi pada flavonoid antara lain NaMe, AlCl 3 /HCl, NaAc/H 3 B 3 (Markham, 1988).