Analisa Drug Related Problems pada Pasien Dislipidemia di Bangsal Rawat Inap dan Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang.

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN DISLIPIDEMIA DI BANGSAL RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, yaitu adanya

INTISARI IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIHIPERTENSI PADA RESEP PASIEN UMUM DI UNIT RAWAT JALAN INSTALASI FARMASI RSUD DR. H.

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

ANALISA DRUG RELATED PROBLEMS PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI BANGSAL RAWAT INAP DAN RAWAT JALAN PENYAKIT DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

ABSTRAK. F. Inez Felia Yusuf, Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt. Pembimbing II: Penny Setyawati M., dr., Sp.PK.,M.Kes.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. infeksi dan kekurangan gizi telah menurun, tetapi sebaliknya penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTI-HIPERTENSI PADA RESEP PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI INSTALASI FARMASI UNIT RAWAT JALAN RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL (LDL-C) INDIREK DENGAN DIREK PADA KADAR TRIGLISERIDA <200 mg/dl DAN ANTARA mg/dl

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

ARHAYANI PERENCANAAN DAN PENYIAPAN PELAYANAN KONSELING OBAT SERTA PENGKAJIAN RESEP BAGI PENDERITA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit jantung koroner merupakan penyebab. kematian terbanyak di dunia, dengan 7,4 juta kematian

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

POLA DISLIPIDEMIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN JENIS KELAMIN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI OBAT ANTIDIABETES PADA RESEP PASIEN DI APOTEK RAHMAT BANJARMASIN

ABSTRAK PERBANDINGAN NILAI LOW-DENSITY LIPOPROTEIN CHOLESTEROL

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. darah merupakan penyebab utama kematian di rumah sakit dan menempati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

BAB 6 HASIL ANALISA DAN SARAN

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

Transkripsi:

Analisa Drug Related Problems pada Pasien Dislipidemia di Bangsal Rawat Inap dan Rawat Jalan Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Yuliana Arsil 1, Helmi Arifin 1, Deswinar Darwin 1, Raveinal 2 1 Faculty of Pharmacy, University of Andalas, Padang 2 Department of Internal Medicine DR. M. Djamil Hospital. Padang Abstract Dyslipidemia is an abnormality of lipid metabolism, which is characterized by elevated or reduced of plasma lipid fractions. Dyslipidemia is a major risk factor for cardiovascular disease. Improvements of lipid profile may reduce the risk of cardiovascular disease. This research was conducted to determine the Drug Related Problems (DRPs) which occurs in patients with dyslipidemia. This research was a prospective observational study using descriptive cross sectional approach, performed on dyslipidemia patients with or without comorbidities in outpatient and inpatient of Internal Medicine DR. M. Djamil Padang during March to May 2011. Evaluation of the data was carried out descriptively. The results showed that type of DRPs occurred from 11 dyslipidemia patients with or without comorbidities on inpatient of Internal Medicine were drug interactions in 4 patients, adverse drug reactions in 2 patients, noncompliance in 2 patients, dosage too high in 1 patient, inappropriate drug administration interval in 1 patient and other components of DRPs had no problem. In the outpatient of Internal Medicine, DRPs occured from 98 patients of dyslipidemia with or without accompanying diseases were drug interactions in 26 patients, patient noncompliance in 22 patients, adverse drug reactions in 13 patients, dosage too low in 5 patients, drug therapy without medical indications in 4 patients, inappropriate drug administration interval in 3 patients and other components DRPs had no problem. Drug interactions consist of pharmacokinetic and pharmacodynamic interactions. In practice, those can be accommodates by separating their administration and monitoring of drug interaction. Meanwhile, a toxic drug interactions was not found. Keywords: Dyslipidemia, Drug Related Problems (DRPs), Hospital. Pendahuluan Dislipidemia adalah ketidaknor malan metabo lis me lipid yang dit andai dengan peningkatan

maupun penurunan fraksi lipid dala m plasma. Ket idaknor malan fr aksi lipid tersebut berupa peningkatan kadar kolesterol total, low density lipoprotein

(LDL) dan kadar trigliser ida serta penurunan kadar high density lipoprotein (HDL) (1,2). Prevalensi dis lipidemia d i Indonesia cukup t inggi, hal ini dapat dilihat dar i hasil penelit ian pada usia lanjut di Jakarta terhadap 307 sampe l penelit ian, didapatkan kejadian dislipidemia sebesar 44,6%. Penelit ian yang dilakukan di kota Padang juga didapatkan kejadian dislipidemia yang cukup t inggi, yait u lebih dar i 50% sampel penelit ian memiliki nila i total ko lesterol 240 mg/dl dan LDL 160 mg/dl ( 3,4). Dislipidemia dapat menimbulk an pengaruh yang buruk terhadap kardio vaskular. Pada tahun 2005, penyakit kardio vaskular menjadi salah satu penyebab kemat ian terbesar, yakni 18 juta kemat ian di dunia disebabka n o leh penyakit kardio vaskular, sehingga penanganan dislipidemia merupakan strategi ideal untuk mengurang i beban penyakit kardio vaskular. Telah ter bukt i bahwa per baikan kadar lipid dalam dar ah dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular ( 2,5). Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (6). Bila DRPs ini terjadi pada pasien dislipidemia, perbaikan profil lipid tidak tercapai, tentunya resiko pasien terhadap penyakit kardivaskular akan meningkat. Maka agar keberhasilan terapi dapat tercapai penting dilakukan penelitian mengenai analisa Drug Related Problems pada pasien dislipidemia Metodologi Penelitian dilaksanakan di bangsal rawat inap dan rawat jalan Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang pada bulan Maret sampai Mei 2011. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan studi cross-sectional deskriptif yang dikerjakan secara prospektif terhadap suatu populasi terbatas. Sampel penelitian adalah pasien dislipidemia di bangsal rawat inap dan rawat jalan Penyakit Dalam di RSUP DR. M. Djamil Padang. Sumber data berupa rekam medik pasien, catatan perawat, memantau langsung keadaan

pasien dan wawancara langsung dengan pasien atau keluarga pasien. Jenis data meliputi komponen dari DRPs yakni masalah-masalah yang ditemukan dalam terapi seperti indikasi tidak dapat obat, terapi obat tanpa indikasi medis, ketidaktepatan pemilihan obat, dosis obat berlebih, dosis kurang, reaksi efek samping obat, interaksi obat, ketidakpatuhan pasien dan ketidaktepatan interval pemberian obat. ditemukan adanya indikasi tidak dapat obat, semua pasien dislipidemia telah mendapatkan obat sesuai penyakit atau kondisi medis yang dideritanya. Tabel 1. No Jumlah Pasien Dislipidemia yang Mengalami DRPs Drug Related Problems 1. Indikasi tidak dapat obat 2. Terapi obat tanpa indikasi medis Rawat Rawat Inap Jalan Jumlah Jumlah Pasien Pasien 0 0 0 4 Hasil dan Diskusi 3. Ketidaktepatan pemilihan obat 0 0 Dari penelitian didapatkan kasus dislipidemia yang terjadi adalah sebanyak 11 kasus di bangsal rawat inap dan 98 kasus di rawat jalan penyakit dalam. Hasil penelitian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1. Indikasi tanpa obat Indikasi tanpa obat dapat terjadi apabila pasien memiliki kondisi medis yang memerlukan terapi, tapi pasien tidak mendapatkan obat, juga dapat terjadi pada pasien yang memerlukan terapi tambahan untuk mengobati atau mencegah perkembangan penyakit, tapi pasien tidak mendapatkan obatnya (6). Dari hasil penelitian pada pasien dislipidemia di bangsal rawat inap dan rawat jalan penyakit dalam tidak 4. Terjadinya dosis obat berlebih 5. Terjadinya dosis obat kurang 6. Terjadinya interaksi obat 7. Terjadinya reaksi efek samping obat 8. Ketidakpatuhan pasien 9. Ketidaktepatan interval pemberian obat 1 0 0 5 4 26 2 13 2 22 1 3 Terapi Obat Tanpa Indikasi Terapi obat tanpa indikasi dapat diartikan sebagai adanya obat yang tidak diperlukan atau tidak sesuai dengan kondisi medis pasien (6). Hasil penelitian pada pasien dislipidemia di

bangsal rawat inap penyakit dalam tidak ditemukan penggunaan obat tanpa indikasi. Pada pasien dislipidemia di instalasi rawat jalan penyakit dalam kejadian obat tanpa indikasi medis ditemukan sebanyak 4 pasien. Keempat pasien ini adalah pasien hipertensi yang mendapat terapi simvastatin, sedangkan kadar lipid darah pasien sudah mencapai target terapi dislipidemia yakni kadar LDL pasien kurang dari 130 mg/dl. Pedoman Diagnosa dan Terapi SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil (2007) dan NCEP (2001) menyatakan bahwa pasien yang memiliki lebih dari 2 faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK) seperti: umur (pria 45tahun, wanita 55 tahun), merokok, HDL <40 mg//dl, hipertensi (TD 140/90 atau dalam terapi antihipertensi) dan mempunyai riwayat penyakit jantung koroner dini dalam keluarga, dapat memulai terapi farmakologi untuk dislipidemia bila kadar LDL 160 mg/dl dengan target kadar LDL yang akan dicapai sebesar < 130 mg/dl (7,8). Ketidaktepatan Pemilihan Obat Ketidaktepatan pemilihan obat maksudnya adalah obat yang didapatkan oleh pasien tidak efektif untuk kondisi medis pasien (6). Hasil penelitian pada pasien dislipidemia di bangsal rawat inap dan rawat jalan penyakit dalam tidak ditemukan adanya ketidaktepatan pemilihan obat, semua pasien telah mendapatkan obat yang tepat dan efektif untuk terapi dislipidemia. Dosis Obat berlebih Dosis obat berlebih dapat disebabkan karena penggunaan dosis obat yang terlalu tinggi, jarak pemakaian yang terlalu dekat, durasi obat yang terlalu panjang dan interaksi obat yang menimbulkan toksik (6). Dari hasil penelitian, tidak ditemukan adanya penggunaan obat dosis berlebih pada pasien dislipidemia di instalasi rawat jalan penyakit dalam. Penggunaan obat dosis berlebih terjadi pada 1 pasien dislipidemia yang dirawat di bangsal rawat inap, yakni pada penggunaan injeksi asam traneksamat 3x500 mg. Pasien diketahui menderita CKD stage V dengan kliren kreatinin pasien sebesar 2,5 ml/menit dengan berat badan 47 kg, sedangkan penyesuaian dosis asam traneksamat untuk pasien dengan kliren kreatinin < 10 ml/menit adalah 10 mg/kg tiap 48 jam IV atau 5 mg/kg/hari IV (9,10). Pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal, eliminasi dari

asam traneksamat jadi berkurang, bila penggunaan asam traneksamat tanpa penyesuaian dosis maka kelebihan dosis akan menyebabkan akumulasi obat dalam tubuh. Dosis Obat Kurang Dosis obat kurang artinya obat yang digunakan dosisnya terlalu rendah untuk efek yang diinginkan. Dari hasil penelitian pada pasien dislipidemia di bangsal rawat inap tidak ditemukan adanya dosis obat kurang. Di isntalasi rawat jalan ditemukan dosis obat kurang pada 5 pasien, yakni pada penggunaan gemfibrozil. Kelima pasien diberikan gemfibrozil dosis 1x300 mg. Berdasarkan Martindal 35 dosis gemfibrozil adalah 1,2 g dalam 2 dosis bagi, atau dalam range 0,9-1,5 g/hari. Berdasarkan Drug information handbook ed 17, juga merekomendasikan dosis gemfibrozil sebesar 1,2 g dalam 2 dosis bagi/ hari. Dosis obat yang kurang akan menyebabkan tidak tercapainya dosis terapi sehingga kadar obat dalam darah tidak cukup untuk memperbaiki kelainan pada profil lipid darah. Interaksi Obat Interaksi obat artinya aksi suatu obat diubah atau dipengaruhi oleh obat lain jika diberikan secara bersamaan (11). Hasil penelitian dari 11 orang pasien dislipidemia di bangsal rawat inap penyakit dalam interaksi obat terjadi pada 4 pasien dan dari 98 pasien dislipidemia di rawat jalan penyakit dalam interaksi obat terjadi pada 26 pasien. Kejadian interaksi obat pada penelitian ini diantaranya interaksi gemfibrozil dengan simvastatin, gemfibrozil dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi simvastatin dalam darah, dengan cara menghambat metabolisme dari simvastatin, sehingga meningkatkan resiko terjadinya myopathy. Interaksi ini dapat diatasi dengan memberi jarak dalam penggunaan gemfibrozil dan simvastatin, sekitar 1-2 jam serta lakukan monitoring terhadap timbulnya myopathy, atau menggunakan simvastatin dosis rendah yakni 10 mg (11). Interaksi antara furosemid dengan captopril (ACE inhibitor), kombinasi kedua obat ini biasanya aman dan efektif, karena memberikan efek sinergis dan interaksi yang diharapkan dalam menurunkan tekanan darah. Akan tetapi pada beberapa pasien kombinasi kedua obat ini dapat menyebabkan penurunan tekanan darah (hipotensif)

secara tajam yang terjadi pada awal pemberian terutama padahipertensi dengan aktivitas renin yang tinggi dan tergantung kepada kondisi pasien dan dosis obat, sebaiknya pada awal pemberian captopril dimulaidengan dosis rendah, dan monitor tekanan darah pasien (11). Interaksi asetosal dengan meloxicam, kombinasi keduanya dapat meningkatkan resiko pendarahan gastrointestinal, selain itu asetosal dapat meningkatkan konsentrasi plasma dari meloxicam hingga 25% dan peningktan AUC meloxicam hingga 10%, sebaiknya hindari penggunaan bersama asetosal dengan meloxicam, bila digunakan beri jarak dalam penggunaannya dan monitoring terhadap kemungkinan terjadinya pendarahan gastrointestinal (10,11). Interaksi obat pada penelitian ini berupa interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik, yang dalam prakteknya sudah ditanggulangi dengan cara menjarakkan pemberian obat dan telah dilakukan monitoring terhadap interaksi obat. Sedangkan interaksi obat yang bersifat toksik tidak ditemukan. Reaksi Efek Samping Obat Efek samping obat adalah setiap efek yang tidak dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien dari suatu pengobatan (6). Dari hasil penelitian, kejadian reaksi efek samping obat pada pasien dislipidemia di bangsal rawat inap penyakit dalam terjadi pada 2 pasien diantaranya nyeri otot dan konstipasi yang masing-masing terjadi pada 1 orang pasien. Pada pasien dislipidemia di instalasi rawat jalan penyakit dalam reaksi efek samping obat terjadi pada 13 pasien yaitu flatulence, mual dan nyeri otot masing-masing 2 pasien, konstipasi 5 pasien, sakit kepala dan insomnia masing-masing 1 pasien. Penentuan efek samping sulit dideteksi dengan mudah, sebab keluhan yang disampaikan oleh pasien bisa saja ditimbulkan akibat efek samping obat atau akibat kondisi pasien itu sendiri. Ketidakpatuhan Pasien Ketidakpatuhan pasien dapat terjadi bila pasien tidak mengikuti atau tidak mampu untuk mengikuti aturan penggunaan obat sesuai dengan ketentuan atau anjuran dalam terapi (12,13). Dari hasil penelitian, Ketidakpatuhan pasien dislipidemia di bangsal rawat inap adalah sebanyak 2

pasien dan ketidakpatuhan pasien dislipidemia di instalasi rawat jalan terjadi pada 22 pasien. Penyebab ketidakpatuhan pasien pada penelitian ini antara lain obat dirasakan cukup mahal oleh pasien sehingga pasien tidak menebus obat yang telah diresepkan, pasien sering lupa meminum obatnya sehingga pasien minum obat menjadi tidak teratur, bahkan ada pasien yang sengaja tidak meminum obatnya selama seminggu, dan ada pasien tidak melakukan perubahan gaya hidup seperti mengurangi asupan lemak jenuh, meningkatkan aktifitas fisik yang teratur dan mengurangi berat badan, padahal perubahan gaya hidup sangat penting dalam mendukung terapi dislipidemia yang dijalaninya. Kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan sangat penting, karena menentukan berhasil tidaknya suatu terapi pengobatan pasien tersebut. Sehingga tanpa adanya kesadaran pasien dalam menjalani proses pengobatan, tentunya terapi yang dilakukan tidak akan optimal. Ketidaktepatan Interval Pemberian Obat Ketidaktepatan interval pemberian obat pada pasien dislipidemia di bangsal rawat inap terjadi sebanyak 1 pasien dan pada pasien dislipidemia di instalasi rawat jalan terjadi sebanyak 3 pasien. Ketidaktepatan interval pemberian obat terjadi karena pasien meminum simvastatin dengan dosis 10 mg yang di minum dua kali sehari, sedangkan interval simvastatin yang telah diresepkan adalah satu kali sehari pada malam hari dengan dosis 20 mg. Ketidaktepatan interval pemberian obat simvastatin ini dapat menyebabkan bioavaibilitas simvastatin di dalam darah mejadi rendah sehingga efek terapi simvastatin terhadap lipid darah kurang maksimal. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa DRPs yang terjadi dari 11 pasien dislipidemia dengan atau tanpa penyakit penyerta di Bangsal Rawat Inap Penyakit Dalam yaitu interaksi obat sebanyak 4 pasien, reaksi efek samping obat dan ketidakpatuhan penggunaan obat masing-masing 2 pasien, dosis obat berlebih dan ketidaktepatan interval pemberian obat masing-masing 1 pasien dan untuk komponen DRPs lainnya tidak

ada masalah. Di Instalasi Rawat Jalan Penyakit Dalam DRPs yang terjadi dari 98 pasien dislipidemia dengan atau tanpa penyakit penyerta yaitu interaksi obat sebanyak 26 pasien, ketidakpatuhan penggunaan obat 22 pasien, reaksi efek samping obat 13 pasien, dosis kurang 5 pasien, terapi obat tanpa indikasi medis 4 pasien, ketidaktepatan interval pemberian obat 3 pasien dan untuk komponen DRPs lainnya tidak ada masalah. Interaksi obat pada penelitian ini berupa interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik, yang dalam prakteknya sudah ditanggulangi dengan cara menjarakkan pemberian obat dan telah dilakukan pemantauan terhadap interaksi obat. Sedangkan interaksi obat yang bersifat toksik tidak ditemukan.. Ucapan Terima Kasih Terimakasih kepada Prof.Dr.Helmi Arifin, MS, Apt, dr. Raveinal, Sp.PD, Dra.Hj. Deswinar Darwin, Sp.FRS,Apt dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini. Daftar Pustka 1. Anwar, T.B. 2004. Dislipidemia sebagai faktor resiko penyakit jantung koroner. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2. Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, L.T., Dipiro, C.V. 2009. Pharmacotherapy handbook,(7 ed). 98-110, Mc Graw Hill Companies. 3. Kamso, S., Purwantyastuti, Juwita, R. 2002. Dislipidemia pada lanjut usia di kota Padang. Makara Kesehatan, 6, 2, 55-58. 4. Khairani, R., dan Sumiera, M. 2005. Profil lipid pada penduduk lanjut usia di Jakarta. Universa Medicina, 24, 4, 175-183. 5. Roth, G.A., Fihn, S.D., Mokdad, A.H., Aekplako m, W., hasegawa, T., Lim, S.S. 2010. High total serum cholesterol, medication coverage and therapeutic control: an analysis of national health examination survey data from eight countries. Bull World Health Organ, 89, 92 101. 6. Cipolle, R.J., Strand, L.M., Morley, P.C. 1998. Pharmaceutical care practice. McGraw-Hill. 7. Pedoman Diagnosa dan Terapi SMF Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang ed II. 2007. Padang; RSUP DR. M. Djamil.

8. National Cholesterol Education Program. 2002. Third report of the national cholesterol education program (NCEP) expert panel on detection, evaluation, and treatment of high blood cholesterol in adults (adult treatment panel III). National Institutes of Health. 9. Drug information handbook with international trade name index (17 th ed). 2008. American pharmacists association. 10. Martindal. 2007. The complete drug reference (35 th ed). United States: The Pharmaceutical Press. 11. Stockley, I. 2008. Drug interactions a source book of adverse interactions, their mechanism, clinical importance and management (8 th ed). London: Pharmaceutical Press. 12. Hussar, D.A. 1995. Patient compliance, in remington : the science and practice of pharmacy, Volume II, USA: The Philadelpia College of Pharmacy and Science. 13. Rantucci, M.J. 2007. Komunikasi apoteker-pasien : panduan konseling pasien (2 nd ed). Penerjemah : A.N. Sani. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.