KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

UNIVERSITAS DIPONEGORO IDENTIFIKASI BENTUK PENERAPAN EKO-EFISIENSI PADA KLASTER BATIK LAWEYAN KOTA SURAKARTA

PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

KAJIAN PELUANG PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNIS EKOEFISIENSI PADA KLASTER INDUSTRI KNALPOT DI KABUPATEN PURBALINGGA TUGAS AKHIR

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

KAJIAN PEMASARAN KAYU JATI RAKYAT DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

VII. ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR BERBASIS KEHUTANAN Keterkaitan Sektor Berbasis Kehutanan

Pengaruh Modal Sosial Terhadap Pertalian Usaha Klaster Pariwisata Borobudur

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDQAN FAHMI BUDI SUHARDJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mutu lebih baik, dan lebih cepat untuk memperolehnya (cheaper, better and

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. (UKM) dengan sistem home industry yang bekerjasama dengan industri-industri

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BOKS PILOT PROJECT PENGEMBANGAN KLASTER MEBEL ROTAN DI TRANGSAN KEC. GATAK KAB. SUKOHARJO JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

konsumen, dan tiap kegiatan menambah nilai pada produk akhir.

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN INDUSTRI KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini berisi teori-teori yang

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

PERAN FORUM LINTAS PELAKU KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN DALAM PENGEMBANGAN KLASTER PARIWISATA SELO-SAWANGAN TUGAS AKHIR

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Usulan kerangka..., Charly Buchari, FE UI, 2009

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

EVALUASI PERAN FORUM KLASTER PARIWISATA CEPOGO SELO SAWANGAN (FCSS) DALAM PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI LOGAM TUMANG BOYOLALI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusakan ekosistem sebagai akibat dari ragam aktivitas ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sebuah usaha yang mengubah bahan mentah menjadi

IDENTIFIKASI PROSES PERENCANAAN PENGEMBANGAN KLASTER BATIK MASARAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

IDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK INVESTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH SEKTOR INDUSTRI

BAB V KEMITRAAN ANTAR STAKEHOLDERS DAN ARAHAN PENINGKATANNYA DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL KERAJINAN

BAB I PENDAHULUAN. industri mendorong perusahaan untuk dapat menghasilkan kinerja terbaik. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

A RA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN DAN PEMBINAAN INDUSTRI MEBEL

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan perekonomian dunia serta meningkatnya dampak pemanasan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Amartya Sen, peraih Nobel Ekonomi tahun 1998, menyatakan bahwa. bersama akan maksimal, dengan demikian kemakmuran sebuah bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

European Union. Potensi rotan ramah lingkungan

terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lainnya yang menempati suatu daerah yang luas. Hutan menyimpan sumberdaya yang sangat banyak selain sebagai

Sentra Pengolahan Hasil Perikanan Terpadu

PERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya bahwa sektor pertanian masih

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA KAWASAN INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sumberdaya hutan yang

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. begitu menggema di masyarakat dunia, termasuk juga di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup dimasa mendatang. Jumlah penduduk yang. sangat tinggi membuat kebutuhan bahan bakar fosil semakin

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. (hardwood). Pohon jati memiliki batang yang bulat lurus dengan tinggi mencapai

HANS PUTRA KELANA F

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses pada 08 November 2016 pukul WIB.

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumberdaya yang melimpah di Indonesia adalah sumberdaya hutan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTANIAN PERIKANAN DAN PETERNAKAN KEHUTANAN DAN PERTAMBANGAN PERINDUSTRIAN, TRANSPORTASI, PERDAGANGAN, PARIWISATA, DAN INDUSTRI JASA

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang tepat dari para pelaku ekonomi. konsumen adalah sebagai pemasok faktor faktor produksi kepada perusahaan

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

POLA PENGEMBANGAN ENERGI PERDESAAN DENGAN SWADAYA MASYARAKAT

BAB VI PERANCANGAN KEBIJAKAN

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

Transkripsi:

KONSEP EKO EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN SUKOHARJO TUGAS AKHIR Oleh: HEPILIA KORNILASARI L2D 004 319 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Abstrak Pembangunan wilayah yang berkelanjutan merupakan isu penting saat ini, terutama mengenai keberlanjutan sumber daya hutan sebagai penghasil kayu. Penebangan hutan secara liar yang hanya mengeruk keuntungan ekonomi saja tanpa memperhatikan dampak lingkungan yang terjadi akan dapat berpengaruh pada kerusakan hutan. Salah satu roda perubahan dalam mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan tersebut adalah melalui klaster industri, khususnya industri mebel kayu. Hal ini dikarenakan pada klaster industri mebel menggunakan kayu sebagai bahan baku utamanya. Adanya proses produksi dalam klaster industri pastinya menghasilkan limbah baik yang berbahaya maupun yang tidak berbahaya yang perlu ditangani. Selain itu, pada klaster industri juga terdiri dari organisasi-organisasi terkait yang melakukan pertalian usaha untuk dapat meningkatkan nilai tambah bagi produksinya. Oleh karena itu, perlu adanya konsep eko-efisiensi untuk dapat mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki baik dari aspek ekonomi maupun sosial untuk mendapatkan lingkungan yang berkelanjutan, khususnya dalam penggunaan dan pemanfaatan bahan baku kayu. Klaster industri mebel kayu Bulakan di Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu klaster yang menjadi sasaran dalam penerapan eko-efisiensi pada klaster usaha di Jawa Tengah. Keberadaan klaster mebel kayu di Bulakan, memicu meningkatnya aktivitas masyarakat (pengrajin) untuk mengkonsumsi kayu, padahal saat ini keberadaan bahan baku kayu untuk mebel sudah semakin sulit dicari. Kondisi tersebut semakin parah karena belum didukung efisiensinya penggunaan bahan baku. Bahan baku yang akan digunakan dalam memproduksi mebel belum terorganisir dengan baik, apakah sudah efisien ataupun sudah sesuai dengan kebutuhan atau belum. Hal ini menyebabkan jumlah Keluaran Bukan Produk (KBP) yang dihasilkan juga meningkat. Selain itu, karakteristik SDM para pengrajin di klaster ini sebagian besar masih rendah dan masih tergantung pada eksportir baik dalam modal, jumlah, kreatifitas mendesain produk serta dalam hal pemasaran. Hal ini menyebabkan kreatifitas para pengrajin untuk memanfaatkan KBP belum terlihat pada klaster ini. Dampaknya adalah kurang optimalnya lingkungan yang ada di sekitarnya dan nilai tambah terutama dari segi ekonomi belum terwujud. Dari permasalahan utama yang terjadi, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep bentuk penerapan eko-efisiensi dalam pemanfaatan KBP mebel kayu sehingga didapatkan rekomendasi yang sesuai dengan karakteristik klaster Bulakan. Dalam mencapai tujuan tersebut, pendekatan penelitian yang dilakukan adalah pendekatan rasionalistik kualitatif. Pendekatan ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Analisis kualitatif akan dilakukan dengan teknik analisis deskriptif kualitatif untuk menganalisis value chain guna mengetahui karakteristik klaster mebel Bulakan, dan estimasi nilai tambah produk dari pemanfaatan KBP. Selanjutnya, dilakukan analisis komparatif untuk membandingkan dengan best practice yang sudah ada, sehingga akan didapatkan rekomendasi dalam menerapkan konsep eko-efisiensi dalam pemanfaatan KBP yang sesuai dengan karakteristik klaster mebel Bulakan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan didapatkan bahwa konsep bentuk penerapan ekoefisiensi dalam pemanfaatan keluaran bukan produk tidak hanya dilakukan setelah proses produksi dilakukan, namun juga dari proses perolehan bahan baku sampai dengan pemasaran. Selain itu, sesuai dengan karakteristik klaster mebel Bulakan, maka perlu didirikan suatu unit usaha yang khusus memproduksi kerajinan dari KBP industri mebel kayu. KBP tidak hanya digunakan untuk kerajinan kayu saja namun juga untuk membuat bahan yang ekonomis dan bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat. Dengan menerapkan konsep eko-efisiensi dalam pemanfaatan KBP ini, maka nilai tambah yang didapatkan bukan hanya berupa nilai tambah ekonomis, namun juga sosial dan lingkungan yang terjaga. Key words: pembangunan wilayah berkelanjutan, value chain, eko-efisiensi, keluaran bukan produk, klaster industri mebel kayu Bulakan iv

DAFTAR ISI ABTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan, Sasaran... 4 1.3.1. Tujuan... 4 1.3.2. Sasaran... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 5 1.4.1. Manfaat Teoritis... 5 1.4.2. Manfaat Praktis... 5 1.5 Ruang Lingkup... 5 1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah... 6 1.5.2. Ruang Lingkup Materi... 6 1.6 Keaslian Penelitian... 7 1.7 Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota... 9 1.8 Kerangka Pemikiran... 10 1.9 Metodologi Penelitian... 11 1.9.1. Pendekatan Penelitian... 12 1.9.2. Metode Penelitian... 12 1.9.3. Tahap Pengumpulan Data... 12 1.10 Definisi Operasional... 19 1.11 Sistematika Penelitian... 20 vii

BAB II KAJIAN LITERATUR KONSEP PENERAPAN EKO-EFIFIENSI DALAM KLASTER MEBEL BULAKAN SUKOHARJO... 21 2.1 Pembangunan Wilayah Berkelanjutan sebagai Dasar Pengintegrasian Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan... 21 2.2 Klaster Industri sebagai Media dalam Mewujudkan Pembangunan Wilayah Berkelanjutan... 23 2.2.1. Klaster dalam Suatu Wilayah Geografis... 23 2.2.2. Definisi dan Klasifikasi Klaster Industri... 26 2.2.3. Klaster Industri sebagai Roda Perubahan dalam Bidang Lingkungan... 27 2.2.4. Value Chain sebagai Keterkaitan Usaha dalam Sebuah Klaster Industri... 28 2.3 Eko-Efisiensi sebagai Upaya Mencapai Efisiensi Lingkungan dalam Klaster Industri... 34 2.3.1 Pemanfaatan Keluaran Bukan Produk merupakan Salah Satu Fokus dalam Eko- Efisiensi... 36 2.3.2 Keterkaitan KBP (Keluaran Bukan Produk) dalam Konsep Eko-Efisiensi... 37 2.3.3 Instrumen-instrumen dalam Konsep Eko-efisiensi... 39 2.3.4 Peran Sektor Sosial dalam Menerapkan Eko-Efisiensi... 43 2.4 Klaster Industri Mebel Kayu sebagai Salah Satu Sasaran dalam Pengembangan Klaster yang Berkelanjutan... 45 2.4.1 Rantai Nilai dalam Klaster Industri Kayu... 46 2.4.2 Best Practice dalam Pemanfaatan KBP dalam Industri Mebel... 48 2.5 Sintesis Kajian Literatur... 52 BAB III TINJAUAN KARAKTERISTIK KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU BULAKAN KABUPATEN SUKOHARJO... 55 3.1. Gambaran Sektor Industri dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Sukoharjo... 55 3.2. Karakteristik Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan... 56 3.2.1 Karakteristik dan Sejarah Desa Bulakan sebagai Sentra Industri Mebel di Sukoharjo... 57 3.2.2 Arti Pentingnya Industri Mebel Kayu di Desa Bulakan Kabupaten Sukoharjo... 57 3.2.3 Karakteristik Pelaku Usaha Klaster Mebel Bulakan... 61 3.2.4 Karakteristik Proses Produksi Mebel Kayu Bulakan... 66 3.2.5 Penggunaan Teknologi... 73 3.2.6 Penggunaan Energi... 74 3.2.7 Kondisi Lingkungan Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan... 75 viii

BAB IV ANALISIS KONSEP PENERAPAN EKO-EFISIENSI DALAM PEMANFAATAN KELUARAN BUKAN PRODUK DI KLASTER MEBEL BULAKAN... 79 4.1 Analisis Value Chain pada Klaster Mebel Bulakan... 79 4.1.1. Analisis Value Chain dalam Perolehan Bahan Baku... 79 4.1.2. Analisis Value Chain dalam Proses Produksi Mebel Kayu Bulakan... 83 4.1.3. Analisis Value Chain dalam Distribusi dan Pemasaran... 88 4.2 Analisis Penyebab Ketidakefisiennya KBP... 91 4.3 Analisis Estimasi Nilai Tambah Klaster Mebel Kayu Bulakan... 98 4.3.1.Analisis Nilai Ekonomis KBP... 98 4.3.2.Analisis Nilai Ekonomis Produk dari KBP... 102 4.4 Analisis Perbandingan Konsep Penerapan Eko-Efisiensi Pemanfaatan KBP... 108 4.5 Temuan Studi... 111 BAB V PENUTUP... 119 5.1 Kesimpulan... 119 5.2 Rekomendasi... 121 5.2.1. Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah dan Lembaga Swasta... 121 5.2.2. Rekomendasi bagi Pelaku Usaha... 122 5.2.3. Rekomendasi bagi Klaster... 122 5.3 Studi Lanjutan... 123 DAFTAR SINGKATAN...124 DAFTAR PUSTAKA...126 LAMPIRAN...129 ix

DAFTAR TABEL Tabel I.1 : Keaslian Penelitian... 8 Tabel I.2 : Data yang Digunakan... 16 Tabel II.1 : Indikator Perkembangan Klaster Industri Mebel Kayu... 46 Tabel II.2 : Contoh Penerapan Pemanfaatan Limbah Menjadi Produk yang Ekonomis... 51 Tabel II.3 : Sintesa Kajian Literatur... 53 Tabel III.1 : Jumlah Tenaga Kerja berdasarkan Pengrajin di Klaster Mebel Bulakan Tahun 2006... 63 Tabel IV.1 : Efisiensi dalam Perolehan Bahan Baku... 82 Tabel IV.2 : Efisiensi dalam Proses Produksi Mebel Kayu... 87 Tabel IV.3 : Efisiensi dalam Pemasaran Produk... 90 Tabel IV.4 : KBP Pengrajin Mebel Kelompok Mirror... 91 Tabel IV.5 : KBP Pengrajin Mebel Kelompok handicraft... 93 Tabel IV.6 : KBP Pengrajin Mebel Kelompok Kabinet... 95 Tabel IV.7 : KBP Pengrajin Mebel Kelompok Meja Kursi... 96 Tabel IV.8 : Rata-rata Nilai Ekonomis Pada Proses Penggergajian Per Bulan di Kluster Mebel Bulakan... 99 Tabel IV.9 : Rata-rata Nilai Ekonomis Pada Proses Pembakalan Per Bulan di Kluster Mebel Bulakan... 100 Tabel IV.10 : Perkembangan Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan dan Jepara... 108 Tabel IV.8 : Rumusan Temuan Studi... 112 x

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 : Peta Wilayah Studi... 7 Gambar 1.2 : Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota... 10 Gambar 1.3 : Kerangka Pemikiran... 11 Gambar 1.5 : Kerangka Analisis Penelitian... 18 Gambar 2.1 : Konsep Pertalian dalam Klaster Usaha... 29 Gambar 2.2 : Analisis Rantai Nilai Porter... 30 Gambar 2.3 : Mekanisme Kehidupan Klaster... 32 Gambar 2.5 : Keterkaitan dalam Suatu Klaster Industri... 32 Gambar 2.6 : Indikator Kinerja dalam Pengembangan dan Menumbuhkan Klaster Industri... 33 Gambar 2.8 : Konsep KBP... 38 Gambar 2.7 : Manfaat GHK... 40 Gambar 2.8 : Kunci Sukses Penerapan Eko-Efisiensi... 43 Gambar 2.9 : Keterkaitan Stakeholder dalam Klaster Industri Mebel Kayu... 47 Gambar 3.1 : Perkembangan Nilai Investasi Industri di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007... 56 Gambar 3.2 : Prosentase Nilai Industri Mebel Bulakan Dibanding dengan Industri Mebel Kayu Lain di Kabupaten SukoharjoTahun 2006... 59 Gambar 3.3 : Peta Persebaran Industri Mebel di Sukoharjo... 60 Gambar 3.4 : Penggolongan Pengrajin Berdasarkan Produk Utama yang Dihasilkan... 61 Gambar 3.5 : Jenis Produk yang dihasilkan di Klaster Mebel Bulakan... 61 Gambar 3.6 : Klasifikasi Jumlah Pengrajin Mebel Bulakan Berdasarkan Tingkat Usaha Tahun 2006... 63 Gambar 3.7 : Prosentase Asal Tenaga Kerja... 65 Gambar 3.8 : Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja... 66 Gambar 3.9 : Proses Produksi Mebel Kayu di Klaster Industri Mebel Kayu Bulakan... 67 Gambar 3.10 : Prosentasi Penggunaan Bahan Baku oleh Pengrajin... 68 Gambar 3.11 : Peta persebaran lokasi sumber bahan baku kayu... 69 Gambar 3.12 : Lokasi Penjual Kayu di Bulakan... 70 Gambar 3.13 : Contoh Produk Klaster Mebel Bulakan Sukoharjo... 72 Gambar 3.14 : Teknologi yang digunakan dalam Proses Produksi di Klaster Bulakan... 74 Gambar 3.15 : Diagram Alir Proses Produksi dan KBP Industri Mebel Kayu (KBP Flowchart)... 75 Gambar 3.16 : Jenis KBP yang dihasilkan di Klaster Mebel Bulakan... 77 Gambar 4.1 : Value Chain di Klaster Kayu Bulakan... 80 xi

Gambar 4.2 : Perbandingan Sebelum dan Sesudah diadakan Eko-efisiensi dalam Perolehan Bahan Baku... 83 Gambar 4.3 : Perbandingan Sebelum dan Sesudah diadakan Eko-Efisiensi dalam Proses Produksi... 87 Gambar 4.4 : Mekanisme Pemasaran di Klaster Bulakan... 88 Gambar 4.5 : Perbandingan Sebelum dan Sesudah diadakan Eko-efisiensi dalam Pemasaran Produk... 90 Gambar 4.6 : Upaya Alternatif Meminimumkan KBP... 98 Gambar 4.7 : Berbagai Produk Hasil Olahan KBP dan Jenis Serbetan di Kabupaten Jepara... 103 Gambar 4.8 : Mainan Puzzle Sebagai Produk dari Potongan Sortimen di Kabupaten Bantul Yogyakarta... 104 Gambar 4.9 : Hasil Pemanfaatan Serbuk Kayu dalam Aneka Produk... 106 Gambar 4.10 : Perbandingan Pemanfaatan KBP Sebagai Produk yang Bernilai Ekonomis... 107 Gambar 4.11 : Perbandingan Dampak Pemanfaatan KBP... 107 Gambar 4.12 : Pembelajaran dari best practice... 111 Gambar 4.13 : Value Chain dalam Pemanfaatan KBP Setelah Proses Produksi di Klaster Mebel Kayu Bulakan... 118 xii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A : Pengkodean Hasil Wawancara... 129 Lampiran B : Data Narasumber... 131 Lampiran C : Lembar Wawancara... 133 Lampiran D : Rekap Data Wawancara... 142 Lampiran E : Kartu Informasi... 163 Lampiran F : Berita Acara Sidang Ujian Akhir Lampiran G : Lembar Asistensi xiii

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan wilayah baik fisik maupun non fisik seringkali dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan secara ekonomi. Padahal ada aspek lain yang juga seharusnya menjadi tujuan dari pembangunan wilayah tersebut. Aspek tersebut adalah aspek lingkungan. Selama ini, pembangunan kurang memperhatikan dampak bagi lingkungan dan alam di sekitarnya. Lingkungan yang terjaga tidak hanya akan menguntungkan masyarakat saat ini namun juga dapat dinikmati oleh masyarakat berikutnya. Aspek selanjutnya yang harus diperhatikan adalah aspek sosial. Masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan, harus dapat bertindak dan berpikir secara bijaksana untuk memanfaatkan sumber daya dengan penerapan yang ramah lingkungan. Ketiga aspek ini apabila berjalan seimbang maka akan mampu mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan (Viederman, 1996). Salah satu usaha untuk mewujudkan pembangunan wilayah yang berkelanjutan adalah melalui klaster industri. Hal ini dikarenakan dalam suatu klaster terjadi suatu pemusatan usahausaha yang berdekatan secara geografis, sehingga mampu memberikan kontribusi pada peningkatan perekonomian lokal. Dalam perkembangannya, klaster tidak saja diidentikkan dengan pengelompokan usaha, namun juga meliputi adanya pertalian usaha dan bagaimana cara untuk mengatasi masalah-masalah yang ada (JICA dalam FPESD, 2004). Keberadaan klaster industri akan membentuk pola pikir masyarakat yang ada di dalamnya untuk dapat saling bekerja sama dalam mencapai keuntungan yang diharapkan. Selain itu, klaster industri merupakan usaha yang paling dihubungkan dengan lingkungan, terutama industri kecil. Hal ini karena industri besar sudah memiliki pengolahan limbah khusus sehingga tidak mencemari lingkungan yang ada di sekitarnya. Di sisi lain pengolahan limbah di industri kecil ini masih belum dikelola secara tepat, terlebih lagi pada klaster industri, yang melibatkan semua unit usaha yang berada dalam suatu wilayah geografis sehingga perlu adanya konsep eko-efisiensi guna mendukung perkembangan klaster industri ke arah pembangunan klaster yang berkelanjutan. Sesuai dengan konsep eko-efisiensi (GTZ, 2007), dengan adanya pembangunan klaster yang berkelanjutan, diharapkan klaster industri tidak hanya mampu melaksanakan tata kelola yang baik untuk mengurangi limbah, namun juga harus mampu melaksanakan manajemen lingkungan yang dapat memberikan keuntungan ekonomi pada klaster industri tersebut. Pemanfaatan limbah tidak hanya dilakukan setelah proses produksi selesai dilakukan, namun juga saat pemilihan bahan baku sampai dengan proses finishing diperhatikan. Dengan menggunakan konsep eko efisiensi, 1

2 maka akan mampu menghemat bahan baku dan energi yang digunakan serta dapat mengurangi limbah yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah tidak hanya akan berpengaruh pada aspek ekonomi dan lingkungan saja, namun juga sangat terkait di aspek sosial. Keberlanjutan klaster usaha juga harus mampu menempatkan masyarakat sebagai subjek sekaligus objek dalam pengembangannya. Kinerja dari para stakeholder yang terkait mulai dari produsen, pengolahan, distributor, para perantara penjualan, pembeli besar, pembeli retail hingga akhirnya sampai ke konsumen penting untuk dipertimbangkan untuk mendapatkan value chain (rantai nilai) yang mampu menjelaskan manajemen kerja dalam memanfaatkan limbah yang dihasilkan. Tahun 2007-2008, klaster industri mebel kayu Bulakan merupakan salah satu dari 10 klaster di Jawa Tengah yang menjadi sasaran penerapan eko-efisiensi yang ditangani pihak Pro-LH Propinsi Jawa Tengah yang bekerjasama dengan GTZ-Red dari Jerman. Klaster ini terpilih menjadi target penerapan eko-efisiensi karena efisiensi perolehan bahan baku, proses produksi sampai pemasaran yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Bulakan masih perlu diperhatikan. Selain dilihat dari sumber daya manusia, modal dan teknologi yang dimiliki masih rendah, juga dilihat dari jumlah limbah yang dihasilkan masih perlu untuk dikelola kembali maupun paling tidak diminimalkan. Melalui penerapan eko efisiensi ini diharapkan akan menguntungkan Desa Bulakan dan Kabupaten Sukoharjo dari perolehan profit ekonomi dan lingkungan. Klaster industri mebel di Desa Bulakan Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu klaster di Propinsi Jawa Tengah yang dibentuk sejak tahun 2001. Sesuai dengan sifat klaster yang dinamis, klaster mebel Bulakan termasuk dalam klaster tumbuh berdasarkan siklus perkembangannya. Hal ini dikarenakan klaster mebel Bulakan sudah cukup lama didirikan dan masih perlu dukungan dari Pemerintah dan lembaga penunjang lain untuk mengembangkannya. Sebagai klaster yang masih perlu dikembangkan, tentunya klaster ini juga tidak lepas dari kekurangan maupun masalah yang dihadapi, baik dari perolehan bahan baku sampai dengan proses pemasaran. Bahan baku yang ada sebagian besar didatangkan melalui supplier dari luar daerah Kabupaten Sukoharjo. Hampir seluruh pelaku usaha memperoleh bahan baku dari non Perhutani karena patokan harganya yang kurang dapat dijangkau para pelaku usaha. Kondisi yang demikian akan berdampak negatif pada kelestarian hutan yang ada di Pulau Jawa khususnya. Keberlanjutan dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan pun akan terganggu. Semakin berkurangnya jumlah hutan yang ada akan dapat mempengaruhi kondisi alam dan lingkungan, seperti memicu terjadinya banjir dan tanah longsor. Dampak negatif bagi klaster mebel, yaitu bahan baku akan semakin sulit dicari dan berakibat pada semakin tingginya harga bahan baku tersebut sehingga akhirnya akan berpengaruh pada biaya produksi yang dilakukan.

3 Selain bahan baku, proses produksi juga berpengaruh pada kelestarian lingkungan dan ekonomi masyarakat Bulakan. KBP (Keluaran Bukan Produk) yang mana orang pada umumnya menyebut sebagai limbah, yang dihasilkan di tiap tiap proses pengolahan dari bahan mentah menjadi barang setengah jadi di klaster Bulakan dapat berupa serbetan, serbuk kayu, potongan kayu, maupun kawul. Setiap hari, satu unit usaha mampu menghasilkan 5 20 kg KBP tersebut, yang kemudian sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar pengering (oven) kayu, dijual untuk bahan bakar industri lain, maupun dibuang begitu saja. Meskipun kebeeradaan KBP tersebut tidak terlalu mengganggu lingkungan dan kesehatan masyarakat di Desa Bulakan, namun secara ekonomi, limbah kayu tersebut dapat dijadikan sesuatu yang mendatangkan nilai jual yang cukup tinggi. Perilaku pelaku usaha dan tenaga kerja juga memegang peran penting dalam menerapkan eko efisiensi dalam proses produksi mebel kayu, terutama dalam memanfaatkan KBP yang dihasilkan. Sumber daya manusia masyarakat Bulakan yang sebagian besar masih lulusan pendidikan dasar menyebabkan belum sepenuhnya memahami manajemen pemasaran dan peluang bisnis yang ada. Ketergantungan terhadap para eksportir menyebabkan daya kreatifitas para pengrajin menjadi terbatas, produk yang dihasilkan hanya disesuaikan dengan kebutuhan para eksportir. Kurangnya pengembangan produk utama mebel di klaster ini menyebabkan nilai tambah yang didapatkan para pengrajin juga belum terwujud. Untuk itu, perlu adanya manajemen atau kerjasama antar stakeholder atau organisasi terkait untuk lebih mengefisienskan penggunaan bahan baku dan juga memanfaatkan KBP yang dihasilkan menjadi komoditas komersial, yang akhirnya akan meningkatkan perekonomian lokal di Desa Bulakan khususnya dan perekonomian di Kabupaten Sukoharjo umumnya. Kerjasama antar stakeholder di klaster industri mebel kayu dapat diwujudkan melalui mata rantai (value chain) yang meliputi kerjasama antar industri pendukung pengembangan klaster industri mebel, seperti industri mesin dan peralatan, serta industri bahan pendukung mebel kayu. Selain itu juga terdapat jasa pendukung, seperti Litbang Teknologi, Desain, Pengujian, Lembaga Pendidikan; Perbankan dan Asuransi; serta transportasi. Diharapkan dengan adanya mata rantai yang tepat, maka pemanfaatan KBP mebel kayu yang ada di klaster mebel Bulakan dapat lebih dioptimalkan. Kendala kendala para pengrajin seperti masalah kurangnya waktu dan tenaga, pola pikir yang masih konvensional dan lokasi pemasaran dalam mendaur ulang (recycle) KBP dapat diatasi. Berdasarkan kondisi di atas terlihat bahwa usaha untuk memanfaatkan KBP yang ada dalam klaster mebel Bulakan akan berpengaruh pada sektor ekonomi, sosial dan lingkungan. Hal inilah yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai konsep eko efisiensi dalam pemanfaatan keluaran bukan produk di klaster mebel Bulakan, sehingga tujuan akhirnya