BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan)

giving opinion asking for help asking for an opinion E. Kunci Jawaban : D Pembahasan Teks :

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2

APPENDIX. Table I. Results of Data Analysis in conversation between teacher and students based theory s Grice

Lesson 21: Who. Pelajaran 21: Siapa

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan

Lesson 65: Causative verbs: let/make/have/get Pelajaran 65: Kata Kerja Kausatif: let/make/have/get

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population?

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks :

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya.

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata Pengantar. iii. Mohammad Nuh. Bahasa Inggris When English Rings the Bell

THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA

Lesson 35: Gerund 2. Pelajaran 35: Gerund 2

Pronouns Kata Ganti-Kata Ganti

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. expression her intention. stating her plan. asking Danys plan

In the beginning God created the heavens and the earth. Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. - Genesis 1:1.

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam

Video A. Introduction

English for Tourism Lesson 18 Out on the ferry (continued)

Lesson 33: Interrogative forms of be going to, be + verb~ing for expressing near future

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

Lesson 38: Infinitive 3. (how, what, where, when + infinitive) Pelajaran 38: Kata Kerja Infinitif 3

Lesson 24: Prepositions of Time. (in, on, at, for, during, before, after) Pelajaran 24: Kata Depan untuk Keterangan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

SMP kelas 9 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 1Latihan Soal 1.1

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST

Acknowledgements. First of all, I would like to say Alhamdulillahhirabbil alamin. My utmost

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

UJIAN NASIONAL TRY-OUT SMA/MA

Lesson 67: Tag Questions. Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan

Lesson 23: How. Pelajaran 23: Bagaimana

Lesson 36: Infinitive 1. Lesson 36: Kata Kerja Infinitif 1

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued)

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

APPENDICES. 2. If you use a city map, you your way. a. are not losing c. did not lose e. would not lose b. will not lose d.

Pengalaman dan Pengamatan Tentang Pendidikan Suatu Kerangka:

Lesson 42: have to, don t have to. Pelajaran 42: harus, tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan pada era modern ini, manusia sebagai

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc

This worksheet will focus on making arrangements and suggesting alternatives.

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan.

English for Tourism Lesson 16 Discussing a tour

SILABUS PEMBELAJARAN

Saya punya beberapa pengalaman dalam Bulan & Minggu ini, yang saya merasa Roh Kudus ingin saya bagikan ke anda

CHAPTER V SUMMARY BINA NUSANTARA UNIVERSITY. Faculty of Humanities. English Department. Strata 1 Program

Perpustakaan Unika APPENDICES

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

LOCUTIONARY AND ILLOCUTIONARY ACTS FOUND IN INFOMALANG TWITTER ACCOUNT THESIS

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC

Marilah kita lihat contoh berikut :

Lesson 57 : all, both, each. Pelajaran 57 : Semuanya, keduanya, tiap

Lesson 26: Prepositions of inter-place. (across, inside, outside, behind, beside, between) Pelajaran 26: Preposisi antar-tempat

TINDAK TUTUR DALAM PROSES UJIAN SKRIPSI MAHASISWA STAIN SULTAN QAIMUDDIN KENDARI

BAB II KAJIAN TEORI. Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 7LATIHAN SOAL CHAPTER 7

PERBANDINGAN MAKSIM PRINSIP KERJASAMA ( COOPERATIVE PRINCIPLE

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

English for Tourism Lesson 25 A job interview

Lesson 58 : everything, anything. each, every. Pelajaran 58 : semuanya, apapun. Masing-masing/sesuatu, setiap

Lesson 59: Negative yes-no Questions Pelajaran 59: Pertanyaan Negatif ya-tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

Lesson 72: Present Perfect Simple. Pelajaran 72: Present Perfect Simple

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1

2x 40 menit speaker will come to our conversation club B: Are you sure? -Pilihan A: Yes, I m sure. Ganda etc.

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS

Suami & Istri Nikmati-lah Hubungan Anda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

Lesson 18: Do..., Don t Do... Pelajaran 18: Lakukan..., Jangan Lakukan...

TINDAK TUTUR DAN PELANGGARAN MAKSIM PERCAKAPAN PADA NOVEL HARRY POTTER AND THE SORCERER S STONE

Lesson 45: -er, more, less. Pelajaran 45: Lebih, Lebih Dan, Kurang Dari

God s PERFECT TIMING EDITORIAL

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 10Latihan Soal 10.1

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia kita selalu menggunakan bahasa untuk berkomunikasi

English for Tourism Lesson 23 Checking out

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 11Latihan Soal 11.1

untuk aktif berbicara mengemukakan pendapatnya berkaitan dengan gambar yang diamatinya. 5

English for Tourism Lesson 10 Giving directions (continued)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori merupakan alat terpenting bagi suatu ilmu pegetahuan. Tanpa adanya teori, hanya ada serangkaian fakta-fakta yang belum teranalisis dan belum dapat dikategorikan sebagai lmu pengetahuan. Dengan demikian, teori bertugas sebagai pembimbing dalam suatu karya ilmiah. 2.1 Pragmatik Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2005 disebutkan bahwa Pragmatik adalah yang berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi. Pragmatik ialah berkenaan dengan syarat-syarat yang mengakibatkan serasi tidaknya bahasa dalam komunikasi (KBBI, 1993: 177). Peccei (1989:2) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics menjelaskan, pragmatics concentrate an aspects of meaning that cannot be predicted by linguistic knowledge alone and takes into account knowledge about the physical and social world.. Bisa disimpulkan bahwa pragmatik adalah ilmu yang tidak bisa dipahami hanya dengan mengandalkan pengetahuan linguistik saja, tetapi kita juga harus memahami setidaknya sedikit bagian dari ilmu sosial. 7

8 2.2 Tindak Tutur (Speech Acts) Tindak tutur atau yang dalam bahasa Inggris disebut speech acts adalah salah satu cabang ilmu pragmatik. Searle (Cobley 1996:269) menyebutkan bahwa speech acts are characteristically performed in the utterance of sounds or the making or marks.. tindak tutur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. 2.2.1 Tindakan Lokusi (Locutionary Act) Menurut Searle (1969) dalam bukunya yang berjudul Speech Acts and Essay in the Philosophy of Language, tindakan lokusi adalah saat pembicara mengatakan sesuatu. Dalam tindakan lokusi tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi perkataan yang disampaikan oleh pembicara. Misalkan perkataan I am hungry semata-mata diungkapkan untuk memberitahu pendengar bahwa pembicara sedang merasa lapar. Saat seseorang melakukan tindak lokusi, mereka pasti juga sedang bertanya atau menjawab sebuah pertanyaan, memberikan informasi atau peringatan kepada seseorang, memberikan sebuah keputusan, mengucapkan sebuah ujaran, membuat sebuah janji, dan memberikan definisi untuk sesuatu, Austin (1962:98) mengatakan, in performing a locutionary act we shall also be performing such an act as: asking or answering questions, giving information or an assurance or a warning, announcing a verdict or an intention, pronouncing a sentence, making an appointment or an appeal or a criticism, making an identification or giving a description, and the numerous like.

9 I ll be home for dinner. (Austin, 1962:94-98) Pada contoh di atas tindakan ilokusi terjadi pada ujaran, I ll be home for dinner. Pembicara mengucapkan ujaran tersebut semata-mata hanya ingin memberitahu kepada pendengar bahwa ia akan hadir pada saat makan malam. 2.2.2 Tindakan Ilokusi (Illocutionary Act) Menurut Searle (1969) dalam bukunya yang berjudul Speech Acts and Essay in the Philosophy of Language, tindakan ilokusi adalah saat pendengar memberikan respon terhadap ujaran pembicara. Tindakan ilokusi memiliki maksud dan fungsi tertentu. Misalkan perkataan I am hungry diucapkan pembicara bukan semata-mata untuk memberitahu pendengar bahwa pembicara sedang merasa lapar, namun pembicara ingin pendengar melakukan sesuatu yang berkaitan dengan ucapannya, misal membelikan pembicara makanan. Bisa dikatakan bahwa tindakan ilokusi adalah aksi nyata dari ujaran yang diucapkan oleh pembicara. I ll be home for dinner. (Austin, 1962:94-98) Pada contoh di atas, tindakan ilokusi dari ujaran I ll be home for dinner. adalah pembicara ingin pendengar melakukan sesuatu, dalam contoh ini,

10 pembicara ingin pendengar menyiapkan masakan saat makan malam tiba karena pembicara akan tiba saat waktunya makan malam. 2.2.3 Tindakan Perlokusi (Perlocutionary Act) Menurut Searle (1969) dalam bukunya yang berjudul Speech Acts and Essay in the Philosophy of Language, tindakan perlokusi adalah saat dimana ujaran pembicara mempunyai efek terhadap pendengar.. Tindakan perlokusi menimbulkan sebuah pengaruh kepada pendengar. Misalkan setelah pembicara mengatakan I am hungry, pendengar langsung memberikan makanan kepada pembicara. Tindakan perlokusi juga bisa dikatakan sebagai efek dari ujaran yang diucapkan oleh pembicara kepada pendengarnya. I ll be home for dinner. (Austin, 1962:94-98) Pada contoh di atas, tindakan perlokusi dari ujaran I ll be home for dinner. adalah pendengar yang menyiapkan makanan untuk pembicara. Pendengar mengerti sepenuhnya ujaran dari pembicara yang mengimplikasikan bahwa pembicara menginginkan pendengar untuk menyiapkan makanan pada waktu makan malam.

11 2.3 Prinsip Kerjasama (Cooperative Principles) Menurut Grice (1975:45) ketika seseorang melakukan sebuah percakapan, pembicara dan pendengar patuh Cooperative Principles, Grice juga mengatakan, make your conversational conttibution what is required, at the stage at which it occurs, by the accepted purposes or direction of the talk exchange in which you are engaged. 2.3.1 Macam-macam Maksim (Kinds of Maxims) Grice membagi Cooperative Principles ke dalam empat jenis, yaitu: Maxim of Quality, Maxim of Quantity, Maxim of Relation, dan yang terakhir adalah Maxim of Manner. 2.3.1.1 Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Grice (1975:46) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, do not say what you believe to be false and do not say that for which you lack adequate evidence.. Menurut Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi maksim kualitas pembicara maupun pendengar harus mengatakan sebuah ujaran yang mereka percaya bukanlah sebuah kebohongan dan jangan berkata sebuah ujaran yang tidak mempunyai bukti yang cukup bahwa ujaran tersebut merupakan sebuah kebenaran. Husband : Where are the car keys?

12 Wife : They re on the table in the hall. (Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim kulaitas itu sebuah kebenaran adalah jawaban dari Wife yang memberitahukan dengan jujur kepada Husband dimanakah kunci mobil mereka berada. 2.3.1.2 Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Grice (1975:45) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, make your contribution as informative as is required and do not make your contribution more informative than is required.. Menurut Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi sebuah maksim kuantitas pembicara maupun pendengar harus membuat informasi yang mereka berikan se-informatif mungkin dan jangan memberikan informasi yang berlebihan atau terlalu sedikit. Husband Wife : Where are the car keys? : They re on the table in the hall. (Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim kuantitas adalah pernyataan yang seperlunya adalah jawaban Wife kepada pertanyaan Husband dimana Wife memberikan informasi yang cukup kepada Husband.

13 2.3.1.3 Maksim Relevansi (Maxim of Relation) Grice (1975:46) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, maxim of relation is where one tries to be relevant, and says things that are pertinent to the discussion.. Menurut Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi sebuah maksim relevansi pembicara maupun pendengar harus mengatakan sebuah ujaran yang serelevan mungkin. Husband Wife : Where are the car keys? : They re on the table in the hall. (Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim relevansi adalah sebuah pernyataan yang relevan adalah ketika Wife menjawab pertanyaan dari Husband. Wife telah menjawab pertanyaan Husband dengan sesuai dan membuat keinginan Husband untuk mengetahui dimana kunci mobil mereka berada tercapai. 2.3.1.4 Maksim Cara (Maxim of Manner) Grice (1975:46) mengatakan dalam bukunya yang berjudul Logic and Conversation, aviod obscurity of expression, avoid ambiguity, be brief (avoid unnecessary prolixity), and be orderly.. Menurut Thomas (1995) dalam bukunya yang berjudul Meaning in Interaction, untuk memenuhi sebuah maksim pelaksanaan pembicara maupun pendengar harus menghindari ketidakjelasan pada

14 ekspresi mereka dan ujaran yang ambigu, harus mengucapkan ujaran yang ringkas. Husband Wife : Where are the car keys? : They re on the table in the hall. (Thomas, 1995:64) Dalam contoh di atas, yang menunjukkan bahwa maksim pelaksanaan bukanlah kalimat yang ambigu adalah jawaban Wife kepada Husband. Wife memberitahukan dengan ringkas dan jelas kepada Husband dimana kunci mobil mereka berada dan menghindari keambiguan pada ujarannya. 2.3.2 Pelanggaran Maksim (Flouting Maxims) Pelanggaran maksim terjadi ketika aturan maksim tidak dipatuhi demi menjaga citra lawan bicara dan pelanggaran maksim bisa terjadi ketika pembicara gagal memahami respon yang diberikan oleh pendengar atas apa yang sebelumnya dikatakan oleh pembicara yang pada akhirnya pembicara mengimplikasi respon dari pendengar tersebut. 2.3.2.1 Pelanggaran Maksim Kualitas (Flouting Maxim of Quality) Pelanggaran maksim kualitas terjadi ketika pembicara tidak mengatakan ujaran yang sesuai dengan apa yang dia maksud, pelanggaran maksim kualitas juga bisa terjadi jika pembicara atau pendengar mengatakan sesuatu yang sudah jelas kebohongannya atau sesuatu yang tidak memiliki bukti yang cukup jelas. Ini

15 juga dapat diungkapkan melalui majas. Pembicara dapat membesar-besarkan maksud dari ujarannya dengan menggunakan majas hiperbola, contohnya I could eat a whole horse.. selain hiperbola, majas lain yang bisa digunakan adalah majas metafora, ironi, dan banter. Pembicaranya adalah Lady Lucinda Lambton dan dia sedang membicarakan John Patten yang pada saat itu merupakan menteri pendidikan Amerika Serikat. I lived in the same house as that man for three years and he s the man I hate most in all the world. In all my greasy past, he is the biggest grease spot. (Thomas, 1995:68) Dalam contoh di atas Lady Lucinda Lambton bisa dikatakan melakukan pelanggaran maksim kualitas karena John Patten bukanlah seseorang yang gemuk, lalu Lucinda Lambton juga tidak meyakinkan para pendengarnya bahwa John Patten adalah seseorang yang gemuk. 2.3.2.2 Pelanggaran Maksim Kuantitas (Flouting Maxim of Quantity) Pelanggaran maksim kuantitas terjadi ketika pembicara memberi informasi yang berlebihan atau tidak memberikan informasi yang cukup kepada pendengarnya.

16 A: Well, how do I look? B: Your shoes are nice. Di dalam contoh di atas pelanggaran maksim kuantitas terjadi karena B tidak menjawab pertanyaan A secara lengkap. A bertanya apakah dia terlihat baik saat itu, tetapi B hanya menjawab sepatu A terlihat bagus saat itu. Contoh 2: Pembicaranya adalah Rupert Allason (penulis buku, ahli dalam bidang intelijen Inggris). Dia sedang berdiskusi mengenai identitas dari Fifth Man. It was either Graham Mitchell or Roger Hollis and I don t believe it was Roger Hollis. (Thomas, 1995:65) Dalam contoh di atas, Rupert Allasom memberikan informasi berlebih. Seharusnya dia bisa menjawab pertanyaan pendengar dengan hanya The Fifth Man was Graham Mitchell. Contoh 3: A bertanya kepada B mengenai kekasih baru C. A: Is he nice? B: She seems to like him.

17 (Thomas, 1995:66) Dalam contoh di atas, B bisa menjawab pertanyaan A dengan hanya No. Tetapi B memberikan jawaban yang kurang informatif kepada A. 2.3.2.3 Pelanggaran Maksim Relevansi (Flouting Maxim of Relation) Pelanggaran maksim relevansi terjadi ketika pembicara berharap pendengar dapat membayangkan ujaran yang tidak diujarkan dan menyambungkan dengan ujaran yang diujarkannya atau jika pendengar memberikan respon yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik yang dibicarakan. A: So, what do you think of Mark? B: His roommate is a wonderful cook. Di dalam contoh di atas pelanggaran maksim relevansi terjadi karena B tidak menjawab pertanyaan A dengan sesuai. A menanyakan pendapat B tentang Mark, tetapi B menjawab pertanyaan A dengan His roommate is a wonderful cook.. Contoh 2: Olivia : I finished working on my face. I grabbed my bag and a coat. I told my mother I was going out... She asked me where I was going. I repeated myself, Out.. (Thomas, 1995:70)

18 Pada contoh di atas, sebenarnya pembicara, Olivia, merespon dengan jujur dan jelas, tetapi respon Olivia tidak memjawab pertanyaan ibunya. Apa yang ujaran tersebut langgar adalah ujaran Olivia tidak membuat ibunya puas. Ibunya bisa melihat bahwa Olivia akan pergi, apa yang ibunya ingin tahu adalah kemana Olivia akan pergi. 2.3.2.4 Pelanggaran Maksim Cara (Flouting Maxim of Manner) Pelanggaran maksim pelaksanaan terjadi ketika pendengar menutupi sesuatu dengan mengatakannya tidak jelas atau ambigu. Hal ini terjadi agar orang ketiga tidak mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. A: What are you off to? B: I was thinking of going out to get some of that funny white stuff for somebody. A: Okay, but don t be long dinner s nearly ready. Di dalam contoh di atas pelanggaran maksim pelaksanaan bisa terjadi karena B menjawab pertanyaan A dengan tidak jelas apa yang akan dia lakukan di luar rumah. Contoh 2: Interaksi ini terjadi pada saat wawancara melalu radio dengan seseorang yang bekerja di pemerintahan Amerika yang tidak disebutkan namanya di Port-au-Prince, Haiti:

19 Interviewer : Did the United States Government play any part in DDuvalier s departure? Did they, for example, actively Dencourage him to leave? Official : I would not try to steer you away from that conclusion. (Thomas, 1995:71) Pada contoh di atas, juru bicara dari pemerintahan Amerika harusnya bisa menjawab pertanyaan pewawancara tersebut dengan ujaran No. Respon yang diberikan juru bicara tersebut sangat berbelit-belit dan sudah jelas melanggar maksim pelaksanaan karena jawaban dari petugas yang tidak jelas, apakah pemerintah Amerika mendukung Duvalier untuk berhenti atau tidak. 2.4 Konteks (Context) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, konteks diartikan sebagai (1) bagian atau uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; (2) situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Menurut Cutting (2002:3-9) dalam bukunya yang berjudul Pragmatics and Discourse, konteks adalah pengetahuan dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor sosio-psikologis yang mempengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam kata-kata yang dituturkan atau dituliskan. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu situational context, background knowledge context, dan co-textual context.

20 2.4.1 Konteks Situasi (Situational Context) Konteks situasi adalah sebuah konteks yang menggambarkan segala sesuatu yang sedang terjadi di sekitarnya pada saat percakapan itu berlangsung. Menurut Stone-Goldman dan Olswang (2003) dalam jurnalnya Learning to Look, Leraning to See: Using Ethnography to Develop Cultural Sensitivity, konteks situasi itu terdiri dari setting atau tempat terjadinya konteks situasi tersebut, activity atau jenis percakapan apa yang pembicara dan pendengar lakukan, dan environment atau situasi di sekitar percakapan itu terjadi, seperti jumlah orang yang bercakap-cakap, waktu percakapan itu berlangsung, dan lain-lain. Konteks situasi menggambarkan segala sesuatu yang ada pada saat sebuah percakapan sedang berlangsung. Fifth Grade Classroom The children have just left the room for recess, all but one who is tidying her desk. Mr. Coggins, the teacher, ask Lesley, his favorite student, to give an important message to another student, Geralyn. Please tell Geralyn to come in a little early from recess. Out the door goes Lesley. Lesley sees Geralyn across the playground sitting on a bench talking with her friend Lisen. They are whispering, lloking around only occasionally. All of a sudden, Lisen covers her eyes; Geralyn pats her on the shoulder. They continue to talk quietly. Lesley waits and watches for a few moments, and then approaches slowly, hoping one of the girls will look up. Indeed, Geralyn does, and Lesley catches her eye. Lesley says

21 Excuse me Geralyn, but Mr. Coggins wanted me to tell you to come in a little early from recess. Sorry to disturb you guys. (Stone-Goldman, 2003) Pada skenario di atas bisa ditentukan bahwa setting dari konteks situasi tersebut adalah sebuah sekolah, lebih tepatnya sebuah ruangan kelas lima SD dan sebuah lapangan. Activity dari konteks situasi tersebut adalah sebuah perintah yang diberikan oleh Mr. Coggins kepada Lesley pada ujaran Please tell Geralyn to come in a little early from recess. dan sebuah diskusi pribadi yang dilakukan oleh Geralyn dan Lisen. Sedangkan environment yang ada pada konteks situasi tersebut adalah ada empat orang yang terlibat dalam konteks situasi tersebut (satu orang guru dan tiga orang murid) dan konteks situasi tersebut terjadi pada jam istirahat sekolah. 2.4.2 Konteks Berdasarkan Pengetahuan (Background Knowledge Context) Konteks berdasarkan pengetahuan adalah sebuah konteks yang mana pembicara dan pendengar mengetahui mengenai apa yang mereka bicarakan, seperti membicarakan seseorang atau budaya. Ada dua jenis konteks berdasarkan pengetahuan, yaitu konteks kultural dan konteks antarpersonel. 2.4.2.1 Konteks Kultural (Cultural Context) Konteks kultural adalah sebuah informasi atau pengetahuan yang dimiliki oleh pembicara dan pendengar mengenai sebuah ruang lingkup kehidupan.

22 Menurut Stone-Goldman dan Olswang (2003) dalam jurnalnya Learning to Look, Leraning to See: Using Ethnography to Develop Cultural Sensitivity, kultur dibagi menjadi dua, yaitu personal culture dan social culture. Personal culture adalah sesuatu yang sudah ada semenjak kita lahir, contohnya: umur, ras, jenis kelamin, dan lain-lain. Sedangkan social culture adalah sebuah aturan dalam kehidupan sosial di lingkungan hidup kita, seperti kepercayaan. 2.4.2.2 Konteks Antar Personel (Interpersonal Context) Konteks antarpersonel adalah informasi mengenai seseorang yang mencakup informasi mengenai kehidupan pribadi pembicara atau yang dibicarakannya. Menurut Stone-Goldman dan Olswang (2003) dalam jurnalnya Learning to Look, Leraning to See: Using Ethnography to Develop Cultural Sensitivity, sebuah konteks antar personal bisa terjadi jika pembicara mempunyai hubungan dengan orang yang dibicarakannya, misal: keluarga, teman, mitra kerja, dan lain-lain. 2.4.3 Koteks Konteks (Co-Textual Context) Konteks koteks adalah ketika pembicara dan pendengar mengetahui apa atau siapa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan. Retailers, which make a large portion of their annual revenue during the November/December festive period, made special efforts to entice

23 shoppers over the weekend, with a number of stores opened early to make the most of the sales rush. (Stone-Goldman, 2003) Pada contoh di atas konteks the weekend itu berarti Thanksgiving weekend di Amerika Serikat, masyarakat Amerika tentu tahu apa yang dimaksud the weekend pada ujaran tersebut. Oleh karena itu, the weekend termasuk ke dalam konteks koteks karena maupun pembicara ataupun pendengarnya (masyarakat Amerika) mengetahui maksud dari ujaran the weekend tersebut.