BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang menggeluti pragmatik. Beberapa pengertian yang relevan disampaikan pada bagian ini agar didapatkan gambaran yang jelas apa sebenarnya yang dimaksud dengan pragmatik itu. Levinson (1983) mendefinisikan pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan dari struktur bahasanya. Batasan Levinson itu selengkapnya dapat dilihat pada kutipan berikut. Pragmatics is the study of those relations between language and context that are grammaticalized or encoded in the structure of a language (Levinnson, 1983: 9). Parker (1986: 11) memiliki definisi yang senada dengan sebelumnya yaitu Pragmatics is distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language. Pragmatics is the study of how language is used in communicate. Menurut Parker dalam bukunya Linguistics for Non- Linguists menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Adapun yang dimaksud dengan hal itu adalah bagaimana satuan lingual tertentu digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya. Parker ini membedakan pragmatik dengan studi tata bahasa yang 8

2 9 dianggapnya sebagai studi seluk-beluk bahasa secara internal. Menurutnya, studi tata bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks. Berkenaan dengan itu studi tata bahasa dapat dianggap sebagai studi yang bebas konteks (context independent). Sebaliknya studi pemakaian tata bahasa dalam komunikasi yang sebenarnya mutlak dikaitkan dengan konteks yang melatar belakangi dan mewadahinya. Studi bahasa yang demikian dapat disebut sebagai studi yang terikat konteks (context dependent). Tidak jauh berbeda dengan pengertian yang disampaikan oleh Levinson (1983) dan Parker (1986) yang terdapat di halaman 8, Jacob L. Mey (1993: 42) mendefinisikan pragmatik sebagai berikut. Pragmatics is the study of the condition of human language uses as these are determined by the context of society. Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menurut Jacob L. Mey pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatar belakangi bahasa itu. Konteks yang dimaksud mencangkup dua macam hal yaitu konteks yang bersifat sosial (social) dan konteks yang bersifat sosietal (societal). Konteks sosial (social context) adalah konteks yang timbul sebagai akibat dari munculnya interaksi antar anggota masyarakat dalam suatu masyarakat sosial dan budaya tertentu. Adapun yang dimaksud dengan konteks sosietal (societal context) adalah konteks yang faktor penentunya adalah kedudukan (rank) anggota masyarakat dalam institusi-institusi sosial yang ada

3 10 di dalam masyarakat sosial dan budaya tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menurut pakar ini yaitu dasar dari munculnya konteks sosietal adalah adanya kekuasaan (power) sedangkan dasar dari konteks sosial adalah adanya solidaritas (solidarity). Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menuturkan sebuah satuan lingual tertentu pada sebuah bahasa. Karena yang dikaji dalam pragmatik adalah makna, dapat dikatakan bahwa pragmatik dalam banyak hal sejajar dengan semantik yang juga mengkaji makna. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa pragmatik mengkaji makna satuan lingual secara eksternal, sedangkan semantik mengkaji makna satuan lingual secara internal. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks, sedangkan makna yang dikaji dalam semantik bersifat bebas konteks. Makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat diadik, sedangkan makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat triadik. Pragmatik mengkaji bentuk bahasa untuk memahami maksud penutur, sedangkan semantik mempelajari bentuk bahasa untuk memahami makna satuan lingual itu. Berkenaan dengan makna diadik dan makna triadik dalam linguistik itu, Wijana (1996: 3) menyebutkan bahwa makna jenis pertama dapat dirumuskan dengan pertanyaan apa makna x itu?, sedangkan makna jenis kedua dirumuskan dengan pertanyaan apakah yang kamu maksud dengan berkata x itu?. Makna diadik dapat dirumuskan dengan pertanyaan what does x mean?, sedangkan makna triadik dapat dirumuskan dengan pertanyaan what do you mean by x?.

4 11 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah studi bahasa yang mendasarkan pijakan analisisnya pada konteks artinya bahwa makna yang dikaji dalam pragmatik itu bersifat terikat konteks. Berikut dijelaskan mengenai konteks selengkapnya. 2.2 Konteks Konteks adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur serta yang menyertai dan mewadahi sebuah pertuturan. Dengan mendasarkan pada gagasan Leech (1983: 13-14), Wijana (1996: 10-11) menyatakan bahwa konteks yang semacam itu dapat disebut dengan konteks situasi tutur ( speech situational context). Konteks situasi tutur, menurutnya mencangkup aspek-aspek berikut (penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai produk tindak verbal). Secara singkat masing-masing aspek situasi tutur itu dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Penutur dan lawan tutur di dalam beberapa literatur, khususnya dalam Searle (1983), lazim dilambangkan dengan S (speaker) yang berarti pembicara atau penutur dan H (hearer) yang dapat diartikan pendengar atau mitra tutur. Digunakannya lambang S dan H itu tidak dengan sendirinya membatasi cakupan pragmatik semata-mata hanya pada bahasa ragam lisan saja, melainkan juga dapat mencangkup ragam bahasa tulis.

5 12 2. Konteks tuturan telah diartikan bermacam-macam oleh para linguis. Konteks dapat mencangkup aspek-aspek tuturan yang relevan baik secara fisik maupun nonfisik. Konteks dapat pula diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan yang diasumsikan sama-sama dimiliki penutur dan mitra tutur serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan penutur itu di dalam proses bertutur. Berkenaan dengan hal itu Leech (1983:13) telah menyatakan sebagai berikut I shall consider context to be any background knowledge assumed to be shared by S and H and which contributes to H s interpretation of what s means by a given utterance. 3. Tujuan tutur berkaitan erat dengan bentuk tuturan seseorang. Dikatakan demikian, karena pada dasarnya tuturan itu terwujud karena dilatarbelakangi oleh maksud dan tujuan tutur yang jelas dan tertentu sifatnya. Secara pragmatik, satu bentuk tutur dapat memiliki maksud dan tujuan yang bermacam-macam. Demikian sebaliknya, satu maksud atau tujuan tutur dapat diwujudkan dengan bentuk tuturan yang berbeda-beda. Di sinilah dapat dilihat perbedaan mendasar antara pragmatik yang berorientasi fungsional dengan tata bahasa yang berorientasi formal atau struktural. 4. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas merupakan bidang yang ditangani pragmatik. Karena pragmatik mempelajari tindak verbal yang terdapat dalam situasi tertentu, dapat dikatakan bahwa yang dibicarakan di dalam pragmatik itu bersifat konkret karena jelas keberadaan siapa peserta

6 13 tuturnya, dimana tempat tuturnya, kapan waktu tuturnya, dan seperti apa konteks situasi tuturnya secara keseluruhan. 5. Tuturan dapat dipandang sebagai sebuah produk tindak verbal. Dapat dikatakan demikian karena pada dasarnya tuturan yang ada di dalam sebuah pertuturan itu adalah hasil tindak verbal para peserta tutur dengan segala pertimbangan konteks yang melingkupi dan mewadahinya. Selain itu, konteks juga telah didefinisikan oleh Brown dan Yule (1983:25) sebagai lingkungan (environment; circumstances) dimana bahasa itu dipakai dan digunakan. Lingkungan yang dimaksud dapat saja mencangkup lingkungan fisik maupun lingkungan nonfisik atau lingkungan sosial. Pemahaman konteks yang demikian ini sejalan pula dengan apa yang disampaikan oleh Kridalaksana (1993), yakni bahwa konteks itu adalah aspekaspek lingkungan fisik atau lingkungan sosial yang berkaitan dengan tuturan. Lingkungan fisik tuturan itu dapat disebut dengan koteks (co-text), sedangkan lingkungan sosial tuturan dapat disebut dengan konteks (context). Kesimpulannya bahwa konteks mempunyai peranan penting dalam pemahaman tindak tutur. Karena jika lawan tutur tidak memahami konteks ketika berkomunikasi dengan penutur, maka proses tersebut tidak berjalan dengan baik. Itu karena tidak ada koneksi diantara mereka sehingga mereka tidak memahami tuturannya satu sama lain. Berikut dijelaskan mengenai tindak tutur selengkapnya.

7 Tindak Tutur John R. Searle (1983) dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language menyatakan bahwa dalam praktik penggunaan bahasa terdapat setidaknya tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur itu yaitu tindak lokusioner (locutionary acts), tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan tindak perlokusioner (perlocutionary acts). Tindak tutur lokusioner dapat disebut sebagai the act of saying something. Dalam tindak lokusioner tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang disampaikan oleh penutur. Contoh tuturan It s hot in here! [1] (Thomas, 1995: 49) semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberitahu mitra tutur bahwa pada saat itu penutur sedang merasa kepanasan. Tindak ilokusioner dapat dikatakan sebagai the act of doing something. Tuturan [1] di atas yang di ucapkan penutur bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberi tahu mitra tutur bahwa saat itu penutur sedang merasa kepanasan, akan tetapi lebih dari itu bahwa penutur menginginkan udara yang lebih segar I want some fresh air (Thomas, 1995: 49). Tindak perlokusioner adalah tindak yang menumbuhkan sebuah pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak tutur ini dapat disebut dengan the act of affecting someone. Tuturan [1] di atas artinya meminta mitra tutur untuk melakukan sesuatu seperti membuka jendela atau menyalakan AC. Selain itu, Keith Allan (1986:10) mengatakan bahwa bertutur adalah kegiatan yang berdimensi sosial. Seperti lazimnya kegiatan-kegiatan sosial

8 15 lainnya, kegiatan bertutur dapat berlangsung dengan baik apabila para peserta pertuturan itu semuanya terlibat aktif di dalam proses bertutur tersebut. Apabila terdapat satu atau lebih pihak yang tidak terlibat aktif dalam kegiatan bertutur, dapat dipastikan pertuturan itu tidak dapat berjalan lancar. Berikut gagasan menurut Allan (1986:10) dalam buku R. Kunjana Rahardi (2005:52) selengkapnya Speaking to others is a societal activity, and like other social activities (e.g. dancing, playing in an orchestra, playing cards or football) it can only take place if the people involved. Artinya bahwa agar proses komunikasi penutur dan mitra tutur dapat berjalan baik dan lancar, maka haruslah dapat saling bekerja sama. Selanjutnya, ia berpendapat bahwa bekerja sama yang baik di dalam proses bertutur itu salah satunya dapat dilakukan dengan berprilaku sopan kepada pihak lain. Sehubungan dengan itu ia menyatakan bahwa being cooperative is being polite (mostly). Berprilaku sopan itu dapat dilakukan dengan cara memperhitungkan muka si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Agar pesan dapat sampai dengan baik pada peserta tutur, maka komunikasi yang terjadi itu perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini: prinsip kejelasan, prinsip kepadatan, dan prinsip kelangsungan. Prinsipprinsip itu secara lengkap dituangkan di dalam Prinsip kerja Sama Grice (1975). Prinsip Kerja sama Grice itu seluruhnya meliputi empat maksim yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), maksim kualitas (maxim of quality), maksim hubungan (maxim of relation), dan maksim cara (maxim of manner). Berikut Prinsip Kerja Sama Grice (1975) tersebut selengkapnya.

9 Prinsip Kerja Sama Dalam percakapan, penutur dan mitra tutur harus saling bekerja sama agar percakapan tersebut berlangsung. Prinsip kerja sama terjadi ketika penutur dan mitra tutur berbicara jujur, pembicaraan berada dalam topik yang sama, dan ujarannya tidak ambigu. Agar pesan dapat disampaikan dengan baik terhadap peserta tutur, maka komunikasi yang terjadi itu perlu mempertimbangkan prinsip- prinsip berikut ini: (1) prinsip kejelasan (clarity), (2) prinsip kepadatan (conciseness), dan (3) prinsip kelangsungan (directness). Prinsipprinsip itu secara lengkap dituangkan di dalam Prinsip Kerja Sama Grice (1975). Menurut Grice (1975) dalam buku Jenny Thomas (1995:61) mengungkapkan bahwa prinsip kerja sama itu yaitu Make your contribution such as required at the stage at which is occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange in which you are engage yang artinya buatlah sumbangan percakapan Anda seperti yang diinginkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang disepakati atau arah percakapan yang Anda ikuti. Sebagai contoh pentingnya prinsip kerja sama dalam percakapan adalah sebagai berikut: Man : Does your dog bite? Woman: No (The man reaches down to pet the dog. The dog bites the man s hand) Man : Ouch! Hey! You said yoyr dog doesn t bite. Woman: He doesn t. But that s not my dog. (Yule, 1996:36)

10 17 Konteks percakapan di atas adalah seorang wanita yang sedang duduk sendiri di bangku taman dan seekor anjing besar yang sedang tidur di depan bangku. Kemudian, seorang pria mendekati dan duduk di bangku yang sama. Pria tersebut berasumsi bahwa anjing itu milik seorang wanita yang duduk tersebut. Salah satu permasalahan dalam contoh di atas adalah wanita tersebut telah memberikan informasi yang tidak lengkap, sehingga pria tersebut berasumsi bahwa wanita tersebut bersama anjing peliharaannya yang ternyata bukan dan anjing tersebut menggigitnya. Oleh sebab itu, sebuah percakapan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh prinsip kerjasama dalam empat maksim seperti yang diungkapkan Grice (1975) dalam buku Jenny Thomas (1995: 63-64) berikut ini: The maxims: 1. Quantity : make your contribution as informative as is required ( for the current purpose of the exchange). Do not make your contribution more informative tha is required. 2. Quality : do not say what you believe to be false. Do not say that for which you lack edequate evidence. 3. Relation : be relevant. 4. Manner : Avoid obscurity of expression. Avoid ambiguity. Be breif (avoid unnecessary prolixity). Be orderly. Untuk lebih memudahkan dalam memahami kutipan di atas, penulis membuat uraian dari masing-masing maksim tersebut dalam sebuah tabel berikut ini:

11 18 Tabel 1: Empat Maksim dalam Prinsip Kerja Sama No Maksim Uraian 1 Maksim kuantitas menyarankan kita supaya memberikan informasi yang tepat, maksudnya agar penutur dapat memberikan informasi yan seinformatif mungkin sesuai dengan yang dibutuhkan, tidak kurang atau lebih. 2 Maksim kualitas menyarankan kita agar memberi informasi kepada lawan tutur sebagai informasi yang benar, maksudnya agar penutur tidak memberikan informasi yang salah kepada lawan tutur serta tidak memberikan informasi yang tidak cukup atau memiliki bukti. 3 Maksim hubungan menyarankan kita supaya tetap menjaga kerjasama dalam berinteraksi dengan mitra tutur, maksudnya penutur memberikan informasi yang relevan dengan pembicaraan sebelumnya. 4 Maksim cara menyarankan kita agar menajamkan pikiran, maksudnya agar informasi yang disampaikan tidak menjadi ambigu dan

12 19 menghindari ungkapan yang membingungkan serta penutur menyampaikan informasi dengan singkat dan teratur Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang terjadi antara penutur dan mitra tutur akan berjalan dengan baik dan mudah untuk dipahami apabila masing-masing dari penutur maupun mitra tutur dapat bekerja sama dalam menaati maksim-maksim tersebut. Berikut ini adalah penjelasan mengenai keempat jenis maksim tersebut Maksim Kuantitas (Maxim of Quantity) Maksim kuantitas mengharapkan setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh mitra tuturnya atau penutur memberikan informasi yang cukup, relatif dan seinformatif mungkin. Menurut Grice (1975), seperti yang diungkapkan oleh Cutting (2003:35),...the maxim of quantity, which says that speakers should be as informative as is required, that they should give neither too little information nor too much yang artinya bahwa maksim kuantitas mengharapkan penutur untuk tidak memberikan informasi yang kurang atau lebih dari yang dibutuhkan. Di dalam

13 20 maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup, relatif memadai dan seinformatif mungkin. Informasi tersebut tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tutur. Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam Prinsip Kerja Sama Grice. Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu mengandung informasi yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Kesimpulannya bahwa dalam maksim kuantitas penutur diharapkan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dengan tidak berlebihan atau kurang terhadap mitra tuturnya Maksim Kualitas (Maxim of Quality) Dalam maksim kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta tersebut harus didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Menurut Grice (1975), seperti juga yang diungkapkan oleh Cutting (2003: 35), The second maxim is that of quality, which says that speaker are expected to be sincere, to be saying something that they believe corresponds to reality yang artinya bahwa maksim kualitas mengharapkan penutur untuk jujur, mengatakan sesuatu yang sebenarnya dan sesuai kenyataan. Dengan kata lain, maksim ini mengharuskan penuturnya untuk memberikan informasi yang benar, tidak memberikan informasi yang salah atau tidak cukup bukti.

14 21 Ada contoh yang menyebutkan bahwa beberapa penutur dalam sekian banyak peristiwa percakapan ingin dianggap berkata sesuai dengan kenyataan oleh mitra tuturnya, seperti pada contoh percakapan yang diungkapkan Cutting (2003: 35) berikut ini A: I ll ring you tomorrow afternoon then. B: Erm, I should be there as far as I know, and in the meantime have a word with Mum and Dad if they re free. Right, bye- bye then sweatheart. C: Bye. Menurut Cutting, B berkata as far as I know, maksudnya saya tidak yakin itu benar, jadi jika A menelpon dan ternyata B tidak ada, B terhindar dari tuduhan berbohong karena dia sudah menyatakan ketidakyakinannya. Kesimpulannya bahwa dalam maksim kualitas seorang penutur diharapkan untuk berbicara jujur dan sesuai dengan kenyataan Maksim Hubungan (Maxim of Relation) Dalam maksim hubungan, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan. Bertutur dengan tidak memberikan kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama.

15 22 Seperti yang diungkapkan Grice (1975) dalam buku Cutting (2003: 35) The third is maxim relation, which says that the speakers are assumed to be saying something that is relevant to what has been said before yang artinya bahwa maksim hubungan mengharapkan pengujar untuk mengatakan sesuatu yang relevan dengan dengan apa yang telah dikatakan sebelumnya. Kesimpulannya bahwa dalam maksim hubungan segala yang diucapkan harus memiliki relevansi dengan ujaran yang diucapkan sebelumnya Maksim Cara (Maxim of Manner) Maksim cara ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan mengabaikan halhal itu dapat dikatakan melanggar Prinsip Kerja Sama Grice karena tidak mematuhi maksim cara. Menurut Grice, seperti juga yang diungkapkan oleh Cutting (2003:35) The last is the maxim of manner, which says we should be brief, and orderly and avoid obscurity and ambiguity, yang artinya maksim cara menyarankan kita untuk memberikan informasi secara langsung, jelas dan tidak kabur atau bermakna ganda. Kesimpulannya bahwa dalam maksim cara seseorang dikatakan telah menaati aturan maksim cara apabila penutur maupun mitra tuturnya berbicara ringkas, efisien dan menghindari dari ketidak-jelasan dan ambiguitas.

16 23 Berikut adalah contoh dari maksim kuantitas, kualitas, hubungan dan cara: Husband Wife : Where are the car keys? : They re on the table in the hall. Thomas (1995: 64) Pada percakapan di atas sangat jelas bahwa seorang istri itu sudah menjawab pertanyaan suaminya dengan jelas (maksim cara), juga dapat dipercaya (maksim kualitas), memberikan informasi sesuai yang dibutuhkan oleh suaminya (maksim kuantitas), dan jawaban yang diberikan seorang istri sesuai atau relevan dengan pertanyaan yang diberikan oleh suaminya (maksim hubungan). Ia berbicara dengan tepat apa yang ia maksud, tidak kurang dan tidak lebih, juga tidak menghasilkan sebuah implikatur dalam percakapannya (artinya bahwa disini tidak ada perbedaan yang dibuat antara apa yang seorang istri katakan dengan apa yang seorang istri tersebut maksud). Apa yang istri katakan sama dengan apa yang istri maksud. 2.5 Tidak Menaati Maksim (Non- Observance of The Maxims) Menurut Grice dalam buku Jenny Thomas (1995: 64) mengatakan bahwa bentuk tidak menaati maksim atau kegagalan seseorang dalam menaati maksim itu ada lima jenis yaitu flouting a maxim, violating a maxim, infringing a maxim, opting out a maxim, dan suspending a maxim.

17 24 Seseorang gagal dalam menaati maksim karena mereka tidak mampu berbicara dengan jelas atau karena mereka sengaja memilih untuk berbohong. Berikut ini penjelasan mengenai kelima jenis yang tidak menaati maksim Flouting a Maxim Flouting merupakan dimana penutur secara terang-terangan gagal dalam menyampaikan sesuatu kepada mitra tuturnya. Biasanya pelanggaranpelanggaran yang terjadi pun disengaja oleh penutur dengan harapan mendorong mitra tutur untuk mendapatkan bentuk yang berbeda dari sebuah maksud dalam menerima suatu ujaran atau penutur menginginkan mitra tuturnya untuk mencari makna lain dari perkataannya. Seperti yang diungkapkan Thomas (1995: 65) A flout accurs when a speaker blatantly fails to observe a maxim at the level of what is said, with the deliberate intention of generating an implicatire. Yang artinya sebuah pelanggaran terjadi ketika seorang penutur dengan sengaja melanggar sebuah maksim saat penutur tersebut menyampaikan informasi dan bermaksud untuk menghasilkan sebuah implikasi atau makna yang tersembunyi. Penutur melakukan flouting ketika penutur tersebut melakukan percakapan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah implikatur atau terkadang bertujuan untuk memberikan pernyataan yang tidak langsung.

18 25 Dalam flouting maxims terdapat empat jenis maksim yang dapat mengandung flouting maxims. Berikut penjelasan tentang keempat jenis maksim tersebut Flouting a Maxim of Quality Flouting a maxim of quality terjadi ketika penutur tidak mengatakan hal yang sebenarnya, dengan kata lain berbohong. penutur bisa saja mengatakan sesuatu yang sangat bertentangan atau kebalikan dari yang penutur sebenarnya harus katakan. Di dalam ambulancemen, sebuah contoh yang telah diberikan oleh Grice (1975) dalam buku Thomas (1995: 67) mengungkapkan bahwa sebuah implikatur telah dihasilkan oleh penutur secara sengaja dengan mengutarakan sesuatu yang jelas salah. Pada saat pengujar mencoba untuk tidak terlihat membohongi lawan tutur dalam berbagai cara, mitra tutur terpaksa mencari penafsiran lain yang lebih masuk akal dan hal tersebut bisa di analisis menggunakan proses deduktif. Menurut Grice (1975) dalam buku Thomas (1995: 67), menyebutkan bahwa proses deduktif akan bekerja seperti berikut: (i) (ii) (iii) (iv) (v) The ambulancemen has expressed pleasure at having someone vomit over him. There is no example in recorded history of people being delighted at having someone vomit over him. I have no reason to believe that the ambulancemen is trying to decieve us in any way. Unless the ambulancemen s utterance is entirely pointless, he must be trying to put across some other proposition. This must be some obviously related proposition

19 26 (vi) (vii) The most obviously related proposition is the exact opposite of the one he has expressed. The ambulancemen is extremely annoyed at having the drunk vomit over her. Contoh di atas dapat disimpulkan bahwa petugas ambulan tersebut telah memberikan sebuah implikatur dengan mengutarakan kesenangan terhadap seseorang yang telah memuntahinya. Tetapi, dalam kenyataannya bahwa kejadian itu tidak pernah terjadi dalam sejarah manusia saat seseorang menjadi sangat gembira saat orang lain memuntahinya. Berikutnya, tidak adanya alasan untuk mempercayai bahwa petugas ambulan tersebut mencoba untuk berbohong dalam berbagai cara. Walaupun setidaknya petugas tersebut telah menyampaikan ungkapan kekecewaannya, ia telah mencoba untuk mempunyai rencana atau saran yang lain, dan ini harus menjadi sesuatu yang jelas berhubungan dengan rencananya. Flouting a maxim of quality juga dapat terjadi saat penutur memperlihatkan bahwa dia tidak tertarik dalam pembicaraan yang sedang berlangsung dengan mengatakan sesuatu yang sangat terbukti tidak mungkin adanya. Sebagaimana contoh yang diungkapkan oleh Thomas (1995: 68) sebagai berikut: A: What do you do? B: I m a teacher A: Where do you teach? B: Outer Mongolia A: Sorry I asked!

20 27 Percakapan tersebut terjadi di dalam sebuah kereta yang menempuh perjalanan jauh. B berada dalam kereta tersebut, hendak membaca buku yang dibawa olehnya dan A adalah penumpang lain yang ingin mengajak berbicara kepada B. Seperti yang diketahui bahwa sekitar Mongolia itu merupakan suatu tempat yang sangat terpencil dan tidak memungkinkan, sehingga B menunjukan respon yang tidak mungkin atau tidak benar dengan terdorong oleh mitra tuturnya untuk menghasilkan sebuah implikatur untuk mengakhiri percakapan tersebut. Flouting a maxim of quality terjadi dengan maksud untuk meyakinkan mitra tutur, melindungi dan menyembunyikan sesuatu yang dianggap penutur bahwa mitra tuturnya tidak perlu untuk mengetahui yang sebenarnya Flouting a Maxim of Quantity Flouting a maxim of quantity terjadi ketika penutur memberi informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak daripada yang sebenarnya dibutuhkan oleh mitra tuturnya. Seperti yang diungkapkan Thomas (1995: 69) yaitu A flout of the maxim of quantity occurs when blatantly gives more or less information than the situation requires. Artinya bahwa flouting a maxim of quantity terjadi ketika secara sengaja penutur memberikan informasi yang kurang atau lebih dari yang dibutuhkan. Seperti contoh berikut: A: How are we getting there? B: Well we re getting there in Dave s car. (Thomas, 1995: 69)

21 28 Secara sengaja B memberikan informasi yang kurang dari yang dibutuhkan oleh A, penggunaan kata we re menghasilkan sebuah implikatur yang belum tentu A menyetujuinya. Sementara B yang ingin menumpang menggunakan mobil Dave untuk sampai ke tempat tujuan, A tidak ingin bepergian dengan mereka atau tidak ingin menumpang menggunakan mobil Dave. Flouting a maxim of quantity terjadi dengan maksud (1) untuk menjelaskan lebih lanjut tentang sesuatu; biasanya seseorang mencoba untuk menjelaskan tentang sesuatu dengan memberikan banyak informasi dan mengharapkan bahwa mitra tuturnya akan lebih mengerti tentang topik yang sedang dibicarakan, (2) untuk menekankan sesuatu; orang menggunakan banyak kata-kata ketika mereka ingin menekankan sesuatu untuk membuat makna yang dimaksudkan lebih jelas dan dapat diikuti oleh mitra tuturnya, (3) untuk mengharapkan sesuatu; kadang-kadang orang bertindak dan mengucapkan kata-kata yang lebih untuk menunjukkan sesuatu. Mereka menggunakan kondisi ini untuk mengharapkan sesuatu dari orang lain Flouting a Maxim of Relation Flouting a maxim of relation terjadi ketika penutur maupun mitra tutur mengatakan sesuatu yang tidak relevan atau tidak berhubungan. Menurut Thomas (1995: 70) flouting a maxim of relation ialah The maxim of relation is exploited by making a response or observation which is very obviously

22 29 irrelevant to the topic in hand. Artinya bahwa flouting a maxim of relation bertujuan untuk membuat respon atau pengamatan yang secara jelas sangat menyimpang dari topik yang dibicarakan. Contoh seperti yang diungkapkan oleh Thomas (1995: 70): I finished working on my face. I grabbed my bag and a coat. I told my mother I was going out... She asked me where I was going. I repeated myself. Out. Dalam contoh tersebut, penutur memberikan sebuah respon dengan mengatakan yang sebenarnya dan penutur telah menjawab apa yang menjadi pertanyaan Ibunya. Akan tetapi, permasalahannya yaitu jawaban yang diberikan penutur tidak relevan dengan topik yang dibicarakan. Ibunya bisa lihat bahwa penutur pergi tetapi ibunya ingin tahu kemana perginya atau tujuan penutur tersebut. Kesimpulannya bahwa seseorang dikatakan melakukan Flouting a maxim of relation ketika dia memberikan jawaban yang tidak relevan dengan topik yang sedang dibicarakan. Tujuan dari flouting a maxim of relation yaitu untuk mengubah topik pembicaraan karena dalam percakapan orang biasanya mengubah topik pembicaraan untuk menghindari berbicara tentang sesuatu yang memalukan atau hanya untuk mengakhiri percakapan Flouting a Maxim of Manner Flouting a maxim of manner terjadi ketika penutur memberikan secara sengaja informasi yang kabur dan bermakna lebih dari satu (ambigu),

23 30 memberikan informasi yang berbelit- belit atau penyampaian informasi yang tidak teratur. Seperti contoh yang diberikan oleh Thomas (1995: 71) sebagai berikut: This interaction occured during a radio interview with an unnamed official from the United States Embassy in Port-au-Prince, Haiti: Interviewer: Did the US Goverment play any part in Duvalier s departure? Did they, for example actively encourage him to leave? Official: I would not try steer you away from that conclusion. Dari contoh dialog di atas, official tersebut memberikan informasi yang berbelit-belit atau singkatnya bahwa ia bisa saja memberikan pernyataan Yes, dan pernyataan yang diberikannya telah gagal atau melanggar maksim cara karena dengan sengaja memberikan informasi yang kabur atau bermakna ganda. Kesimpulannya bahwa flouting a maxim of manner terjadi ketika penutur mengatakan sesuatu yang ambigu. Respon atau jawaban yang ambigu dari penutur membuat mitra tutur harus menggali lebih dalam lagi apa maksud sebenarnya dari penutur. Lalu, mitra tutur bisa saja berasumsi yang sama sekali berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksud oleh penutur. Walaupun terkadang penutur tidak bermaksud hal tersebut terjadi Violating a Maxim Violating a maxim terjadi ketika penutur mengatakan sesuatu yang memang benar dan jujur untuk menyembunyikan kebohongannya atau sesuatu

24 31 yang dia ingin sembunyikan. Yang pada akhirnya menimbulkan kesalahpahaman dari mitra tutur yang mempercayai apa yang dikatakan oleh penutur. Banyak orang yang salah dalam menggunakan istilah violate untuk semua pelanggaran terhadap maksim. Thomas (1995: 72) menyatakan bahwa violating ialah Grice defines violation very specifically as the unostentatious non observance of a maxim. Yang artinya bahwa Grice memberikan definisi violation yang sangat spesifik sebagai upaya penyederhanaan dari sebuah maksim. Seperti yang diungkapkan Grice (1975: 49) dalam bukunya Jenny Thomas (1995: 72) If a speaker violates a maxim she or he will be liable to mislead. Yang artinya bahwa jika seorang penutur menyederhanakan suatu maksim maka besar kemungkinan penutur tersebut memberikan informasi yang tidak benar atau berbohong. Berikut merupakan contoh yang diberikan oleh Jenny Thomas (1995:73). Sebuah petikan interaksi yang bersifat fiksi antara Martin dan istrinya Alice seperti yang terjadi dalam kondisi berikut ini: Alice has been refusing to make love to her husband. At first he attibutes this to post- natal depression, but then he starts to think she may be having an affair. Martin Alice Martin Alice : Allie. I ve got to ask you this. He stopped. : Ask me then : will you give me a truthful answer? However much you think it ll hurt me? Alice s voice had a little quaver. : I promise.

25 32 Martin Alice Martin come back to his chair and put his hands on its back and looked ather. : Is there another man? Alice raised her chin and looked at him squarely. : No, she said. There isn t another man. And then Martin gave a long, escaping sigh, and grinned at her and said he thought they had better finish the champagne, didn t she? Contoh di atas menyatakan bahwa pernyataan Alice yang menyatakan bahwa ia tidak selingkuh dengan laki-laki lain itu adalah benar, akan tetapi tidak semuanya benar ( she is, in fact, having an affair with a woman). Tetapi, dalam respon yang diberikan Alice itu tidak ada yang akan memungkinkan Martin untuk menyimpulkan bahwa ia telah menyembunyikan informasi. Contoh berikutnya telah diungkapkan Jenny Thomas (1995: 73) dalam bukunya yang berjudul meaning in interaction: an introduction to pragmatics berikut ini: An English athlete, Dianne Modahl, the defending commonwealth Games 800 metres champion, pulled out of her opening race and returned to England. Caroline Searle, press officer for the England team, said: She has a family bereavement; her grandmother has died. The next day it was annaonced that Ms Modahl had been sent home following a positive test for drug. Seorang atlit Inggris, Dianne Modahl, juara lari bertahan 800 meter Commonwealth, meninggalkkan perlombaan dan kembali ke Inggris. Caroline Searle, pegawai untuk tim Inggris berkata: She has a family bereavement; her grandmother has died.

26 33 Hari berikutnya diumumkan bahwa Ms Modhal dipulangkan ke rumah karena telah positif menggunakan obat terlarang. Apa yang Ms Searle katakan bahwa Modhal pulang ke rumah adalah benar, akan tetapi implikasi (bahwa alasan Modhal untuk pulang karena kematian neneknya) adalah salah. Sepintas terlihat bahwa violating a maxim berlawanan dengan flouting maksim. Pada contoh pertama di atas yang mengatakan apa yang telah Alice katakan adalah benar, akan tetapi, di sisi lain bahwa itu bisa dikatakan salah. Apa yang dikatakan Alice bisa memungkinkan untuk benar dan salah. Akan tetapi, dalam contoh fouting maxim yang diberikan Jenny Thomas (1995: 55), penutur secara jelas telah gagal dalam menaati maksim kualitas, tetapi kendatipun demikian tetap berimplikasi sesuatu yang benar. Late on Christmas Eve 1993 an ambulance is sent to pick up a man who collapsed in Newcastle city centre. The man is drunk and vomits all over the ambulanceman who goes to help him. The ambulanceman says: Great, that s really great! That s made my Christmas! Jenny Thomas (1995: 55) Pada contoh tersebut, penutur mengatakan sesuatu yang sama sekali atau secara sengaja tidak benar atau disebut implikatur. Sebuah implikatur telah dihasilkan oleh penutur secara sengaja dengan mengutarakan sesuatu yang jelas salah.

27 Infringing a Maxim Infringing a maxim terjadi ketika terdapat kesalahan-kesalahan dalam percakapan yang melanggar maksim dikarenakan oleh penutur tidak berbahasa dengan sempurna, contohnya adalah jika penutur merupakan anak yang masih kecil dan tidak bisa berbicara dengan lancar. Contoh lainnya adalah ketika penutur adalah orang asing dan tidak menguasai bahasa yang sedang dipergunakan dalam percakapan. Selain itu, contoh lainnya adalah ketika penutur sedang dalam kondisi yang tidak stabil, seperti tegang, mabuk, shock, atau terlalu gembira. Pelanggaran maksim ini pun terjadi karena penutur memang tidak bisa berbicara dengan jelas sehingga informasi yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh mitra tutur yang disebabkan penutur tidak cukup untuk berbicara dalam menyampaikan informasi tersebut, seperti yang di ungkapkan Thomas (1995: 74): This type of non-observance could occur because the speaker has an imperfect command of the language (a young child or a foreign learner), because the speaker s performance is impaired in some way (nerveousness, drunkenness, excitement), because of some cognitive impairment or simply because the speaker is constitutionally incapable of speaking clearly to the point. Dari kutipan di atas dapat diartikan bahwa infringing a maxim dapat terjadi karena penutur tidak menguasai bahasa dengan baik (seorang anak kecil atau pelajar), karena sikap penutur yang terganggu dengan beberapa hal (gugup, mabuk, perasaan gembira), karena beberapa kesalahan yang dapat

28 35 disadari, atau sederhananya karena penutur tidak dapat berbicara dengan jelas untuk langsung menuju kepada intinya Opting Out of a Maxim Opting out of a maxim biasanya terjadi ketika sedang berada didepan banyak orang. Pelanggaran maksim ini terjadi dikarenakan penutur tidak berkenan untuk memberikan informasi kepada mitra tuturnya. Hal tersebut bisa disebabkan oleh informasi yang memang tidak etis atau ilegal untuk dipublikasikan. Namun biasanya dalam kasus pelanggaran makim ini penutur tidak bermaksud untuk membuat pelanggaran. Contohnya seperti yang diungkapkan oleh Thomas (1995: 75) The conservative M.P., Teddy Taylor had been asked a question about talks he had had with Colonel Gadaffi. Well, honestly, I can t tell you a thing, because what was said to me was told me in confidence. Dari contoh di atas jelas sekali bahwa penutur tidak dapat memberikan informasi yang dikarenakan adanya peraturan atau kode etik yang mengharuskannya untuk merahasiakan informasi tersebut. Dengan kata lain, bahwa penutur berharap untuk menghindari sebuah kesalahan dalam menghasilkan implikatur atau kelihatan tidak bekerjasama. Dalam contoh opting out yang lainnya adalah memilih keluar dari maksim dikarenakan untuk menghindari pemberian informasi yang dapat menyakiti pihak ketiga atau menempatkannya dalam bahaya.

29 36 Ruth Rendell, a famous crime novelist, was being interviewed by an equally famous psychiatrist, Professor Abthony Clare. Clare asked Rendell about her husband. AC: You married him twice, you ve been interviewed many times, but I ve never seen a satisfactory explanation for that very interesting fact. RR: well (pause) I don t think I can give you one. that is not to say that I don t know it but I do know it but I cannot give it. I don t think that to give it would be a very good idea, particularly for my husband (Thomas, 1995, 75). Dari contoh di atas, bisa kita simpulkan bahwa Ruth telah berimplikatur dengan tidak memberikan informasi tentang suaminya kepada Anthony walaupun sebenarnya Ruth mempunyai informasi tersebut, dikarenakan Ruth tidak ingin menempatkan suaminya dalam bahaya atau menyakiti perasaannya. Opting out of a maxim terjadi dikarenakan penutur tidak berkenan untuk memberikan informasi kepada mitra tuturnya. Hal tersebut bisa disebabkan oleh informasi yang memang tidak etis atau ilegal untuk dipublikasikan atau dikarenakan peraturan atau kode etik dan pada akhirnya disepakati oleh penutur dan mitra tutur untuk tidak membicarakan hal tersebut. Namun biasanya dalam kasus pelanggaran maksim ini penutur tidak bermaksud untuk membuat pelanggaran Suspending a Maxim Suspending a maxim terjadi ketika ada beberapa kata atau kalimat yang tidak pantas atau taboo untuk diucapkan. Biasanya hal ini terjadi dalam kasus penyebutan nama, tempat atau suatu benda. Lalu kebudayaan, tempat, waktu, dan situasi juga berpengaruh akan terjadinya pelanggaran maksim ini. Biasanya

30 37 mitra tutur pun tidak mengharapkan penutur untuk memperjelas apa sebenarnya yang penutur maksud, karena mitra tutur sudah mengetahui maksudnya. Untuk membuat mitra tuturnya mengerti, si penutur akan mencari kata ganti untuk kata-kata taboo tersebut. Seperti yang diungkapkan Keenan (1976: 70) dalam buku Thomas (1995: 76)...regularly provide less information than is required by their conversational partner, even though they have access to the necessary information. Yang artinya biasanya mereka memberikan informasi yang kurang dari yang dibutuhkan oleh lawan tutur mereka, padahal mereka mempunyai jalan untuk informasi yang penting. Contohnya seperti yang diungkapkan oleh Thomas (1995:76) The speaker in this example is the daughter of a murdered man. She is talking to Officer Jim Chee of the Navajo Tribal Police: last time you were with that FBI man asking about the one who got killed, she said, respecting the Navajo taboo of not speaking the name of the dead. You find out who killed that man? Pada contoh di atas menunjukan bahwa penyebutan nama dari pria yang dibunuh itu merupakan hal yang tabu. Oleh sebab itu, ia mengganti dari sebutan pria tersebut dengan the one who got killed dan that man.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks.

BAB II LANDASAN TEORI. menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. BAB II LANDASAN TEORI Di dalam bab ini dipaparkan teori-teori yang digunakan dalam menganalisis data seperti teori pelanggaran maxim dan teori mengenai konteks. Teori mengenai pelanggaran maxim diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan pada era modern ini, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan pada era modern ini, manusia sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan pada era modern ini, manusia sebagai makhluk berbudaya dan berbahasa memiliki potensi dan ilmu dalam berintraksi di kehidupan sehari-harinya,

Lebih terperinci

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan

Lesson 63: Reported speech. Pelajaran 63: Pidato Laporan Lesson 63: Reported speech Pelajaran 63: Pidato Laporan Reading (Membaca) He told me that he would come. (Dia bilang kepadaku dia akan datang.) She said that she would be fine. (Dia berkata bahwa dia akan

Lebih terperinci

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS

MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS MODULE 1 GRADE XI VARIATION OF EXPRESSIONS Compiled by: Theresia Riya Vernalita H., S.Pd. Kompetensi Dasar 3.1 Menganalisis fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada ungkapan memberi saran

Lebih terperinci

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A

E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A HANDLING TAMU E VA D A E L U M M A H K H O I R, M. A B. P E R T E M U A N 2 A N A CARA PENERIMAAN TAMU Menanyakan nama dan keperluan (RESEPSIONIS) Good Morning. What can I do for you? Good morning, can

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mendefinisikan pragmatik sebagai Meaning in use or meaning in context, yang

BAB II KAJIAN TEORI. mendefinisikan pragmatik sebagai Meaning in use or meaning in context, yang 8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pragmatik Definisi pragmatik telah banyak disampaikan para linguis yang menggeluti bidang pragmatik. Diantaranya adalah Thomas (1995: 1) yang secara sederhana mendefinisikan pragmatik

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Teori merupakan alat terpenting bagi suatu ilmu pegetahuan. Tanpa adanya teori, hanya ada serangkaian fakta-fakta yang belum teranalisis dan belum dapat dikategorikan sebagai lmu

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued)

English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) English for Tourism Lesson 22 Dealing with a situation (continued) Pelajaran 22: Menangani situasi yang serius (lanjutan) L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-22.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari

BAB I PENDAHULUAN. Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Implikatur sudah menjadi bagian dari tuturan dalam percakapan sehari hari. Implikatur merupakan makna implisit atau tersirat. Implisit memiliki arti termasuk atau terkandung

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

I've learned so much from you. "Number One For Me" Now I'm trying to do it too. Love my kid the way you do. I was a foolish little child

I've learned so much from you. Number One For Me Now I'm trying to do it too. Love my kid the way you do. I was a foolish little child "Number One For Me" I've learned so much from you Now I'm trying to do it too I was a foolish little child Love my kid the way you do Crazy things I used to do And all the pain I put you through [Chorus]

Lebih terperinci

Lesson 67: Tag Questions. Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan

Lesson 67: Tag Questions. Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan Lesson 67: Tag Questions Pelajaran 67: Kalimat Tanya Penegasan Reading (Membaca) You will come with us, won t you? (Kamu akan datang dengan kami, The water is cold, isn t it? (Airnya dingin, bu You really

Lebih terperinci

Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan)

Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan) Contoh Pengembangan Bahan Ajar untuk Program Audio (Bahan Ajar untuk Latihan Keterampilan Mendengarkan) 1.Buat silabus (peta bahan ajar) untuk keteramplan mendengarkan dengan format berikut: Kompetensi

Lebih terperinci

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks :

Who are talking in the dialog? Bruce. Erick. Ericks sister. Bruce and Erick. E. Kunci Jawaban : D. Pembahasan Teks : 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8LATIHAN SOAL CHAPTER 8 By the way, you are still going to look around, arent you? Who are talking in the dialog? Bruce Erick Ericks sister Bruce and Erick Kunci

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM PROSES PERKULIAHAN DI POLITEKNIK INDONUSA SURAKARTA Ratna Susanti, S.S.,M.Pd. Politeknik Indonusa Surakarta ratnasusanti19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

giving opinion asking for help asking for an opinion E. Kunci Jawaban : D Pembahasan Teks :

giving opinion asking for help asking for an opinion E. Kunci Jawaban : D Pembahasan Teks : 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 10Latihan Soal 10.2 Lira:Dery, what do you think about our new English teacher? Dery: I think she smart. She explained the lesson clearly Lira: I think so. I also

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA

THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA 105110101111112 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTEMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah Lesson 19: What Pelajaran 19: Apakah Reading (Membaca) What is it? (Apakah ini?) What is your name? (Saiapa namamu?) What is the answer? (Apakah jawabannya?) What was that? (Apakah itu tadi?) What do you

Lebih terperinci

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan

Lesson 70: Questions. Pelajaran 70: Pertanyaan Lesson 70: Questions Pelajaran 70: Pertanyaan Reading (Membaca) Is your job easy? (Apakah pekerjaanmu mudah?) Has he finished eating? (Apakah dia sudah selesai makan?) Will it keep raining? (Akankah ini

Lebih terperinci

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya.

Lesson 28: Other Prepositions. (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain. Cara menggunakan preposisi lainnya. Lesson 28: Other Prepositions (by, about, like, of, with, without) Pelajaran 28: Preposisi Lain Cara menggunakan preposisi lainnya. Reading (Membaca) I go to school by bus. ( Saya pergi ke sekolah dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman

BAB II KAJIAN TEORI. Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman BAB II KAJIAN TEORI Teori merupakan alat terpenting dalam sebuah penelitian. Menurut Neuman (1997) Teori menyediakan konsep-konsep yang relevan, asumsi-asumsi dasar yang bisa digunakan, membantu dalam

Lebih terperinci

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung

Lesson 66: Indirect questions. Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Lesson 66: Indirect questions Pelajaran 66: Pertanyaan Tidak Langsung Reading (Membaca) Could you tell me where she went? (Bisakah kamu beritahu aku kemana dia pergi?) Do you know how I can get to the

Lebih terperinci

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan.

TAG QUESTION. Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. TAG QUESTION Tag Question merupakan bentuk pertanyaan berekor yang fungsinya untuk mempertegas suatu pertanyaan. Syarat utama dalam membuat question tag adalah: Apabila kalimat utamanya / pernyataannya

Lebih terperinci

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004

Swasti Nareswari. Student Number: ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY SEMARANG 2004 THE REALIZATION OF THE JAVANESE REQUEST PATTERN: A CASE STUDY OF A JAVANESE FAMILY A THESIS By Swasti Nareswari Student Number: 00.80.0016 ENGLISH LETTER STUDY PROGRAMME FACULTY OF LETTERS SOEGIJAPRANATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu sering melakukan percakapan. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara (speaker) dan seorang

Lebih terperinci

LKS SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS KONTROL

LKS SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS KONTROL LAMPIRAN A.3 LKS SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA KELAS KONTROL Name : Class : Student Worksheet a. Read your textbook about circulatory system carefully. You can discuss it with your partner. Ask for things

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuturan performative merupakan tuturan yang muncul pada saat melakukan tindak tutur. Pada saat penutur menuturkan tuturan tersebut, penutur sekaligus melakukan tindakan

Lebih terperinci

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP

Conditional Sentence. Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP Conditional Sentence Dosen Dr. Ali Mustadi, M.Pd NIP.19780710 200801 1 012 Pengertian CONDITIONAL SENTENCES adalah: Kalimat pengandaian Atau Kalimat bersyarat Rumus: If (clause 1 ), (clause 2) Type 1 [

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang dirilis pada 10 Mei 2013, banyak pro dan kontra dalam pembuatanya, seperti yang dikutip oleh penulis

Lebih terperinci

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu.

I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. I. MATERI : TENSES Tenses yaitu bentuk kata kerja Bahasa Inggris yang perubahannya berkaitan dengan waktu. Misal: Verb 1 (infinitive), Verb 2, dan Verb 3. Contoh penggunaan tenses : 1. Saya belajar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold.

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. Since the first publishing 3 weeks ago, there have been over 500 copies sold. 1. Farhan : So, how many copies have been sold this far? Yola : Thank God. Many people seem to like it very much. SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 4Latihan Soal 4.1 Since the first publishing 3 weeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Manusia memerlukan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesamanya agar apa yang disampaikan dapat

Lebih terperinci

Lesson 27: Prepositions of Direction. (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah

Lesson 27: Prepositions of Direction. (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah Lesson 27: Prepositions of Direction (from, to, into, onto, away from) Pelajaran 27: Kata Depan untuk Arah Bagaimana Menggunakan Kata Depan untuk Arah Reading (Membaca) I come from Austria. ( Saya datang

Lebih terperinci

APPENDICES. 2. If you use a city map, you your way. a. are not losing c. did not lose e. would not lose b. will not lose d.

APPENDICES. 2. If you use a city map, you your way. a. are not losing c. did not lose e. would not lose b. will not lose d. APPENDICES Name : Class : Date : Time : 60 minutes CONDITIONAL SENTENCES I. Choose the best answer 1. Will you come to the meeting? If you come, I a. come c. do e. too b. will d. am 2. If you use a city

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Appendix 6 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama Sekolah Mata Pelajaran Klas/Semester Siklus Waktu : SMAN 1 Boyolangu : Bahasa Inggris : XI/2 : Speaking : 2 x 45 menit Standard Kompetensi (1) Memahami

Lebih terperinci

APPENDICES. Appendix A. Data 1 (Student A)

APPENDICES. Appendix A. Data 1 (Student A) APPENDICES Appendix A Data 1 (Student A) 48 No Sentence 1. *There so many place they can visiting. *There so many place they can visiting. Tidak mengerti struktur yang sebenarnya, mengira bahwa are atau

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 20 At the festival (continued)

English for Tourism Lesson 20 At the festival (continued) English for Tourism Lesson 20 At the festival (continued) Pelajaran 20: Di festival (lanjutan) L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-20. Di festival. Eng: Lesson

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 14 The Tour Guide (continued)

English for Tourism Lesson 14 The Tour Guide (continued) English for Tourism Lesson 14 The Tour Guide (continued) Pelajaran 14: Pemandu Wisata (lanjutan) L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke- 14. Pemandu Wisata (lanjutan).

Lebih terperinci

UNIT 1. Tegur Sapa Greetings

UNIT 1. Tegur Sapa Greetings UNIT 1 Tegur Sapa Greetings Hi. Good morning, selamat pagi Good afternoon selamat siang Good evening selamat malam Good night selamat tidur Good bye selamat tinggal How are you Apa kabar/halo How do you

Lebih terperinci

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How

Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How Teori tindak tutur pertama kali disampaikan oleh John L.Austin (Inggris) pada tahun 1955 di Univer.Harvad, yang kemudian diterbitkan dengan judul How to do things with word pada tahun 1965. Austin (1962)

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. expression her intention. stating her plan. asking Danys plan

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 4Latihan Soal 4.1. expression her intention. stating her plan. asking Danys plan SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 4Latihan Soal 4.1 1. Farah : What do you intend to do after graduating from Senior High School? Dany : I am going to get a job. Farah : Really? Why dont

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai perannya masing-masing, seorang pembicara perannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti melakukan percakapan. Percakapan dilakukan oleh setidaknya dua orang, yaitu seorang pembicara dan seorang pendengar atau lawan

Lebih terperinci

Lesson 65: Causative verbs: let/make/have/get Pelajaran 65: Kata Kerja Kausatif: let/make/have/get

Lesson 65: Causative verbs: let/make/have/get Pelajaran 65: Kata Kerja Kausatif: let/make/have/get Lesson 65: Causative verbs: let/make/have/get Pelajaran 65: Kata Kerja Kausatif: let/make/have/get Reading (Membaca) Let him go to the concert. (Biarkan dia perdi ke konser.) Make him tell the truth. (Buat

Lebih terperinci

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population?

No Kegiatan Kalimat yang di latih Arti. 2. How are you? 3.- Do you remember about population? - Can you explain about population? 45 Lampiran 3. Siklus 1 1 Pendahuluan 1. Good morning/ Good afternoon 2. How are you? 3.- Do you remember about population? about population? 4.- Do you know the meaning of population? - What is the definition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9

SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 SMP kelas 8 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 9LATIHAN SOAL CHAPTER 9 1. Text for questions 1 and 2 To : Fahmi (The chair student of 8 B) 06/01/2017 Please forward to your classmates. During the long holiday, all

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antara penutur dan mitra tutur di dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition)

Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition) Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition) Muhammad Noer Click here if your download doesn"t start automatically Teknik Kreatif Menyajikan Presentasi Memukau (Indonesian Edition)

Lebih terperinci

Suami & Istri Nikmati-lah Hubungan Anda

Suami & Istri Nikmati-lah Hubungan Anda Suami & Istri Nikmati-lah Hubungan Anda Eph 5:22-27 22 Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, 23 karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah

Lebih terperinci

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan

Lesson 30: will, will not. Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan Lesson 30: will, will not Pelajaran 30: Akan, Tidak Akan Reading (Membaca) I hope you will visit me one day. ( Aku harap kamu akan mengunjungi saya satu hari ) I think your sister will like that cellphone.

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2011 REVIEW JOURNAL OF PRAGMATICS; Is there a need for a maxim of politeness? Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pragmatik oleh Santana Adiputra 180110070013 Devina Christania 180110070015 Dewi Arumsari

Lebih terperinci

Acknowledgements. First of all, I would like to say Alhamdulillahhirabbil alamin. My utmost

Acknowledgements. First of all, I would like to say Alhamdulillahhirabbil alamin. My utmost ǀ vii Acknowledgements First of all, I would like to say Alhamdulillahhirabbil alamin. My utmost gratitude goes to Allah SWT, for His endless blessing and amazing life given to me. I owe my sincere appreciation

Lebih terperinci

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2

SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2 1. Rita :Dont leave me alone, Bondan! Bondan :What did she say, Wan? Iwan :. SMA/MA IPA kelas 10 - BAHASA INGGRIS IPA CHAPTER 11Latihan Soal 11.2 She told you that you dont leave me alone. She told you

Lebih terperinci

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition)

Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition) Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah (Indonesian Edition) Hery Hery Click here if your download doesn"t start automatically Rahasia Cermat & Mahir Menguasai Akuntansi Keuangan Menengah

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 21 Dealing with a situation

English for Tourism Lesson 21 Dealing with a situation English for Tourism Lesson 21 Dealing with a situation Pelajaran 21: Menangani situasi yang serius L1 Juni Tampi: Eng: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Halo, Saya Juni Tampi dari Radio

Lebih terperinci

2x 40 menit speaker will come to our conversation club B: Are you sure? -Pilihan A: Yes, I m sure. Ganda etc.

2x 40 menit speaker will come to our conversation club B: Are you sure? -Pilihan A: Yes, I m sure. Ganda etc. CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : IX/1 Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan: Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal lisan pendek

Lebih terperinci

Lesson 38: Infinitive 3. (how, what, where, when + infinitive) Pelajaran 38: Kata Kerja Infinitif 3

Lesson 38: Infinitive 3. (how, what, where, when + infinitive) Pelajaran 38: Kata Kerja Infinitif 3 Lesson 38: Infinitive 3 (how, what, where, when + infinitive) Pelajaran 38: Kata Kerja Infinitif 3 (bagaimanaa, apakah, dimana, kapan + kata infinitif) Reading (Membaca) He knows how to cook spaghetti.

Lebih terperinci

Lesson 23: How. Pelajaran 23: Bagaimana

Lesson 23: How. Pelajaran 23: Bagaimana Lesson 23: How Pelajaran 23: Bagaimana Reading (Membaca) How are you? (Bagaimana kabarmu?) How are your parents? (Bagaimana kabar orang tuamu?) How was the interview? (Bagaimana wawancaranya?) How is your

Lebih terperinci

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan

Lesson 20: Where, When. Pelajaran 20: Dimana, Kapan Lesson 20: Where, When Pelajaran 20: Dimana, Kapan Reading (Membaca) Where is the City Hall? (Dimana City Hall?) Where are you now? (Dimana kamu sekarang?) Where is he working? (Dimana dia bekerja?) Where

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pragmatik Pragmatik merupakan salah satu cabang linguistik yang berfungsi menjelaskan bagaimana pembicara menyampaikan maksud dalam berkomunikasi. Pembahasan pragmatik juga

Lebih terperinci

English for Tourism Lesson 25 A job interview

English for Tourism Lesson 25 A job interview English for Tourism Lesson 25 A job interview Pelajaran 25: Wawancara Pekerjaan L1 Juni Tampi: Bahasa Inggris Pariwisata English for Tourism L1: Pelajaran ke-25. Wawancara Pekerjaan. Lesson 25. A Job Interview.

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1

SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1 1. SMP kelas 7 - BAHASA INGGRIS CHAPTER 8Latihan Soal 8.1 Karl : Hello, Sheila. Do you have plan for tomorrow? Sheila : Not, yet. Do you have any idea? Karl : Yeah, how about visiting Yogyakarta Palace?

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi atau melakukan tindak tutur jika sedang berinteraksi dengan sesamanya. Searle mengatakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Oleh karena itu komunikasi berperan penting dalam terciptanya kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. lain. Oleh karena itu komunikasi berperan penting dalam terciptanya kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial yang secara naluriah membutuhkan manusia lain dalam bergaul, mengekspresikan diri, mengungkapkan keinginan, menyatakan

Lebih terperinci

ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU

ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI SUKU BUNGA BANK SENTRAL INDONESIA: SUATU PENGENALAN METODE BARU DALAM MENGANALISIS 47 VARIABEL EKONOMI UNTU READ ONLINE AND DOWNLOAD EBOOK : ANALISIS CAPAIAN OPTIMASI NILAI

Lebih terperinci

Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme (Rangkaian Studi IMR)

Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme (Rangkaian Studi IMR) Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme (Rangkaian Studi IMR) Yudi Junadi Click here if your download doesn"t start automatically Relasi Negara & Agama: Redefinisi Diskursus Konstitusionalisme

Lebih terperinci

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS

ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS ANALISIS TENSE DAN ASPEK DALAM NOVEL OLIVER TWIST KARYA CHARLES DICKENS Drs. Sugija, M.Hum Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan

Lebih terperinci

Video A. Introduction

Video A. Introduction A. Introduction T (teacher): Good morning 1B! Ss (students): Good morning Ms. T: How are you today? Ss: I m fine thank you. T: 1B masih ingat tidak? One two eyes on me! Ss: One two eyes one you! T: Do

Lebih terperinci

Lesson 18: Do..., Don t Do... Pelajaran 18: Lakukan..., Jangan Lakukan...

Lesson 18: Do..., Don t Do... Pelajaran 18: Lakukan..., Jangan Lakukan... Lesson 18: Do..., Don t Do... Pelajaran 18: Lakukan..., Jangan Lakukan... Reading (Membaca) Walk on this road. (Berjalanlah di jalan ini.) Write an email to me. (Tulislah sebuah email untuk saya.) Dance

Lebih terperinci

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST

BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST BAHASA INGGRIS PRESENT TENSE CHAPTER 1 CUT ITA ERLIANA,ST 198111022008122002 DESCRIBING HABITS Topic : Daily Habits Last night i went to bed around 11.00. you know, i usually go to bed at 9.30 p.m. I do

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Madrasah Kelas Mata Pelajaran Semester Standar : MI IMAMI : V (Lima) : BAHASA INGGRIS : 1 (Satu) : Mendengarkan 1. Memahami instruksi dengan tindakan dalam konteks sekolah Materi

Lebih terperinci

Kata Pengantar. iii. Mohammad Nuh. Bahasa Inggris When English Rings the Bell

Kata Pengantar. iii. Mohammad Nuh. Bahasa Inggris When English Rings the Bell Kata Pengantar Bahasa Inggris tidak dapat dipungkiri adalah bahasa utama komunikasi antarbangsa dan sangat diperlukan untuk berpartisipasi dalam pergaulan dunia. Makin datarnya dunia dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

Lesson 59: Negative yes-no Questions Pelajaran 59: Pertanyaan Negatif ya-tidak

Lesson 59: Negative yes-no Questions Pelajaran 59: Pertanyaan Negatif ya-tidak Lesson 59: Negative yes-no Questions Pelajaran 59: Pertanyaan Negatif ya-tidak Reading (Membaca) Isn t James playing soccer this year? (Bukankah James bermain sepak bola tahun ini?) Aren t they coming

Lebih terperinci

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa.

Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa. 127 Analisis Kesopanan Berbahasa terhadap Kemampuan Tindak Tutur Mahasiswa Syahdan 1), Destina Kasriyati 2), Refika Andriani 3) 1 Universitas Lancang Kuning E-mail: syahdantengku@gmail.com 2 Universitas

Lebih terperinci

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris

Sistem Informasi. Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris Sistem Informasi Soal Dengan 2 Bahasa: Bahasa Indonesia Dan Bahasa Inggris 1. Kita mengetahui bahwa perkembangan teknologi di zaman sekarang sangat pesat dan banyak hal yang berubah dalam kehidupan kita.

Lebih terperinci

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan

Lesson 31: Interrogative form of Will. Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Lesson 31: Interrogative form of Will Pelajaran 31: Kalimat Tanya untuk Bentuk Akan Reading (Membaca) Will it be sunny tomorrow? ( Apakah akan cerah besok?) Will you lend her the car? (Apakah kamu akan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 2

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 2 PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN SK, KD DAN ASPEK PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Satuan Pendidikan : SMA / MA Kelas/Semester : XII / 2 Nama Guru :... NIP/NIK :...

Lebih terperinci

The Top 10 Leadership Principles. Maximize Your Leadership Potential

The Top 10 Leadership Principles. Maximize Your Leadership Potential The Top 10 Leadership Principles Maximize Your Leadership Potential Top Ten Leadership Principles 1. Leadership is servanthood. 2. Let your purpose prioritize your life. 3. Live the life before you lead

Lebih terperinci

Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc)

Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc) Passive Type 2 (Uang itu saya ambil, etc) In Unit 1 we learned how make a passive sentence in this way: Uang itu diambil oleh Rina. But we can only do that if the Actor is a third person. (as with Rina

Lebih terperinci

God s PERFECT TIMING EDITORIAL

God s PERFECT TIMING EDITORIAL God s PERFECT TIMING EDITORIAL TAKUT AKAN TUHAN. Permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik... KEHIDUPAN YANG DIPERSEMBAHKAN. Karena itu saudara-saudara,

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF. presented by : M Anang Firmansyah

KOMUNIKASI EFEKTIF. presented by : M Anang Firmansyah KOMUNIKASI EFEKTIF presented by : M Anang Firmansyah KOMUNIKASI EFEKTIF * Pada komunikasi personal/kelompok Audience mampu memahami pesan yang dikirim oleh Komunikator.setuju/tidak dg pesan. * Pada komunikasi

Lebih terperinci

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc

- Lisan -Isian Rina: I left my pen at home. 2x 40 menit Sani: Let me lend you mine Rina: Oh, thanks. etc CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : VIII/1 Standar Kompetensi : 1. Mendengarkan: Memahami makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal sangat sederhana

Lebih terperinci

Lesson 58 : everything, anything. each, every. Pelajaran 58 : semuanya, apapun. Masing-masing/sesuatu, setiap

Lesson 58 : everything, anything. each, every. Pelajaran 58 : semuanya, apapun. Masing-masing/sesuatu, setiap Lesson 58 : everything, anything each, every Pelajaran 58 : semuanya, apapun Masing-masing/sesuatu, setiap Reading (Membaca) Is everything okay? (Apakah semuanya baikbaik?) Don t worry, everything will

Lebih terperinci

Manusia dan Cinta Kasih

Manusia dan Cinta Kasih Manusia dan Cinta Kasih Hakikat Cinta Kasih Cinta dalam Berbagai Dimensi Kasih Sayang Kemesraan Pemujaan Hal-hal yang Ada di dalam Pemujaan Cara Pemujaan Tergantung pada agama, kepercayaan, kondisi dan

Lebih terperinci

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah

Lesson 19: What. Pelajaran 19: Apakah Lesson 19: What Pelajaran 19: Apakah Reading (Membaca) What is it? (Apakah ini?) What is your name? (Saiapa namamu?) What is the answer? (Apakah jawabannya?) What was that? (Apakah itu tadi?) What do you

Lebih terperinci

FLOUTED MAXIMS IN THE MAIN CHARACTERS UTTERANCES OF WRECK - IT RALPH ANIMATED MOVIE THESIS BY DENI TRI ADITYA NIM

FLOUTED MAXIMS IN THE MAIN CHARACTERS UTTERANCES OF WRECK - IT RALPH ANIMATED MOVIE THESIS BY DENI TRI ADITYA NIM FLOUTED MAXIMS IN THE MAIN CHARACTERS UTTERANCES OF WRECK - IT RALPH ANIMATED MOVIE THESIS BY DENI TRI ADITYA NIM. 105110100111095 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY

Lebih terperinci

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC

- LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC - LISAN -ISIAN RINA: I LEFT MY PEN AT HOME. 2X 40 MENIT SANI: LET ME LEND YOU MINE RINA: OH, THANKS. ETC CONTOH SILABUS Nama Sekolah : SMP Mata Pelajaran : Bahasa Inggris Kelas/Semester : VIII/1 Standar

Lebih terperinci

Saya punya beberapa pengalaman dalam Bulan & Minggu ini, yang saya merasa Roh Kudus ingin saya bagikan ke anda

Saya punya beberapa pengalaman dalam Bulan & Minggu ini, yang saya merasa Roh Kudus ingin saya bagikan ke anda I have several experience within this month & this week, that I discern that the Holy Spirit wants me to share to you Saya punya beberapa pengalaman dalam Bulan & Minggu ini, yang saya merasa Roh Kudus

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA

PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA PENGGUNAAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM KEGIATAN BERBICARA SISWA KELAS VIII DI MTs. AL-KHAIRIYAH TEGALLINGGAH KECAMATAN SUKASADA Ratna Ayu Yistiana, I Nyoman Sudiana, Md. Sri Indriani Jurusan Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PROGRAM

IDENTIFIKASI PROGRAM IDENTIFIKASI PROGRAM 01. SERI PROGRAM : Audio Pembelajaran untuk PGSD 02. NOMOR PROGRAM : Ing.A.5/09 03. MATA KULIAH : Bahasa Inggris 04. TEMA : Asking for Advice and Giving Advice 05. JUDUL : WHAT SHOULD

Lebih terperinci

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA)

KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) Read Online and Download Ebook KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN INDONESIA: JILID 2 FROM KPG (KEPUSTAKAAN POPULER GRAMEDIA) DOWNLOAD EBOOK : KESASTRAAN MELAYU TIONGHOA DAN KEBANGSAAN Click link

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Teks Interpersonal Mengucapkan Terimakasih

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Teks Interpersonal Mengucapkan Terimakasih RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP Negeri 2 Ngemplak : Bahasa Inggris : VII/I : Teks Interpersonal Mengucapkan Terimakasih

Lebih terperinci