BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SUPERVISI PENDIDIKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN PERAN GURU MELALUI SUPERVISI

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pelaksanaan (supervisi) kepala madrasah. berasal dari kata super dan visi yang mengandung arti melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan membentuk manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMA METHODIST KOTA BANDA ACEH. Oleh: Henny

BAB II LANDASAN TEORI

SUPERVISI AKADEMIK BERKELANJUTAN DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

Brebes, 28 Mei 1972 Dr. Nur Aedi Konsultan Permen 12 PMPTK Depdiknas

II. KAJIAN PUSTAKA. Salah satu unsur penting yang paling menentukan dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH UNTUK PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DI SD NEGERI 10 BANDA ACEH ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendidikan, supervisi mengandung arti yang luas namun intinya sama

PERSEPSI GURU TENTANG PROSES PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI KELOMPOK BISNIS MANAJEMEN DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

OBSERVASI KELAS SEBAGAI SALAH SATU TEKNIK SUPERVISI PENGAJARAN OLEH KEPALA SEKOLAH. Oleh : MARTINUS M.KROWIN. Dosen Universitas Negeri Manado ABSTRACT

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE. Oleh: Yusran

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

IMPLEMENTASI SUPERVISI KLINIS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK

PEMBIMBINGAN BERKELANJUTAN MENYUSUN PROGRAM SUPERVISI BAGI KEPALA SEKOLAH SD

PENERAPAN SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU-GURU DI SEKOLAH BINAAN SUB RAYON SMP NEGERI 15 MEDAN

Oleh: Mujiam. Kata kunci: Supervisi, Kepala Sekolah, Profesional Guru PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Elly Indriati

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

SUPERVISI PENDIDIKAN. Pendekatan humanistik. Profesionalisasi. guru 2/12/2012. Bimbingan Bantuan Pembinaan Pengarahan Petunjuk Kemitraan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kedung Penjalin kabupaten Jepara. Keseluruhan gurunya

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

TEKNIK SUPERVISI KUNJUNGAN KELAS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN PROFESIONALISME GURU SD 3 DAN 10 KESIMAN DENPASAR Oleh Ni Nengah Widyani 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penting dimiliki seorang guru karena seorang guru memang menuntut adanya

SOAL PILIHAN GANDA. Agus Sukyanto,

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung diseputar kelas, maka pada akhirnya keberhasilan atau

BAB V PEMBAHASAN. temuan penelitian dengan cara membandingkan atau mengkonfirmasikan nya. sesuai fokus penelitian dirumuskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU SD MUHAMMADIYAH SE KECAMATAN NGAMPILAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan masyarakat, dan

SUPERVISI AKADEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

PERSEPSI GURU TENTANG PELAKSANAAN SUPERVISI OLEH KEPALA SEKOLAH DI SMK NEGERI SE-KECAMATAN LUBUK BEGALUNG PADANG ARTIKEL ILMIAH.

HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan Millenium Development Goals (MDGS), yang semula dicanangkan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pelaksanaan Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Pembelajaran. ini yaitu bagaimana teknik dan metode yang digunakan.

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Hal ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam rangka memacu

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB II SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN KINERJA GURU

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

SUPERVISI AKADEMIK KEPALA MADRASAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU PADA MIN 2 KOTA TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

Eny Prihatin Kepala SDN Kalianget Timur X ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. 1. Analisis Data Mengenai Perencanaan Supervisi Kepala Madrasah dalam. Meningkatkan Kinerja Guru Di MAN 2 Tulungagung

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Pelaksanaan Pengawasan Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Pembelajaran

Pelaksanaan Supervisi Akademik Untuk. Menerapkan Metode Pembelajaran di SD Negeri Neuhen Kabupaten Aceh Besar Tahun Pelajaran 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

PENGARUH MOTIVASI KERJA, SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, DAN KESEJAHTERAAN TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

PELAKSANAAN PROGRAM SUPERVISI KEPALA SEKOLAH. TERHADAP GURU- GURU di SMA NEGERI 2 TELUK KERAMAT ARTIKEL PENELITIAN OLEH MISRA F

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, perkembangan dan kebutuhan zaman. Di antaranya harus terdapat

MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN SUPERVISI DISUSUN OLEH BERTARINA MONE DWI OKTAVIANI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN SILABUS DAN RPP MELALUI SUPERVISI AKADEMIK YANG BERKELANJUTAN DI SD NEGERI 0102 BARUMUN

DIDAKTIKA PGRI, 2, (2), 2016, 309

PENINGKATAN KOMPETENSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MELALUI SUPERVISI KELOMPOK DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada setiap proses pembelajaran di kelas, guru dan peserta didik terlibat

BAB I PENDAHULUAN. tertuju pada pencapaian mutu dan kinerja pendidikan. Melalui kegiatan

Kata Kunci = kompetensi pedagogik, perencanaan pembelajaran, dan supervisi akademik

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

LANDASAN TEORI. Guru menurut W.J.S. Poerwadarmita guru adalah orang yang. potensi afektif, kognitif dan psikomotorik. 34 Secara ringkas Muhaimin dan

PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat

PELAKSANAAN SUPERVISI PENDIDIKAN OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 8 BANDA ACEH

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA GURU KIMIA DI SMAN 1 TEUNOM ACEH JAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Moh.Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Pres, Yogyakarta, 2010, hlm

BAB II KEPALA MADRASAH DAN KINERJA GURU. madrasah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB II LANDASAN TEORI. A. Upaya Kepala Madrasah dan Mutu Pendidikan. seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian upaya adalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. penelitian yang berjudul Pengaruh Disiplin Kerja dan Kepemimpinan Kepala

PELAKSANAAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM 2013 DI SMA

DIDAKTIKA PGRI, 1, (2), 2015, 109

PENGARUH SUPERVISI, MOTIVASI DAN BIMBINGAN TERHADAP KINERJA GURU

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PELAKSANAAN SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN PADA SMA NEGERI 2 SAMBAS

SKALA: Kinerja Kepala Sekolah (diisi oleh Guru) Nama SMP : (Bapak/ Ibu tidak perlu mencantumkan identitasnya)

BAB I PENDAHULUAN tentang guru, yang menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SMP DI KOTA PADANG

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Supervisi Kepala Sekolah 2.1.1 Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 4 Menurut Jones dalam Mulyasa (2003), supervisi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan tugas-tugas utama pendidikan. 5 Menurut Carter, supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuantujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran. 6 Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi/syarat-syarat yang essensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Dari definisi tersebut maka tugas kepala sekolah sebagai supervisor berarti 4 Purwanto, Ngalim, 2003, Administrasi dan Supervisi Pendidikan,Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 32 5 Mulyasa,2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, Hal. 155 6 Sahertian,2000, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Inservice Education, Hal. 17 7

bahwa dia hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syaratsyarat mana sajakah yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan-tujuan pendidikan di sekolah itu semaksimal mungkin dapat tercapai. Supervisi merupakan aktivitas pengarahan dan bimbingan yang dilakukan oleh atasan dalam hal ini kepala sekolah kepada guru-guru serta personalia sekolah lainnya yang langsung menangani belajar para siswa untuk memperbaiki situasi belajar mengajar. 7 Konsep supervisi modern dirumuskan oleh Kimball Wiles (1967) adalah: supervision is assistance in the development of a better teaching-learning situation. Rumusan ini mengisyaratkan bahwa layanan supervisi meliputi keseluruhan situasi belajar-mengajar (goal, material, techniques, method, teacher, student, and environment). Situasi belajar mengajar inilah yang seharusnya diperbaiki dan ditingkatkan melalui layanan kegiatan supervisi. Dengan demikian layanan supervisi tersebut mencakup seluruh aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Sementara itu, Hoy dan Forsyth (1986) mengemukakan bahwa supervision is the set of activities designed to improve the teaching-learning process. 8 Dari kedua rumusan di atas dapat dipahami bahwa sasaran layanan kegiatan supervisi tersebut bisa bersifat umum (menyangkut seluruh 7 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Manajemen Pendidikan. Alfabeta, Bandung. Hal. 312 8 Banun, Muslim Sri.2008. Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesionalisme Guru. Alfabeta,Mataram. Hal. 38-39 8

aspek dari penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di sekolah), bisa pula hanya pada pelaksanaan pengajaran atau PBM. Supervisi yang bersifat umum tersebut tampaknya lebih ditujukan kepada kepala sekolah, sebab supervisi kepala sekolah dimaksudkan untuk perbaikan manajemen atau pengelolaan sekolah dan peningkatan serta pengayaan kiat-kiat kepemimpinan (Depdiknas, 1995). Sedangkan supervisi PBM lebih ditujukan kepada guru, karena gurulah yang mengelola kegiatan belajar-mengajar atau PBM tersebut. Sejalan dengan pembahasan tersebut, maka Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. Dengan demikian, supervisi ditujukan kepada penciptaan atau pengembangan situasi belajar-mengajar yang lebih baik. 2.1.2 Karakteristik Supervisi Menurut Mulyasa Salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan. 2. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan. 3. Instrumen dan metode observasi dikembangkan bersama oleh guru dan kepala sekolah. 4. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru. 9

5. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan. 6. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik. 7. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan. 8. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah. 9 2.1.3 Supervisi Traktif dan Dinamik Ada dua jenis supervisi dilihat dari pelaksanaanya yaitu : 1. Supervisi traktif, artinya supervisi hanya berusaha melakukan perubahan kecil karena menjaga kontinuitas. Supervisi traktif ini misalnya dapat dilihat dari kegiatan rutin seperti pertemuan rutin dengan guru-guru untuk membicarakan kesulitan-kesulitan kecil, memberi informasi tentang prosedur yang telah disepakati dan memberi arahan dalam prosedur standar operasi (PSO) dalam suatu kegiatan. 2. Supervisi dinamik, yaitu supervisi yang diarahkan untuk mengubah secara lebih intensif praktek-praktek pengajaran tertentu. Tekanan dalam perubahan ini diletakkan kepada diskontinuitas, gangguan terhadap praktek yang ada sekarang untuk diganti dengan yang baru. Program demikian merupakan program baru yang mempengaruhi perilaku murid, guru, dan semua personel sekolah. 10 9 Mulyasa, 2004, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung, Rosdakarya, Hal. 112 10 Harris, 1975, Profesi Keguruan. Rineka Cipta, Jakarta, hal. 237 10

Supervisi traktif banyak dilakukan oleh supervisor tetapi kurang dirasakan itensitasnya oleh pihak yang disupervisi, sedangkan supervisi dinamik dilakukan lebih intens. Dalam menghadapi situasi yang berubah dengan cepat maka supervisi jenis ini sangat diperlukan tanpa mengabaikan supervisi traktif. 2.1.4 Tugas Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Supervisi merupakan bantuan kepada guru dalam memperbaiki situasa pengajaran. Dalam kaitanya dengan perbaikan situasi belajar-mengajar ini, tugas seorang supervisor menurut Soetjipto dalam Harris (1975) adalah membantu guru dalam hal: 1. Pengembangan kurikulum. Kurikulum perlu diperbaiki dan dikembangkan secara terus-menerus. Dalam hal ini kurikulum dirancang terpusat seperti sekarang, maka tugas supervisor adalah membantu guru dalam melaksanakan penyesuaian dan perencanaan pengalaman belajar dengan keadaan lingkungan dan siswa. Disamping itu, supervisor juga membantu dalam menyusun panduan dalam melaksanakan kurikulum, menentukan satuan pelajaran, merancang muatan lokal, dan merancang ko serta ekstra kurikulum. 2. Pengorganisasian pengajaran. Supervisor bertugas membantu pelaksanaan pengajaran sehingga siswa, guru, tempat, dan bahan pengajaran sesuia dengan waktu yang disediakan serta tujuan instruksional yang ditetapkan. Mengelompokkan siswa, merencanakan jadwal pertemuan, mengatur ruangan, mengalokasikan waktu pengajaran, merencanakan tim mengajar merupakan contoh-contoh tugas dalam mengorganisasikan pengajaran ini. 3. Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rencana proses belajar-mengajar. Pengembangan ruang serta peralatan, misalnya, harus didasarkan atas pertimbangan sampai seberapa jauh sumbangannya terhadap pencapaian tujuan pengajaran. 11

4. Perencanaan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum. Guru harus selalu melakukan titik ulang, evaluasi, dan perubahan tentang bahan pengajaran agar lebih besar sumbangannya terhadap tercapainya tujuan pengajaran. 5. Perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran. Kegiatan ini meliputi bantuan dalam menyelenggarakan wrok-shop, konsultasi, wisatakarya, serta berbagai macam latihan dalam jabatan. 6. Pelaksanaan orientasi dalam suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar-mengajar. Guru perlu dilengkapi dengan informasi yang relevan dengan tugas serta tanggung jawabnya. 7. Pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan layanan lain yang diberikan sekolah/lembaga pendidikan kepada siswa. Hal ini antara lain meliputi kegiatan mengembangkan kebijaksanaan serta menetapkan tata aliran kerja antara berbagai bagian yang memberikan layanan untuk mencapai tujuan instruksional. 8. Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan mengusahakan lalu lintas informasi yang bebas tentang hal yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran. 9. Pelaksanaan evaluasi pengajaran, terutama dalam perencanaan, pembuatan instrumen, pengorgaanisasian, dan penetapan prosedur untuk pengumpulan data, analisis dan interprestasi hasil pengumpulan data, serta pembuatan keputusan untuk perbaikan proses pengajaran. 11 Dalam menghadapi perubahan kurikulum dari KBK ke KTSP maka supervisi dinamik menjadi sangat penting. Hal ini disebutkan dalam KTSP otonomi guru dan sekolah dalam manajemen pendidikan sangat besar. 11 Ibid 12

2.1.5 Teknik-teknik Supervisi Berbagai teknik dapat digunakan supervisor dalam membantu guru meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok (group techniques), maupun secara perorangan (individual techniques), ataupun dengan cara langsung atau bertatap muka, dan cara tak langsung atau melalui media komunikasi (visual, audial, audio visual). Beberapa teknik supervisi yang dapat digunakan supervisor pendidikan antara lain: a. Kunjungan kelas secara berencana untuk dapat memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar di kelas. b. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalah-masalah khusus yang dihadapi guru. c. Rapat antara supervisor dengan para guru di sekolah, biasanya untuk membicarakan masalah-masalah umum yang menyangkut perbaikan dan atau peningkatan mutu pendidikan. d. Kunjungan antar kelas atau antar sekolah merupakan suatu kegiatan yang terutama untuk saling menukarkan pengalaman sesama guru atau kepala sekolah tentang usaha-usaha perbaikan dalam proses belajar mengajar. e. Pertemuan-pertemuan di kelompok kerja penilik, kelompok kerja kepala sekolah, serta pertemuan kelompok kerja guru, pusat kegiatan guru dan sebagainya. Pertemuan-pertemuan tersebut, dapat dilakukan oleh masing-masing kelompok kerja, atau gabungan yang terutama dimaksudkan untuk menemukan masalah, mencari alternatif penyelesaian, serta menerapkan alternatif masalah yang tepat. 12 12 Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, 2009, Manajemen Pendidikan. Alfabeta, Bandung. Hal: 316-317. 13

2.1.6 Prinsip-prinsip Supervisi Ada beberapa prinsip-prinsip supervisi, antara lain; 1. Ilmiah (scientific) berarti: a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana, dan berkelanjutan. b. Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan hasil observasi nyata. Kegiatan-kegiatan perbaikan atau kebutuhan-kebutuhan guru atau kekurangan-kekurangan guru, bukan berdasarkan tafsiran pribadi. 2. Demokratis, artinya menjunjung tinggi azaz musyawarah, memiliki jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain. 3. Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan data, analisa data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaknya dilakukan dengan cara kerjasama seluruh staf sekolah. 4. Konstruktif dan kreatif. Membina inisiatif guru dan mendorong guru untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan bebas mengembangkan potensi-potensinya. Supervisor perlu menyesuaikan diri dengan prinsip-prinsip tersebut diatas. 13 13 Iqbil 14

2.2. Kinerja Guru 2.2.1 Pengertian Kinerja Guru Guru merupakan profesi profesional dimana ia dituntut untuk berupaya semaksimal mungkin menjalankan profesinya sebaik mungkin. Sebagai seorang profesional maka tugas guru sebagai pendidik, pengajar dan pelatih hendaknya dapat berimbas kepada siswanya. Dalam hal ini guru hendaknya dapat meningkatkan terus kinerjanya yang merupakan modal bagi keberhasilan pendidikan. Simamora memberi batasan kinerja, kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, performance atau job performance tetapi dalam bahasa Inggrisnya sering disingkat menjadi performance saja. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja (performance) diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Prestasi kerja (performance) diartikan sebagai suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang dihasilkan baik kuantitas maupun mutunya. Pengertian di atas menyoroti kinerja berdasarkan hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan pekerjaan. 14 14 Simamora, 2000, Manajemen Manajemen Sumber Daya Manusia, STIE YKPN, Yogyakarta Hal. 423 15