Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT RINGKASAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Magelang Tahun

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2006

Tambah Tanam, Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Tanaman Padi Sawah di Kab. Garut Luas Panen (Ha)

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

TAMBAH TANAM, LUAS PANEN, PRODUKSI DAN PRODUKTIFITAS TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2007

Geografi. Kab. SUMEDANG. Kab. CIANJUR. Kab. TASIKMALAYA

Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid Sekolah Taman Kanak- Kanak di Kabupaten Garut Tahun Murid laki-laki

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut Kecamatan Sapi Perah Sapi Potong Kerbau Domba Kambing Kuda

TABEL PENDUDUK 7-24 TAHUN MENURUT KECAMATAN, JENIS KELAMIN, DAN PARTISIPASI BERSEKOLAH (SUSEDA KAB. GARUT 2005)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

JUMLAH SEKOLAH, KELAS, GURU, RUANG KELAS, MURID LULUSAN, MENGULANG DAN PUTUS SEKOLAH SD DI KABUPATEN GARUT TAHUN Guru R. Kelas Murid Lulusan

Jumlah Populasi Ternak Menurut Jenis di Kab. Garut 2009

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

Sapi Potong. Kerbau Kuda Domba

A. Gambaran Umum Daerah

Jumlah Petugas Pelayanan Akseptor Baru Keluarga Berencana di Kabupaten Garut Tahun 2009

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

Pemerintah Kabupaten Luwu Utara, Prov. Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 I - 1

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I. Bogor. Kota. Laporan. Pemerintah. daerah mengerahkann. Karena. tata kelola. banyak kelebihbaikan. pemerintahan. masyarakat. yang.

: Persentase Penduduk Usia 10 Tahun menurut Ijasah/STTB yang Dimiliki di Kabupaten Garut Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN...I.

Pendahuluan. Bab. A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RKPD KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH

Peternakan/Husbandary. Jumlah Populasi Ternak Besar Menurut Jenis di Kab. Garut Tahun 2012 Number of livestocks by Kind in Garut, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI PENGANTAR... I DAFTAR ISI... II DAFTAR TABEL... V DAFTAR GAMBAR... VI BAB I PENDAHULUAN... I-1

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

4 KONDISI UMUM WILAYAH

LAPORAN KINERJA KAB. TOBA SAMOSIR BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 315 TAHUN 2011

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Laporan Akuntabilitas Kinerja Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016

Untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien dan efektif, penilaian dan pelaporan kinerja

BAB I PENDAHULUAN I - 1 A. VISI DAN MISI II - 3 B. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH II - 5 C. PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH II - 13

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

D A F T A R I S I Halaman

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Berisi: 1.1 Pemerintahan 1.2 Kepegawaian 1.3 Kondisi Geografis Daerah 1.4 Gambaran Umum Demografi 1.

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

BUPATI BUTON UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI BUTON UTARA NOMOR : 53 TAHUN 2016 TENTANG

Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kab. Garut Tahun 2013 sebanyak 268,6 ribu rumah tangga

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PROFIL BADAN KEPEGAWAIAN DAN DIKLAT DAERAH KABUPATEN WAJO.

Lubuklinggau, Mei 2011 BUPATI MUSI RAWAS RIDWAN MUKTI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

2016, No Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republ

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERTANIAN PADI KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN

DAFTAR RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV GAMBARAN UMUM. Kota Metro secara geoafis terletak pada 105, ,190 bujur timur dan 5,60-

DAFTAR ISI. Hal. Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Gambar... x Daftar Grafik... xi

Gambar 1. Hasil Pengamatan Lapang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I P E N D A H U L U A N

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Transkripsi:

Ringkasan Eksekutif Pemahaman tentang sistem akuntabilitas kinerja telah meluas di seluruh SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut. Hal itu merupakan hasil dari berbagai upaya untuk mengenalkan dan menerapkan secara bertahap dan berkesinambungan sistem akuntabilitas kinerja oleh Pemerintah Kabupaten Garut, sehingga diharapkan program dan kegiatan pembangunan terarah pada pewujudan Visi Kabupaten Garut Tahun 2014, yaitu: Terwujudnya Garut yang Mandiri dalam Ekonomi, Adil dalam Budaya dan Demokratis dalam Politik Menuju Ridlo Allah SWT Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut (LKj) Tahun 2014 merupakan bentuk pertanggungjawaban berkelanjutan atas kinerja pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan pada tahun 2014. Laporan Kinerja tersebut disusun dengan berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, dengan harapan dapat memberikan informasi kinerja terukur atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai, serta dapat menjadi upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk meningkatkan kinerjanya. Pengukuran Kinerja tahun 2014 dilakukan dengan cara membandingkan antara realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran, dengan target yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014. Pada tahun 2014, pengukuran kinerja dilakukan terhadap 48 sasaran dengan menggunakan 119 Indikator yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja Tahun 2014. Secara umum, dari 119 indikator yang diukur, sebanyak 75 indikator (63%) mencapai atau melampaui target, sebanyak 22 indikator (19%) tidak mencapai target, tetapi meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, dan sebanyak 22 Indikator (18%) tidak mencapai target. Dengan demikian masih terdapat beberapa indikator kinerja yang capaiannya belum seperti yang diharapkan, sehingga menjadi bahan evaluasi yang perlu menjadi perhatian untuk perbaikan pelaksanaan program/kegiatan pada tahun berikutnya agar lebih produktif, efektif dan efisien, baik dari aspek perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan Laporan Kinerja Tahun 2014 ii

maupun koordinasi pelaksanaannya, sebagai upaya perbaikan kinerja pelayanan publik untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Permasalahan dan hambatan yang ditemui dalam pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Garut tahun 2014 antara lain adalah sebagai berikut : 1. Belum jelasnya pembagian peran setiap SKPD dalam pencapaian sasaran program pada program yang dilaksanakan lebih dari 1 SKPD; 2. Masih kurang kuatnya komitmen setiap SKPD untuk mempedomani indikasi kegiatan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), maupun program dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) dalam merencanakan program dan kegiatannya; 3. Belum dipahaminya secara utuh oleh setiap SKPD dalam merumuskan indikator kinerja yang ingin dicapai program yang berorientasi kepada hasil (outcome) yang relevan dan terukur untuk mencapai sasaran strategis daerah; 4. Belum ada kesesuaian antara kebijakan perencanaan yang telah ditetapkan dengan kebijakan penganggaran. Tahun 2014 merupakan tahun terakhir perencanaan dalam RPJMD Kabupaten Garut 2009 2014, yang secara operasional pelaksanaannya dilakukan pada kepemimpinan Bupati dan Wakil Bupati terpilih Kabupaten Garut periode Tahun 2014-2019. Oleh karenanya, sebagai bentuk kesinambungan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, tahun 2014 merupakan tahun yang strategis sebagai tahap awal landasan penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan untuk periode RPJMD Kabupaten Garut Tahun 2014-2019 yang merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Garut Tahun 2005-2025. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Garut Tahun 2014-2019, rumusan Visi Pembangunan Kabupaten Garut yang ingin diwujudkan pada tahun 2019 yaitu : Terwujudnya Kabupaten Garut Yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera, yang diarahkan pada 3 (tiga) pilar untuk meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik, meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia, dan pengelolaan keuangan pemerintah daerah dapat mencapai hasil penilaian Wajar Tanpa Pengecualian, melalui pelayanan aparatur yang profesional, santun dan amanah. Beberapa upaya Pemerintah Kabupaten Garut untuk mendorong optimalisasi peningkatan kinerja ke depan adalah sebagai berikut: 1. Pembagian peran pada setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam pencapaian sasaran program, guna meningkatkan sinkronisasi dan sinergisitas dan pencapaian program; 2. Peningkatan komitmen yang lebih kuat dalam menjadikan indikasi program dan kegiatan dalam RKPD, dan RPJMD sebagai acuan penyusunan Rencana Kerja di setiap SKPD; 3. Implementasi yang konsisten atas mekanisme akuntabilitas dan transparansi penetapan dan penggunaan anggaran APBD di setiap SKPD; 4. Mendorong peran aktif stakeholders pembangunan lainnya selain pemerintah, dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Garut; 5. Peningkatan sinkronisasi antara kebijakan perencanaan yang telah ditetapkan dalam RPJMD dengan kebijakan perencanaan RKPD dan kebijakan penganggaran APBD. Semoga Laporan Kinerja Tahun 2014 ini dapat memberikan manfaat dan informasi atas pencapaian kinerja Pemerintah Kabupaten Garut. Dukungan dan kerja sama yang berkelanjutan dari seluruh stakeholders sangat diharapkan demi peningkatan kinerja Kabupaten Garut dalam upaya Mewujudkan Kabupaten Garut yang Bermartabat, Nyaman dan Sejahtera. Laporan Kinerja Tahun 2014 iii

Daftar Isi Halaman KATA PENGANTAR... RINGKASAN EKSEKUTIF... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL, GAMBAR DAN LAMPIRAN... i ii iv v BAB I PENDAHULUAN... I-1 A. Latar Belakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan... I-3 C. Dasar Hukum...... I-3 D. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi... I-5 E. Gambaran Umum Daerah... I-10 1) Sejarah Singkat Kabupaten Garut... I-10 2) Kondisi Geografis dan Demografis... I-11 3) Kondisi Sosial Budaya... I-15 4) Kondisi Ekonomi... I-16 5) Kondisi SDM Pemerintahan... I-18 6) Kondisi Potensi Pengembangan Wilayah... I-19 7) Kondisi Wilayah Rawan Bencana... I-24 F. Isu Strategis Yang Berpengaruh...... I-25 G. Sistematika Penulisan...... I-34 BAB II PERENCANAAN KINERJA... II-1 A. Visi Kabupaten Garut... II-1 B. Misi Kabupaten Garut... II-3 C. Tujuan dan Sasaran Strategis... II-3 D. Indikator Kinerja Pembangunan... II-8 E. Perjanjian Kinerja Tahun 2014... II-16 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... III-1 A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Kerangka Pengukuran Kinerja...... III-1 2. Capaian dan Analisis Perjanjian Kinerja Tahun 2014... III-3 3. Capaian Indikator Kinerja Makro... III-136 4. Capaian Indikator Kinerja Utama... III-148 5. Capaian Kinerja Lainnya...... III-150 6. Evaluasi Internal Terkait Kinerja...... III-161 B. Anggaran... III-172 BAB IV PENUTUP... IV-1 LAMPIRAN Laporan Kinerja Tahun 2014 iv

Daftar Tabel, Gambar dan Lampiran Halaman Daftar Tabel Tabel 2.1 : Indikator Kinerja Makro Pembangunan Daerah II 8 Tabel 2.2 : Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kabupaten II 9 Garut Tahun 2009-2014 Tabel 2.3 : Penetapan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut II 17 Tahun 2014 Tabel 3.1 : Angka Partisipasi Kasar Jenjang Pendidikan Dasar III 5 9 Tahun di Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 Tabel 3.2 : Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan Dasar 9 III 7 Tahun di Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 Tabel 3.3 : Angka Partisipasi Kasar Jenjang Pendidikan III 11 Menengah di Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 Tabel 3.4 : Angka Partisipasi Murni Jenjang Pendidikan III 12 Menengah di Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 Tabel 3.5 : Produksi Tanaman Pangan III 37 di Kabupaten Garut Tahun 2013-2014 (ton) Tabel 3.6 : Produksi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Garut III 38 Tahun 2013-2014 (ton) Tabel 3.7 : Produksi Komoditi Unggulan Perkebunan III 43 di Kabupaten Garut Tahun 2013-2014 (ton) Tabel 3.8 : Poktan dan Gapoktan di Kabupaten Garut Tahun III 52 2014 Tabel 3.9 : Pelaku Usaha di Kabupaten Garut Tahun 2014 III 53 Tabel 3.10 : Kelompok Tani Hutan di Kabupaten Garut Tahun III 55 2014 Tabel 3.11 : IUP Batuan III 79 Tabel 3.12 : IUP Mineral Logam III 80 Tabel 3.13 : Jumlah Pengadaan Barang/Jasa melalui LPSE III 92 Tabel 3.14 : Jumlah Ketersediaan Sarana/Prasarana (Teknologi) III 93 Komunikasi daninformasi Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 Tabel 3.15 : Data Produk Hukum Tahun 2009-2014 III 95 Tabel 3.16 : Data Rapat Dewan di Kabupaten Garut Tahun 2009- III 96 2014 Tabel 3.17 : Angka Kriminalitas di Kabupaten GarutTahun 2009 III 106 s.d. 2014 Tabel 3.18 : Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Tahun 2010-2014 III 112 Laporan Kinerja Tahun 2014 v

Pemerintah Kabupaten Garut Halaman Tabel 3.19 : Kondisi Permukaan Jalan Kabupaten Tahun 2013 III 112 2014 Tabel 3.20 : Kondisi Jaringan Irigasi Pemerintah Tahun 2010- III 115 2014 Tabel 3.21 : Kondisi Jaringan Irigasi Desa Tahun 2010-2014 III 117 Tabel 3.22 : Perkembangan Perlengkapan Jalan Tahun 2013- III 123 2014 Tabel 3.23 : Perkembangan Jumlah Kendaraan Yang Diuji Tahun III 124 2013-2014 Tabel 3.24 : Perkembangan Ijin Trayek Mobil Penumpang Umum III 124 Tahun 2013-2014 Tabel 3.25 : Pencapaian Indikator Kinerja Makro Tahun 2014 III 136 Tabel 3.26 : Jumlah Penerbitan Perizinan Tahun 2013 dan 2014 III 153 di Kabupaten Garut Tabel 3.27 : Peringkat dan Status Kinerja Penyelenggaraan III 155 Pemerintahan Kab. Garut Tabel 3.28 : Hasil Evaluasi Atas Akuntabilitas Kinerja Instansi III 157 Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2012-2014 Tabel 3.29 : Hasil Penilaian SAKIP SKPD Tahun 2013 dan 2014 III 162 Tabel 3.30 : Anggaran dan Belanja Langsung Terkait III 173 Sasaran Tahun Anggaran 2014 Tabel 3.31 : Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014 III 176 Tabel 3.32 : Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014 III 179 Tabel 3.33 : Anggaran dan Penerimaan Pembiayaan III 183 Daerah Tahun Anggaran 2014 Tabel 3.34 : Anggaran dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah Tahun Anggaran 2014 III 184 Daftar Gambar Gambar 3.1 : Ringkasan Pencapaian Kinerja Tahun 2014 III 3 Gambar 3.2 : Ringkasan Pencapaian Indikator Kinerja Utama III 148 Tahun 2014 Gambar 3.3 : Irisan Kesesuaian Program RKPD Tahun 2014 III 165 dengan APBD Tahun 2014 Gambar 3.4 : Program RKPD Tahun 2014 Menurut Misi RPJMD III 165 Tahun 2009-2014 Gambar 3.5 : Evaluasi Hasil RKPD Tahun 2014 sampai dengan Triwulan IV III 171 Daftar Lampiran Lampiran 1 : Pengukuran Kinerja Kabupaten Garut Tahun 2014 Lampiran 2 : Pengukuran Indikator Kinerja Utama Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman - vi

Pendahuluan A. Latar Belakang Setiap aparatur pemerintah harus dapat mempertanggungjawabkan segala sifat, sikap, perilaku dan kebijakannya kepada publik selama mereka menjalankan tugas, wewenang dan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Pertanggungjawaban tentang sifat, sikap, perilaku, dan kebijakan dalam kerangka melaksanakan apa yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya kepada publik tadi dalam studi administrasi negara disebut dengan akuntabilitas (accountability). Organisasi pemerintah dibuat oleh publik dan untuk publik, karenanya perlu mempertanggungjawabkannya kepada publik. Akuntabilitas (accountability) merupakan suatu istilah yang diterapkan untuk mengukur apakah sumber daya publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan dimana sumber daya publik tadi ditetapkan dan tidak digunakan secara ilegal. Dalam perkembangannya, akuntabilitas digunakan juga bagi pemerintah untuk melihat akuntabilitas efisiensi kebijakan program. Usaha-usaha tadi berusaha untuk mencari dan menemukan apakah ada penyimpangan staf atau tidak efisien, atau ada prosedur yang tidak diperlukan. Akuntabilitas menunjuk pada institusi tentang "checks and balance" dalam sistem administrasi. Akuntabilitas berarti menyelenggarakan penghitungan (account) terhadap sumber daya atau kewenangan yang digunakan. Di dalam penyelenggaraan pemerintahan, akuntabilitas merupakan suatu keharusan sebagai wujud pertanggungjawaban kepada masyarakat selaku pemberi amanat dan pemilik kekuasaan serta kedaulatan, sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdayaguna serta berhasilguna. Akuntabilitas kinerja merupakan perwujudan kewajiban instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan ataupun kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 1

misi organisasi secara terukur dengan sasaran/ target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah. Untuk itu diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terukur dan legitimate. Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Untuk melaksanakan amanat Undang-undang tersebut, Pemerintah Pusat telah mengeluarkan Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dimana tata cara penyusunannya diatur dalam Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang kemudian diperbaharui dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Berdasarkan ketentuan tersebut, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi pemerintah, disusun suatu Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagai suatu rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat, dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklasifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada instansi pemerintah. Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis pelaksanaan SAKIP tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sesuai dengan ketentuan di atas, Pemerintah Daerah maupun Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja sebagai media pertanggungjawaban mengenai hasil kinerja dari program dan kegiatan yang dilaksanakan pada setiap tahunnya. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Pemerintah Kabupaten Garut menyusun media pertanggungjawaban kinerja yang dituangkan dalam bentuk Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kinerja Pemerintah Kabupaten Garut bagi pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders). Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014, mengacu kepada Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 2

(RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2009-2014, sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2009-2014, yang merupakan dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Garut Tahun 2014 serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Garut Tahun 2014. B. Maksud Dan Tujuan Maksud disusunnya Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 adalah untuk mengkomunikasikan capaian kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah daerah selama kurun waktu 1 (satu) tahun dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders) guna mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Penyusunan Laporan Kinerja juga menjadi alat kendali untuk mendorong peningkatan kinerja setiap unit organisasi. Tujuan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 adalah sebagai media untuk mendapatkan masukan stakeholders dengan memberikan umpan balik dalam rangka penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan untuk perbaikan kinerja Pemerintah Kabupaten Garut. Melalui identifikasi keberhasilan, permasalahan dan solusi yang tertuang dalam Laporan Kinerja, diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang. Sehingga Laporan Kinerja dapat menjadi proses evaluasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perbaikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan dalam pelayanan publik. C. Dasar Hukum Penyusunan Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Garut Tahun 2014 mengacu pada: 1. Tap MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme; 2. Undang-undang No. 28 tahun 1999, tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi dan Nepotisme; Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 3

3. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Garut; 7. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Daerah Nomor 32Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Garut Tahun 2009-2014; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 15 Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; 10. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 18 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 13 Tahun 2014 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 12. Peraturan Bupati Garut Nomor 562 Tahun 2009 tentang Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Garut; 13. Peraturan Bupati Garut Nomor 871 Tahun 2013 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 14. Peraturan Bupati Garut Nomor 818 Tahun 2014 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Garut Tahun Anggaran 2014; 15. Peraturan Bupati Garut Nomor 304 Tahun 2013 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Garut Tahun 2014; Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 4

D. Tugas Fungsi dan Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Garut 1. Tugas dan Fungsi Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Bab III pasal 10 diatur bahwa (1) Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintah yang menjadi kewenangannya, yang kemudian pedoman pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 3007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Urusan wajib yang dimiliki meliputi : 1) pendidikan; 2) kesehatan; 3) lingkungan hidup; 4) pekerjaan umum; 5) penataan ruang; 6) perencanaan pembangunan; 7) perumahan; 8) kepemudaan dan olahraga; 9) penanaman modal; 10) koperasi dan usaha kecil dan menengah; 11) kependudukan dan catatan sipil; 12) ketenagakerjaan; 13) ketahanan pangan; 14) pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 15) keluarga berencana dan keluarga sejahtera; 16) perhubungan; 17) komunikasi dan informatika; 18) pertanahan; 19) kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; 20) otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; 21) pemberdayaan masyarakat dan desa; 22) sosial; Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 5

23) kebudayaan; 24) statistik; 25) kearsipan; 26) perpustakaan Selain menjalankan urusan wajib, Pemerintah Kabupaten Garut juga menyelenggarakan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat antara lain : 1) pertanian 2) kelautan dan perikanan; 3) kehutanan; 4) energi dan sumber daya mineral; 5) pariwisata; 6) industri; 7) perdagangan; dan 8) ketransmigrasian. 2. Struktur Organisasi Untuk menyelenggarakan urusan daerah tersebut, Pemerintah Kabupaten Garut menetapkan Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, serta perangkat daerah lainnya yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 23 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Garut, Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 11 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Badan Pelaksana Penyuluhan Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 6

Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Kabupaten Garut, dan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 27 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Kecamatan dan Kelurahan. Susunan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut pada tahun 2014 sebagai berikut : 1. Bupati dan Wakil Bupati. 2. Sekretaris Daerah 3. Asisten Pemerintahan, membawahkan: a. Bagian Administrasi Pemerintahan Umum; b. Bagian Hukum dan HAM; c. Bagian Organisasi. 4. Asisten Perekonomian, membawahkan: a. Bagian Administrasi Pembangunan; b. Bagian Administrasi Perekonomian; c. Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat. 5. Asisten Administrasi Umum, membawahkan: a. Bagian Umum; b. Bagian Administrasi Keuangan; c. Bagian Informatika. 6. Lembaga Teknis Daerah terdiri dari 9 (sembilan) Badan, dan 2 (dua) Rumah Sakit sebagai berikut : a. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah; b. Badan Kepegawaian dan Diklat; c. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa; d. Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan; e. Badan Ketahanan Pangan; f. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik; g. Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu; h. Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; i. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan; j. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet; dan k. Rumah Sakit Umum Daerah Pameungpeuk. 7. Dinas Daerah terdiri dari 17 (Tujuh Belas) Dinas Sebagai berikut : Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 7

a. Dinas Pendidikan; b. Dinas Kesehatan; c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi; d. Dinas Perhubungan; e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil; f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; g. Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pengelolaan Pasar; h. Dinas Koperasi, UMKM dan BMT; i. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura; j. Dinas Kehutanan; k. Dinas Perkebunan; l. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan; m. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset; n. Dinas Tata Ruang dan Permukiman; o. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan; p. Dinas Bina Marga; dan q. Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan. 8. Inspektorat Kabupaten Garut merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. 9. Sekretariat DPRD merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, yang secara teknis operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. 10. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Garut adalah perangkat daerah dalam penegakan Perda dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. 11. Badan Penanggulangan Bencana Daerah adalah perangkat daerah yang dibentuk dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsi untuk melaksanakan penanggulangan bencana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. 12. Kecamatan. 13. Kelurahan. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 8

Gambar 1.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Garut Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 9

E. Gambaran Umum Daerah 1) Sejarah Singkat Kabupaten Garut Sejarah Kabupaten Garut berawal dari pembubaran Kabupaten Limbangan pada tahun 1811 oleh Daendles dengan alasan produksi kopi dari daerah Limbangan menurun hingga titik paling rendah nol dan bupatinya menolak perintah menanam nila (indigo). Pada tanggal 16 Februari 1813, Letnan Gubernur Hindia Belanda yang pada waktu itu dijabat oleh Raffles, telah mengeluarkan Surat Keputusan tentang pembentukan kembali Kabupaten Limbangan yang beribu kota di Suci. Untuk sebuah Kota Kabupaten, keberadaan Suci dinilai tidak memenuhi persyaratan sebab daerah tersebut kawasannya cukup sempit. Berkaitan dengan hal tersebut, Bupati Limbangan Adipati Adiwijaya (1813-1831) membentuk panitia untuk mencari tempat yang cocok bagi Ibu Kota Kabupaten. Pada awalnya, panitia menemukan Cimurah, sekitar 3 Km sebelah Timur Suci (saat ini kampung tersebut dikenal dengan nama Kampung Pidayeuheun). Akan tetapi di tempat tersebut air bersih sulit diperoleh sehingga tidak tepat menjadi Ibu Kota. Selanjutnya panitia mencari lokasi ke arah Barat Suci, sekitar 5 Km dan mendapatkan tempat yang cocok untuk dijadikan Ibu Kota. Saat ditemukan mata air berupa telaga kecil yang tertutup semak belukar berduri (Marantha), seorang panitia "kakarut" atau tergores tangannya sampai berdarah. Orang Eropa atau Belanda tersebut menirukan kata kakarut dengan lidah yang tidak fasih sehingga sebutannya menjadi "gagarut". Sejak saat itu, para pekerja dalam rombongan panitia menamai tanaman berduri dengan sebutan "Ki Garut" dan telaganya dinamai "Ci Garut" (Lokasi telaga ini sekarang ditempati oleh bangunan SMPN 1 dan SMPN 2 Garut). Dengan ditemukannya Ci Garut, daerah sekitar itu dikenal dengan nama Garut. Cetusan nama Garut tersebut direstui oleh Bupati Kabupaten Limbangan Adipati Adiwijaya untuk dijadikan Ibu Kota Kabupaten Limbangan. Setelah melalui perdebatan panjang mengenai penetapan hari jadi Garut, maka Pemerintah Daerah bersama DPRD akhirnya mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 30 Tahun 2011 tentang Penetapan Hari Jadi Garut, yang ditetapkan tanggal 16 Februari. Peraturan Daerah ini sekaligus mencabut Peraturan Daerah Kabupaten DT II Garut Nomor 11 Tahun 1981 tentang Penetapan Hari Jadi Garut yang sebelumnya ditetapkan Tanggal 17 Maret. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 10

2) Kondisi Geografis dan Demografis Kabupaten Garut secara geografis terletak pada koordinat 6 0 56 49 7 0 45 00 Lintang Selatan dan 107 0 25 8 108 0 7 30 Bujur Timur, dengan luas wilayah sebesar 307.407 Ha sebagaimana Permendagri Nomor 6 Tahun 2008 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, yang memiliki batas wilayah : Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang; Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya; Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia; Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Cianjur. Kabupaten Garut memiliki letak yang strategis sebagai penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, dengan jarak sekitar 61,5 km dari Pusat Pemerintahan Provinsi Jawa Barat, dan secara administratif sampai tahun 2014 terdiri dari 42 kecamatan, 421 desa, dan 21 kelurahan. Gambar 1.2 Peta Administrasi Kabupaten Garut Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 11

No Tabel 1. 1 Nama Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan di Kabupaten Garut Tahun 2014 Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kel No Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kel 1 Cisewu 9 desa 22 Samarang 13 desa 2 Caringin 6 desa 23 Pasirwangi 12 desa 3 Talegong 7 desa 24 Tarogong Kidul 7 desa 5 kelurahan 4 Mekarmukti 5 desa 25 Tarogong Kaler 12 desa 1 kelurahan 5 Bungbulang 13 desa 26 Garut Kota 11 kelurahan 6 Pamulihan 5 desa 27 Karangpawitan 16 desa 4 kelurahan 7 Pakenjeng 13 desa 28 Wanaraja 9 desa 8 Cikelet 11 desa 29 Pangatikan 8 desa 9 Pameungpeuk 8 desa 30 Sucinaraja 7 desa 10 Cibalong 11 desa 31 Sukawening 11 desa 11 Cisompet 11 desa 32 Karangtengah 4 desa 12 Peundeuy 6 desa 33 Banyuresmi 15 desa 13 Singajaya 9 desa 34 Leles 12 desa 14 Cihurip 4 desa 35 Leuwigoong 8 desa 15 Banjarwangi 11 desa 36 Cibatu 11 desa 16 Cikajang 12 desa 37 Kersamanah 6 desa 17 Cilawu 18 desa 38 Cibiuk 5 desa 18 Bayongbong 18 desa 39 Kadungora 14 desa 19 Cigedug 5 desa 40 Bl Limbangan 14 desa 20 Cisurupan 17 desa 41 Selaawi 7 desa 21 Sukaresmi 7 desa 42 Malangbong 24 desa Sumber : BPMPD Kab. Garut. Total 421 desa dan 21 Kel Kabupaten Garut beriklim tropis basah (humid tropical climate), yang dipengaruhi tiga faktor utama, yaitu : 1) pola sirkulasi angin musiman (monsoonal circulation pattem), 2)topografi regional yang bergunung-gunung di bagian tengah Jawa Barat, dan 3) elevasi topografi dengan curah hujan yang cukup tinggi rata-rata setiap tahun berkisar antara 2.589 mm dengan bulan basah 9 bulan berturut-turut dan bulan kering berkisar 3 bulan berturut-turut, sedangkan di sekelilingnya terdapat daerah pengunungan dengan ketinggian mencapai 3.500-4.000 meter di atas permukaan laut dengan variasi temperatur bulanan berkisar antara 24 0 C - 27 0 C. Karakteristik topografi Kabupaten Garut beragam, daerah sebelah Utara, Timur dan Barat secara umum merupakan daerah dataran tinggi dengan kondisi alam berbukitbukit dan pegunungan, sedangkan kondisi daerah sebelah selatan sebagian besar permukaan tanahnya memiliki kemiringan yang relatif cukup curam dan di beberapa tempat labil. Kabupaten Garut mempunyai ketinggian tempat yang bervariasi antara Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 12

wilayah yang paling rendah, yang sejajar dengan permukaan laut hingga wilayah tertinggi di puncak gunung. Wilayah yang berada pada ketinggian 1.000-1.500 mdpl terdapat di kecamatan Cikajang, Pakenjeng, Pamulihan, Cisurupan dan Cisewu, wilayah yang berada pada ketinggian 500-1.000mdpl terdapat di kecamatan Pakenjeng dan Pamulihan. Wilayah yang terletak pada ketinggian 100-500 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong, Cisompet, Cisewu, Cikelet dan Bungbulang serta wilayah yang terletak didaratan rendah pada ketinggian kurang dari 100 mdpl terdapat di Kecamatan Cibalong dan Pameungpeuk. Wilayah Kabupaten Garut mempunyai kemiringan lereng yang bervariasi antara 0 2% sebesar 10,51% atau 32.229 Ha, kemiringan lahan antara 2 15% adalah seluas 38.097 ha atau seluas 12,43%, kemiringan lahan antara 15 40% adalah seluas 110.326 ha atau sebesar 35,99%. Lahan dengan kemiringan di atas 40% adalah seluas 125.867 ha atau sebesar 41,06%. Kondisi geologi wilayah, secara fisiografi termasuk dalam Zona Pegunungan Selatan Jawa Barat dan Zona Bandung dengan bentang alam yang dibagi 4 (empat) satuan morfologi yaitu satuan morfologi kerucut gunung api, perbukitan berelief kasar, perbukitan berelief halus dan pedataran. Dilihat dari jenis tanahnya secara garis besar meliputi jenis tanah aluvial, asosiasi andosol, asosiasi litosol, asosiasi mediteran, asosiasi podsolik, dan asosiasi regosol, dimana jenis tanah tersebut memiliki sifat-sifat tertentu yang dapat menjadi suatu potensi maupun kendala dalam pemanfaatan lahan tertentu. Jenis tanah podsolik merah kekuning-kuningan, podsolik kuning dan regosol merupakan bagian paling luas dijumpai di wilayah Kabupaten Garut, terutama di wilayah Garut Selatan, sedangkan Garut bagian utara didomiasi oleh jenis tanah andosol. Penggunaan lahan sampai tahun 2014 sebagian besar merupakan Tegal/Kebun mencapai 51.947 Ha atau 20,21%, kemudian berupa Lahan Bukan Pertanian dengan luas 53.315 Ha atau 17,39%. Lahan Bukan Sawah berupa tambak, kolam, empang, hutan negara, dan lain-lain menempati peringkat ketiga dengan luas 51.129 Ha atau 16,68%, disusul kemudian berupa Ladang/Huma dengan luas 40.170 Ha atau 13,11%, Sawah Irigasi dengan luas 36.813 Ha atau 12,01%, Perkebunan dengan luas 27.657 Ha atau 9,02%, Hutan Rakyat dengan luas 18.205 Ha atau 5,94%, dan sisanya berupa Sawah Tadah Hujan, Padang/Rumput, Sementara tidak diusahakan dengan luas lahan di bawah 5%. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 13

Gambar 1.3 Penggunaan Lahan Tahun 2014 Dari sisi demografi, jumlah penduduk pada tahun 2014 berdasarkan data Suseda Badan Pusat Statistik Kabupaten Garut sebanyak 2.526.186 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.274.098 jiwa dan perempuan sebanyak 1.252.088 jiwa. Pertumbuhan penduduk pada tahun 2014 meningkat 0,95% dari Tahun 2013 sebanyak 2.502.410 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk pada Tahun 2014 mencapai rata-rata sebesar 824,15 jiwa/km 2, meningkat 7,76 orang per km 2 dibandingkan Tahun 2013 sebesar 816,40 jiwa/km 2. Populasi penduduk tertinggi pada tahun 2014 terdapat di kecamatan Garut Kota sebanyak 130.016 jiwa, dan populasi terendah di kecamatan Mekarmukti sebanyak 16.566 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk tertinggi di kecamatan Tarogong Kidul sebanyak 6.210 jiwa/km 2, dan tingkat kepadatan terendah di kecamatan Pamulihan sebanyak 137 jiwa/km 2. Gambar 1.4 Jumlah Penduduk Per Kecamatan Tahun 2014 Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 14

3) Kondisi Sosial Budaya Kondisi Sosial Budaya ditinjau dari pembangunan kualitas hidup penduduk (SDM) Kabupaten Garut menunjukkan perkembangan yang semakin membaik. Hal tersebut antara lain ditunjukkan dengan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, dan pada tahun 2013 telah mencapai 72,43 poin (angka tetap) dengan peningkatan sebesar 0,31 poin atau 0,43% dibandingkan pencapaian tahun 2012 sebesar 72,12 poin. Namun demikian, pencapain IPM tersebut masih terpaut 1,16 poin dari IPM Jawa Barat Tahun 2013 sebesar 73,58 poin dan terpaut 1,38 poin dari capaian IPM Nasional sebesar 73,81 poin. Kondisi jumlah penduduk Kabupaten Garut yang berada diatas Garis Kemiskinan hasil SUSENAS BPS, diprediksi pada tahun 2013 mengalami peningkatan 6.300 jiwa dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari semula 314.600 jiwa menjadi 320.900 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk miskin tersebut menyebabkan naiknya persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, yakni dari 12,72% pada tahun 2012 menjadi 12,79% pada tahun 2013. Kondisi tersebut masih berada diatas rata-rata penduduk miskin kabupaten/kota di Jawa Barat sebesar 9,61%, Nasional sebesar 11,47%. Sebagai daerah agraris, komposisi penduduk bekerja menurut lapangan usaha yang digeluti berdasarkan data Suseda BPS menunjukkan dari total penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja pada tahun 2014 sebanyak 1.006.028 orang, persentase penduduk bekerja menurut lapangan usaha paling banyak di sektor pertanian sebanyak 35,78% (359.942 orang), sektor Perdagangan hotel dan restoran sebanyak 22,15 % (222.874 orang) serta sektor jasa-jasa sebanyak 18,04% (181.476 orang), dan sektor industri pengolahan sebanyak 8,51% (85.655 orang). Karakteristik masyarakat Kabupaten Garut yang religius menjadikan kualitas kehidupan beragama di Kabupaten Garut terus mengalami peningkatan, antara lain ditandai dengan semakin bertambahnya penyediaan sarana dan fasilitas keagamaan, sarana pendidikan keagamaan, meningkatnya peringatan hari-hari besar keagamaan dan senantiasa terpeliharanya kerukunan hidup antar umat beragama, intern umat beragama dan antara umat beragama dengan pemerintah. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 15

Jumlah Pemeluk Agama di Kabupaten Garut pada tahun 2013 mayoritas memeluk agama Islam sebanyak 2.465.991 orang (99,73%), Kristen Protestan sebanyak 4.459 orang (0,18%), Kristen Katolik sebanyak 1.257 orang (0,05%), Budha sebanyak 589 orang (0,02%), dan Hindu sebanyak 348 orang (0,01%). 4) Kondisi Ekonomi Ditinjau dari indikator Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) yang secara teknis merupakan pertumbuhan dari volume produk yang dihasilkan pada tahun 2013 mengalami perkembangan yang cukup positif ditandai oleh pertumbuhan sebesar 4,82%, atau meningkat 0,21% dari Tahun 2012 sebesar 4,61%. Namun demikian pertumbuhan tersebut masih terpaut 1,24% di bawah Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat sebesar 6,06% dan terpaut 0,96% dibawah LPE Nasional sebesar 5,78%. Gambar 1.5 PDRB dan LPE Kabupaten Garut Tahun 2009-2013 Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Tahun 2013 atas dasar harga berlaku mencapai Rp.33,63 trilyun lebih, mengalami pertumbuhan sebesar 11,57% dari tahun 2012 sebesar Rp.30,14 trilyun lebih. Sementara itu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Tahun 2013 atas dasar harga konstan sebesar Rp.12,87 trilyun lebih, mengalami pertumbuhan 4,82% dari tahun 2012 sebesar Rp.12,28 trilyun lebih. Sampai dengan tahun 2013, sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan (prime mover) dalam menggerakkan perekonomian daerah dengan kontribusi nilai tambah Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 16

terhadap PDRB mencapai 44,59%, disusul sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 26,81%, sektor jasa-jasa sebesar 10,32%. Tingginya peranan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Garut tidak lepas dari beberapa keunggulan komparatif (comparative advantages), seperti kondisi tanah yang relatif lebih subur dan cocok untuk beragam komoditi pertanian dan jumlah penduduk yang besar yang berimplikasi pada sistem pertanian yang tampak sangat beragam dan hampir sebagian besar komoditi produk pertanian sangat dominan kontribusinya, seperti berbagai palawija, sayur-sayuran dan juga padi. Kontribusi sektor pertanian banyak disumbang oleh subsektor tanaman bahan makanan (Tabama), diikuti oleh sub sektor perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Sementara itu, tingkat kenaikan harga sejumlah barang dan jasa secara umum (inflasi) pada tahun 2014 mencapai 7,84% atau mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 6,89%. Hal tersebut merupakan suatu indikasi bahwa beban hidup rumahtangga secara makro di Kabupaten Garut pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar kurang lebih 7,84% dengan struktur kebutuhan yang sama pada tahun 2012 yang mencapai sebesar kurang lebih 6,89%. Kondisi inflasi pada tahun 2014 tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi di Jawa Barat sebesar 7,41%, namun masih lebih rendah dari inflasi secara Nasional sebesar 8,36%. Gambar 1.6 Inflasi Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Nasional Tahun 2009-2013 Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 17

5) Kondisi SDM Pemerintahan Pada aspek sumber daya aparatur (PNS), jumlah PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Garut terus mengalami pengurangan seiring kebijakan moratorium penerimaan pegawai baru maupun pegawai yang memasuki pensiun. Jumlah PNS per 31 Desember 2014 mencapai 18.383 orang, terdiri dari Laki-laki sebanyak 10.131 orang (55,11%) dan perempuan sebanyak 8.252 orang (44,89%). Kondisi tersebut menurun 2,73% dari tahun 2013 sebanyak 18.899 orang, dan rasio PNS terhadap penduduk mencapai 0,73% atau 1 orang PNS melayani 137 orang penduduk. Rasio jumlah PNS tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan rasio jumlah PNS Indonesia saat ini sekitar 1,75% dari total jumlah penduduk. Tabel 1. 2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNSD) di Kabupaten Garut Tahun 2009-2014 No Golongan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 A GOLONGAN IV 10.015 9.963 10.004 9.879 9.515 9.195 1 Pembina Utama, IV/e 2 Pembina Utama Madya, IV/d 2 2 5 5 5 3 Pembina Utama Muda IV/c 23 38 49 46 40 32 4 Pembina Tk. I, IV/b 936 647 654 802 743 686 5 Pembina, IV/a 9.054 9.278 9.299 9.026 8.727 8.472 B GOLONGAN III 5.753 5.611 5.692 5.713 5.578 5.431 1 Penata Tk. I, III/d 1.450 1.256 1.146 1.055 1.008 940 2 Penata, III/c 1.101 1.067 1.084 1.157 1.125 1.090 3 Penata Muda Tk. I, III/b 1.492 1.663 1.402 1.586 1.546 1.503 4 Penata Muda, III/a 1.710 1.625 2.060 1.915 1.899 1.898 C GOLONGAN II 4.998 4.919 4.172 3.646 3.567 3.520 1 Pengatur Tk. I, II/d 610 472 404 386 376 370 2 Pengatur, II/c 720 817 917 818 799 787 3 Pengatur Muda Tk. I, II/b 909 950 1500 1409 1394 1.388 4 Pengatur Muda, II/a 2.759 2.680 1.351 1.033 998 975 D GOLONGAN I 449 419 278 246 239 237 1 Juru Tk. I, I/d 63 34 60 64 60 59 2 Juru, I/c 225 233 122 97 96 96 3 Juru Muda Tk. I, I/b 32 5 44 59 57 56 4 Juru Muda, I/a 129 147 52 26 26 26 JUMLAH 21.215 20.912 20.146 19.484 18.899 18.383 Jumlah Penduduk 2.380.981 2.407.086 2.445.911 2.485.732 2.502.410 2.526.186 Rasio PNS terhadap Penduduk 112 115 121 128 132 137 Persentase PNS terhadap Penduduk 0,89 0,87 0,82 0,78 0,76 0,73 Sumber : BKD Kabupaten Garut, Tahun 2015 Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 18

Komposisi PNS berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2014 paling banyak berpendidikan S1 sebanyak 12.185 orang (66%), disusul SMA sederajat sebanyak 3.963 orang (22%). Semakin tingginya tingkat pendidikan PNS diharapkan dapat menunjang terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat seiring semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan. 6) Kondisi Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Kabupaten Garut memiliki potensi berbagai jenis sumber daya alam yang terbaharukan maupun yang tidak terbaharukan yang cukup besar dan bervariasi, terdiri dari sumber daya air, panas bumi, mineral dan bahan tambang, serta energi baru dan terbarukan lainnya seperti mikrohidro, surya dan angin. Dari potensi tersebut, sudah dilakukan upaya penelitian yang diindikasikan dengan kegiatan eksplorasi sumber daya mineral dan energi oleh berbagai pihak, seperti Pemerintah Kabupaten Garut, Perusahaan-perusahaan swasta, instansi lainnya maupun oleh Pemerintah Kabupaten Garut sendiri. Bahkan di beberapa lokasi sudah dilaksanakan kegiatan eksploitasi untuk sumber daya mineral dan kegiatan pembangunan untuk mengembangkan potensi sumber daya energi, seperti panas bumi dan energi baru dan terbarukan, yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dan energi panas bumi. Khusus di wilayah Garut Selatan, telah terindikasi adanya kandungan sumber daya mineral berupa emas, bijih besi dan pasir besi, dengan kandungan untuk bijih besi dan pasir besi Fe total 50% s.d. 60%. Pada sektor energi terutama mengenai kelistrikan, karena berada di garis khatulistiwa, Kabupaten Garut mendapatkan penyinaran matahari yang relatif stabil sepanjang tahun dengan kondisi yang sedikit lebih tinggi pada musim kemarau, rata-rata potensi radiasi penyinaran matahari mencapai 4,82 kwh/m 2 merupakan alternatif energi listrik terutama pada wilayah tersebut. Selain potensi energi tersebut, Kabupaten Garut juga memiliki potensi energi panas bumi cukup besar yang diperkirakan mencapai total 1045 MW. Sumber energi panas bumi dapat Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 19

dimanfaatkan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai energi terbarukan, panas bumi dapat diandalkan sebagai pasokan jangka panjang. Sumber daya panas bumi di Kabupaten Garut terdapat 6 (enam) lokasi manifestasi panas bumi. Khusus di Darajat, potensi panas bumi mencapai 350 MW. Sumber daya panas bumi tersebut sudah dikembangkan untuk tenaga listrik sebesar 225 MW. Potensi pengembangan energi lainnya yaitu sumber daya air sungai Cibatarua kecamatan Pamulihan, Cirompang kecamatan Bungbulang dan Cimerak kecamatan Cibalong dengan kapasitas antara 19,57 kw- 277,5 kw. Dari sisi potensi unggulan ekonomi daerah, diantaranya meliputi : a) Potensi Agribisnis Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan), beberapa komoditas dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif, antara lain agribisnis tanaman pangan berupa Padi Sawah (varietas unggulan Sarinah ), Jagung (pemasok produksi terbesar di Jawa Barat, Kedelai (ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia, serta sumber daya manusia yang cukup terampil dalam usaha tani). Disamping itu, pasar komoditi kedelai masih terbuka lebar. Pada Agribisnis Tanaman Sayuran Unggulan, sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Garut adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan pertama adalah kentang, cabe merah, dan tomat. Agribisnis Tanaman Buah-buahan Unggulan meliputi jeruk siam Garut (citrus nobilis var. Micocarpa) dan keprok garut (citrus nobilis var. Chrysocarpa). Selain itu masih ada jenis lain yang dikembangkan yakni konde (Citrus nobilis var. Raticula) serta jeruk manis (Citrus nobilis var. Sinensis). Dari beberapa jenis jeruk tersebut, keprok Garut merupakan terbaik di Indonesia, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan jeruk lainnya. Selain jeuk, jenis Alpukat yang dikembangkan di Kabupaten Garut, Alpukat Sindangreret merupakan varietas Alpukat terbaik di Kabupaten Garut, dan dilihat dari aspek ekonomi, jenis ini paling tinggi nilainya jika dibandingkan dengan Alpukat varietas lainnya. Agribisnis Tanaman Perkebunan Unggulan meliputi Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) yang sudah diekspor dalam bentuk akar sejak tahun 1918. Seiring Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 20

dengan berkembangnya agroindustri penyulingan akar wangi, maka ekspor pun bergeser ke minyak akar wangi. Hingga Tahun 2000, permintaan dunia terutama dari Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Jerman, Italia, Belanda, Spanyol, Swiss, Inggris, dan negara lainnya atas minyak akar wangi mencapai angka lebih dari 250 ton. Sementara total produksi minyak akar wangi Indonesia baru mencapai angka 70-80 ton per tahun. Jika seluruh produk akar wangi Indonesia diekspor, maka hanya baru menutupi sekitar 24%-30% pangsa pasar dunia. Hal ini menegaskan bahwa prospek pengembangan akar wangi sangat besar. Secara riil, perkembangan ekspor dan nilai minyak akar wangi Indonesia masih fluktuatif, hal ini bukan disebabkan oleh fluktuasi permintaan pasar dunia, tetapi lebih disebabkan oleh fluktuasi produksi akar wangi dan kualitas minyak akar wangi di dalam negeri. Agribisnis Teh (Camelia Sinensis), Kabupaten Garut yang termasuk daerah Priangan merupakan salah satu sentra produksi teh andalan Jawa Barat, terutama di Kecamatan Cikajang, Singajaya, Banjarwangi, Cisurupan, Cilawu dan Pakenjeng. Tanaman teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang penting di Indonesia, karena nilai ekspornya dapat memberikan kontribusi devisa yang tidak sedikit bagi negara. Agribisnis Tembakau (Nicotiana Tabbacum), sudah dilaksanakan sejak lama oleh para petani di Kabupaten Garut. Tembakau merupakan suatu komoditas yang merupakan pilihan sebagian besar petani di Kabupaten Garut. Jumlah varietas tembakau rakyat yang diusahakan para petani di Kabupaten Garut cukup banyak diantaranya Kedu Omas, Kedu Hejo, Kedu Jonas, Kedu Rancing, Palumbon, Gambung, Cere, Virginia Garut dan lainnya. Beberapa varietas tersebut menghasilkan tembakau mole yang memiliki aroma serta cita rasa khas tembakau Garut sehingga tembakau mole Garut memiliki keunggulan dan prospek pasar yang sangat cerah karena memiliki kelas kualitas tersendiri sebagai sumber bahan baku beberapa perusahaan pabrik rokok dalam negeri. Agribisnis Kopi (Coffea Sp.), sebagai salah satu komoditi unggulan di kabupaten Garut, yang mempunyai peranan penting sebagai salah satu penghasil devisa negara, sumber pendapatan, penciptaan lapangan kerja sekitar 11.725 KK, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan ekonomi wilayah, selain itu tanaman kopi mempunyai fungsi sebagai tanaman konservasi. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 21

Agribisnis Karet (Hevea Braciliensis), yang merupakan komoditi unggulan perkebunan di Kabupaten Garut dan merupakan salah satu komoditi yang penting sebagai bahan baku bagi berbagai industri. Dari luas areal 10.913 Ha pada tahun 2014, areal karet di kabupaten Garut diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat seluas 3.136 Ha, perkebunan besar negara (PTPN) seluas 4.824 Ha dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 2.953 Ha. Agribisnis Peternakan Unggulan meliputi Ternak Sapi Perah dan Sapi Potong, yang mampu memberikan manfaat ganda bagi pengadaan pangan, yaitu sebagai penghasil susu serta penghasil daging. Selain sapi, Kabupaten Garut merupakan salah satu sentra produksi domba di Jawa Barat setelah Kabupaten Bandung. Domba menyebar secara merata di seluruh wilayah. Domba merupakan komoditas andalan yang dipelihara masyarakat. Di daerah ini, dikenal sebagai pusat pembiakan/pembibitan Domba Garut atau Domba Priangan. Kabupaten Garut merupakan salah satu pemasok produksi susu yang cukup besar di Jawa Barat. Beberapa daerah produsen susu di Kabupaten Garut diantaranya Kecamatan Cikajang, Cisurupan, Cigedug, Bayongbong dan Cilawu. Dalam Produksi Kulit Ternak, Keberadaan sentra kulit Sukaregang di Kabupaten Garut, sudah dikenal secara nasional sebagai daerah pengolah/penghasil kulit tersamak dan barang-barang dari kulit (produk setengah jadi atau produk siap pakai). Pemasaran produknya sudah sangat luas, tidak hanya lokal Jawa Barat tapi sudah menyebar ke seluruh Indonesia, beberapa diantaranya sudah pernah mengekspor produknya. Pengadaan bahan baku kulit sampai saat ini belum mampu disediakan secara lokal Garut atau regional Jawa Barat, bahan kulit mentah sebagian besar berasal dari luar Jawa Barat, seperti Sumatera Utara, Sulawesi Selatan atau Kalimantan. Agribisnis Komoditas Unggulan Perikanan, khususnya perikanan laut perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan tingkat pemanfaatan dari potensi lestari ikan laut di Kabupaten Garut yaitu sebesar 10.000 ton/tahun. Potensi perikanan yang umumnya ditangkap di perairan selatan Kabupaten Garut diantaranya adalah Tuna, Tongkol, Cakalang, Cumi-cumi, Layur, Kakap, Bawal Hitam, Kerapu, Baronang, Cucut Botol, Lobster dan ikan hias. Disamping ikan-ikan tersebut juga terdapat rumput laut yang cukup potensial. Laporan Kinerja Tahun 2014 Halaman I - 22