BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan dibandingkan adalah kondisi dari PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk., PT Panin

II. TINJAUAN PUSTAKA PSAK 28: Akuntansi Asuransi Kerugian (Revisi 2012) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 28 bertujuan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

LAPORAN KEUANGAN LAPORAN NERACA. Per 31 Desember 2009 dan 2008 (dalam jutaan rupiah) NO KEKAYAAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sindi Nurfadila Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asuransi adalah suatu perjanjian yang mana penanggung mengikatkan diri kepada

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Early Warning System

BAB I PENDAHULUAN. yang akan terjadi di masa yang akan datang. Perusahaan asuransi mempunyai

2009 Catatan Piutang pihak yang mempunyai hubungan istimewa d,2g,

ANALISIS KINERJA KEUANGAN MENGGUNAKAN EARLY WARNING SYSTEM PADA PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967

BAB I PENDAHULUAN. bukan komersial. Potensi pengembangan industri asuransi di Indonesia sangat

JURNAL ILMU EKONOMI & SOSIAL, VOL.VIII, NO. 1, APRIL 2017; p-issn: e-issn:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

2009 Catatan Kas dan bank 11,667,651,139 2c,4,31 11,381,632,142

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

LAPORAN NERACA Per 31 Desember 2012 dan 2011 (dalam jutaan rupiah)

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2013/ Triwulan IV Tahun 2013 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2014/ Triwulan I Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perusahaan yang menghimpun dana dari masyarakat,

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN. Laporan keuangan peruahaan merupakan sumber informasi bagi pihakpihak

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 74 /PMK.010/2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI PADA LINI USAHA ASURANSI KENDARAAN BERMOTOR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.010/2011 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN USAHA ASURANSI DAN USAHA REASURANSI DENGAN PRINSIP SYARIAH

Rin cian , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau Bank

Rin cia n , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TAHUNAN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

(Dalam jutaan Rp.) Februari Tahun Februari Tahun 2016

Rin cian , , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2014

Laporan Keuangan Publikasi Bulanan PT Asuransi Syariah Keluarga Indonesia (ASYKI) Asyki Business Center, Jl. RE. Martadinata No. 2D Air Mancur Bogor

(Dalam jutaan Rp.) Januari Tahun Desember Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan Asuransi merupakan salah satu lembaga keuangan nonbank

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2012 Per 31 Maret 2012

LAPORAN PERHITUNGAN TINGKAT SOLVABILITAS DANA TABARRU' TRIWULAN I 2015

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kecenderungan untuk menghindari atau mengalihkan risiko kepada pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan semakin meningkatnya jenis dan besarnya risiko yang dihadapi

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/PMK.010/2012 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA INVESTASI PESERTA I. NERACA A. GABUNGAN SEMUA AKAD Per 30 September 2014 dan Triwulan II 2014

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu keadaan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan suatu kerugian bisa

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4/SEOJK.05/2013 TENTANG LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN ASURANSI KERUGIAN DAN PERUSAHAAN REASURANSI

BAB I PENDAHULUAN. Perasurasian, asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP RISK BASED CAPITAL PERUSAHAAN (Studi Kasus pada PT Asuransi XYZ) HANIFA DWI SANTI

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan II Tahun 2016 / Per 30 Juni 2016

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan II Tahun 2015 / Per 30 Juni 2015

PT. Asuransi BRI Life I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan I Tahun 2017 Tahun 2017 / Per 31 Maret 2017

PT. Asuransi BRI Life I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Triwulan II Tahun 2017 / Per 30 Juni 2017

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan IV Tahun 2014

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2013

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA I. NERACA DANA PERUSAHAAN Per Tahunan 2016 / Per 31 Desember 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertanggungan. Dalam bahasa Belanda asurantie yang dalam hukum

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' III. LAPORAN AKUMULASI DANA TABARRU' Per Triwulan I Tahun 2014

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN III 2013 Per 30 September 2013

B. LAPORAN PERHITUNGAN SOLVABILITAS DANA PERUSAHAAN TRIWULAN II Per 30 JUNI 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. antara Kinerja keuangan dengan metode early warning system dan biaya

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan II No. URAIAN RINCIAN SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah perusahaan asuransi di Indonesia untuk asuransi jiwa sebanyak 98

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 2 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1992

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Tahunan Tahun 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS). Menurut Satria

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Tahunan Tahun 2016 SAK SAP SAK SAP (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan III 2016 dan Per Tahun 2015

Naskah Peraturan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap merujuk kepada teks aslinya.

PT Asuransi BRI Life DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan I Tahun 2017

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanITahun 2018 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

112, , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

, , , ,00 Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

PENDAHULUAN Asuransi merupakan salah satu alternatif untuk mengalihkan dan mengendalikan risiko finansial dari hal-hal yang tidak diinginkan. Oleh kar

Triwulan IV , , , , Pembelian Piutang untuk Perusahaan Pembiayaan dan/atau 113 Bank

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan II 2016 dan Per Tahun 2015

PT. Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA PERUSAHAAN ASURANSI JIWA LAPORAN POSISI KEUANGAN Bukan Konsolidasi Per Triwulan I 2016 dan Per Tahun 2015

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PT Asuransi Jiwa BRINGIN JIWA SEJAHTERA DANA TABARRU' I. NERACA Per Triwulan III Tahun 2015

Laporan Posisi Keuangan Bukan Konsolidasi TriwulanIV Tahun 2017 (dalam jutaan rupiah) Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

LAPORAN BULANAN PT ASKES (PERSERO) Per./ Bulan. Tahun.. (Alamat Perusahaan)

Uraian Rincian Tradisional PAYDI Jurnal Eliminasi

Transkripsi:

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan akan menjadi bermanfaat untuk mengambil keputusan ekonomi apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembandingan evaluasi dan analisis trend. Akan diperoleh prediksi tentang apa yang akan terjadi dimasa mendatang. Disinilah arti penting suatu laporan keuangan. Hasil analisis laporan keuangan akan mampu membantu menginterprestasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan yang dapat memberikan dasar dan pertimbangan mengenai potensi keberhasilan PT. Asuransi Ramayana Tbk dimasa datang. Dalam bab ini penulis akan melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh PT. Asuransi Ramayana Tbk hal tersebut untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dalam periode tahun bukunya. Perkembangan dan posisi keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk dari tahun 2008 dan 2009 secara ringkas disajikan dalam neraca dan laporan laba rugi dapat dilihat pada lampiran 1. 39

40 4.2 Penilaian Analisis Rasio Keuangan Dalam penerapan penilaian analisis rasio diterapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Menurut manajemen akuntansi keuangan tingkat solvabilitas adalah tingkat yang mengukur sampai seberapa jauh perusahaan asuransi mampu menutupi kewajiban-kewajibannya. Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Menteri Keuangan No. 424/KMK.06/2003 Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi menyatakan: (1) Perusahaan asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh perseratus) dari rasio kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban. (2) Perusahaan asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) namun memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratus per seratus), diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Untuk mengetahui apakah PT. Ramayana Asuransi memiliki tingkat solvabilitas sebagaimana ketentuan di atas, maka dapat dianalisis melalui ukuran analisis selama dua tahun yakni: 1. Solvabilitas dan Profitabilitas Analisa ini digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas dan profitabilitas PT. Asuransi Ramayana. Tingkat solvabilitas adalah tingkat yang mengukur sampai seberapa jauh PT. Asuransi Ramayana

41 mampu menutupi kewajiban-kewajibannya. Sedangkan tingkat profitabilitas adalah untuk mengukur perusahaan menghasilkan laba. Baik rasio solvabilitas maupun profitabilitas adalah sebagai berikut: a. Solvency Ratio Rasio ini berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan keuangan perusahaan asuransi dalam menanggung risiko yang ditutup. Hasil rasiol ini dapat menunjkkan seberapa besr keuntugnan perusahaan untuk mendukung risiko yang mungkin timbul dari asuransi yang ditutupnya. Tingkat Solvabilitas Rumus Solvency Ratio = --------------------------------------------- Jumlah Batas Tingkat Solvabilitas Minimum 75.161.249.068 --------------------- = 151% 49.809.832.028 88.022.554.044 --------------------- = 158% 55.815.745.751 7% - Peniliaian rasio ini menurut penulis bahwa batas yang ditetapkan pemerintah adalah 120%. Berarti kinerja diatas berada di atas rasio yang telah ditetapkan. Dengan kata lain PT. Asuransi Ramayana Tbk dapat menutupi risiko yang ditutupinya, atau keuntugnan perusahaan dapatmendukung risiko yang mungkin timbul dari asurnais yang ditutupinya. b. Underwriting Ratio Rasio ini bertujuan untuk mengukur tingkat hasil underwriting yang diperoleh dan digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan dari usaha asuransi kerugian harga.

42 Hasil Underwrting Rumus Underwriting Ratio = ------------------------- x 100% Pendapatan Premi 84.288.298.552 --------------------- = 19,15% 440.014.187.092 101.134.970.886 --------------------- = 22,71% 445.219.368.845 3,56% - Berdasarkan hasil rasio di atas, di mana tahun 2008 diperoleh kinerja sebesar 19,15%. Namun tahun 2009 diperoleh 22,17%. Maka terjadi kenaikan 3,56%. Dengan kenaikan sebesar 3,56%, maka PT. Asuransi Ramayana Tbk telah memperoleh kenaikan dari hasil underwriting sebesar 3,56%. Atas hasil ini kinerja keuangan dari underwriting menunjukkan hasil yang positif. c. Loss Ratio Loss ratio termasuk dalam kelompok perhitungan solvabilitas perusahaan asuransi kerugian. Klaim Yang Terjadi Rumus Loss Ratio = --------------------------- Pendapatan Premi 230.212.985.129 --------------------- = 52,31% 440.014.187.092 178.007.052.043 --------------------- = 39,10% 455.219.368.845-13,21% Perbandingan klaim yang terjadi dengan pendapatan premi berdasarkan ketentuan Pasal 36 huruf b Peraturan Menteri No. 158/PMK.010/2008 adalah jauh melebihi dari ketentuan yang berlaku, yakni: 20% lebih dari 52,31% (2008) atau 39,10% (2009). Sekalipun di tahun 2009 terdapat penurunan namun penurunan sebesar 13,21%. Dengan demikian risiko yang timbul tidak akan

43 mengkhawatirkan klaim yang dilakukan oleh pemegang polis. Dengan demikian Loss Ratio baik. d. Commission Expense Ratio Pengukuran commission expense ratio dipakai untuk mengukur biaya akuisisi dan bahan perbandingan besarnya komisi perusahaan dengan perusahaan lain. Tinggi rasio ini berarti biaya akuisisi juga tinggi. Komisi Rumus Commission Expense Ratio = ------------------- Pendapatan premi 49.983.010.025 --------------------- = 11,35% 440.014.187.092 53.923.870.766 --------------------- = 11,84% 455.219.368.845 0,45% Berdasarkan rasio di atas dapat ditentukan bahwa biaya akuisisi di PT. Asuransi Ramayana bahwa perubahan yang terjadi antara tahun 2008 dan 2009 tidak terlalu besar, berarti biaya akusisi untuk total besar komisi yang dibayarkan oleh perusahaan tidak terlalu tinggi, yakni sebesar 11,35% (2008) dan 11,84% (2009). Angka rasio ini berarti tidak terlalu tinggi karena hanya sekitar 11 12% dari jumlah pendapatan premi. e. Investment Yeild Ratio Pengukuran investment yeild ratio merupakan ukuran kegiatan investasi yang dilakukan oleh PT. Asuransi Ramayana. Dalam hal hasil rasio ini menunjukkan angka rendah berarti perusahaan tidak

44 tepat dalam melakukan investasi yang berpotensi pada kerugian dengan demikian sangat perlu dilakukan pengkajian ulang. Pendapatan Bersih Investasi Rumus Investment Yeild Ratio = ------------------------------------ Rata Rata Investasi 7.629.103.815 --------------------- = 5,51% 138.348.502.750 14.262.220.351 --------------------- = 9,17% 155.545.415.529 3,66% - Berdasarkan hasil rasio di atas dapat diketahui bahwa hasil investasi PT. Asuransi Ramayana menunjukkan hasil baik. Hal ini dikarenakan angka rasio tahun 2008 sebesar 5,51% dan tahun 2009 sebesar 9,17% Atau terjadi kenaikan sebesar 3,66%. 2. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas ini adalah untuk mengukur likuiditas perusahaan asuransi yakni likuiditas PT. Asuransi Ramayana. Tingginya rasio ini menunjukkan kemungkinan perusahaan dalam menghadapi masalah dengan likuiditasnya (kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek yang sudah jatuh tempo). Rasio likuiditas adalah sebagai berikut: a. Liability to Liquid Assets Ratio Pengukuran liability to Liquid Assets Ratio merupakan ukuran yang dipakai untuk mengukur sampai seberapa jauh kewajiban teknis yang dibentuk tercermin pada investasi.

45 Ukuran ini merupakan unsur kewajiban sebagai diatur dalam Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK 010/2008 menyatakan, Jenis kewajiban yang harus diperhitungkan dalam penetapan tingkat solvabilitas meliputi semua kewajiban kepada pemegang polis atau tanggungan dan kepada pihak lain yang menjadi kewajiban Perusahaan Asuransi atau Perusahaan Reasuransi Kewajiban Rumus Liability to Liquid Assets Ratio = ------------------------------- Aktiva yang Diperkenankan 201.740.755.878 --------------------- = 72,65% 276.902.049.346 231.517.718.079 --------------------- = 105,46% 219.540.282.123 32,6% - Berdasarkan rasio di atas bahwa kewajiban yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Asuransi Ramayana berada di atas 100% pada tahun 2009, maka asset dapat menjamin setiap risiko atas kewajiban perusahaan. Dengan kata lain, sudah tersedia jumlah aktiva yang diperkenankan untuk menutup risiko. Penilaian rasio ini adalah baik. b. Premium Recievable to Surplus Ratio Penilaian rasio ini mengukur tingkat seberapa besar tagihan premi dapat diandalkan dalam menyangga surplus underwriting. Hasil ini merupakan jaminan untuk mengatasi risiko sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor

46 424/KMK.06/2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK 010/2008. Melalui tingkat keuntungan sehingga segala bentuk kewajiban dapat disanggah oleh surplus yang diperoleh Piutang Premi Rumus Premium Recievable to Surplus Ratio = ---------------------- Hasil Underwriting 59.186.896.310 ---------------------= 70,22% 84.288.298.552 115.476.061.577 --------------------- = 114,18% 101.134.970.886 43,96% - Piutang dalam Perusahaan Asuransi Ramayana merupakan jaminan untuk tagihan. Karena hasil underwriting merupakan hasil yang harus dipenuhi. Oleh karena itu, ketentuan sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK 010/2008 dapat dijamin melalui tersedianya jumlah piutang.. Potensi piutang tidak tertagih. Dengan demikian risiko sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 di atas masih tetap ada. c. Investment to Technical Rerseve Ratio Dalam analisis rasio PT. Asuransi Ramayana rasio ini dapat dipakai untuk mengukur sampai seberapa jauh kewajiban teknis yang dibentuk tercermin dalam investasi. Rendahnya rasio ini menunjukkan bahwa estimasi klaim tanggungan sendiri dan premi

47 yang belum dibayar merupakan pendapatan kurang tercermin dalam investasi. Investasi Rumus Investment to Technical Rerseve Ratio = ---------------- Kewajiban Teknis 155.652.128.264 ---------------------= 166,22% 93.637.347.102 153.438.642.794 --------------------- = 124,59% 124.760.585.497-10,57% Berdasarkan rasio di atas dapat diketahui bahwa kewajiban teknis yang tercermin di dalam investasi 166,22% di tahun 2008 dan 124,59% di tahun 2009. Berdasarkan kondisi di atas, terjadi penurunan sebesar 10,57%. Penunrunan dapat diinterprestasikan bahwa PT. Asuransi Ramayana Tbk bahwa telah terjadi penurunan investasi sebesar 10,57%. 3. Rasio Stabilitas Premi Rasio ini digunakan untuk mengukur stabilitas pendapatan premi bersih (premi bruto dikurangi premi reasuransi) dari perusahaan asuransi yang berjalan. Kenaikan (penurunan) yang tajam pada volume premi neto memerikan indikasi kurangnya kestabilan operasi perusahaan. Selain mengukur stabilitas perusahaan, rasio ini juga mengukur tingkat rentensi perusahaan (own retention) dari PT. Asuransi Ramayana.

48 a. Own Retention Ratio Dalam pengukuran rasio ini adalah untuk mengukur tingkat retensi perusahaan yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar untuk membandingkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dengan dana yang tersedia. Pengukuran ini juga bertujuan untuk mengatasi risiko seperti apa yang digambarkan pada Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK 010/2008. Kemampuan mengatasi risiko merupakan bagian yang terpenting dalam perusahaan asuransi seperti Perusahaan Asuransi Ramayana. Yakni apabila perusahaan tidak mampu mengatasi risiko berarti perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi kewajibannya membayar klaim. Pada kondisi perusahaan tidak mampu membayar klaim inilah maka bagi Perusahaan Asuransi merupakan hal yang terburuk yang dapat menyebabkan perusahaan itu tidak memperoleh kepercayaan dari pemeegang polis yang berdampak pada kesehatan perusahaan. Salah satu ukuran untuk mengatasi retensi pendapatan adalah kemampuan memperoleh pendapatan dalam bentuk pendapatan premi. Untuk mengetahui kemampuan tersebut dapat dijabarkan dalam rumus dibawah ini:

49 Premi Neto Rumus Own Retention Ratio = ------------------- Premi Bruto 187.592.248.854 ---------------------= 42,63% 440.014.187.092 197.128.597.272 --------------------- =43,30% 455.219.368.845 0,67% - Pada tahun 2008 diperoleh hasil retensi perusahaan sebesar 42,63% dapat dikatakan bahwa angka ini berdampak pada tingkat kemampuan dana yang tersedia sangat kecil. Oleh karena itu, perlakuan dalam hasil rasio tahun 2009 sebesar 43,3% dan di tahun 2008 sebesar 42,63% menunjukkan kestabilan dalam pengelolaan risiko yang cukup baik di PT. Asuransi Ramayana. b. Net Premium Growth Ukuran rasio ini adalah untuk mengetahui kenaikan (penurunan) yang tajam pada volume premi neto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan operasi perusahaan. Kenaikan (penurunan) premi Rumus Net Premium Growth = ----------------------------------- Premi Neto Tahun Lalu 49.215.698.843 ---------------------= 30,91% 159.242.692.598 15.205.181.753 --------------------- = 8,11 % 187.592.248.654-22,08% Pada tahun 2008 diperoleh sebesar 30,91% dan tahun 2009 sebesar 8,11%. Hasil mengalami penurunan sebesar 22,08%. Hal ini karena ketatnya persaingan perusahaan asuransi berdampak pada

50 pertumbuhan premi perusahaan asuransi namun Asuransi Ramayana dapat tumbuh setiap tahunnya. 4. Rasio Cadangan Teknis Rasio ini untuk mengukur kewajiban teknis yang terdiri dari premi yang belum merupakan pendapatan cadangan premi dengan estimasi klaim tanggungan sendiri (cadangan klaim). a. Technical Reserve Ratio Rasio ini secara kasar dapat mengukur tingkat diperlukan. Cukupnya dana kewajiban teknis membuat kondisi keuangan menjadi solvent. Rendahnya rasio ini berarti perusahaan menetpkan kewajiban teknis terlalu rendh dan pabila perusahaan dalam kondisi tidak solvent, maka perusahaan perlu membuat penyesuaiana pada solvency margin. Rumus Technical Reserve Ratio Cadangan Teknis ---------------------- Premi Neto 93.637.347.102 ---------------------= 49,92% 187.592.248.854 124.760.585.497 --------------------- = 63,28% 197.138.577.272 13,36% - PT. Asuransi Ramayana memperoleh cadangan teknis di tahun 2008 sebesar 49,92% dan tahun 2009 meningkat menjadi 63,28%. Atau antara tahun 2008 ke 2009 terjadi peningkatan sebesar 13,36%. Besarnya angka cadangan teknis ini membuat PT.

51 Asuransi Ramayana dalam kondisi solvency dengan demikian semua tagihan klaim terhadap PT. Asuransi Ramayana dapat terjamin. Nilai jaminan karena premi netto sangat tinggi dan semua klaim dapat dipenuhi. Dengan demikian perusahaan dapat memperoleh cadangan teknis yang wajar. Nilai kewajiban merupakan bagian terpenting bagi perusahaan untuk mempertahankan posisinya di pasar. Karena kehawatiran Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 dapat dijawab dengan tingginya premi neto. 5. Rasio Penilaian Analisa ini mengukur kinerja perusahaan yang dapat dilihat dari rasio laba per saham (price earning ratio) a. Price Earning Ratio Rasio ini menunjukkan bahwa saham PT. Asuransi Ramayana yang dapat dilihat rasio laba per saham dan rasio nilai buku per saham dapat dihitung dengan rasio: Harga pasar per lembar saham Rumus Price Earning Ratio = -------------------------------------- Laba per lembar saham 610 ------ =. 285,05% 214 990 ----- =. 358,70% 276 73,65% - Berdasarkan rasio di atas maka dapat diketahui bahwa harga per lembar saham di tahun 2008 sebesar. Rp. 285,05 namun di tahun 2009 terjadi kenaikan Rp. 758,70 atau penurunan sebesar Rp.

52 73,65. Kenaikan ini membuat stakeholder dengan mempertahankan investasinya. 4.3 Penilaian Analisis Rasio Keuangan Berdasarkan RBC Penilaian Risk Based Capital (RBC) adalah modal minimum yang harus disediakan oleh PT. Asuransi Ramayana untuk menutup setiap kemungkinan kegagalan pengelolaan asset dan berbagai risiko lainnya. Hal tersebut didasarkan pada PT. Asuransi Ramayana biasanya menghitung risiko dari besarnya kewajiban, padahal risiko juga menyangkut kekayaan yang diinvestasikan. Berikut dibawah ini batas tingkat solvabilitas PT. Asuransi Ramayana untuk tahun 2008 dan 2009: Tabel 4.1 Rasio RBC PT. Asuransi Ramayana No Keterangan Tahun 2009 Tahun 2008 A. Tingkat Solvabilitas Kekayaan yang diperkenankan Kewajiban (kecuali pinjaman subordinasi) 319.540.282.123 231.517.718.079 276.902.049.948 201.740.755.878 Jumlah Tingkat Solvabilitas 88.022.554.044 75.161.294.068 B. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 12.492.653.564 96.537.693 9.189.152.398 96.284.997 Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C ) 37.327.543.467 36.741.687.624 Risiko Reasuradur (Schedule D) 5.899.011.027 3.782.707.021 Jumlah BTSM 55.815.745.751 49.809.832.040 C. Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas 32.206.808.293 25.351.462.028 D. Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %)* 158% 151% *) Jumlah Tingkat Solvabilitas dibagi dengan jumlah BTSM Berdasarkan hasil rasio pencapaian solvabilitas sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK.010/2008 menyatakan: (1) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120% (seratus dua puluh per seratus) dari

53 risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. (2) Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi yang tidak memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) namun memiliki tingkat solvabilitas paling sedikit 100% (seratur per seratus), diberikan kesempatan melakukan penyesuaian dalam jangka waktu tertentu untuk memenuhi ketentuan tingkat solvabilitas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1). 4.4 Analisis Rasio Keuangan dan RBC Untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi laporan keuangan perusahaan asuransi perlu mempertimbangkan rasio keuangan dengan RBC. Dua tipe rasio ini harus menunjukkan hasil positif berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan. Untuk menganalisis kedua tipe ini, pertama dapat dilihat Analisis rasio keuangan PT. Asuransi Ramayana dibawah ini:

54 Tabel 4.2 Rekapitulasi Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana No. Keterangan 2008 2009 Naik Turun 1. Solvabilitas dan Profitabilitas % % % % a. Solvency Ratio b. Underwriting Ratio c. Loss Ratio d. Commission Expense Ratio e. Investment Yeild Ratio 151 19,15 52,31 11,35 5,51 158 22,71 39,10 11,84 9,17 7 3,56-0,45 3,66 - - 13,21 - - 2. Likuiditas a. Liquidity to liquid Assets Ratio 72,62 105,46 32,6 - b. Premium Recievable to Surplus Ratio c. Investment to Technical Reserve 70,22 114,18 43,96 - Ratio 3. Stabilitas Premi a. Own Retention Ratio b. Net Premium Growth 166,22 42,62 30,91 124,59 43,30 8,11 4. Cadangan Teknis a. Technical Reserve Ratio 49,92 63,92 13,36-5. Penilaian a. Price Earning Ratio 285,05 158,70 70,65 - - 0,67-10,57-22,08 Berdasarkan analisis per ratio dari tiap rasio menunjukkan aspek positif. Aspek positif artinya setiap rasio dari lima jenis rasio menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun 2008 ke tahun 2009. Perubahan baik dan positif menunjukkan bahwa selama kurun waktu dua tahun, kinerja keuangan PT. Asuransi Ramayana telah berjalan dengan baik dan bisa menjamin pemegang polis untuk memperoleh klaim sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Jaminan pemegang polis juga ditunjukkan pada dasar pencapaian RBC di tahun 2008 sebesar 151% dan tahun 2009 mencapai 158%. Pencapaian ini telah melebihi batas Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK.010/2008 yakni minimal sebesar 120%. Melebihi batas ini berarti PT. Asuransi Ramayana sanggup memenuhi kewajibannya kepada pemegang polis.