Safrida Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Banda Aceh Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Vitamin E Tokotrienol dan Gabungannya dengan Asam Askorbat Terhadap Jumlah dan Jenis Leukosit Tikus Putih (Rattus norvegicus L.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TEMPE TERHADAP KINERJA UTERUS TIKUS OVARIEKTOMI ADRIEN JEMS AKILES UNITLY

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

SISTEM PEREDARAN DARAH

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan post-test only control group design. Hewan uji dirandomisasi baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Peralatan Prosedur

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

Bila Darah Disentifus

PENGARUH DEHIDRASI DENGAN PEMBERIAN BISACODYL TERHADAP GAMBARAN HEMATOKRIT TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus)

Makalah Sistem Hematologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT

BAB 1 PENDAHULUAN. inflamasi. Hormon steroid dibagi menjadi 2 golongan besar, yaitu glukokortikoid

Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Metode Penelitian Pembuatan Tikus Diabetes Mellitus Persiapan Hewan Coba

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

III. METODE PENELITIAN

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

ABSTRAK. Rhenata Dylan, Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes Pembimbing II: Dr. Slamet Santosa, dr., M.Kes

GAMBARAN HEMATOLOGI DOMBA SELAMA TRANSPORTASI : PERAN MULTIVITAMIN DAN MENIRAN

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

EVALUASI PENGGUNAAN BUBUK BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP KANDUNGAN LEMAK DARAH AYAM KAMPUNG YANG DIINFEKSI CACING Ascaridia galli

BAB III METODE PENELITIAN

OLEH JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora caulis) TERHADAP GLUKOSA DARAH MENCIT GALUR Swiss Webster YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK. Kata kunci : kambing kacang, eritrosit, Denpasar Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. pemeriksaan kultur darah menyebabkan klinisi lambat untuk memulai terapi

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

SILABUS MATA KULIAH 1. Standar kompetensi 2. Kompetensi dasar 3. Deskripsi mata ajar 4. Kegiatan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel sel darah primitif dibentuk dalam saccus vitelinus. Sel sel darah disini masih

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

!"#!$%&"'$( )) Kata kunci: Differential counting, zona atas dan bawah

PROFIL SEL DARAH PUTIH (Leucocyte) SAPI BALI DI KECAMATAN BANGKINANG SEBERANG KABUPATEN KAMPAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sel darah putih ( lekosit ) rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan

IMUNITAS NON-SPESIFIK DAN SINTASAN LELE MASAMO (Clarias sp.) DENGAN APLIKASI PROBIOTIK, VITAMIN C DAN DASAR KOLAM BUATAN ABSTRAK

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA

GAMBARAN HISTOLOGIS USUS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI RANSUM DAGING HASIL FERMENTASI DENGAN Lactobacillus plantarum 1B1

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

TOTAL LEUKOSIT DAN DIFERENSIASINYA PADA KAMBING PERANAKAN ETAWA (Capra aegagrus hircus) DI CARIU, BOGOR DAN CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 12 No. 2 Desember 2008

ABSTRAK. EFEK INFUSA HERBA SAMBILOTO ( Andrographidis Herba ) SEBAGAI ANTIALERGI TERHADAP DERMATITIS ALERGIKA PADA HEWAN COBA MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kesakitandan angka kematian terutama pada negara

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

ABSTRAK. UJI TOKSISITAS SUBKRONIS DERMAL MINYAK ROSMARINI (Rosmarinus officinalis L) PADA TIKUS WISTAR DENGAN PARAMETER HEMATOLOGI DAN BIOKIMIAWI

BAB I PENDAHULUAN. yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan. merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari (Astari, 2010).

BAB 4 METODE PENELITIAN

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut World Health Organization (WHO), sekitar 65% dari penduduk negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN. Dwi Aprilia Anggraini. Gambaran Mikroskopis Sel Astrosit dan Sel

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SIMULASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG DAN EFISIENSINYA

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FISIOLOGI HEWAN I. April 2008 DARAH DAN SIRKULASI

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP PENGHAMBATAN KENAIKAN BERAT BADAN TIKUS GALUR WISTAR JANTAN YANG DIBERI PAKAN TINGGI LEMAK

Selama berabad-abad orang mengetahui bahwa penyakit-penyakit tertentu tidak pernah menyerang orang yang sama dua kali. Orang yang sembuh dari

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. (2009), dimana kesalahan pengambilan spesimen pada fase pra-analitik dari

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL DARAH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) YANG DIBERI PAKAN BERENERGI TINGGI PADA PERIODE OBESITAS EMPAT BULAN KEDUA

RINGKASAN. (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang. Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus).

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

ABSTRAK. Albert Christopher Ryanto, Pembimbing I: Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II: Christine Sugiarto, dr., Sp.PK.

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

Transkripsi:

Gambaran Diferensiasi Sel Darah Putih Tikus (Ratitus norvegicus) Betina Pada Starvasi (The description of differential leukocyte count of female rat (rattus norvegicus) in starvation) Safrida Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah Banda Aceh 23111 Email: idabiologi@yahoo.co.id Abstract Starvation causes food and liquid deficit that needed by body. Percentage differential leukocyte count includes neutrophil, eosinophil, basophil, limphosit and monosit will give indication towards infection reaction. The aim of this research is to detect influence starvation of the description differential leukocyte count in adult female rat during certain range of time. The experimental method used in this research is Randomized complete design with 3 blocks of treatments and 3 times repetition. The block of treatments are control (K), fasting eat rats (PMK), fasting drink rats (PMN). The data of percentage differential leukocyte count is analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) and then continued by Duncan Multiple Range Test at 95% confidence interval (5% significance level). The result showed that statistically insignificant percentage of limphosit, neutrophil, and monosit in PMK and PMN bloks when compared with control, and basophil was not found. While, treatment PMK and PMN in 18 hours treatment, 42 hours treatment, and 66 hours treatment increase percentage eosinophil. Key words: Differential leukocyte count, Starvation, Rattus norvegicus PENDAHULUAN Darah merupakan salah satu cairan tubuh yang terdapat dalam pembuluh darah dan mengalir ke seluruh tubuh, tersusun dari cairan yang disebut plasma (60-70%) terdiri dari air, protein, lemak, karbohidrat, mineral, enzim, hormon, dan sisanya sel-sel darah yang terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit (Swenson 1970, Widja jakusuma dan Sikar 1986). Pemeliharaan terhadap kestabilan zat-zat tersebut dilaksanakan oleh suatu mekanisme yang disebut homeostasis, yaitu istilah yang digunakan untuk mempertahankan keadaan statis atau konstan dalam lingkungan interna yang menjamin kelangsungan hidup individu (Guyton 1995). Pada hakikatnya semua organ dan jaringan tubuh melakukan fungsi yang membantu mempertahankan keaadaan konstan tersebut (Guyton 1995). Begitu juga dengan darah yang ada dalam tubuh akan mengikuti pola homeostasis. Bila darah berfluktuasi di luar batas normal berarti ada kelainan fungsi organ atau sistem pengaturannya. Darah mempunyai peranan penting dalam sirkulasi tubuh, sehingga dari gambaran darah diharapkan dapat mengetahui status fisiologi individu. Nutrisi sangat diperlukan dalam menjaga homeostasis darah. Menurut Anggorodi (1979) kekurangan makanan dan cairan akan berpengaruh terhadap volume darah dalam tubuh dimana elemen-elemen pembentuk darah akan terganggu. Kondisi puasa (starvasi) menyebabkan kekurangan makanan dan cairan yang diperlukan tubuh. Untuk mengetahui efek defisiensi nutrisi dan cairan pada starvasi, maka salah satu caranya dengan mengamati perubahan gambaran darah antara lain sel darah putih. Sel darah putih adalah bagian dari sistem ketahanan tubuh yang terpenting. Karena variasi yang luas pada penghitungan jumlah normal sel darah putih, maka selain penghitungan jumlah sel darah putih, differensiasi butir darah putih yang mencakup netrofil, eosinofil, basofil, limfosit dan monosit akan memberikan indikasi yang lebih baik terhadap reaksi infeksi. Penelitian ini menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) strain Sprague Dawley sebagai hewan coba karena tikus putih mempunyai sifat-sifat yamg mudah ditangani dan lebih menguntungkan dalam percobaan (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada dua tempat yaitu pemeliharaan tikus (umur 12 minggu) dilakukan pada Laboratorium Metabolisme Fakultas Kedokteran Hewan IPB, dan analisis darah dilakukan pada 1

Laboratorium Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yaitu pola rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 (tiga) kelompok percobaan masing-masing terdiri dari 3 ( tiga) ekor. Kelompok 1: Kontrol (K), kelompok 2: tikus puasa makan (PMK), kelompok 3: tikus puasa minum (PMN). Sediaaan apus darah diwarnai dengan pewarna Giemsa. Bentuk granulosit (eosinofil : granula merah, besar-besar; basofil : granula biru tua, besar-besar; neutrofil : granula netral dan halus;) dan agranulosit ( limfosit : inti bulat, biru tua, sitoplasma sedikit, biru muda; monosit: inti berlekuk, biru tua, sitoplasma banyak, biru muda). Setelah bentuk jenisjenis BDP diamati, kemudian dihitung persentase masing-masing jenis pada preparat ulas darah tersebut. Pengamatan dan penghitungan masing-masing jenis sel dilakukan hingga jumlah semua jenis sel mencapai 100, dan hasilnya dinyatakan dalam %. Data dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan dilanjutkan dengan Uji Duncan dengan selang kepercayaan 95% (α = 0.05) dengan menggunakan perangkat lunak SAS (Mattjik dan Sumertajaya 2006). HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-jenis Butir Darah Putih (BDP) Differensiasi butir darah putih mencakup limfosit, neutrofil, monosit, dan eosinofil. a. Limfosit limfosit tikus betina pada semua perlakuan terlihat pada Tabel 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase limfosit tidak berbeda nyata pada semua kelompok perlakuan.. bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap persentase limfosit. Hal ini disebabkan karena waktu percobaannya tidak lama, defisiensi makanan dan cairan pada tikus perlakuan puasa belum akut sehingga jumlah limfosit dalam keadaan normal. Menurut Medicastore (2009) limfosit T berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi virus dan merusak beberapa sel kanker, sedangkan limfosit B berperan dalam pembentukan antibodi. Tabel 1. Pengaruh perlakuan terhadap limfosit tikus putih betina Limfosit(%) Data awal/base line 52.6±20.03 a 65.3±12.42 a 65.6±6.65 a 18 jam perlakuan 50±13.11 a 61.3±8.08 a 60.6±16.80 a 42 jam perlakuan 66±4.58 a 67.3±22.14 a 55±18.68 a 66 jam perlakuan 56.6±19.65 a 73.6±17.89 a 59±8.88 a Direcovery selama 72 jam 62±9.89 a 58.3±18.14 a 59.6±16.86 a b. Neutrofil neutrofil tikus betina pada semua perlakuan terlihat pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase limfosit tikus kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan tikus puasa makan dan puasa minum pada perlakuan awal, 18 jam perlakuan, 42 jam perlakuan, 66 jam perlakuan dan setelah direcovery selama 72 jam. bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap persentase neutrofil. Hal ini berarti jumlah neutrofil dalam keadaan normal. Menurut Medicastore (2009) neutrofil membantu melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan jamur dan mencerna benda asing sisa-sisa peradangan. Menurut penelitian Ali et al. (2010) persentase neutrofil adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mendiagnosa kasus apendiks akut ( acute appendicitis). 2

Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap persentase neutrofil tikus putih betina Neutrofil(%) Data awal/base line 36.6±22.30 a 28±10.44 a 29.6±7.37 a 18 jam perlakuan 39.3±11.06 a 30±3.46 a 32.3±32.3 a 42 jam perlakuan 26.3±5.13 a 25.6±17.00 a 55±18.69 a 66 jam perlakuan 36±14.79 a 17.3±15.60 a 31±11.78 a Direcovery selama 72 jam 34±9.89 a 37.6±18.87 a 37.6±16.44 a c. Monosit monosit tikus betina pada semua perlakuan terlihat pada Tabel 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase monosit tikus kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan tikus puasa makan dan puasa minum pada 18 jam perlakuan, 42 jam perlakuan, 66 jam perlakuan dan setelah direcovery selama 72 jam. Namun pada awal perlakuan tikus puasa minum dan tikus puasa makan mempunyai nilai yang rendah apabila dibandingkan dengan kontrol. bahwa perlakuan awal berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap persentase monosit. Uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa persentase monosit pada awal perlakuan tikus puasa minum mempunyai nilai yang rendah apabila dibandingkan dengan kontrol namun tidak berbeda nyata dengan tikus puasa makan. Sedangkan persentase monosit pada tikus puasa makan dan tikus puasa minum tidak berbeda nyata dengan kontrol pada pada 18 jam perlakuan, 42 jam perlakuan, 66 jam perlakuan dan setelah direcovery selama 72 jam. Hal ini berarti defisiensi makanan dan cairan pada tikus perlakuan puasa belum akut sehingga jumlah neutrofil dalam keadaan normal. Menurut Medicastore (2009) monosit mencerna sel-sel yang mati atau yang rusak dan memberikan perlawanan imunologis terhadap berbagai organisme penyebab infeksi. Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap persentase monosit tikus putih betina Monosit (%) Data awal/base line 2.3±0.57 a 1.6±0.57 ab 1.6±0.00 ab 18 jam perlakuan 3.6±3.78 a 3±2.00 a 2±1.00 a 42 jam perlakuan 2±1.15 a 1.3±0.57 a 1.6±1.00 a 66 jam perlakuan 4.3±3.51 a 5.6±2.08 a 3±1.00 a Direcovery selama72 jam 2±0.00 a 1.3±0.57 a 1±0.70 a d. Eosinofil eosinofil tikus betina pada semua perlakuan terlihat pada Tabel 4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase eosinofil pada awal perlakuan tikus puasa minum dan puasa makan mempunyai nilai yang sama apabila dibandingkan dengan kontrol. Persentase eosinofil pada 18 jam perlakuan, 42 jam perlakuan, 66 jam perlakuan pada perlakuan tikus puasa makan dan puasa minum lebih meningkat dibandingkan dengan kontrol. Namun setelah direcovery selama 72 jam persentase eosinofil pada tikus puasa minum menurun kembali sama dengan perlakuan awal. Hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan menunjukkan bahwa perlakuan awal berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap persentase eosinofil. Hal ini kemungkinan pada tikus puasa minum dan puasa makan ada infeksi parasit sehingga persentasenya meningkat setelah dipuasakan pada 18 jam perlakuan, 42 jam perlakuan, 66 jam 3

perlakuan. Menurut Medicastore (2009) eosinofil membunuh parasit, merusak sel-sel kanker dan berperan dalam respon alergi. Menurut Wikipedia (2009) eosinofil berhubungan dengan infeksi parasit, dengan demikian meningkatnya eosinofil menandakan banyaknya parasit. Penelitian Alam et al. (2008) bahwa kadar eosinofil dipengaruhi oleh makanan, iklim, budaya dan gaya hidup. Kadarnya berfluktuasi pada seseorang yang mendapatkan stimuli dari lingkungan seperti terpapar serbuk sari pada musim semi. Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap persentase eosinofil tikus putih betina Eosinofil(%) Data awal/base line 5±1.00 a 4.6±0.57 a 5.1±0.00 a 18 jam perlakuan 7±5.29 b 9.6±6.42 a 10±3.46 a 42 jam perlakuan 5±1.73 b 10.6±5.50 a 11.3±3.21 a 66 jam perlakuan 3±1.73 b 11.3±3.21 a 12±2.64 a Direcovery selama 72 jam 3±0.00 a 4±1.41 a 4.6±0.57 a SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan puasa makan dan puasa minum pada tikus betina dewasa selama 18 jam perlakuan, 42 jam perlakuan, dan 66 jam perlakuan meningkatkan persentase eosinofil. Saran Untuk melihat perubahan gambaran darah pada tikus yang dipuasakan perlu diperpanjang waktu perlakuan sehingga dapat diketahui berapa lama kondisi tikus yang dipuasakan dapat menjaga homoestasis fisiologi tubuhnya. DAFTAR PUSTAKA Alam J, Quresyi F, Suliman MI, Qureshi Z, 2008. Seasonal variation in eosinophil count innormal healthy adult females. Gomal Journal of Medical Sciences. 6 (2). Ali S, Shah O, Wani N, Shah M, Ahmed L, Mallik S. 2010. Role of Total Leukocyte count, Neutrophil Percentage, C - reactive protein and Ultrasonography in diagnosis of acute appendicitis.. The Internet Journal of Surgery. 23 (2). ISSN: 1528-8242. Anggorodi R. 1979. Ilmu makanan ternak umum. Jakarta: PT Gramedia. Guyton AC. 1995. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human Physiology and Mechanism of disease). Diterjemahkan oleh Ken Ariata. Ed ke-3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan Dengan Aplikasi SAS dan MINITAB. Ed ke- 3. Bogor: IPB Press. Medicastore. 2009. Biologi Darah. http://medicastore.com/index.ph p?mod=penyakit & id = 160 Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan Dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta:UI Press. Swenson MJ. 1970. Dukes Phisiology of Domestic Animal. Cornell University Press. Ithacha.London.15-50. Widjajakusuma R dan Sri Hartini Syafri Sikar. 1986. Kumpulan materi kuliah Fisiologi Hewan. Jilid 1. Jurusan Fisiologi dan 4

Farmakologi. FKH IPB. Bogor. 28-54. Wikipedia 2009. Sel darah putih. http://id.wikipedia.org/w/index. php? title = Sel_darah putih&action=edit". 5