HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PESAWAT UDARA TERHADAP KESEHATAN PEKERJA DI SEKITAR LANDAS PACU 1 DAN 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA, BANTEN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEBISINGAN PADA PEMUKIMAN DEKAT BANDARA UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

TINGKAT KEBISINGAN PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Total Penumpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Profil Bandara Internasional Adisucipto Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI DUSUN JAGALAN TEGALTIRTO BERBAH SLEMAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kondisi kesehatan, aktivitas karyawan perlu dipertimbangkan berbagai potensi

seperti transportasi darat, laut dan udara. Manusia sebagai makluk yang kompleks Bandar Udara Djalaludin Gorontalo merupakan satu-satunya bandara yang

STUDI HEARING LOSS TENAGA KERJA DAN MASYARAKAT DI WILAYAH BANDARA HASANUDDIN MAKASSAR

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH PERGERAKAN KERETA API TESIS MAGISTER. Oleh : Bayu Martanto Adji NIM

BAB I PENDAHULUAN. Bandara Internasional Minangkabau yang terletak 23 km dari pusat Kota

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DAN BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA PEKERJA UNIT PERBAIKAN DI PT. KAI DAOP VI YOGYAKARTA DIPO SOLO BALAPAN

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

HALAMAN JUDUL UNIVERSITAS UDAYANA

DAILY MAPPING AIRCRAFT NOISE LEVEL IN UNIT APRON AHMAD YANI AIRPORT, SEMARANG, CENTRAL JAVA, USING CONTOUR NOISE METHOD

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bandara atau bandar udara yang juga populer disebut dengan istilah airport

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Amir Hamzah 1, AnditaDwi Sefiani 2, Eman Serius Waruwu 3

SKRIPSI HUBUNGAN TEMPERATUR DAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN SUBJEKTIF INDIVIDU DI PT X JAKARTA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISA KAPASITAS APRON DAN OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL KARGO BANDAR UDARA SOEKARNO - HATTA

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDARA ADI SOEMARMO BOYOLALI SKRIPSI

KEBISINGAN PADA KAPAL MOTOR TRADISIONAL ANGKUTAN ANTAR PULAU DI KABUPATEN PANGKAJENE

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

PENDAHULUAN. lainnya (Peraturan Menteri Nomor: PM.66 Tahun 2015). (kini bernama Bandara Internasional Jakarta Soekarno Hatta) dan Bandara

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado


Hubungan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja Lapangan PT. Gapura Angkasa Di Bandar Udara Sam Ratulangi, Manado.

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Risiko merupakan sesuatu yang sering melekat dalam aktivitas. Kegiatan

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN KEBISINGAN DAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PEKERJA WEAVING PT. ISKANDAR INDAH PRINTING SURAKARTA SKRIPSI

Kata Pengantar. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PERALATAN PRODUKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

STUDI APLIKASI ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI PT. SEMEN TONASA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan

PENGKAJIAN KEBISINGAN DI SEKITAR BANDARA DI BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA (AIRPORT NOISE)

Unnes Journal of Public Health

Desain Bandara Binaka Nias Untuk Pesawat Airbus 300A ABSTRAK

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

ANALISIS PEMETAAN KEBISINGAN DARI AKTIVITAS PESAWAT DI KAWASAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL KUALANAMU PUTRI ZHAFIRAH CHUZNITA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan runway baru yang lokasinya paralel runway eksisting

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tentu akan berdampak pada terjadinya berbagai masalah yang berkaitan dengan

Pemodelan Kebisingan akibat Aktifitas Pesawat dan Optimalisasi Kebisingan di Bandara Juanda dengan Menggunakan Model Les Frair

EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24

ANALISIS HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA FISIK TERHADAP TERJADINYA STRES KERJA PADA PEKERJA INDUSTRI BENGKEL LAS DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS RISIKO PAPARAN SO 2 DAN KEBISINGAN TERHADAP PEKERJA PADA AREA KERJA COAL YARD DI PT. INDONESIA POWER, SURALAYA, PROVINSI BANTEN

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Semua suara yang tidak

BAB III PERFORMANSI PUBLIC ADDRESS SYSTEM

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN MUSIK DISKOTIK DAN MASA KERJA DENGAN FUNGSI PENDENGARAN KARYAWAN DISKOTIK DI PONTIANAK TAHUN

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

DAMPAK KEBISINGAN VERSUS GANGGUAN PSIKOLOGIS

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

DAFTAR PUSTAKA. Ackerman, E Ilmu Biofisika. Airlangga University Press, Surabaya.

Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja

ANALISIS KELAYAKAN TERMINAL PENUMPANG 1A BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA

Transkripsi:

VOLUME 4 NO. 1, JUNI 2007 HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PESAWAT UDARA TERHADAP KESEHATAN PEKERJA DI SEKITAR LANDAS PACU 1 DAN 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA, BANTEN Margareta Maria Sintorini, Paido H. Hutapea, Agrivickona Ario Vicaksono Jurusan Teknik Lingkungan, Falkutas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1, Jakarta Barat 11440 Abstrak Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta adalah bandar udara terbesar di Indonesia yang saat ini menerbangkan 70.000 orang tiap harinya, spesifikasi panjang landasan pacu (runway) 1 dengan nomor 07R/25L sebesar 3600 m dan runway 2 dengan nomor 07L/25R sebesar 3660 m dan lebar 60 m. Pengukuran bising dilakukan di 4 titik di sekitar wilayah runway 1 dan 2 menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) pada jarak 300 m dari runway. Untuk mengetahui keluhan yang dialami oleh pekerja di area runway dilakukan penyebaran kuesioner terhadap pekerja sebanyak 120 buah, 20 eksemplar pada tiap unit PKP-PK, serta 60 pada area perkantoran. Hasil pengukuran antara 72,15 sampai 87,93. Perhitungan tingkat pemaparan kebisingan (TWA) dilakukan pada titik 1 hingga 4, adapun titik 1 dan 2 tidak dilanjutkan karena masih dibawah ambang batas yaitu 85 oleh Kep- 51/MEN/1999. Perhitungan TWA di titik 3 dan 4 menunjukkan waktu pemaparan yang diizinkan sebesar 5,48 jam dan 5,33 jam, pemaparan sebesar 88,40 dan 88,52. Dari penyebaran kuesioner didapat hasil sebanyak 41,67 % pekerja di unit PKP-PK mengalami gangguan pendengaran, dan di area perkantoran sebanyak 3,33 %. Berdasarkan analisis statistik diketahui bahwa kepatuhan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan pendengaran pekerja di unit PKP-PK dengan masa kerja >10 tahun memiliki resiko 1,5 kali mengalami gangguan pendengaran dibanding masa kerja < 10 tahun. Pekerja di perkantoran dengan umur > 50 tahun memiliki resiko 4,1 kali lebih besar mengalami gangguan pendengaran dibanding pekerja dengan umur < 50 tahun. Efektifitas penggunaan APD sebaiknya ditingkatkan dengan pemeriksaan berkala oleh pihak K3 PT. Angkasa Pura II serta pemberian sanksi bagi yang melanggar, begitu pula dengan pemberian barrier pada daerah yang berhubungan langsung dengan lokasi kerja serta pemberian peredam akustik pada bangunan PKP-PK. Abstract The Relations between Airplane's Noise Level and Employees Health in Runways 1 and 2 Soekarno-Hatta International Airport, Banten. Soekarno-Hatta International Airport in Tangerang, Indonesia has flew over 70.000 passengers every day nowadays, it has 2 runways with specification number 07R/25L, length 3600 m (1st runway), 3660 m (2nd runway), width 60 m and can be used for Boeing 747 landing. Noise level measurement at Soekarno-Hatta International Airport conducted at 4 measurement points around 1st and 2nd runway using Sound Level Meter at 300 m from runway. 120 questionnaires were given to the employees around runway to observe their health problem. The result of noise level measurement was due from 72,15 to 87,93.As for Time Weighted Average (TWA) calculation was only conducted at point 1 to point 4, but point 1 and point 2 was not included at the calculation due to normal result at point 1 and 2 compared to the permitted threshold 85 which ruled by Kep - 51/MEN/1999. As for point 3 and 4 the result shown that Time Weighted Average are 88,40 and 88,52 for 5,48 hours and 5,33 hours. The result shown that 41,67 % of employees at PKP-PK unit had hearing problem, as for office employees is 3,33 %. The result shown that Self Protection Device was the only significant relation due to employees hearing problem with 1,5 times larger hearing problem chance to the employees with more than 10 years work duration compared to the less than 10 years work duration employee. As for the official workers the risk was 4,1 times for the employees with more than 50 years old age compared to less than 50 years old age. Self Protection Device usage should be more effective with regular inspection by the occupational safety authorities and punishment to the indiscipline employee, and to place more barriers at the location which has direct impact to the employees, and also placing some acoustic noise absorber at PKP-PK building. Keywords : airport, employee, noise 9

10 VOLUME 4 NO. 1, JUNI 2007 1. Pendahuluan Bandara Internasional Soekarno Hatta adalah bandara terbesar di Indonesia yang melayani jenis penerbangan domestik dan internasional. Memiliki lahan seluas 3300 Ha yang berlokasi di Cengkareng, Banten dengan jarak tempuh 12 km dari Jakarta. Saat ini Bandara Internasional Soekarno Hatta memiliki 2 landasan pacu (runway) yang digunakan bagi penerbangan tiap harinya. Dalam kegiatannya, bandara tersebut menghasilkan pencemaran berupa kebisingan dari lalu lintas penerbangan. yang diterima manusia dan berlangsung dalam waktu lama harus dilakukan pengendalian atau pencegahan. dengan level yang cukup tinggi di atas 70 db dapat menimbulkan kegelisahan, kurang enak badan, masalah pendengaran dan penyempitan pembuluh darah. Sedangkan untuk tingkat [1]. di atas 80 db dapat mengakibatkan kemunduran yang serius pada kesehatan seseorang pada umumnya dan jika berlangsung lama dapat menimbulkan kehilangan pendengaran sementara atau permanen. Bandara Internasional Soekarno-Hatta memiliki 2 buah runway yakni landasan pacu (runway) 1 dan 2 dengan spesifikasi runway 1 adalah Heading arah 07R/25L, 3.660m (12,007ft) dan runway 2 adalah Heading arah 07L/25R, 3.600m (11,811ft). Sumber kebisingan yang terdapat pada runway adalah pada saat pesawat melakukan tinggal landas dan mendarat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan di runway 1 dan 2, Bandara Soekarno - Hatta dan membandingkannya dengan nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga RI, mengetahui keluhan adanya gangguan pendengaran dan ketaatan memakai alat pelindung diri, serta upaya pengendalian minimalisasi kebisingan yang dilakukan PT. Angkasa Pura 2 selaku operator Bandara Internasional Soekarno-Hatta. 2. Metode Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian bulan April 2007, dilakukan disekitar area runway (landasan pacu) 1 dan 2 di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Provinsi Banten. Dengan kondisi lingkungan kerja operasional bandara 24 jam, dan penerbangan efektif adalah pukul 00.00 bagi jenis penerbangan kedatangan terakhir, dan pukul 04.00 bagi jenis penerbangan keberangkatan pertama. (Occupational Safety and Health Act), yaitu menggunakan Sound Level Meter (SLM) [2]. Selain itu dilakukan wawancara terhadap pekerja yang bekerja di sekitar area runway 1 dan 2 untuk mengetahui kemungkinan gangguan kesehatan yang diakibatkan kebisingan dari pesawat udara pada saat mendarat dan tinggal landas. Pengukuran lamanya paparan bising yang diijinkan agar tidak merusak telinga, dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut [3]. 8 T = ---------------... (1) 2 (L-CL) / ER Keterangan : T : Lamanya waktu yang diizinkan (jam). L : Level suara. CL : Level kriteria standar (untuk Indonesia 85 ). ER : Exchange Rate (bilangan dasar penukaran). ER berdasarkan OSHA adalah 5 Perhitungan persen (%) noise dose (D) menggunakan persamaan : D = 100 (C /T + C /T +... C /T ) %... (2) 1 1 2 2 n n Keterangan : : Lamanya waktu paparan pada level yang tertentu. C n T n : Lamanya waktu paparan sesuai perhitungan Setelah nilai persentase pemaparan kebisingan diperoleh maka dapat dihitung Time Weighted Average (TWA) berdasarkan persamaan : TWA = 10 log (D / 100) + 85... (3) 3. Hasil dan Pembahasan Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan di empat titik lokasi pengukuran di dalam pagar bandar udara Soekarno - Hatta. Pengukuran empat titik tersebut didasarkan atas rekomendasi ICAO atas perhitungan kebisingan di bandar udara. Adapun hasil pengukuran dan lokasi pengukuran terlihat pada Tabel 1. Pengukuran menggunakan alat Sound Level Meter (SLM) merk Lutron SL-4012. Hasil perhitungan intensitas kebisingan tiap jenis pesawat terdapat pada Tabel 2. Metode pengukuran tingkat paparan kebisingan (TWA) dilakukan dengan mengikuti standar OSHA

VOLUME 4 NO. 1, JUNI 2007 11 Tabel 1. Hasil pengukuran kebisingan di empat titik Titik Lokasi Jarak dari Runway (m) 1 PKP-PK 2 Bengkel Merpati 3 Graha Haji/Indonesia Airshow 4 Pos Power Substation Maksimum Minimum 300 84,39 77,55 300 86,58 83,32 300 89,61 84,36 300 88,1 87,75 Tabel 2. Intensitas kebisingan rata-rata tiap jenis pesawat Lokasi Intensitas Boeing McDonnel Airbus Douglas (MD) Titik 1 79,66 84,39 77,55 Titik 2 84,37 83,32 86,58 Titik 3 89,61-84,36 Titik 4 87,75-88,1 Sebagian pekerja yang menjadi objek penelitian berumur antara 20-30 tahun sebesar 28,33 % di unit PKP-PK dan 23,33 % di area perkantoran, dan antara umur 31-40 tahun sebesar 41,67 % di unit PKP-PK dan 43,33 % di area perkantoran. Sementara untuk pekerja dengan umur 41-50 tahun sebesar 25 % di unit PKP- PK dan 26,67 % di area perkantoran. Sedangkan untuk pekerja berumur 51-55 tahun sebesar 5 % di unit PKP- PK dan 6,67 % di area perkantoran (Tabel 3). Tabel 3. Komposisi umur pekerja Umur (tahun) Unit PKP PK Persentase (%) Area Perkantoran 20-30 28,33 23,33 31-40 41,67 43,33 41-50 25 26,67 51-55 26,67 6,67 Tabel 4. Komposisi masa kerja karyawan Masa (tahun) Persentase (%) Unit PKP - PK 5-10 30 30 Area Perkantoran > 10 70 70 Responden di unit PKP-PK yang menjadi objek penelitian memiliki masa kerja antara 5-10 tahun adalah sebesar 30 %, sementara pekerja dengan masa kerja > 10 tahun adalah sebesar 70 %. Hal yang sama juga terjadi dengan kondisi masa kerja pekerja di area perkantoran, yakni masa kerja 5-10 tahun sebesar 30 %, sementara masa kerja > 10 tahun adalah sebesar 70 % (Tabel 4). Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner didapatkan hasil berupa jenis lain sumber paparan kebisingan berdasarkan letak tempat tinggal responden, hal tersebut dijelaskan pada Tabel 5. Dari Tabel 5 diketahui sebanyak 46 orang atau 38,3 % dari 120 responden yang diteliti memiliki lokasi tempat tinggal dekat dengan sumber kebisingan tersebut. Dengan demikian sebanyak 38,3 % pekerja memiliki kemungkinan mengalami paparan dari sumber bising lain selain dari kebisingan pesawat udara di bandar udara Soekarno - Hatta. Adapun berdasarkan penyebaran kuesioner, didapatkan pula hasil berupa gangguan pendengaran yang dikeluhkan oleh karyawan baik di lokasi PKP-PK maupun di lokasi perkantoran. Hasil dari penyebaran kuesioner tersebut menyebutkan bahwa sebanyak 27 orang pekerja dari 120 responden mengalami gangguan pendengaran atau sebanyak 22,5 %. (Tabel 6). Tabel 5. Sumber paparan responden Sumber Jumlah (orang) Prosentase (%) Lapangan 21 17,5 Terbang Rel Kereta 4 3,3 Api Bengkel 12 10 Lain lain 9 7,5

12 VOLUME 4 NO. 1, JUNI 2007 Tabel 6. Gangguan pendengaran pada pekerja Gangguan yang dialami Gangguan Pendengaran Selama Bekerja Peningkatan Gangguan Pendengaran Jumlah Persentase (orang) (%) 27 22,5 16 13,3 Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa gangguan pendengaran yang dialami pekerja terjadi akibat lokasi kerja yang berada di sekitar lokasi landasan pacu 1 dan 2 Bandar Udara Internasional Soekarno - Hatta. Dari hasil wawancara responden diketahui tidak semua pekerja pada unit PKP-PK mematuhi penggunaan alat pelindeng telinga (APT) saat melakukan tugasnya, hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7. Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa pekerja dengan kategori kadang kadang dalam pemakaian APT sangatlah dominan pada unit PKP-PK, hal tersebut disebabkan penggunaan APT berupa earmuff memberikan rasa tidak nyaman pada pengguna dan cenderung mengganggu. Pengukuran dan perhitungan untuk menentukan waktu pemaparan (Time Weighted Average/TWA) adalah pada titik 1 hingga titik 4 yang dapat dilihat pada Tabel 8. Dari Tabel 8 diketahui lokasi titik 1 dan 2 memiliki intensitas kebisingan yang tidak melewati ambang batas yang disyaratkan Kep-51/Men/1999 mengenai Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat. Peraturan itu mensyaratkan nilai ambang batas kebisingan sebesar 85 untuk waktu pemajanan 8 jam perhari, sementara pada titik 1 dan 2 intensitas kebisingan yang berhasil terukur adalah 81,5 dan 84,98. Dengan demikian titik 1 dan titik 2 masih dibawah ambang batas yang disyaratkan sehingga tidak akan dihitung nilai TWA dari titik tersebut. Tabel 7. Kepatuhan pekerja dalam penggunaan APT Kepatuhan Jumlah Persentase Pekerja (orang) (%) Selalu 4 6,7 Kadang - kadang Tidak Pernah 40 66,7 16 26,6 Tabel 8. Hasil pengukuran kebisingan pada titik 1 hingga titik 4 Titik Pengukuran Lokasi Titik 1 PKP - PK Titik 2 Bengkel Merpati Titik 3 Graha Haji / Indonesia Airshow Titik 4 Pos Power Substation Intensitas 81,5 84,98 87,73 87,93 Nilai TWA dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan (1), (2), dan (3), hasil perhitungan terdapat pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil TWA di titik 3 dan titik 4 Titik Pengukuran Rata - rata T (jam) D (%) TWA Titik 3 87,73 5,48 219 88,40 Titik 4 87,93 5,33 225 88,52 Tabel 9. menunjukkan nilai TWA sebesar 88,40 pada titik 3 dan 88,52 pada titik 4, menunjukkan bahwa di lokasi tersebut telah melebihi nilai ambang batas yang ditentukan yaitu 85 menurut Keputusan Menteri Tenaga nomor Kep-51/MEN/1999 [4]. Tabel 10. Hasil perhitungan statistik hubungan antara gangguan pendengaran dengan bising, umur, masa kerja, dan kepatuhan pada unit PKP-- PK dan area perkantoran. Unit Variabel B Sig OR PKP-PK Per Kantoran Umur -0,363 0,134 0,696 Masa 0,425 0,63 1,529 Kepatuhan APD -1,419 0,023 0,242 Konstanta 8,962 0,099 7797,549 Umur 1,413 0,196 4,106 Masa -1,603 0,107 0,201 Konstanta - 0,206 000 34,017

VOLUME 4 NO. 1, JUNI 2007 13 Dengan menggunakan analisis statistik, hubungan gangguan pendengaran dengan bising, umur, masa kerja, kepatuhan, dan jam kerja responden dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil analisis statistik tersebut juga menjelaskan bahwa umur, dan masa kerja tidak memberikan hubungan yang bermakna antar variabelnya. Nilai OR tertinggi pada variabel masa kerja yaitu sebesar 1,529. Menunjukkan responden yang mempunyai masa kerja lebih dari 10 tahun (> 10 tahun) beresiko mendapatkan gangguan pendengaran 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan responden yang mempunyai masa kerja kurang dari 10 tahun (5-10 tahun). Adapun pada area perkantoran yang tidak terpajan kebisingan tidak ada satu variabel pun yang memenuhi syarat signifikansi P < 0,05 [5]. Hal ini menunjukkan tidak ada variabel yang memiliki hubungan bermakna secara statistik antara gangguan pendengaran dengan umur dan masa kerja. Sedangkan untuk nilai OR (Odds Ratio) terdapat pada variabel umur yaitu sebesar 4,106. Menunjukkan responden yang mempunyai umur diatas 50 tahun beresiko untuk mendapatkan gangguan pendengaran 4,1 kali lebih tinggi dibandingkan responden yang berumur kurang dari 50 tahun. 4. Kesimpulan 1. Intensitas kebisingan tertinggi terdapat pada runway 1 sebesar 87,93 2. Time Weighted Average/TWA sesuai standar OSHA dilakukan di titik 3 dan 4 runway 2 dengan hasil: 88,4 dengan waktu pemaparan yang diizinkan selama 5,48 jam di titik 3 dan 88,52 dengan waktu pemaparan yang diizinkan selama 5,33 jam di titik 4. 3. Sebanyak 27 orang dari 120 responden mengalami gangguan pendengaran dengan 16 orang yang mengalami peningkatan gangguan pendengaran. 4. Pada unit PKP-PK terdapat hubungan yang bermakna antara gangguan pendengaran dengan kepatuhan penggunaan alat pelindung telinga, serta kemungkinan resiko gangguan pendengaran 1,5 kali lebih tinggi pada responden dengan masa kerja lebih dari 10 tahun. 5. PT. Angkasa Pura II telah menyediakan Alat Pelindung telinga dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala satu kali dalam setahun untuk memantau kemungkinan peningkatan gangguan pendengaran pada karyawannya. Daftar Acuan [1] Doelle, Leslie L., Akustik Lingkungan. Erlangga : Jakarta, 1990. [2] Criteria for A Recommended Standard, Occupational Noise Exposure, US Department of Health and Human Services : Cincinnati Ohio, 1998. [3] Sulaksmono, M., Bahaya dan Cara Pengendaliannya, Surabaya : KK Unair, 1991. [4] Suma mur, PK., Higiene Perusahaan dan Kesehatan. Surabaya : Usaha Nasional, 1987. [5] Walpole, Ronald E., Pengantar Statistika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992.