Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang zat besi.

Keterangan mengenai takaran saji merupakan informasi pertama yang tercantum dalam format Informasi Nilai Gizi.

Berikut adalah beberapa istilah dan definisi yang digunakan dalam Pedoman ini.

8.9 VITAMIN, MINERAL DAN ZAT GIZI LAIN

Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

2011, No BAB 9 FORMAT

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG ACUAN LABEL GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIALISASI PERATURAN KEPALA BADAN POM BIDANG PANGAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil umbi-umbian, antara lain

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Lembaga Pemberi Kode Halal Asing yang Disahkan Oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR PENGUJIAN BAHAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

Lampiran 1. Checklist Survei Pencantuman Label pada Produk Susu Formula dan Makanan Bayi

KLAIM PENURUNAN RISIKO PENYAKIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KONSEP DASAR ILMU GIZI. Rizqie Auliana, M.Kes

Semua karbohidrat berasal dari tumbuhtumbuhan

Grup I- Label Pangan

INFORMASI NILAI GIZI

KLAIM KANDUNGAN ZAT GIZI RENDAH ATAU BEBAS. Rendah 40 kkal (170 kj) per 100 g (dalam bentuk padat) atau 20 kkal (80 kj) per 100 ml (dalam bentuk cair)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

KARBOHIDRAT. Pendahuluan. Pertemuan ke : 3 Mata Kuliah : Kimia Makanan / BG 126

NARASI KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN PENENTUAN STATUS GIZI DAN PERENCANAAN DIET. Oleh : dr. Novita Intan Arovah, MPH

Mitos dan Fakta Kolesterol

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN KLAIM PADA LABEL DAN IKLAN PANGAN OLAHAN

Food. Healthy Diet. for Kids. Diet Alami. Komersial. Gula. Makanan Bayi JIKA BALITA BERDIET. Pasca Melahirkan. dalam. Edisi 7 Juli Vol

BAB II KETERAMPILAN PSIKOMOTOR KELOMPOK SISWA SMA KELAS XI MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA PEMBELAJARAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

PENILAIAN AKHIR SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2017/2018

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

2016, No Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

I. PENDAHULUAN. Jeruk Pontianak (Citrus nobilis) adalah jenis jeruk siam yang telah lama menjadi

BIOLOGI JURNAL ANABOLISME DAN KATABOLISME MEILIA PUSPITA SARI (KIMIA I A)

2016, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Ne

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI )

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG

SPESIFIKASI PENGADAAN BARANG PROYEK PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2011 UNTUK BALITA KURANG GIZI

KARBOHIDRAT DALAM BAHAN MAKANAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan

SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

- Beri tanda (X) pada pilihan jawaban yang anda anggap paling tepat. - Pertanyaan berupa isian, harap dijawab dengan singkat dan jelas

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

A. Senyawa organik sintesis

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena karbohidrat merupakan sumber kalori yang murah. Jumlah kalori yang

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

KARBOHIDRAT PROTEIN LEMAK KIMIA KESEHATAN KELAS XII SEMESTER 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. asam asetat Acetobacter xylinum. Nata terbentuk dari aktivitas bakteri Acetobacter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanamannya berbentuk rumput, batangnya pendek, dan akar tunggangnya

PENDAHULUAN. Permen jelly merupakan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dadih merupakan hasil olahan susu fermentasi yang berasal dari Sumatera Barat, Jambi dan Riau.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto

2013, No.710 6

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. yang jumlah strainnya sangat banyak, serta mengandung alkohol 0,5-1,0% dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Judul Praktikum : Uji Keasaman Minyak (Uji Lipid) B. Tujuan Praktikum : untuk mengetahui sifat Asam dan Basa Minyak. C. Latar Belakang : Lipid

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

KARBOHIDRAT. M. Anwari Irawan. Sports Science Brief

Apakah Diet Makanan Saja Cukup Sebagai Obat Diabetes Alami?

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. tangga, industri, pertambangan dan lain-lain. Limbah berdasarkan sifatnya

Oleh: Rina Hasniyati, SKM, M.Kes KH,P,L 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penurunan ini disebabkan proses fermentasi yang dilakukan oleh L. plantarum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

Mendesain Pangan untuk Atlit Berdasarkan Indek Glikemik. Oleh : Arif Hartoyo HP :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. produksi modern saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa)

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga) Gizi Ilmu Kesehatan

PENDAHULUAN mg/dl. Faktor utama yang berperan dalam mengatur kadar gula darah

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nira yang dihasilkan oleh setiap tanaman tersebut memiliki ciri fisik serta

Transkripsi:

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut : a. Produk pangan mengandung zat gizi tersebut dalam jumlah tertentu, atau b. Zat gizi tersebut dipersyaratkan untuk ditambahkan atau difortifikasi pada pangan, atau c. Pangan yang bersangkutan memuat klaim yang berkenaan dengan zat gizi tersebut. 7.1 ENERGI DARI LEMAK 7.1.1 Ketentuan a. Energi dari lemak wajib dicantumkan apabila terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 gram lemak (energi dari lemak sebesar 4,5 kkal) per sajian. a. Kandungan energi dari lemak tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan. 7.1.2 Pencantuman Kandungan energi dari lemak dicantumkan dalam kkal per sajian. 7.1.3 Pembulatan nilai energi dari lemak a. Kurang dari 5 kkal per sajian, dinyatakan sebagai 0 kkal. Misal : Kandungan energi dari lemak sebesar 3 kkal per sajian, maka pencantuman nilai energi dari lemak sebagai berikut: Energi dari lemak 0 kkal b. 5 kkal sampai 50 kkal per sajian, dibulatkan kekelipatan 5 kkal Misal: Kandungan energi dari lemak sebesar 17 kkal per sajian, maka pencantuman nilai energi dari lemak sebagai berikut: Energi dari lemak 15 kkal

c. Lebih dari 50 kkal per sajian, dibulatkan kekelipatan 10 kkal Misal : Kandungan energi dari lemak sebesar 108 kkal per sajian, maka pencantuman nilai energi dari lemak sebagai berikut: Energi dari lemak 110 kkal 7.2 LEMAK JENUH 7.2.1 Pengertian Lemak jenuh merupakan jumlah keseluruhan asam lemak yang tidak mengandung ikatan rangkap. 7.2.2 Ketentuan a. Kandungan lemak jenuh wajib dicantumkan apabila: 1. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 g per sajian; dan atau 2. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang lemak, asam lemak, atau kolesterol; dan atau 3. mencantumkan nilai energi dari lemak jenuh. b. Kandungan lemak jenuh tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan. 7.2.3 Pencantuman Kandungan lemak jenuh dicantumkan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG lemak jenuh per sajian.

7.2.4 Pembulatan nilai lemak jenuh a. Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g. Misal : Kandungan lemak jenuh sebesar 0,3 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak jenuh sebagai berikut : Lemak jenuh 0 g b. 0,5 g sampai 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 0,5 g Misal : Kandungan lemak jenuh sebesar 3,7 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak jenuh sebagai berikut : Lemak jenuh 4,0 g c. Lebih dari 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 g Misal : Kandungan lemak jenuh sebesar 11,4 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak jenuh sebagai berikut : Lemak jenuh 11 g 7.2.5 Pembulatan nilai persentase AKG lemak jenuh a. Jika kandungan lemak jenuh yang dicantumkan 0 g, maka nilai persentase AKG lemak jenuh adalah 0 % b. Lebih dari 0 %, maka dibulatkan ke kelipatan 1 % Misal : Nilai persentase AKG lemak jenuh sebesar 5,3 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 5 %. 7.3 LEMAK TRANS 7.3.1 Pengertian Lemak trans merupakan jumlah keseluruhan asam lemak tidak jenuh yang mengandung satu atau lebih ikatan rangkap terisolasi dalam konfigurasi trans.

7.3.2 Ketentuan Kandungan lemak trans wajib dicantumkan apabila: 1. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 g per sajian; dan atau 2. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang lemak, asam lemak, atau kolesterol. 7.3.3 Pencantuman Kandungan lemak trans dicantumkan dalam gram per sajian. Kata trans ditulis dengan huruf miring (italic). 7.3.4 Pembulatan nilai lemak trans a. Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g. Misal : Kandungan lemak trans sebesar 0,4 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak trans sebagai berikut : Lemak trans 0 g b. 0,5 g sampai 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 0,5 g Misal : Kandungan lemak trans sebesar 2,8 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak trans sebagai berikut : Lemak trans 3,0 g c. Lebih dari 5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 g Misal : Kandungan lemak trans sebesar 9,3 g per sajian, maka pencantuman nilai lemak trans sebagai berikut : Lemak trans 9 g 7.4 KOLESTEROL 7.4.1 Pengertian Kolesterol merupakan komponen lemak sterol yang terdapat dalam pangan hewani yang berguna bagi membran sel dan pembentukan hormon steroid.

7.4.2 Ketentuan a. Kandungan kolesterol wajib dicantumkan apabila : 1. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 mg per sajian; dan atau 2. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang lemak, asam lemak atau kolesterol. b. Kandungan kolesterol tidak perlu dicantumkan untuk pangan yang ditujukan bagi anak berusia 6 sampai 24 bulan. 7.4.3 Pencantuman Kandungan kolesterol dicantumkan dalam miligram per sajian dan dalam persentase AKG, dengan tulisan tebal (bold). 7.4.4 Pembulatan nilai kolesterol a. Kurang dari 2 mg per sajian, dinyatakan sebagai 0 mg. Misal : Kandungan kolesterol sebesar 1 mg per sajian, maka pencantuman nilai kolesterol sebagai berikut : Kolesterol 0 mg b. 2 mg sampai 5 mg per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 mg Misal : Kandungan kolesterol sebesar 3,5 mg per sajian, maka pencantuman nilai kolesterol sebagai berikut: Kolesterol 4 mg c. Lebih dari 5 mg per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 mg Misal : Kandungan kolesterol sebesar 27 mg per sajian, maka pencantuman nilai kolesterol sebagai berikut : Kolesterol 25 mg

7.4.5 Pembulatan nilai persentase AKG kolesterol a. Jika kandungan kolesterol yang dicantumkan 0 mg, maka nilai persentase AKG kolesterol adalah 0 %. b. Lebih dari 0 %, dibulatkan ke kelipatan 1 % Misal : Nilai persentase AKG kolesterol sebesar 4,8 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 5 %. 7.5 SERAT PANGAN 7.5.1 Pengertian a. Serat pangan merupakan bagian tanaman yang dapat dimakan (edible portion), tidak dapat dicerna dalam usus halus tetapi dapat difermentasi secara parsial atau keseluruhan dalam usus besar. b. Komponen serat pangan meliputi polisakarida, oligosakarida, lignin dan senyawa lain. 7.5.2 Ketentuan Serat pangan wajib dicantumkan apabila terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 0,5 gram per sajian. 7.5.3 Pencantuman Serat pangan dicantumkan dalam gram per sajian dan dalam persentase AKG. 7.5.4 Pembulatan nilai serat pangan a. Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g. Misal : Kandungan serat pangan sebesar 0,4 g per sajian, maka pencantuman nilai serat pangan sebagai berikut: Serat pangan 0 g

b. Lebih dari 0,5 g per sajian, dibulatkan ke kelipatan 1 g Misal : Kandungan serat pangan sebesar 4,7 g per sajian, maka pencantuman nilai serat pangan sebagai berikut : Serat pangan 5 g 7.5.5 Pembulatan nilai persentase AKG serat pangan a. Jika kandungan serat pangan yang dicantumkan 0 g, maka nilai persentase AKG serat pangan adalah 0 %. b. Lebih dari 0 %, dibulatkan ke kelipatan 1 % Misal : Nilai persentase AKG serat pangan sebesar 7,5 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 8 %. 7.6 GULA 7.6.1 Pengertian Gula merupakan jumlah semua monosakarida dan disakarida (seperti glukosa, fruktosa, laktosa dan sukrosa) yang terdapat dalam pangan. 7.6.2 Ketentuan Gula wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 1 gram per sajian; dan atau b. mencantumkan penyataan (klaim) tentang kandungan gula, gula alkohol atau pemanis. 7.6.3 Pencantuman Kandungan gula dicantumkan dalam gram per sajian.

7.6.4 Pembulatan nilai gula a. Kurang dari 0,5 g per sajian, dinyatakan sebagai 0 g. Misal : Kandungan gula sebesar 0,25 g per sajian, maka pencantuman nilai gula sebagai berikut : Gula 0 g b. Lebih dari 0,5 g per sajian, pembulatan dilakukan ke kelipatan 1 g Misal : Kandungan gula sebesar 7,4 g per sajian, maka pencantuman nilai gula sebagai berikut : Gula 7 g 7.7 VITAMIN A 7.7.1 Ketentuan Kandungan Vitamin A wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang vitamin A. 7.7.2 Pencantuman Kandungan Vitamin A dicantumkan dalam persentase AKG per sajian. 7.7.3 Pembulatan nilai persentase AKG Vitamin A a. Kurang dari 2 % AKG per sajian, dinyatakan sebagai 0 %. Misal : Nilai persentase AKG vitamin A sebesar 1,9 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 0 %.

b. 2 % sampai 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 2 % Misal : Nilai persentase AKG vitamin A sebesar 7,2 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 8 %. c. Lebih dari 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 % Misal : Nilai persentase AKG vitamin A sebesar 12 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 10 %. 7.8 VITAMIN C 7.8.1 Ketentuan Kandungan Vitamin C wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang vitamin C. 7.8.2 Pencantuman Kandungan Vitamin C dicantumkan dalam persentase AKG per sajian. 7.8.3 Pembulatan nilai persentase AKG Vitamin C a. Kurang dari 2 % AKG per sajian, dinyatakan sebagai 0 %. Misal : Nilai persentase AKG vitamin C sebesar 1,7 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 0 %. b. 2 % sampai 10 % AKG per sajian, maka dibulatkan ke kelipatan 2 % Misal : Nilai persentase AKG vitamin C sebesar 5,7 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 6 %.

c. Lebih dari 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 % Misal : Nilai persentase AKG vitamin C sebesar 24 %, maka nilai yang dicantumkan adalah 25 %. 7.9 KALSIUM 7.9.1 Ketentuan Kalsium wajib dicantumkan apabila : a. terdapat dalam jumlah yang berarti yaitu lebih dari 2 % AKG per sajian; dan atau b. mencantumkan pernyataan (klaim) tentang kalsium. 7.9.2 Pencantuman Kalsium dicantumkan dalam persentase AKG per sajian. 7.9.3 Pembulatan nilai persentase AKG kalsium a. Kurang dari 2 % AKG per sajian, dinyatakan sebagai 0 %. Misal : Nilai persentase AKG kalsium sebesar 1,1 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 0 %. b. 2 % sampai 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 2 % Misal : Nilai persentase AKG kalsium sebesar 5,6 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 6 %. c. Lebih dari 10 % AKG per sajian, dibulatkan ke kelipatan 5 % Misal : Nilai persentase AKG kalsium sebesar 19 % per sajian, maka nilai yang dicantumkan adalah 20 %.