BAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:

dokumen-dokumen yang mirip
TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

MATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)

USULAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RKPS)

FALSAFAH EKONOMI ISLAM DAN EKONOMI ISLAM SEBAGAI SISTEM ANALISIS (ILMU) Pertemuan ke-3 Filsafat & Pemikiran Ekonomi Islam PASCASARJANA STEI TAZKIA

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

Pendidikan Agama Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Adapun kesimpulan tersebut terdapat dalam poin-poin berikut:

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

A. Dari segi metodologi:

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DALAM PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG BERKUALITAS. Nuryani, M. IAIN Palopo

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB V PENUTUP. penulis angkat dalam mengkaji pendidikan ekologi dalam perspektif Islam,

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

PARADIGMA PROFETIK: Pembaruan Basis Epistemologi Ilmu Hukum di Indonesia

BAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, penulis mengambil. 1. Konsepsi kecerdasan emosional dan spiritual didasari oleh konsep bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada periode modern, mengalami pasang surut antara kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB V ANALISIS. Akhlak Islami: Integrasi Struktur Jasmani, Nafsani, dan Ruhani

PENDIDIKAN PANCASILA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

BAB III NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP DALAM PENDIDIKAN ISLAM. maju agar menjadi golongan yang unggul. Sementara itu pemenuhan di bidang

Pentingnya Kaderisasi Intelektual dalam Usaha Islamisasi Ilmu Pengetahuan

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM

MENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI [1] DUSKI SAMAD [2]

Konsepsi Ideal Kemanusiaan

BAB IV ANALISIS KONSEP HUMANISME RELIGIUS SEBAGAI PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM MENURUT ABDURRAHMAN MAS UD

Rekonstruksi Ilmu Pengetahuan Kontemporer

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA STATUS DAN TANGGUNGJAWAB MANUSIA

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU

MENYANGKAL TUHAN KARENA KEJAHATAN DAN PENDERITAAN? Ikhtiar-Filsafati Menjawab Masalah Teodise M. Subhi-Ibrahim

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) a. Iman dan takwa. b. Filsafat ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2011, Hlm. 13.

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

SIJIL PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK 113 Pengenalan kepada Psikologi Islam

SATUAN ACARA PENGAJARAN

mempunyai fungsi vital keberlangsungan dalam kehidupan manusia, karena keduanya merupakan daya yang bisa mengapresiasi, merespon, berfikir, dan

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa

TOPIK PERBINCANGAN. 2.2 Pandangan Semesta Tamadun Islam. 2.3 Konsep Tamadun Islam. 2.4 Sumber Tamadun Islam. 2.1 Pengenalan

HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM. Oleh: Hambali ABSTRAK

BAB V PEMBAHASAN. 1. Tinjauan Tentang Kegiatan Membaca Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Al- Qur an (Qiroatul Qur an) Kelas VIII di MTsN Tulungagung yang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Ghazali (w M) adalah salah satu tokoh pemikir paling populer bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

Spiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah. Farah Meidita Firdaus

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrachman Mas ud dkk, Paradigma Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001, hal. 139.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2008), Cet. III, hlm. 3.

BAB V KESIMPULAN. Teosofi Islam dalam tataran yang sederhana sudah muncul sejak abad 9 M.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

: Data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITP. Minggu Pokok Bahasan/ Sub Pokok TIU TIK Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Restu Nur Karimah, 2015

BAB V PENUTUP. Dari penelitian terhadap spiritual bisnis Islam (studi pemasaran kelapa

Pendidikan Agama Islam

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

DESKRIPSI LEARNING OUTCOME MATA KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PROGRAM MATA KULIAH DASAR UMUM ( MKDU ) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

PANCASILA Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu

HAKIKAT DAN EKSISTENSI MARTABAT MANUSIA

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KONSEP KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN ISLAM

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENGAKTUALISASIKAN KEGIATAN DAKWAH DI GAMPONG BUKIT SEULEMAK KECAMATAN BIREM BAYEUN. Skripsi. Diajukan Oleh : ANITA

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 1 Tanggal Berlaku :

Memahami Islam. Pertanyaan:

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

PANCASILA AKTUALISASI PANCASILA DALAM PENGEMBANGAN IPTEK DAN KEHIDUPAN AKADEMIK. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA

Pendidikan Pancasila. Implementasi Sila Ke 2 dan 3 Pancasila. Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengalaman Beragama. Pengalaman beragama menurut Glock & Stark (Hayes, 1980) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN GLOBALISASI

Akidah dalam kehidupan Muslim: analisis aspek aspek penyelewengan. Sinopsis:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul Pendidikan Islam Berwawasan kebangsaan menurut perspektif KH.

Transkripsi:

254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan mengenai apa yang telah dideskripsikan sebelumnya. Jika dapat dianggap bahwa sebuah eksposisi atau deskripsi merupakan sebuah wacana yang terserak, sekalipun terstruktur dalam sebuah mekanisme penulisan. Maka benang merah yang terdapat didalamnya harus diuraikan kembali. Untuk itulah, sebuah kesimpulan mutlak diperlukan. Ada beberapa hal yang hendak Penulis simpulkan, tidak bermaksud menyederhakankan, apa yang telah Penulis uraikan sebelumnya, mengenai tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut: 1. Konsep berfikir multidimensional merupakan suatu konsep berfikir yang memandang manusia sebagai makhluk multidimensional. Berpikir multidimensional menurut Musa Asy arie adalah konsep berpikir dengan menggunakan metode rasional-transendental. Menurutnya, metode ini sangat diperlukan untuk menghadapi kompleksitas dan pluralitas dari zaman ini. Dalam rasional transendental, dimensi rasionalnya dicapai melalui pikir atau ijtihad yaitu kesungguhan berpikir sungguh-sungguh,

255 multidimensi. Sementara dimensi transendental dicapai melalui dzikir atau ittihad yaitu penyatuan dalam kegaiban, rujukannya pada kita Al-Qur an sebagai doktrin yang menuliskan dimensi transenden dan hikmah profetik dari proses berpikir mendalam, sebagai suatu sunnah Rasulallah dalam berpikir, yang telah dijalaninya secara konsisten. Selain metode rasional-transendental, dalam berfikir multidimensional Musa Asy arie mengintegrasikan lima pendekatan, yaitu pendekatan historik, pendekatan doktrinal, metodik, organik dan teleologik. 2. Dalam berfikir multidimensional, setidaknya ada 3 landasan filosofis yang terdiri dari landasan ontologis, epistemologis, dan landasan aksiologis.. landasan ontologis berfikir multidimensional disini menjelaskan mengenai hakikat manusia multidimensional, yang dalam Al-Qur an dengan istilah nafs yang terdiri dari jasad, hayah, dan ruhani. Landasan epistemologis menjelaskan cara yang dapat ditempuh untuk dapat berfikir multidimensional. Menurut Musa Asy arie, ada setidaknya enam cara yang dapat ditempuh untuk dapat berpikir multidimensional, yaitu: Pertama, memahami konsep diri, maksudnya adalah memahami bahwa hakikatnya manusia adalah makhluk multidimensional yang terdiri dari unsur alam, unsur budaya dan unsur Illahi; Kedua, menyeimbangkan proses zikir dan pikir, seseungguhnya keduanya merupakan aktualitas aqal. Daya zikir untuk menyadari dan menghayati sesuatu yang bersifat transenden, dan daya pikir untuk memahami sesuatu yang imanen; Ketiga, melihat alam dan manusia dari dimensi Illahiyah; Keempat, memandang kebudayaan

256 dari dimensi Insaniyah; Kelima, memahami sesuatu dari prosesnya, memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi pasti ada proses didalamnya, tidak ada suatu kesuksesan/kebahagiaan atau kemiskinan/kemalangan terjadi secara tiba-tiba tanpa proses didalamnya; Keenam, menghindari berpikir a historis, dalam berpikir multidimensional kesadaran terhadap sejarah akan melahirkan kesadaran baru untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan, sehingga masa depan bukan merupakan pengulangan masa lalu yang buruk; Landasan aksiologis, merupakan nilai atau kegunaan dari berfikir multidimensional. ekonomi Islam merupakan salah satu hasil dari berfikir multidimensional, yang menjadikan segala aktivitas ekonomi sebagai sarana untuk dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah, baik sebagai abd maupun sebagai khalifah. 3. Implikasi dari konsep berfikir multidimensional ini, munculnya suatu tawaran konsep pendidikan yaitu Konsep pendidikan Islam Tauhidik yang merupakan suatu konsep pendidikan yang mengintegrasikan antara Iman (filsafat), Islam (iptek), dan Ihsan (tasawuf). Pendidikan Tauhidik, yaitu suatu konsep pendidikan yang bermaksud menjaga keseimbangan antara antara spiritualitas, moralitas dan intelektualitas. Secara keagamaan, dalam Islam dikenal adanya tiga tahapan, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Dalam tahap iman, seseorang meyakini dan mempercayai sepenuhnya kehadiran Tuhan. Melalui keyakinan ini seseorang kemudian memasuki tahapan Islam, yaitu patuh menjalani syariat agama yang memuat hukum-hukum

257 dan peraturan serta tata cara dalam ibadat dan muamalat sebagai perintah dari Tuhan yang diyakininya itu. Dengan menjalankan syariat agama pada tahapan kedua ini seseorang diharapkan dapat memasuki tahapan berikutnya; ihsan. Tahap ini adalah tahap aktualisasi diri manusia yang didasarkan pada hubungannya yang intens dengan Tuhan secara pribadi, menerima amanat-nya sebagai wakil-nya, untuk kemudian melaksanakan tugas kebudayaan, yakni memakmurkan, mensejahterakan, dan menyelamatkan kehidupan di muka bumi. Ketiga tahapan keagamaan di atas dapat dikembangkan dalam dunia keilmuan; tahapan Iman berkembang dalam ilmu ketuhanan dan yang menjelaskan hakikat semua yang ada. Tahapan pertama ini yang biasanya lebih dikenal dengan istilah filsafat dan hikmah. Tahapan Islam (syariah), yang menetapkan prinsip ibadat dan muamalat, berkembang dalam ilmu sosial, kebudayaan dan iptek yang terkait dengan manusia danalam. Sedangkan Ihsan, sebagai tahapan terakhir, berkembang dalam ilmu tasawuf. Tujuan tahapan terakhir ini adalah mengembangkan wawasan batin, menembus dimensi yang transendental-spiritual, dan yang akan mengantarkan pengalaman spiritual manusia ke dimensi yang Ilahi sebagai proses menuju mi raj. Tahapan syariat dalam Islam mempunyai jangkauan yang luas, meliputi tata hubungan antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam. Tahapan-tahapan ini menyangkut aspek agama, sosial, budaya dan iptek. Sebagai realisasi dan aktualisasi diri manusia untuk mematuhi ajaran

258 dan wahyu Allah, syariat dan juga disebut sebagai lapangan kebudayaan yang sangat luas. Kebudayaan adalah proses eksistensi diri menjadi manusia untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba Tuhan yang menerima amanat khalifah, wakil Tuhan di muka bumi. Tahapan Islam tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan kesatuan dengan tahapan Iman dan Ihsan. Dengan demikian, epistemology tauhid menjadikan ilmu sosial, kebudayaan,dan iptek (Islam) tidak terpisahkan dengan filsafat (Iman) dan tasawuf ( Ihsan). Iptek dipakai untuk menghadapi dan memecahkan persoalan teknik operasional yang sifatnya konkret dan berdimensi material. Filsafat, sebagai basisnya, akan memberikan wawasan dan landasan nilai-nilai dalam operasionalisasi iptek. Sedangkan tasawuf akan mengantarkan seseorang masuk ke dalam dimensi transendental, sebagai bagian dari perwujudan iman dan pengabdian diri kepada Tuhannya. Dengan demikian, Pendidikan Islam Tauhidik bermaksud untuk membantu manusia mengembangkan potensi yang dimiliki agar dapat menjalankan perannya baik sebagai abdullah maupun sebagai khalifatullah. Selain itu untuk menjaga keseimbangan antara kecerdasan rohaniah (religius), kecerdasan kultural, kecerdasan sosial, kecakapan emosional, dan kecerdasan intelektual. B. Saran Beberapa saran yang hendak penulis sarankan adalah sebagai berikut: 1. Pembaharuan dalam keberagamaan Islam hendaknya berangkat dari konsepsi yang terdapat dalam Al-Qur an dan Sunnah (utamanya Sunnah

259 Nabi dalam berpikir). Namun perangkat ilmiah modern tetap dibutuhkan untuk memberikan kontribusinya dalam membuat suatu bangunan keilmuan yang utuh. 2. Konsep berpikir multidimensional Musa Asy arie dapat dijadikan sebuah rujukan dalam merubah paradigma berpikir yang selama ini dianut oleh sebagain umat muslim yang pada akhirnya menimbulkan kemunduran peradaban. 3. Konsep Pendidikan Islam Tauhidik yang penulis jelaskan dalam tesis ini belum menyentuh pada aspek implementasi, sehingga menjadi tugas peneliti selanjutnya untuk dapat menjadikan konsep pendidikan Islam tauhidik ini menjadi terealisasikan dan mampu membawa angin perubahan bagi pendidikan di negeri ini.