BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA
|
|
- Surya Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PERBANDINGAN PEMURNIAN TAREKAT IBNU TAIMIYAH DAN HAMKA A. Pemurnian Tarekat Ibnu Taimiyah dan Hamka 1. Ibnu Taimiyah Seperti yang telah dibahas dalam bab sebelumnya, hubungan antara tarekat dengan tasawuf, di mana tarekat merupakan amaliah tasawuf atau salah satu bentuk praktek dalam bertasawuf. Ibnu Taimiyah secara tidak langsung mengkritisi tarekat yang pada waktu itu sebenarnya menjadi lahan kritisan. Ibnu Taimiyah menyebutnya secara umum, yaitu tasawuf, padahal yang sebenarnya adalah amalan tasawuf atau praktek tarekat, di mana tarekat sebagai lembaga tasawuf yang menurut Ibnu Taimiyah banyak yang menyimpang. Ibnu Taimiyah juga tidak fanatik terhadap suatu tarekat, sebagaimana yang dijelaskan ketika Ibnu Taimiyah mengomentari pendapat tentang banyaknya tarekat itu sebanyak nafas manusia. Bagi Ibnu Taimiyah, selama tarekat tersebut sesuai dengan ajaran al-qur an dan al- Sunnah, dan jika tarekat tersebut keluar dari kedua sumber tersebut adalah bathil (Ibnu Taimiyah., 2000c: 232). Dari anomali-anomali dan berbagai tanggapan dari Ibnu Taimiyah mengenai praktek tarekat di atas, maka dapat diformulasikan tarekat menurut Ibnu Taimiyah. Konsep tarekat Ibnu Taimiyah pada dasarnya adalah pemurnian pada syariat, dan mengedepankan tauhid. Bagi Ibnu Taimiyah, praktek-praktek yang dilakukan para sufi lebih mengarah pada bentuk kemusyrikan dan hal-hal bid ah, yang dapat membawa aktivisnya menjadi sesat dan menyesatkan. Kekhawatiran inilah yang kemudian mendorong Ibnu 89
2 Taimiyah memberikan batasan-batasan yang tegas dalam praktek bertasawuf atau bertarekat. Bagi Ibnu Taimiyah, tarekat dipandang sebagai suatu tuntutan prilaku bagi aktivisnya, bukan sebagai ritual simbolik semata. Hal ini dapat dipahami karena Ibnu Taimiyah memiliki beck-ground sosio-kultur yang lebih mengedepankan praktek-praktek religious 1 yang didasarkan pada ketentuan syariat. Ia seorang muslim yang taat, dan hidup dalam lingkungan yang religius. Hal inilah yang kemudian dalam beberapa hal Ibnu Taimiyah dianggap telah memusuhi para sufi. Sikap keras yang ditunjukkan Ibnu Taimiyah terhadap kaum sufi lebih ditunjukkan pada manhaj yang dilakukannya guna mencapai ma rifatullah dengan sang Khalik. Bagi Ibnu Taimiyah, tarekat yang dipraktekkan para sufi justru mengalami pendangkalan syariat. Pemikiran yang dibawa justru melahirkan persaingan yang tajam dalam masyarakat, lebih parah lagi ketika 1 Praktek religious yang dimaksudkan disini mengacu pada pengamalan dimensi keberagamaan seorang muslim. Dimensi-dimensi tersebut dapat dijabarkan menjadi lima aspek yaitu : (1) Keyakinan/ ideologis, dimensi ini berkenaan dengan seperangkat kepercayaan (belief s) yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang beragama harus berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui doktrindoktrin tersebut serta mentaati sumber hukum tertingginya yaitu al-qur an dan al-sunnah, (2) Ritualistik/ praktik agama, manifestasi dari hal ini adalah ritual yang mengacu pada tindakan formal keagamaan dan praktek suci tentang ketaatannya kepada Allah, (3) Eksperensial/ pengalaman, aspek ini berisi tentang perasaan, pengalaman keagamaan, persepsi dan sensasi yang dialami seseorang dalam suatu esensi ketuhanan, (4) Intelektual/ pengetahuan agama,dalam keberislaman isi dari aspek ini adalah menyangkut pengetahuan tentang isi pokok al Qur an, pokok islam yang harus diimani, hukum Islam, sejarah Islam, dan lain-lainnya, (5) Konsekuensial/ pengalaman, aspek ini mengacu pada identifikasi akibat dari keyakinan keagamaan, prilaku disini lebih mengarrah pada prilaku duniawi yakni bagaimana individu berelasi atau menjalin hubungan dengan orang lain dan dunianya. (Taufik Abdullah dan Rusli Karim., 1998: 39). 90
3 para sufi memunculkan praktek-praktek mistik berupa sihir-sihir yang sengaja disebar-luaskan kedalam masyarakat, yang justru menyulut terjadinya kesenjangan sosial dan perpecahan dalam masyarakat. Ibnu Taimiyah merasa tidak rela jika penempuhan jalan sufi terjebak dalam penyimpangan. Kepeduliannya tampak dalam corak pemikiran dan pandanganpandangannya tentang konsep dan praktek-praktek tarekat. Pada hakikatnya, praktek tasawuf atau yang diidentikkan dengan tarekat adalah hidup zuhud dan tekun beribadah. Hakikat tersebut sebenarnya sudah terjadi pada masa nabi Muhammad dan para sahabatnya. Secara normatif, pandangan Ibnu Taimiyah tersebut mempunyai dasar yang kuat dalam al-qur an dan al- Sunnah, secara historis juga memiliki panutan baik dari kalangan sahabat maupun sesudahnya, dan secara aplikatif dapat dikatakan sebagai perpanjangan ajaran Islam itu sendiri, terutama yang berkaitan dengan dimensi moral sebagai substansi Islam. Ibnu Taimiyah memandang tarekat sebagai bentuk ijtihad, dengan artian cara yang ditempuh untuk menjalankan ajaran-ajaran agama dengan benar dan sungguh-sungguh. Karena ia menolak tarekat sebagai satu-satunya jalan yang paling benar, otoritatif, dan benar dalam melaksanakan agama. Dan pada umumnya, manusia dapat mendekatkan diri kepada Allah dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan pandangan ijtihadnya (Ibnu Taimiyah., 2000d: 9-10). Sudah dapat dipastikan, bahwa sumber tarekat menurut Ibnu Taimiyah harus berdasarkan al-qur an dan al-sunnah. Pengetahuan ma rifat dalam pandangan Ibnu Taimiyah, harus diperoleh melalui petunjuk kedua sumber, dan upaya-upaya penyucian diri melalui dzikir 91
4 dan ibadah, sehingga dalam kondisi tertentu hati dapat menerima pengetahuan yang bersifat ilhami. Di samping itu, untuk menilai benar dan salahnya pengetahuan, harus tetap dalam kontrol dan bimbingan kedua sumber tersebut. Karena tanpa kontrol dan bimbingan dari kedua sumber, praktek tasawuf berpeluang dan atau tersusupi oleh budaya dan ajaran non Islam.Sedangkan tujuan tarekat sebagai salah satu bentuk praktek tasawuf adalah diorientasikan pada tujuan menghayati perintah agama, atau perintah Allah, agar dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Adapun dalam konsep amaliah batin, maqamat dan ahwal dipandang sebagai moralitas Islam yang wajib dilaksanakan oleh siapapun sebagai suatu kewajiban (Ibnu Taimiyah., 2000c: 5). 2. Hamka Dalam bukunya Hamka yang berjudul Tasauf Modern, menurut penulis, dia tidak memberikan definisi tersendiri tentang tarekat. Bukunya banyak membahas tentang tasawuf walaupun yang sebenarnya Hamka sendiri pada waktu itu mengamati dan mengkritisi praktek tasawuf yang identik dengan tarekat. Hamka sendiri juga mengatakan bahwa, bukunya Tasauf Modern ini ditulis dengan berbagai sumber referensi buku-buku dan kitab-kitab tentang tasawuf, filsafat, dan kemudian dibandingkan dengan al-qur an dan al-sunnah, serta dihubungkan dengan pikiran pribadi dan pengalaman sendiri. Dan menurutnya pula, ini juga bisa disebut sebagai karangan pribadi (Hamka., 2005a: 2). Menurut Hamka, hakikat tasawuf dalam arti tarekat di sini yaitu, tarekat yang diartikan dengan kehendak memperbaiki budi dan membersihkan batin. Hamka memakai dasar tentang tasawuf yang diungkapkan oleh al-junaid yaitu, keluar dari budi, perangai yang tercela dan masuk 92
5 kepada budi, perangai yang terpuji (Hamka., 2005a: 12). Artinya, tasawuf berikut lembaga tarekatnya adalah alat untuk membentengi dari kemungkinan-kemungkinan seseorang terpeleset ke dalam lumpur keburukan budi dan kekotoran batin. Salah satu caranya adalah berzuhud sebagaimana yang dicontohkan oleh nabi Muhammad lewat al-sunnahnya. Tarekat adalah sebagai alat, atau suatu ikhtiar bukan suatu tujuan atau agama seperti yang dilihat pada masanya (Hamka., 2005a: 13). Hamka juga memberi kesimpulan tentang sumber dalam bertarekat yaitu al-qur an dan al-sunnah. Dari uraian tersebut, Hamka memang mengakui adanya model praktek tasawuf dalam agama lain. Dan model itu yang kebanyakan masuk menyatu dengan tasawuf Islam. Oleh karena itu, tasawuf dalam prakteknya yang dilakukan oleh tarekat harus bersumber pada al-qur an dan al-sunnah. Sebagaimana yang dikatakan dalam bukunya (2005b: 188), mari kita kembali kepada sumbernya, yaitu, al-qur an dan al-sunnah, dan mari jadikan segala kemajuan pikiran dan pendapat orang yang terlebih dahulu menjadi bahan. Qur an tetap Qur an, ke sanalah dikembalikan segala perjalanan pikiran yang bersimpang alur bagi umat Islam. Sedangkan pokok pangkalnya yang sebenarnya adalah kembali kepada ajaran tauhid, yaitu ke-esaan Tuhan, yang lain adalah alam. Hamka sendiri menolak secara tegas mengenai paham wahdat al-wujud yang pada waktu itu diselewengkan menjadai ilmu sihir. Wahdat al-wujud merupakan rasa cinta yang tidak dikendalikan oleh al-qur an dan al-sunnah. Menurut Hamka, Rasa cinta kepada Allah berasal dari zuhud, zuhud yang berasal pokok dari tauhid, kadang-kadang kian berlarut. Sehingga yang tadinya hanya sebagai perasaan semata, menjadi satu pandangan hidup. 93
6 94 Kemudian pada awalnya bertolak dari tauhid, karena perasaan cinta yang tak terkontrol, berubah menjadi syirik (Hamka., 2005b: 202). Bagi Hamka, tujuan pengamalan tarekat diarahkan bukan saja untuk membentuk kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial dengan menanamkan kembali sikap positif terhadap kehidupan dunia. Sebagaimana yang dijelaskan dalam bukunya (Hamka., 2005a: 17), bahwa kita tegakkan kembali maksud semula dari tasawuf, yaitu membersihkan jiwa, mendidik, dan mempertinggi derajat budi; menekankan segala kelobaan dan kerakusan, memerangi syahwat yang berlebihan dari keperluan untuk kesentosaan diri. Selain itu agama Islam adalah agama yang menyeru umatnya mencari rizki dan mengambil sebab-sebab mencapai kemuliaan, ketinggian dan keagungan dalam perjuangan hidup bersosial dan berbangsa. Secara singkat, refleksi pengamalan tarekat Hamka bercorak sosio-religius, jalan tarekatnya lewat sikap zuhud yang dapat dilaksanakan dalam peribadatan resmi, bukan untuk uzlah, khalwat, dan menjauh dari kehidupan normal. Sedangkan penghayatan tarekatnya berupa pengalaman takwa yang dinamis, bukan ingin bersatu dengan Tuhan, prinsipnya bukan mencari mukasyafah tetapi berdasar prinsip tauhid. Adapun maqamat dan ahwal dipandang bukan sebagai jalan penyucian jiwa dengan tujuan akhir liqa dengan Tuhan, akan tetapi dipandang sebagai keniscayaan moralitas yang harus dimiliki seorang muslim untuk mencapai kesentausaan dan kesempurnaan derajat kemanusiaan.
7 B. Pebandingan Pemurnian Tarekat Ibnu Taimiyah dan Hamka Dilihat dari segi konsep, persamaan antara pemurnian tarekat menurut Ibnu Taimiyah dan Hamka ditandai kecenderungan upaya menghidupkan kembali Islam ortodoks dan aktifismenya yang puritan. Dengan dalih, kedua pemikir tersebut dalam konsepnya tentang tarekat harus bersumber kapada al-qur an dan al-sunnah. Keduanya juga memandang tarekat sebagai ijtihad dan ikhtiar, bukan sebagai panutan ataupun keyakinan yang harus diyakini secara mutlak, tarekat bukan agama. Maka, suatu kewajaran dalam berijtihad dan berikhtiar mengalami kesalahan. Jadi, apabila tarekat sebagai ijtihad dan ikhtiar, maka sudah sewajarnyalah timbul berbagai macam aliran tarekat yang sesuai dengan ijtihad dan ikhtiar masing-masing orang. Karena setiap satu orang yang berijtihad, belum tentu sama dengan hasil ijtihad orang lain. Oleh karena itu, tarekat yang disyariatkan menurut kedua pemikir adalah tarekat yang bertumpu kepada kedua sumber tersebut, yaitu al-qur an dan al-sunnah. Adapun pokok pangkal tarekat yang sebenarnya menurut kedua pemikir adalah kembali kepada ajaran tauhid, yaitu ke-esaan Tuhan. Artinya, ajaran yang dibawa dan dipraktekkan oleh para nabi yang disempurnakan oleh nabi Muhammad. Sebagaimana juga yang dilakukan oleh para sahabat. Sedangkan tujuan tarekat sebagai salah satu bentuk praktek tasawuf menurut kedua pemikir adalah diorientasikan pada tujuan menghayati perintah agama, atau perintah Allah, agar dapat melaksanakannya dengan sebaik-baiknya. Kemudian dilihat dari praktek; menurut kedua pemikir, bahwa pada hakikatnya praktek tasawuf atau yang diidentikkan dengan tarekat adalah hidup zuhud dan tekun beribadah. Hakikat tersebut sebenarnya sudah terjadi pada masa nabi Muhammad dan para sahabatnya. Secara 95
8 96 normatif, pandangan kedua pemikir tersebut mempunyai dasar yang kuat dalam al-qur an dan al-sunnah, secara historis juga memiliki panutan baik dari kalangan sahabat maupun sesudahnya, dan secara aplikatif dapat dikatakan sebagai perpanjangan ajaran Islam itu sendiri, terutama yang berkaitan dengan dimensi moral sebagai substansi Islam. Adapun dalam konsep amaliah batin, maqamat dan ahwal dipandang sebagai moralitas Islam yang wajib dilaksanakan oleh siapapun sebagai suatu kewajiban untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan derajat kemanusiaan. Bukan sebagai jalan penyucian jiwa dan sebagai suatu tingkatan di mana dengan tujuan akhir bersatu dengan Tuhan, mukasyafah, fana, atau mencari keajaiban yang berupa khariq al-adat, ataupun mencari sesuatu yang bersifat magis, sebagaimana dipraktekkan oleh kebanyakan aliran tarekat pada waktu itu. Juga bagi kedua pemikir, tujuan pengamalan tarekat diarahkan bukan saja untuk membentuk kesalehan individual, tetapi juga kesalehan sosial dengan menanamkan kembali sikap positif terhadap kehidupan dunia. Sedangkan refleksi pengamalan tarekat kedua pemikir bercorak sosioreligius, jalan tarekatnya lewat sikap zuhud yang dapat dilaksanakan dalam peribadatan resmi, bukan untuk menyepi dan menjauh dari kehidupan normal. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa Hamka adalah Ibnu Taimiyahnya Indonesia. Disebabkan karena, Ibnu Taimiyah dan Hamka memiliki pandangan dan pemikiran yang sama dalam masalah praktek bertasawuf. Sehingga sangat sulit untuk ditemukan perbedaan pemikiran antara kedua tokoh tersebut, walaupun Hamka dalam bukunya Tasauf Modern menyebutkan beberapa referensi dalam menulis buku tersebut tidak ada satu kitabpun hasil karya Ibnu Taimiyah yang menjadi bahan rujukannya. Akan tetapi, ada perbedaan yang mencolok yaitu menurut Hamka bahwa, tasawuf ataupun dalam Indonesia yang dikenal
9 dengan tarekat merupakan salah satu dari filsafat Islam yang tujuan awalnya untuk zuhud dari dunia yang fana. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya (2005a: 13) bahwa, tasawuf adalah salah satu filsafat Islam, yang maksudnya bermula ialah hendak zuhud dari dunia fana. Tetapi lantaran banyaknya bercampur gaul dengan negeri dan bangsa lain, banyak sedikitnya masuk jugalah pengajian agama dari bangsa lain itu ke dalamnya. Karena tasawuf bukan agama, melainkan suatu ikhtiar yang setengahnya diizinkan oleh agama dan setengahnya pula dengan tidak sadar, telah tergelincir dari agama, atau terasa enaknya pengajaran agama lain dan terikut dengan tidak diingat. Penulis belum menemukan pendapat Ibnu Taimiyah tentang tasawuf merupakan bagian dari filsafat Islam. Ibnu Taimiyah hanya menjelaskan sejarah kata tasawuf saja. Selain itu, ada perbedaan yang mencolok, yaitu bahwa Ibnu Taimiyah membagi tiga macam sufi, yang tidak terdapat dalam konsep Hamka, yaitu sufi haqaiq, sufi yang sebagaimana mestinya, adalat, yang mempunyai tata cara yang sesuai seperti ahli tarekat, dan tidak terlalu mendewakan duniawi. Sufi arzaq yaitu sufi sebagaimana orang mestinya, mengharapkan banyak rezki sebagaimana orang mestinya, seperti pedagang di mana selalu menginginkan laba yang banyak. Sufi rasm yaitu sufi yang cukup dengan nisbatnya saja. Misalnya berpakaian, beradab sebagaimana pakaian orang sufi (Ibnu Taimiyah., 2000d: 10-11). Model tarekat yang diinginkan Hamka yaitu bersatu dengan alam, bukan bersatu dengan Tuhan. Karena zat manusia dan alam berbeda dengan Zat Tuhan. Sedangkan zat manusia satu dengan zat alam, artinya manusia dituntut untuk bersatu dengan alam dengan cara bersatu dengan seluruh perikemanusiaan manusia berbudi luhur- sehingga dengan budi luhur tersebut manusia secara otomatis akan bersatu dengan alam. Dan seluruh yang ada ini adalah satu, 97
10 98 terjadi karena kehendak Tuhan dan akan kembali kepada- Nya. Keadaan sosial sangat mempengaruhi pemikiran dari kedua tokoh tersebut. Adapun persamaan latar belakang soaiologis kedua pemikir adalah sama-sama dalam negara yang dijajah oleh bangsa asing. Dilihat dari segi politik, dari keduanya kurang stabil. Selalu tunduk terhadap yang menjajah, apapun kebijakan politiknya walaupun kebijakan tersebut merugikan penduduk pribumi. Dari segi sosial juga keagamaan, keduanya juga sama-sama dalam kekacauan dengan ditandai perampokan, tidak adanya suatu tata tertib yang menjadi pelindung masyarakat. Sehingga norma-norma hanyalah sebagai bahan pembicaraan belaka. Krisis keagamaan juga semakin menggelapkan tatanan sosial. Banyak aliran yang mengklaim dirinya yang benar dan menganggap yang lain salah. Yang lebih parah lagi bahwa aqidah sudah tercampuri oleh bau bid ah yang menyebabkan musyrik. Yang kemudian menjadi sebuah kepercayaan yang melekat dalam keyakinan kaum muslim dan susah untuk dihilangkan. Dari ajaran suatu aliran tersebut, ada yang menekankan untuk hidup pasrah total tanpa adanya usaha dan upaya, hidup untuk menjauhi dunia, menjauhi kehidupan yang normal sebagaimana manusia. Dari ajaran tersebut, mengakibatkan keadaan ekonomi yang tidak seimbang. Ditambah lagi dengan kebijakan ekonomi dari penjajah yang tidak menguntungkan pribumi. Dari keadaan lingkungan itulah, menurut penulis semangat tarekat atau praktek tasawuf yang ditawarkan oleh kedua pemikir bersifat aktif-sosio-religius. Dalam upaya untuk membebaskan manusia dari budak penjajahan, ketimpangan sosial, dan membentuk kesalehan secara pribadi dan sosial sebagaimana dalam ajaran Islam yang menuntut kesemua hal tersebut. Dalam bukunya Hamka menjelaskan (2005a: 15),...zuhud yang melemahkan itu
11 bukanlah bawaan Islam. Semangat Islam adalah semangat berjuang, semangat berkurban, bekerja, bukan semangat malas, lemah, dan mlempem. Agama Islam adalah agama yang menyeru umatnya mencari rizki dan mengambil sebabsebab mencapai kemuliaan, ketinggian, dan keagungan dalam perjuangan hidup bermasyarakat. 99
ANOMALI TAREKAT Antra Ibnu Taimiyah dan Hamka
ANOMALI TAREKAT Antra Ibnu Taimiyah dan Hamka (Memurnikan Kembali Kehidupan Tarekat) Rahmat Setiawan Pustaka Amanah Bekerja Sama dengan STIT Muh. Kendal Editor: Muhamad Nur ANOMALI TAREKAT Antara Ibnu
Lebih terperinciMEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati
MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF Rahmawati Abstrak: Tulisan ini akan membahas sekelumit tentang konsep fana dan baqa, dari segi pengertian, tujuan dan kedudukannya. Juga dibahas sejarah
Lebih terperinciAKHLAK DAN TASAWUF. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.
AKHLAK DAN TASAWUF Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Pengertian Tasawuf Etimologis : tashawwafa (akar katanya shuf = bulu domba) artinya memakai pakaian bulu domba (simbol kesederhanaan saat itu). Terminologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Amzah, 2007), hlm Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur an,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir dan batin, yang mana dalam agama Islam
Lebih terperinciSpiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah. Farah Meidita Firdaus
Spiritualitas Islam Dalam Pandangan Muhammadiyah Farah Meidita Firdaus 201410330311104 Pengertian Spiritual Secara etimologi kata sprit berasal dari kata Latin spiritus, yang diantaranya berarti roh, jiwa,
Lebih terperinciCahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama
Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Penelitian Terdahulu Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Modul ke: RADIKALISME ISLAM DI INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Pengertian Radikal Menurut KBBI radikal adalah
Lebih terperinciBAB I AKHLAK TASAWUF
BAB I AKHLAK TASAWUF a. Kompetensi Dasar 2. Mahasiswa mampu memahami pengertian akhlak dalam konteks tasawuf. 3. Mahasiswa mampu membedakan antara akhlak, etika dan moral. 4. Mahasiswa mampu mengamalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama adalah unsur terpenting dalam pembangunan mental dan akhlak. Jika kita mempelajari pendidikan agama, maka akhlak merupakan sesuatu yang sangat
Lebih terperinciإحياء العربية : السنة الثالثة العدد 1 يناير -
HUBUNGAN TASAWUF DENGAN ILMU JIWA AGAMA Apriliana Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Hikmah Medan Abstrak Penelitian hubungan tasauf dengan ilmu jiwa agama merupakan penelitian yang bertujuan untuk:
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORI
BAB II KERANGKA TEORI A. Pengertian Agama Agama dapat diartikan sebagai ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) kepada Tuhan Yang Mahakuasa, tata peribadatan, dan tata kaidah yang bertalian
Lebih terperinciBab 4 PEMAHAMAN SUFIYAH. Kandungan THARIQ
116 Mengenal Tasawuf dan Tarekat Bab 4 PEMAHAMAN SUFIYAH THARIQ Menurut bahasa: berarti jalan (sabil), sedangkan tarekat (thariqah) adalah jalan dan keadaan. Bentuk jamaknya: thariq-thuruq, thariqah-thara-iq.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu
Lebih terperinciKhatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)
Muhammad SAW adalah seorang nabi terakhir yang diutus ke bumi oleh Allah SWT. Sebagai seorang nabi dan rasul, nabi Muhamad SAW membawakan sebuah risalah kebenaran yaitu sebuah agama tauhid yang mengesakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling memerlukan adanya bantuan dari orang lain dalam memenuhi kebutuhannya. Manusia dituntut untuk saling
Lebih terperinciMATERI PERTEMUAN II. Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama)
MATERI PERTEMUAN II Kerangka Dasar Agama Islam Dan Ajaran Hukum Islam (Bagian Pertama) Tujuan Instruksional Umum: Agar mahasiswa memahami Kerangka dasar Agama Islam dan Hukum Islam serta keterkaitan keduanya
Lebih terperinciMendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan
Mendidik Anak Menuju Surga Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Tugas Mendidik Generasi Unggulan Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam proses perubahan dan pertumbuhan manusia. Perubahan dan pertumbuhan kepada
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan
BAB IV ANALISIS A... P ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin Timur Dimaksud dengan persepsi disini adalah tanggapan atau pendapat ulama pemimpin majelis taklim
Lebih terperinciRAMADAN Oleh Nurcholish Madjid
c 1 Ramadan d 5 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir, (Q 12:87). Ibadat puasa sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari
Lebih terperinciBAB VI P E N U T U P
106 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan kajian-kajian yang komprehensif, kritis dan analisis terhadap karakteristik metode pemikiran Ibn Qayyim al-jauziyah dalam tasawuf, yakni dengan menggunakan
Lebih terperinciKOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)
KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciRAMADAN Oleh Nurcholish Madjid
c 1 Ramadan d 16 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu orang-orang
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR SILA KEDUA DARI PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Nama : NARISWARI NIM : 11.02.7968 Kelompok : A Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Manajemen Informatika Dosen : KALIS PURWANTA,
Lebih terperinciAdab dan Keutamaan Hari Jumat
Adab dan Keutamaan Hari Jumat Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????
Lebih terperinciAL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV
AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN IV MUHAMMADIYAH DAN SPIRITUALITAS ISLAM Disusun Oleh : Prasetyo Endaryanto (09560214) Nandito Monliev Passa (09560222) Deanita Mandasari (09560231) Tri Haidar Muhammad (09560246)
Lebih terperinciLandasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia
Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak
Lebih terperinciKESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA
c Demokrasi Lewat Bacaan d KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA Oleh Nurcholish Madjid Kemarin, 28 Maret 1999, umat Islam merayakan hari raya Idul Adha 1419 H, yang merupakan perayaan pengingatan kembali (sebuah
Lebih terperinciPEMIKIRAN NEO-SUFISME NURCHOLISH MADJID
BAB VI PEMIKIRAN NEO-SUFISME NURCHOLISH MADJID A. Hakikat dan Sumber Tasawuf C ak Nur dalam pembahasan tentang hakikat tasawuf mempunyai pengertian pada upaya untuk menanamkan dimensi spiritualbatiniah
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM
BAB IV ANALISIS TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM AL-QURAN TELAAH PENDIDIKAN ISLAM A. Hakikat Toleransi dalam Al-Quran Telaah Pendidikan Islam Allah telah membimbing manusia kepada toleransi melalui
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. tesis ini yang berjudul: Konsep Berpikir Multidimensional Musa Asy arie. dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, sebagai berikut:
254 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis menganggap bahwa, makna tidak selalu merujuk pada kesimpulan-kesimpulan yang dibuat. Namun demikian, kesimpulan menjadi sebuah prasyarat penting dari sebuah penulisan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Hasan Al-Banna menetapkan bahwa berdirinya pemerintah Islam merupakan bagian dasar manhaj Islam (metode Islam). Hasan Al- Banna menjelaskan bahwa pengaturan kehidupan dan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang
220 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa krisis spiritual manusia modern dalam perspektif filsafat Perennial Huston Smith dapat dilihat dalam tiga
Lebih terperinciMATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab
MATAN Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab C MATAN AS-SITTATUL USHUL Z. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Termasuk perkara yang sangat menakjubkan dan tanda yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus
195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah
Lebih terperinciModul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.
Modul ke: Kesalehan Sosial Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Secara bahasa makna kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam
Lebih terperinciIslam Satu-Satunya Agama Yang Benar
Islam Satu-Satunya Agama Yang Benar Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????
Lebih terperinciAkidah dalam kehidupan Muslim: analisis aspek aspek penyelewengan. Sinopsis:
Akidah dalam kehidupan Muslim: analisis aspek aspek penyelewengan Sinopsis: Perbincangan buku ini berkisar di sekitar posisi akidah dalam kehidupan Muslim. Akidah sering kali dianggap oleh sesetengah orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Islami merupakan masyarakat yang dekat dengan Allah Swt dalam segala kegiatannya di dunia. Asas pertama kali yang tegak dalam sebuah masyarakat adalah aqidah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut kepercayaannya. Glock & Stark, (1965) mendefinisikan agama sebagai sistem simbol, sistem
Lebih terperinciRAMADAN Oleh Nurcholish Madjid
c 1 Ramadan d 10 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Dan apabila hamba-hamba-ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG
BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini peneliti akan memaparkan
123 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian, sekaligus memberikan analisis terhadap permasalahan yang dibahas. Dalam
Lebih terperinciPROFIL KADER MUHAMMADIYAH. Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah
PROFIL KADER MUHAMMADIYAH Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah Apa yang dimaksud Kader Elite: Bagian yang terpilih & yang terbaik karena telah terlatih Inti tetap suatu resimen
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengalaman Beragama. Pengalaman beragama menurut Glock & Stark (Hayes, 1980) adalah
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGALAMAN BERAGAMA 1. Pengertian Pengalaman Beragama Menurut Jalaluddin (2007), pengalaman beragama adalah perasaan yang muncul dalam diri seseorang setelah menjalankan ajaran
Lebih terperinciMasih Spiritualitas Bisnis
c Prestasi, bukan Prestise d Masih Spiritualitas Bisnis Oleh Nurcholish Madjid Dalam uraian mengenai spiritualitas bisnis pekan lalu, kita menyadari bahwa adanya kombinasi antara ihsān dan itqān dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengatur segala aspek kehidupan manusia dari hal yang terkecil sampai hal yang terbesar. Dari keseluruhan ajaran Islam, akhlak menempati kedudukan yang sangat
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
- 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG TATA NILAI KEHIDUPAN MASYARAKAT YANG RELIGIUS DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBeribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya
Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS
BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN IMAM AL- GHAZALI DAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL ATTAS A. Persamaan pemikiran Imam Al Ghazali dan Syed Muhammad Naquib Al Attas. Pendidikan akhlak merupakan pendidikan yang menekankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam merupakan ajaran yang diberikan kepada manusia untuk dijadikan dasar dan pedoman hidup di dunia. Ajaran ini diturunkan untuk dilaksanakan di tengah-tengah kehidupan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari
BAB V PENUTUP Pada bagian terakhir ini penulis berusaha untuk menyimpulkan dari berbagai permasalahan yang telah diuraikan secara panjang lebar, guna untuk mempermudah dalam memahami isi yang terkandung
Lebih terperinciPENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I
PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I ISBN: 978-602-71453-0-6 Editor
Lebih terperinciRabi ah al- Adawiyah (w. 185 H). 309 H).
BAB I PENDAHULUAN Problematika tasawuf sebenarnya tidak sejernih pengembaraan ruhani yang dialami oleh para sufi. Dalam prakteknya, ia seringkali memunculkan perdebatan baik dikalangan sufi, maupun dari
Lebih terperinciAl-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh
Al-Wadud Yang Maha Mencintai Hamba-Hamba-Nya Yang Shaleh Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:???????????????????????????????????:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid
c Demokrasi Lewat Bacaan d ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid Mereka yang tidak menerima ajaran Nabi Muhammad saw, barangkali memandang ajaran Islam itu, sebagian atau seluruhnya, tidak lebih daripada
Lebih terperinciTafsir Surat Al-Kautsar
Tafsir Surat Al-Kautsar Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara
Lebih terperincic 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid
c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Dan orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak melebih-lebihkan, dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) tengah-tengah antara yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Label Halal Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merek produk, bahan baku,
Lebih terperinciMelahirkan Pendakwah Yang Berwibawa. Muhammad Haniff Hassan
Melahirkan Pendakwah Yang Berwibawa Muhammad Haniff Hassan Pendahuluan Tidak syak lagi tarbiyah dan pembangunan sumber manusia adalah unsur yang penting dalam kerja Islam. Namun rasa kepentingan seharusnya
Lebih terperinciAL-QUR AN MERAWAT BATIN. Oleh: Duski Samad. Ketua MUI Kota Padang
AL-QUR AN MERAWAT BATIN Oleh: Duski Samad Ketua MUI Kota Padang Setiap tanggal 17 Ramadhan, umat Islam Indonesia, memperingati hari turunnya (nuzul al-qur an). Peringatan nuzul al- qur an tentu dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL
68 BAB IV ANALISIS KOMPARATIF TENTANG KONSEP KONSUMSI DALAM PANDANGAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL A. Persamaan Konsep Konsumsi Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional Pada konsep ini baik ekonomi Islam
Lebih terperinciFAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
FAKTA PANCASILA DALAM KEHIDUPAN Dosen Nama : Dr. Abidarin Rosyidi, MMA :Ratna Suryaningsih Nomor Mahasiswa : 11.11.5435 Kelompok : E Program Studi dan Jurusan : S1 Sistem Informatika STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciPembaharuan.
Pembaharuan a.s. Disajikan di bawah ini adalah khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil dari naskah berbahasa Urdu
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan dan Kompetensi Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Islam yang terdiri dari berbagai dimensi ajaran
Lebih terperinciSecara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat.
Secara bahasa, kata AGAMA berasal dari bahasa sangsekerta yang berarti TIDAK PERGI, tetap di tempat. 1.Kedamain 2.kesejahteraan 3.keselamatan 4.ketaatan dan 5.kepatuhan Kedamaian itu adalah ketenangan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya
Lebih terperinciTauhid Yang Pertama dan Utama
Tauhid Yang Pertama dan Utama Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci. kehidupan, menjamin bagi manusia berkehidupan bersih lagi mulia, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci lagi penuh kelapangan, serta syariat yang lengkap dan meliputi segala aspek
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan Proses pengkaian dan analisis terhadap isi kandungan Surat Al-Fatihah ayat 5 tentang proses pendidikan tauhid uluhiyah keseluruhannya mendukung kepada
Lebih terperinciISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun dewasa ini, umat muslim di Indonesia telah mengalami penurunan dalam pemahaman agamanya, yang
Lebih terperinciSUMBER AJARAN ISLAM. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER
Modul ke: SUMBER AJARAN ISLAM Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK Fakultas ILMU KOMPUTER H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Program Studi SISTEM INFORMASI www.mercubuana.ac.id Umat Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Agama adalah wahyu yang diturunkan Allah untuk manusia. Fungsi dasar agama adalah memberikan orientasi, motivasi dan membantu manusia untuk mengenal dan menghayati
Lebih terperinciMATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL
MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bawah naungan Departemen Agama, dan secara akademik berada di bawah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi Penelitian 1. Profil Lembaga Fakultas psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan lembaga pendidikan yang secara umum berada di
Lebih terperinciTegakkan Shalat Dengan Berjamaah
Tegakkan Shalat Dengan Berjamaah Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????...????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciAGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim
AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG
Lebih terperinciKedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim
Kedudukan Tauhid Bagi Seorang Muslim Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM
BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM Landasan berfikir, zaman, dan tempat yang berbeda secara tidak langsung akan menimbulkan perbedaan, walaupun dalam pembahasan
Lebih terperinciKedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim
Kedudukan Tauhid Dalam Kehidupan Seorang Muslim Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia hidup dapat dipastikan melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi dilakukan oleh manusia sebagai suatu kebutuhan dan harus terpenuhi.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-
Lebih terperinciBAB 2 ISLAM DAN SYARIAH ISLAM OLEH : SUNARYO,SE, C.MM. Islam dan Syariah Islam - Sunaryo, SE, C.MM
BAB 2 OLEH : ISLAM DAN SYARIAH ISLAM SUNARYO,SE, C.MM 1 Tujuan Pembelajaran Dapat menjelaskan Makna Islam Dapat Menjelaskan Dasar Dasar Ajaran Islam Dapat menjelaskan Hukum Islam Dapat menjelaskan Klassifikasi
Lebih terperinciTAUHID. Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56)
www.ariefprawiro.co.nr TAUHID HAKEKAT DAN KEDUDUKANNYA Allah berfirman: Aku ciptakan jin dan manusia tiada lain hanyalah untuk beribadah kepadaku (QS. Adz-Dzariyat : 56) Dan sesungguhnya Kami ntelah mengutus
Lebih terperinciGuru Madrasah Aljunied PIAGAM KESEDERHANAAN DALAM BERAGAMA Berikut adalah pendirian yang perlu diambil bagi menjamin kesederhanaan dalam dakwah: 1. Kita beriltizam untuk menghormati prinsip-prinsip
Lebih terperinciPELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di
PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 2 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yang berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling menentukan masa depan karena masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa pentingnya masa-masa ini maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti untuk menjalankan hidup dan juga
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Agama Bobot Mata Kuliah : 3 Sks Deskripsi Mata Kuliah : Mengkaji aspek-aspek yasng berhubungan dengan makhluk, mengkaji sifat dan kekuasaan Allah
Lebih terperinciLATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA
LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. oleh Durkheim (Betty Schraf, 1995), bahwa fungsi agama adalah. mempertahankan dan memperkuat solidaritas dan kewajiban sosial pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam agama di kalangan masyarakatnya. Mulai dari agama Kristen, Budha, Hindu, Islam, Katolik, dan kepercayaan lain yang saat
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran. meningkatkan kesadaran beribadah siswa di ke dua SMP tersebut yaitu
BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Temuan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran PAI dalam meningkatkan kesadaran beribadah siswa Perencanaan yang dilakukan guru Pendidikan agama Islam dalam meningkatkan kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya
Lebih terperinciEMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN
EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling
Lebih terperinci